Anda di halaman 1dari 23

Makalah Tugas Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

SKABIES
PADA PEKERJA KEBERSIHAN KAMAR ASRAMA

Disusun oleh :
Ardian Fitrianto
1806150704

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2019

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
D. Manfaat........................................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ......................................................................................................................... 4
B. Etiologi .......................................................................................................................... 5
C. Epidemiologi ................................................................................................................. 5
D. Patogenesis .................................................................................................................... 6
E. cara penularan ............................................................................................................... 6
F. Gambaran klinis ............................................................................................................. 7
G. klasifikasi .................................................................................................................... 12
H. Diagnosis ..................................................................................................................... 13
I. Diagnosis Banding ....................................................................................................... 14
J. Penatalaksanaan ........................................................................................................... 14
BAB III. TINJAUAN KASUS ....................................................................................................... 15
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Dasar Diagnosis Klinis ................................................................................................. 21
B. Dasar Diagnosis Okupasi ............................................................................................. 21
C. Penatalaksanaan ........................................................................................................... 23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 26

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Scabies pada pekerja
kebersihan kamar asrama

Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada tim dokter pengajar Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin FKUI – RSCM dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bekasi, 28 Juni 2019

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepertiga hidup manusia dilakukan untuk bekerja. Bekerja adalah salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Para pekerja yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan
kompensasi disebut dengan tenaga kerja. Saat ini jumlah penduduk di Indonesia sampai
dengan Agustus 2015 mencapai 237.64 juta orang dimana 48% nya adalah pekerja.

Pekerja merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan yang
disebabkan oleh proses kerja, lingkungan kerja, dan perilaku kesehatan pekerja sehingga
berpotensi mengalami penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja akan menyebabkan
terhambatnya pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian perlu dilakukan suatu tindakan
dimana pencegahan dan deteksi dini terhadap penyakit akibat kerja sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan penyakit yang timbul akibat pekerjaan.

Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan tungau Sarcoptes scabiei
varieta hominis betina yang termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit ini paling tinggi terjadi
di negaranegara tropis yang merupakan negara endemik penyakit skabies. Prevalensi skabies
di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun. Prevalensi skabies di Indonesia
Indonesia sebesar 4,60% - 12,95% dan penyakit skabies ini menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering( prasetyawati subchan, cindy tia mayrona, 2018)

Di Indonesia, angka kejadian penyakit skabies mencapai 5,6-12,95%. Pesantren sebagai


tempat yang sering didapati higiene perorangan kurang memadai, tentu menjadi tempat yang
sesuai untuk penularan penyakit skabies. Angka kejadian skabies sendiri di Pondok Pesantren
di Demak mencapai 45,5%( prasetyawati subchan, cindy tia mayrona, 2018). Di Indonesia,
penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota
besar bahkan di Jakarta. Kondisi kota Jakarta yang padat merupakan faktor pendukung
perkembangan skabies. Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak
Indonesia (KSDAI) tahun 2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah
penderita skabies terbanyak didapatkan Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit (Muchtarudin
Mansyur, Andreas Ari Wibowo, Annie Maria, Arie Munandar, Arif Abdillah, Aseanne
Femelia Ramadora, 2007)

Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya
rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Skabies menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat
gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama

3
oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta Staphylococcus aureus. Komplikasi akibat
infestasi sekunder GAS dan S. aureus sering terdapat pada anak-anak di negara berkembang
(Amajida Fadia Ratnasari, 2014).
Berdasarkan hal tersebut, penulis mengangkat topik mengenai Scabies pada pekerja yang pada
kesempatan ini adalah pekerja kebersihan kamar asrama.

B. Perumusan Masalah
Apakah keluhan gatal-gatal dan kuning kemerahan pada kulit pekerja kebersihan kamar
asrama merupakan penyakit akibat kerja, diperberat oleh pekerjaan atau bukan penyakit akibat
kerja?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami Penyakit Scabies akibat kerja pada pekerja.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi, etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan
Scabies
b. Mampu melakukan penegakan diagnosis okupasi melalui 7 langkah diagnosis untuk
penyakit Scabies pada pekerja
c. Mampu menentukan kategori penyakit akibat kerja, penyakit diperberat pekerjaan
atau bukan penyakit akibat kerja pada pekerja
d. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan okupasi pada Scabies pada pekerja
kebersihan kamar asrama.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Mengetahui dan memahami tentang scabies
b. Mampu melakukan penegakan Penyakit Akibat Kerja melalui 7 langkah diagnosis
okupasi
2. Bagi Pekerja
a. Mampu mengetahui faktor-faktor risiko pekerjaan yang dapat menimbulkan Penyakit
Scabies
b. Mampu melakukan pengendalian bahaya pekerjaan terutama yang menyebabkan
Scabies
c. Mampu meningkatkan produktivitas kerja
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Mampu menambah kepustakaan dalam kasus Scabies

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran umum skabies


1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh Penyakit kulit
skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat ditularkan
secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui
benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007).
Skabies disebut juga the itch, pamaan itch, seven year itch karena
gatal hebat yang berlangsung menahun. Di Indonesia skabies disebut
penyakit kudis, gudik, atau buduk. Skabies terdapat di seluruh dunia
dengan prevalensi yang bervariasi, tetapi umumnya terdapat di wilayah
beriklim tropis dan subtropis di negara berkembang. Siapapun yang
kontak dengan S.scabiei dapat terinfestasi skabies, meskipun demikian
skabies lebih banyak terdapat pada penduduk yang memiliki faktor risiko
tinggi untuk terinfestasi skabies. Di masyarakat yang memiliki risiko tinggi
skabies prevalensi dapat mencapai 80%. (Saleha Sungkar, 2014)
2. Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu
sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda , kelas Arachnida , ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Sudirman,
2006). Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih
kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut, tidak
berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan
berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kakibelakang. Siklus hidup dari telur
sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes Scabiei betina terdapat
bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu
cambuk demikian hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja (Aisyah, 2005)
3. Epidemiologi
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial
ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya
promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan
demografi serta ekologi. Selain itu faktor penularannya bisa melalui tidur bersama
5
dalam satu tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda -benda
lainnya. Cara penularan (transmisi ) :kontak langsung misal berjabat tangan, tidur
be rsama dan kontak seksual. Kontak tidak langsung misalnya melalui pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Djuanda, 2007)
4. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada
pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret
dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau (Djuanda, 2007).
Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa memerlukan waktu
selama 10- 14 hari. Pada suhu kamar (21°C dengan kelmbaban relatif 40-80%)
tungau masih dapat hidup diluar pejamu selama 24-36 jam. (Aisyah, 2005) .
5. Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak
tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan
atau dapat pula melalui alat- alat seperti tempat tidur, handuk dan pakaian (Djuanda,
2007).
Skabies dapat ditularkan melalui perpindahan telur, larva, nimfa, atau tungau
dewasa dari kulit penderita ke kulit orang lain namun dari semua bentuk infektif
tersebut tungau dewasalah yang paling sering menyebabkan penularan. Sekitar 90%
penularan skabies dilakukan oleh tungau dewasa betina terutama yang gravid.
Tungau tidak dapat melompat atau terbang melainkan berpindah dengan merayap.
Kemampuan tungau untuk menginfestasi akan menurun seiring dengan lamanya
tungau berada di luar tubuh hospes. Skabies dapat ditularkan secara langsung atau
tidak langsung namun cara penularan skabies yang paling sering adalah melalui
kontak langsung antar individu saat tungau sedang berjalan di permukaan kulit.
Kontak langsung adalah kontak kulit ke kulit yang cukup lama misalnya pada saat
tidur bersama. Kontak langsung jangka pendek misalnya berjabat tangan dan
berpelukan singkat tidak menularkan tungau. Skabies lebih mudah menular secara
kontak langsung dari orang ke orang yang tinggal di lingkungan padat dan
berdekatan seperti di panti jompo, panti asuhan, pesantren dan institusi lain dimana
penghuninya tinggal dalam jangka waktu lama(Saleha Sungkar, 2016).

6
6. Gambaran Klinis
Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal terutama
pada malam hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta pasien berkeringat.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini :
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misaln ya dalam keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
dengan hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena.
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 centi
meter, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel
(kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli morf (gelembung
leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostig. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada malam
hari sebelum tidur Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah),
ekskoriasi (bekas garukan), bekas -bekas lesi yang berwarna hitam.
e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul disela- sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan
muncul gelembung berair pada kulit (Aisyah, 2005)
7. Klasifikasi Skabies
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada
manusia adalah sebagai berikut:
a. Skabies pada orang bersih (Scabies in the clean)
Tipe ini sering ditemukan bersamaan dengan penyakit menular lain.
Ditandai dengan gejala minimal dan sukar ditemukan terowongan. Kutu
biasanya menghilang akibat mandi secara teratur.
b. Skabies pada bayi dan anak kecil
Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun vesikel
lebih banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki.
c. Skabies noduler (Nodular Scabies)
Lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup.
Nodul dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun telah
diberikan obat anti skabies.

7
d. Skabies in cognito
Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan kostikosteroid topikal
atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala klinik
(rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan tetap menular.
e. Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal transmited scabies)
Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama
terdapat pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi hewan
tersebut dan mandi yang bersih.
f. Skabies krustosa (crustes scabies / scabies keratorik)
Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi
keterlambatan diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.
g. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
h. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain
Apabila ada skabies di daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit
menular seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau gonore
dan pemeriksaan serologi untuk sifilis.
i. Skabies dan Aquired Immuodeficiency Syndrome (AIDS)
Ditemukan skabies atipik dan pneumonia pada seorang penderita. j.Skabies
dishidrosiform
Jenis ini di tandai oleh lesi ber upa kelompok vesikel dan pustula pada tangan
dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat antiskabies
(Saleha Sungkar, 2016).
8. Diagnosis Skabies
Skabies dapat memberikan gejala khas sehingga mudahdidiagnosis; namun jika
gejala klinisnya tidak khas, maka diagnosis skabies menjadi sulit ditegakkan. Gejala
klinis yang khas adalah keluhan gatal hebat pada malam hari (pruritus nokturna) atau
saat udara panas dan penderita berkeringat. Erupsi kulit yang khas berupa
terowongan, papul, vesikel, dan pustul di tempat predileksi. Meskipun gejala skabies
khas, penderita biasanya datang berobat ketika sudah dalam stadium lanjut dan tidak
memiliki gejala klinis khas lagi karena telah timbul ekskoriasi, infeksi sekunder oleh
bakteri dan likenifikas.
Karena sulit menemukan tungau dan produknya pada pemeriksaan laboratorium
maka diagnosis klinis dapat ditetapkan apabila pada penderita terdapat dua dari
empat tanda kardinal skabies yaitu:
1. Pruritus nokturna
2. Terdapat sekelompok orang yang menderita penyakit yang sama, misalnya dalam
satu keluarga atau di pemukiman atau di asrama.

8
3. Terdapat terowongan, papul, vesikel atau pustul di tempat predileksi yaitu sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mamae (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (lakilaki), dan
perut bagian bawah. Perlu diingat bahwa pada bayi, skabies dapat menginfestasi
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh badan.
4. Menemukan tungau pada pemeriksaan laboratorium. (Saleha Sungkar, 2016).
9. Penatalaksanaan Skabies
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci
secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula
halnya dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama
bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara
waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum tingkatkan
kebersihan lingkungan maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :
1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
2) Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang
akan dipakai harus disetrika.
3) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal,
kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama
beberapa jam.
b. Penatalaksanaan secara khusus.
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam
bentuk topikal antara lain:
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
9
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra.
5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkangameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.
Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.
10. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat
pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit ini
memberikan prognosis yang baik (Handoko, 2008).

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Nn. S
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Telaga Murni, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi
Pekerjaan : petugas kebersihan kamar asrama putri pondok Yayasan Yaspia
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Status : Belum Menikah

ANAMNESIS
(Dilakukan pada tanggal 27 Juni 2019)
Keluhan Utama : Gatal-gatal pada telapak tangan dan sela jari tangan sejak 1 bulan lalu
dirasakan tambah gatal kalo malam hari
Keluhan Tambahan : ruam merah disertai bintil-bintil kecil berisi cairan kekuningan, dan
terdapat koreng bekas garukan.
Riwayat Penyakit :
Pasien datang dengan keluhan gatal pada bagian telapak tangan dan sela jari sejak 1 bulan yang lalu.
Rasa gatal disertai ruam merah dan terkadang ada bintil berisi cairan kekuningan hanya pada telapak
dan sela jari tangan. Pasien mengaku sebelumnya belum pernah mengalami hal seperti ini.
Pasien setiap harinya bekerja sebagai petugas kebersihan kamar asrama dengan tugas mencuci
pakaian, menyetrika, dan bersih-bersih kamar. Kegiatan mencuci pakaian dilakukan pasien sejak
pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00, jam 10.00 – 12.00 membersihkan kamar dan dilanjutkan
dengan menyetrika pakaian pada pukul 13.00 – 15.30. Keluhan ini dirasakan terus menerus
sepanjang hari dan semakin gatal kalo malam hari. Dari penjelasan pasien ternyata anak penghuni
asrama banyak yang menderita scabies.

Riwayat keluarga:
Tidak ada riwayat alergi pada keluarga
Tidak ada riwayat penyakit seperti ini pada keluarga

11
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya.
Tidak ada penyakit serius yang pernah dialami oleh pasien.

Penyakit lain yang pernah diderita :


Riwayat alergi : Tidak ada

Anamnesis Okupasi
Jenis Pekerjaan Pasien
JENIS PEKERJAAN BAHAN/MATERIAL TEMPAT MASA
YANG DIGUNAKAN BEKERJA KERJA
Petugas kebersihan Sapu, kain pel, cairan Bekasi 1 tahun
kamar asrama pembersih lantai,
setrika, sabun cuci
pakaian

Uraian Tugas

Pasien memulai pekerjaannya pada pukul 07.00 dengan mencuci baju sampe sekitar jam 10.00.
Setelah itu pasien membersihkan kamar asrama mulai mengelap menyapu kemudian mengepel
sampai sekitar pukul 12.00.

Setelah membersihkan kamar asrama pasien istirahat makan siang dan sholat, pasien melanjutkan
pekerjaannya dengan menyetrika baju yang dicuci hari kemaren sampe kira kira jam 15.30. setelah
selesai setrika maka pasien bersiap untuk pulang.

Sampai dirumah sekitar jam 15.45 kemudian melakukan aktifitas sebagai ibu rumah tangga, dan
sekitar jam 21.00 pasien istirahat agar besok pagi fit dalam bekerja.

Kebiasaan diluar Pekerjaan


Pasien tidak memiliki hobi diluar pekerjaannya. Hanya berangkat kerja pagi kemudian sore pulang
istirahat

12
Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami
Keluhan kemerahan pada telapak dan sela jari tangan disertai bintil-bintil air dan gatal dirasakan oleh
pasien sejak 1 bulan yang lalu saat diketahui bahwa 2 bulan yang lalu banyak terjadi penyakit kulit
yang menjangkit beberapa penghuni asrama, sebenarnya mereka sudah diobati pada saat pulang oleh
orang tua mereka, tapi begitu sampe asrama kambuh lagi karena teman yang lain ada yang masih
sakit. Keluhan ini bertambah parah saat jumlah pakaian yang dicuci banyak dan menumpuk,
membaik saat pasien cuti pulang kampung.

Gambar 1. Lokasi kelainan dermatologis

Gambar 2. Gambaran Dermatitis Plantar


Mannus Dextra dan Sinistra

13
Bahaya Potensial Gangguan
Resiko
Urutan Kesehatan
Psiko Kecelakaan
Kegiatan Fisik Kimia Biologi Ergonomi yang
sosial Kerja
mungkin
Menyapu Debu - Bakteri Posisi - ISPA -
Jamur bungkuk LBP
Mengepel - Pewangi - Posisi - LBP Terpeleset
lantai bungkuk
Memberesk Debu - - Berdiri - Myalgia, -
an kamar lama dehidrasi
Mencuci Panas Detergen Jamur Posisi - Dermatitis, Terpeleset
Pakaian Pewangi Bakteri bungkuk Myalgia, LBP,
pakaian Tungau Postur Dermatofitosis
janggal

Menyetrika Panas - - Berdiri - Dehidrasi, Terkena


lama Myalgia setrika
(Luka
bakar)

STATUS GENERALIS
Kesadaran Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 º C

14
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Gizi : Baik
Bentuk Badan : atletikus

THT : Dalam Batas Normal


Thoraks : Dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
KGB : Tidak ada pembesaran
Refleks : Fisiologis Baik, Patologis tidak ada

STATUS DERMATOLOGIKUS
 Lokasi : Regio Plantar mannus dextra dan sinistra, interdigiti 2, 3 dan 4
 Distribusi : Bilateral
 Bentuk/Susunan : Bercak eritema lonjong tidak merata
 Batas : tidak tegas
 Ukuran : Lentikular hingga plakat
 Efloresensi : Makula dan papula, vesikel, skuama halus, adanya erosi, ekskoriasi

LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaaan laboratorium

RESUME
Seorang perempuan usia 25 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan kamar asrama datang dengan
keluhan gatal pada bagian telapak tangan dan sela jari sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dirasakan
semakin bertambah akhir akhir ini. Rasa gatal disertai ruam merah dan terkadang ada bintil berisi
cairan kekuningan disertai koreng bekas garukan hanya pada telapak dan sela jari tangan. Pasien
mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini. Kesehariannya pasien banyak berhubungan
dengan baju dan kain serta perabotan kamar. Pada pemeriksaan fisik secara umum dalam batas
normal, status dermatologis kelainan pada region plantar mannus sinistra dan dextra, interdigiti 2,3,4
mannus dextra dan sinistra berupa bercak eritema bilateral berukuran lentikular hingga numular
lonjong dengan batas tidak tegas disertai adanya makula, papula, vesikel dengan gambaran sekunder
ekskoriasi dan erosi. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

15
DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Nn. S, dapat
disimpulkan bahwa :
Diagnosis kerja : scabies

DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatofitosis

PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan khusus :
- Kerokan kulit
- Mengambil tungau dengan jarum
PENGOBATAN :
1. Umum berupa konseling kepada pasien berupa :
a. Menghindari kontak langsung dengan penderita scabies dan memakai pelindung yang
baik saat membersihkan kamar asrama
b. Mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga stamina tubuh
c. Meningkatkan aktifitas fisik dan olahraga secara teratur
2. Khusus :
b. Sistemik :
Antihistamin : Cetrizine 2 x 10 mg tab untuk mengurangi rasa gatal
c. Topikal ada beberapa pilihan :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20%
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%)
3. Gama benzena hexa klorida (gameksan) kadar 1% dalam krim atau losio.
4. Krotamitron 10% dalam krim atau losio

PROGNOSIS
1. Quo ad vitam ad bonam
2. Quo ad functionam ad bonam
3. Quo ad sanationam dubia ad bonam

16
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Dasar Diagnosis Klinis


Seorang perempuan usia 25 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan kamar asrama datang
dengan keluhan gatal pada bagian telapak tangan dan sela jari sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
ini dirasakan semakin parah dan gatal. Rasa gatal disertai ruam merah dan terkadang ada bintil
berisi cairan kekuningan dan koreng pada telapak dan sela jari tangan. Pasien mengaku belum
pernah mengalami hal seperti ini. Pada pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal,
status dermatologis kelainan pada region plantar mannus sinistra dan dextra, interdigiti 2,3,4
mannus dextra dan sinistra berupa bercak eritema bilateral berukuran lentikular hingga numular
lonjong dengan batas tidak tegas disertai adanya makula, papula, vesikel dan skuama halus
dengan gambaran sekunder ekskoriasi dan erosi. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Berdasarkan seluruh data-data ini, pasien dinyatakan bahwa diagnosis klinis pasien adalah
Scabies.

B. Dasar Diagnosis Okupasi


Diagnosis okupasi ditegakkan melalui tujuh langkah diagnosis, yaitu ;
1. Menegakkan diagnosis klinis
Diagnosis klinis pada pasien ini telah ditegakkan yaitu Scabies
Dasar penegakan diagnosis tersebut adalah :
Anamnesis
bekerja sebagai petugas kebersihan kamar asrama datang dengan keluhan gatal pada bagian
telapak tangan dan sela jari sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dirasakan terutama saat
malam hari. Rasa gatal disertai ruam merah dan terkadang ada bintil berisi air hanya pada
telapak dan sela jari tangan. Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan fisik umum dalam batas normal kecuali
pada status lokalis (dermatologis) yaitu region plantar mannus sinistra dan dextra, interdigiti
2,3,4 mannus dextra dan sinistra berupa bercak hiperemis bilateral berukuran lentikular
hingga numular lonjong dengan batas tidak tegas disertai adanya makula, papula, vesikel
dan skuama halus dengan gambaran sekunder ekskoriasi dan erosi.

17
2. Menentukan pajanan yang dialami individu dalam pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petugas kebersihan kamar asrama yang berhubungan dengan barang
barang milik penderita scabies, sehingga pajanan yang dialami didapat selama bekerja.

3. Menentukan ada hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami


Sacoptes scabei bisa ditemukan pada penderita langsung atau barang barang milik penderita
seperti selimut, handuk, bantal, kasur, pakaian.

Karena setiap hari pasien membersihkan kamar asrama maka kontak dengan barang milik
penderita scabies sangatlah mungkin dan tidak dapat dihindari. Maka ada hubungan antara
pajanan dengan keluhan yang dirasakan

4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup


Pasien telah bekerja selama 1 tahun dan baru pada pekerjaan ini pasien merasakan keluhan
ini. Terutama saat kurang lebih sebulan ini ada anak asrama yang menderita sakit scabies
yang menular ke teman teman yang lain.
Berdasarkan tinjauan pustaka bahwa scabies dapat terjadi jika terdapat kontak dengan barang
yang terdapat sarcoptes scabei atau penderita scabies langsung.

5. Menilai peran faktor individu


Faktor individu yang mungkin berperan adalah personal hygiene dimana mungkin pasien
tidak mecuci tangan dan membersihkan diri dengan baik dan benar setelah membersihkan
kamar asrama.

6. Menilai faktor lain diluar pekerjaan


Tidak ada faktor lain diluar pekerjaan yang berperan dalam menimbulkan gejala tersebut.
Pasien tidak mempunyai anggota keluarga yang menderita penyakit ini.

7. Menentukan diagnosis okupasi


Setelah dilakukan langkah-langkah penentuan diagnosis okupasi dapat disimpulkan bahwa
penyakit yang diderita oleh Nn. S merupakan Penyakit Akibat Hubungan Kerja.

18
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit dalam hubungan dengan kerja meliputi
1. Penatalaksanaan diagnosis klinis
Umum berupa konseling kepada pasien berupa :
a. Menghindari kontak langsung dengan penderita scabies dan memakai pelindung yang
baik saat membersihkan kamar asrama
b. Mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga stamina tubuh
c. Meningkatkan aktifitas fisik dan olahraga secara teratur
Khusus :
d. Sistemik :
Antihistamin : cetrizine 2 x 10 mg tab jika diperlukan untuk mengurangi
gatal
e. Topikal ada beberapa pilihan :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20%
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%)
3. Gama benzena hexa klorida (gameksan) kadar 1% dalam krim atau
losio.
4. Krotamitron 10% dalam krim atau losio

19
2. Penatalaksanaan okupasi
No. Jenis Rencana tindakan Target Keterangan
Permasalahan (materi&cara) waktu &
Evaluasi
1. Kontak dengan 2 minggu Meminimalisasi
barang yang a. Menghindari kontak hingga
terdapat langsung dengan menghilangkan
sarcoptes scabei penderita scabies kontak dengan
b. Menggunakan sarung barang yang terdapat
tangan karet saat harus sarcoptes scabei
kontak dengan barang
milik penderita scabies

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diagnosis okupasi ditegakkan melalui tujuh langkah diagnosis yaitu Scabies sebagai penyakit
akibat hubungan kerja. Penyakit disebabkan kontak dengan sprei dan kasur yang terdapat
sarcoptes scabei.

Sehingga dilakukan penatalaksanaan terhadap klinis untuk mengatasi penyakit scabies pada
kedua telapak tangan pasien dan penatalaksanaan okupasi dengan melakukan intervensi dengan
tujuan meminimalisasi hingga menghilangkan faktor risiko yaitu kontak dengan barang barang
yang terdapat sarcoptes scabei
B. Saran
1. Untuk Pemberi Kerja
a. Memberikan edukasi pada pekerja untuk menggunakan pelindung diri saat bekerja.
b. Melakukan pengobatan seluruh penghuni asrama secara bersamaan terutama yang
dicurigai mengalami infeksi sarcoptes scabei
2. Untuk Pekerja
c. Memeriksakan diri sedini mungkin saat timbul keluhan
d. Menjaga hygiene personal seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ssetelah
bekerja.
e. Menghindari kontak langsung dengan penderita scabies atau barang barang milik
penderita.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. DR. Adhi Djuanda, DR Mochtar Hamzas, DR Siri Aisah. Dermatitis, Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta,2005.
2. Prasetyowati subchan, Cindy Tia Mayrona, Aryoko widodo. Pengaruh Sanitasi Lingkungan
Terhadap Prevalensi Terjadinya Penyakit SCABIES Di Pondok Pesantren Matholiul Huda
Al Kautsar Kabupaten Pati. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Semarang, 2018
3. Prof.dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, Sp.ParK, Skabies Etiologi, Patogenesis, Pengobatan,
Pemberantasan, dan Pencegahan. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2016
4. Amajida Fadia Ratnasari, Saleha Sungkar. Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang
Berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur. 2014
5. Muchtarudin Mansyur, Andreas Ari Wibowo, Annie Maria, Arie Munandar, Arif Abdillah,
Aseanne Femelia Ramadora. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penatalaksanaan
Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 2, Pebruari 2007
6. Siti Aisyah Boediardja. Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak. Fakultas Kedokteran Indonesia,
Jakarta 2005
7. David Koh. Textbook of Occupational Medicine Practice 3rd edition. World Scientific.
Singapore. 2011
8. Perdoki. Modul Pelatihan Diagnosis Okupasi Sebagai Penentu Penyakit Akibat Kerja.
Kementerian Kesehatan RI, 2013

22

Anda mungkin juga menyukai