Anda di halaman 1dari 33

PENGUJIAN BAHAN PEMBUATAN BETON

Pengujian Bahan Pembuatan Beton Terdapat 2 Jobsheet Pengujian yang


Terdiri dari: Jobsheet Pengujian Pasir dan Jobsheet Pengujian Kerikil

A. JOBSHEET PENGUJIAN PASIR

Terdiri dari pengujian-pengujian: (1) Kadar air Agregat Halus, (2) Penyerapan Air
dalam kondisi Saturated Surface Dry (SSD), (3) Berat Jenis dalam Kondisi SSD, (4)
Berat volume, (5) Kadar lumpur, (6) Kotoran Organik, dan (7) Gradasi.

1. Uji Kadar Air Agregat Halus

Kadar alami pasir adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam pasir,
dan berat pasir dalam kondisi kering sempurna. Kadar air alami dinyatakan dalam
satuan persen (%).

a. Bahan

- Pasir dalam kondisi alami sebanyak 100 gram.

b. Peralatan.

- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram (Gambar: 3.1a)


- Oven (atau alat pengering lainnya) dengan ketelitian 1oC. (Gambar:
3.1b)
- Cawan tempat wadah pasir. (Gambar: 3.1c)

Peralatan Fungsi
Sebagai alat untuk menimbang
bahan pengujian

a) Timbangan dengan Ketelitian


0,1 gram
Sebagai alat untuk mengeringkan
bahan pengujian

(b) Oven dengan Ketelitian


1oC
Sebagai wadah benda uji

(c) Cawan
Gambar: 3.1 Peralatan Uji Kadar Air Agregat Halus

c. Prosedur kerja.

- Menimbang cawan, misalnya beratnya W1 gram.


- Benda uji (pasir) dimasukkan ke dalam cawan, lalu ditimbang,
misalnya beratnya W2 gram.
- Berat pasir yang diuji (W3) = (W2 - W1) gram.
- Benda uji beserta cawan dimasukkan dalam oven dengan suhu 110 +
50 C selama 24 jam.
- Setelah 24 jam dikeluarkan dan didinginkan, lalu ditimbang, misalkan
beratnya W4 gram.
- Berat benda uji kering oven (W5) = W4 - W1 gram.
- Kadar Air Alami = (W3 - W5)/ W5 x 100%.
- Ulangi pengujian tersebut sebanyak tiga sampai lima kali.
- Cari rerata kadar air alami, Standar Deviasi (SD), dan Koefisien
variansi (CV).
- Catatan: Nilai CV tidak boleh lebih dari 10%, jika lebih berarti ada
ketidak telitian prosedur atau salah pembacaan. Proses harus diulang
dari awal.
Tabel 3-1. Penyajian Data Pengujian Kadar Air Agregat Halus

Penyajian data pengujian kadar air alami pasir


Pengujian Ke
Berat cawan=(W1) gr
Berat cawan +pasir=(w2) gr
Berat benda uji (w3=w2-w1)gr
Berat cawan+pasir setelah di oven 24jam=(w4) gr
berat pasir setelah dioven (w5=w4-w1)gr
kadar air alami dalam pasir =(w3-w5)/(w5)*100%
Rerata (gram)
SD (gram)
CV (%)

Pengujian Ke
Berat cawan=(W1) gr
Berat cawan +pasir=(w2) gr
Berat benda uji (w3=w2-w1)gr
Berat cawan+pasir setelah di oven 24jam=(w4) gr
berat pasir setelah dioven (w5=w4-w1)gr
kadar air alami dalam pasir =(w3-w5)/(w5)*100%
Rerata (gram)
SD (gram)
CV (%)

2. Uji Penyerapan Air SSD

Penyerapan air Saturated Surface Dry (SSD) atau pasir dalam kondisi jenuh
permukaan kering, adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam pasir
pada kondisi SSD, dan berat pasir dalam kondisi kering sempurna. Kadar air SSD
dinyatakan dalam satuan persen (%).

a. Bahan

- Pasir dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram.

* Cara pembuatan pasir dalam kondisi SSD.

Ambil pasir kira-kira 1 kg lalu rendam air selama 24 ja, setelah itu
dikeringkan dengan diangin-anginkan. Cara pengeringan yang paling baik
adalah dengan menaburkan pasir tipis-tipis pada kertas koran, triplek, atau
bahan lain yang menyerap air, untuk mempercepat penguapan air bisa
digunakan kipas angin atau dikipas-kipas. Untuk mengetahui apakah pasir
telah mencapai kondisi SSD dilakukan sebagai berikut:
Tempelkan telapak tangan ke permukaan pasir, untuk itu permukaan tangan
harus benar-benar kering (keringkan tangan dengan kertas tissue). Jika banyak
butiran pasir yang menempel pada tangan, berarti pasir masih terlalu basah,
jika butiran pasir yang menempel hanya sedikit, diperkirakan pasir telah
mencapai kondisi SSD. Untuk mengetahui apakah pasir benar-benar telah
mencapai kondisi SSD dilakukan prosedur sebagai berikut:

- Kerucut tembaga seperti pada Gambar: 3.2 diisi pasir yang diduga
telah mencapai kondisi SSD.
- Pengisian dilakukan dalam tiga lapis, lapis pertama 1/3 bagian, lalu
dipadatkan dengan penumbuk sebanyak delapan kali cocokan. Lapis
ke dua 1/3 bagian pasir berikutnya dan padatkan dengan cara yang
sama; lapis ke tiga 1/3 bagian lagi sampai kerucut penuh.Khusus pada
lapisan ke tiga pemadatan dilakukan dengan sembilan kali tusukan.
Jika kerucut belum terisi penuh, tambahkan pasir sampai peres
pemukaan kekrucut; dalam hal ini penambahan pasir dilakukan tanpa
menekan butiran yang sudah ada dalam kerucut.
- Setelah penuh terisi pasir, kerucut ditarik perlahan-lahan dengan arah
tegak lurus. Lihat hasilnya, ada tiga kemungkinan:

1). Banyak butiran pasir yang masih melekat pada dinding sebelah
dalam kerucut itu. Ini menandakan bahwa pasir masih terlalu
basah, jadi belum mencapai kondisi SSD, oleh karena itu
pengeringan pasir harus dilanjutkan.
2) Sebagian kecil pasir melekat pada dinding bagian dalam kerucut.
Ini menandakan bahwa pasir telah mencapai kondisi SSD.
3) Pasir tak ada yang melekat pada dinding bagian dalam kerucut. Ini
menandakan bahwa pasir terlalu kering dan sudah tidak dalam
kondisi SSD.
Peralatan Fungsi
Sebagai alat untuk menguji pasir
SSD

Alat
pemadat

Kerucut
tembaga

Gambar: 3.2. Kerucut Tembaga

b. Peralatan.

- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


- Oven (atau alaa pengering lainnya) dengan ketelitian 1oC.
- Cawan tempat wadah pasir.

c. Prosedur kerja

- Pasir dalam kondisi SSD


- Menimbang cawan, misalnya beratnya W1 gram.
- Benda uji (pasir) dalam kondisi SSD dimasukkan ke dalam cawan,
lalu ditimbang, misalnya beratnya = W2 gram.
- Berat pasir yang diuji (W3) = (W2 - W1) gram.
- Benda uji beserta cawan dimasukkan dalam oven dengan suhu 110 +
50 C selama 24 jam.
- Setelah 24 jam dikeluarkan dan didinginkan, lalu ditimbang, misalkan
beratnya W4 gram.
- Berat benda uji kering oven (W5) = W4 - W1 gram.
- Kadar Air SSD = (W3 - W5)/ W5 x 100%.
Ulangi pengujian tersebut sebanyak tiga sampai lima kali.
Cari penyerapan air SSD, Standar Deviasi (SD), dan Koefisien
variansi (CV). Nilai CV tidak boleh lebih dari 10%, jika lebih berarti
ada ketidak telitian prosedur atau salah pembacaan. Proses harus
diulang dari awal.
Tabel 3-2. Penyajian Data Pengujian Kadar Air SSD Pasir

3. Uji Berat Jenis Pasir

Uji berat jenis pasir ada dua yaitu: (1) Berat jenis kering dan (2) Berat Jenis Pasir
dalam kondisi SSD.

Berat jenis kering (bulk sepsific gravity) adalah perbandingan antara berat pasir
dalam kondisi kering dan berat air murni yang volumenya sama dengan volume pasir
pada kondisi jenuh; sedangkan berat jenis pasir SSD adalah perbandingan antara berat
pasir dalam kondisi SSD dengan berat air murni yang volumenya sama dengan
volume pasir pada kondisi SSD.

a. Bahan

- Tiap-tiap percontoh membutuhkan 500 gram pasir dalam kondisi SSD


- Air murni, atau air dari saluran PDAM, maupun air sumur yang laik
minum.

b. Peralatan

- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram,


- oven dengan ketelitian 1oC,
- cawan,
- gelas ukuran.
c. Prosedur Kerja

- Contoh pasir dalam kondisi SSD sebanyak W1 gram dimasukkan ke


dalam gelas ukuran lalu diberi air sampai seluruh pasir itu terendam.
- Gelas ukuran yang berisi air dan pasir diguncang-guncang perlahan
agar gelembung udara di dalam pasir keluar, kemudian ditambahkan
air sampai ketinggian tertentu, misalnya tinggi air dalam gelas ukuran
sekarang menjadi X.
- Gelas ukuran yang berisi pasir dan air setinggi X ini ditimbang,
misalnya beratnya = W2 gram.
- Seluruh benda uji (pasir) lalu dikeluarkan dari gelas ukuran sampai tak
ada sisa tertinggal, lalu dioven selama 24 jam pada suhu + 110oC.
- Setelah 24 jam pasir telah kering sempurna, lalu dikeluarkan dari oven
dan ditimbang, misalnya beatnya = W3 gram.
- Gelas ukuran kemudian kembali diisi air setinggi X lalu ditimbang,
misalnya W4 gram.
- Jika Berat Jenis Air telah diketahui yaitu = 1 ton/ m3 atau = 1 gram/
cm3, maka volume pasir dalam kondisi SSD = berat air yang
ditambahkan sehingga menjadi X. Jadi volume benda uji (V) = W4 –
(W2-W1) cm3
- Hasil-hasil penimbangan di atas kemudian ditulis dalam tabel, lakukan
percobaan minimum tiga kali, lalu cari reratanya, SD, dan CV.

Tabel 3-3. Penyajian Data Pengujian Berat Jenis Pasir.


Pengujian Air SSD Pasir
pengujian ke
berat cawan = (w1) gr
berat cawan + pasir = (w2) gr
berat benda uji (w3=w2-w1) gr
berat cawan + pasir setelah di masak (w4) gr
berat pasir setelah di masak (w5=w4-w1) gr
kadar air ssd = (w3-w5)(w5)x100%
rerata %
sd gr
cv %
4. Uji Berat Volume Pasir

Berat volume pasir adalah perbandingan berat pasir yang sudah diketahui dengan
volume pasir yang juga telah diketahui. Berat volume pasir dinyatakan dalam gram/
cm3 atau kg/ m3.

a. Bahan

- Pasir dalam kondisi alami.

b. Peralatan.

- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


- Wadah (lebih praktis lagi jika menggunakan takaran minyak tanah
yang volumenya sudah diketahui, lihat Gambar1.4).

Peralatan. Fungsi
Sebagai wadah pasir untuk
mengetahui volume pasir yang akan
diuji

Gambar: 3.4. Takaran Minyak Tanah

c. Prosedur Kerja

- Wadah dalam keadaan kosong ditimbang (W1) gram


- Pasir dimasukkan ke dalam wadah sampai peres, cara memasukkan
pasir tidak boleh dipadatkan (ditekan).
- Wadah dai isinya ditimbang kembali (W2) gram.
- Volume pasir (V) = volume wadah yang telah diketahui sebelumnya
(V) cm3.
- Berat Pasir (W) = W2 – W1.
- Berat Vulume pasir = (W/ V) gram/ cm3
Ulangi pengujian tersebut sebanyak lima kali.
Cari rerata berat volume pasir, Standar Deviasi (SD), dan Koefisien
variansi (CV). Nilai CV tidak boleh lebih dari 10%, jika lebih berarti
ada ketidak telitian prosedur atau salah pembacaan. Proses harus
diulang dari awal

Tabel 3-4. Penyajian Data Pengujian Berat Volume Pasir

Penyajian data pengujian berat volume pasir


Pengujian Ke 1 2 3 4 5
Berat wadah kosong =(w1)gr
berat wadah +pasir = (w2)gr
berat pasir (w)=(w2)-(w1)gr
volume wadah=(v) cm3
berat volume pasir = (w)/(v) gr/cm3
Rerata (gram/cm3)

CV (%)

5. Uji Kadar lumpur

Uji kadar lumpur dalam pasir adalah pengujian berbandingan beat kandungan lumpur
yang terdapat pada pasir dengan perat pasir secara keseluruhan. Kadar lumpur
dinyatakan dalam satuan persen (%).

Uji kadar lumpur dapat dilakukan dalam dua cara: (1) cara basah dan (2) cara kering.

a. Bahan

- Pasir dalam kondisi alami sebanyak 1 kg

b. Peralatan:
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
- Oven (pengering) dengan ketelitian 1oC.
- Cawan
- Ayakan Mesh No 200 (Gambar: 3.5a)
- Gelas Ukuran (Gambar: 3.5b).
Peralatan. Fungsi
Sebagai wadah megukur volume air yang
dibutuhkan

Gambar: 3.5. Alat Uji Kadar


Lumpur
(a) Gelas Ukuran
Sebagai alat untuk mengklasifikasikan
ukuran butir pasir

(b) Ayakan

c. Prosedur Kerja.

1) Pengujian cara basah.

- Gelas ukuran diisi air setengahnya.


- Gelas ukuran yang terisi air ini kemudian diisi dengan pasir.
Banyaknya pasir yang dimasukkan diatur sedemikian rupa aga air
dalam gelas ukuran tidak sampai tumpah meluber keluar.
- Pasir dalam gelas ukuran dikocok-kocok selama tiga menit, lalu
didiamkan selama 24 jam.
- Setelah dibiarkan 24 jam endapan lumpur pada pasir yang terdapat
dalam gelas ukuran dibaca (V1).
- Baca juga volume pasir yang dimasukkan ke dalam gelas ukuran itu
(V2)
- Kadar lumpur = V1/ V2 x 100%.

2) Pengujian cara kering

- Pasir kira-kira 500 gram dioven selama 24 jam.


- Setelah kering ambil sebanyak100 gram, lalu dimasukkan ke dalam
ayakan No 200, (jika ayakan nomor itu tidak ada, pilih nomor ayakan
yang paling mendekati).
- Pasir dalam ayakan dicuci pada air yang mengalir (air kran) sampai
jernih.
- Cawan untuk wadah pasir ditimbang, misalkan beratnya = W1.
- Pasir yang telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam cawan.
Usahakan agar pasir tak tersisia sedikitpun dalam ayakan.
- Pasir tersebut kemudian dioven pada suhu + 110oC selama 24 jam.
- Setelah dingin pasir dan cawan ditimbang, beratnya = W2
- Berat lumpur (W3) = W2 – W1.
- Kadar lumpur = (100 - W3) / 100 x 100%

Tabel 3-5. Penyajian Data Pengujian Kadar Lumpur dalam Pasir


Penyajian Data Pengujian kadar lumpur dalam pasir
Cara Basah
Volume lumpur (v1)
Volume pasir seluruhnya(v2)
kadar lumpur=V1/V2x100%

Cara Kering
Berat cawan kosong + 500 gr pasir kering(w1)
Berat cawan+pasir set.cuci (w2)
Berat lumpur (w3)=w2-w1 =
Kadar lumpur=(100-w3)/100x100%

6. Uji Kotoran Organik dalam Pasir

Kotoran organik yang terdapat dalam pasir merupakan material ikutan yang dapat
menurunkan mutu beton. Pasir dinyatakan mengandung kotoran organik yang
merugikan beton jika setelah perendaman 24 jam, cairan perendam pada pasir
tersebut menyamai atau lebih tua dari warna pembanding No 5 pada standard warna.

a. Bahan

- Pasir dalam kondisi alami


- Air murni
- NaOH Kristal. (Gambar: 3.6a)
b. Peralatan

- Gelas ukuran
- Wadah dari kaca (bisa juga mengunakan gelas ukuran)
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
- Standard warna (Gambar: 3.6.b)
- Air Murni yang mengandung 3% NaOH

Peralatan Fungsi
Sebagai pereaksi untuk mengetahui kadar
organik yang ada pada pasir

Gambar: 3.6. Alat Uji Kotoran


Organik Pasir
(a) Kristal NaOH

Sebagai acuan warna untuk mengkatagorikan


hasil pengujian

(b) Standard Warna

c. Prosedur Kerja.

- Enam gram NaOH dilarutkan ke dalam 200 ml air murni, larutan ini
merupakan H2O yang menandung 3% NaOH, dan digunakan untuk
merendam pasir.
- Gelas ukuran diisi 130 ml pasir, setelah itu dituangi dengan 120 ml
larutan H2O yang mengandung 3% NaOH.
- Gelas ukuran beserta isinya dikocok selama tiga menit, lalu didiamkan
selama 24 jam.
- Setelah 24 jam, warna cairan perendam pasir dibandingkan dengan
standar warna. Jika warnanya mendekati warna No 1 ataupun 2 berarti
pasir dapat dipakai untuk campuran beton tanpa dicuci terlebih dahulu,
tetapi jika warna cairan sama dengan standar No 3 ataupun 4, berarti
pasir memiliki kandungan organik yang cukup tinggi. Jika digunakan
untuk campuran beton, maka pasir tersebut harus dicuci terlebih
dahulu. Jika warna cairan menyerupai standar No 5, penggunaan pasir
untuk campuran beton perlu dipertimbangkan lagi, sebab dapat
menurunkan mutu beton.

Tabel 3-6. Penyajian Data Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir


Asal Pasir
Pengujian oleh: ......................................................................................
................
(*)
Warna Cairan No 1 No 2 No 3 No 4 No 5
Kesimpulan: (**) (a) Langsung dapat digunakan untuk campuran beton
(b) Dicuci terlebih dahulu sebelum untuk campuran
beton
(c) Penggunaan untuk campuran beton perlu
dipertimbangkan
(*)
Keterangan: = Lingkari nomor yang paling sesuai
(**)
= Coret yang tidak perlu

7. Uji Gradasi Pasir

Uji gradasi pasir adalah suatu kegiatan untuk mengetahui penyebaran atau distribusi
butiran pasir sesuai dengan diameternya.

a. Bahan

- 1 kg pasir kering oven

b. Bahan
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
- Satu set ayakan pasir (Gambar: 3.7.a)
- Mesin penggetar ayakan (Gambar: 3.7.b)
- Kuas ukuran 2”
- Sikat tembaga.
Peralatan Fungsi
Sebagai alat untuk mengklasifikasikan
ukuran butir pasir

a. Ayakan Pasir
Sebagai alat untuk mengklasifikasikan
ukuran butir pasir

b. Penggetar Ayakan Pasir


Gambar: 3.7. Alat Uji Gradasi pasir

c. Prosedur kerja.

- Cara pengambilan contoh pasir maupun kerikil dilakukan dengan


sistim quatering. Pelaksanaannya adalah sebagai berkuti: Pasir/ kerikil
yang telah kering oven ditumpuk secara menlingkar. (Gambar: 3.8.a)
kemudian dibagi menjadi empat sama banyak (Gambar: 3.8.b). Dua
sisi yang berlawanan diambil sedangkan dua sisi belawanan lainnya
dipisahkan, (Gambar: 3.8.c); demikian seterusnya sampai diperoleh
berat contoh pasir/ kerikil sebanyak yang dikehendaki (Gambar:
3.8.d).
a. Pasir/ kerikil diletakkan melingkar b. Pasir/ kerikil dibagi empat sama
banyak

dibuang diambil
dibuang

diambil

c. Dua sisi yang berlawanan diambil, d. Berat contoh pasir/ kerikil yang
dua sisi lainnya dibuang dikehendaki
Gambar: 3.8. Pengambilan Sampel Secara Quartering

- Contoh pasir yang diambil sebanyak satu kg.


- Ayakan pasir yang akan digunakan harus dibersihkan kemudian
masing-masing ayakan ditimbang beratnya, misalkan = W1 gram.
- Ayakan pasir ditumpuk dengan susunan diameter paling besar
letaknya paling atas, lalu berturut-turut ayakan yang diameternya lebih
kecil, dan paling bawah adalah pan.
- Pasir yang akan diuji dimasukkan ke dalam ayakan yang paling atas,
kemudia ditutup lalu digetarkan dengan mesin penggetar selama 10
menit.
- Setelah itu masing-masing ayakan diambil dan ditimbang satu demi
satu, misalnya beratnya = W2 gram.
- Berat jenis yang tertinggal di atas ayakan (W) = (W2 – W1) gram
- Hasilnya kemudian dimasukkan dalam Tebel Data Pengujian Gradasi
Pasir.
- Dari tabel tersebut dapat diketahui data persen (%) kumulatif pasir
yang termbus pada masing-masing ayakan. Data tersebut kemudian
digambar pada grafik zone pasir seperti yang ada pada Gambar: 3.9a
sampai d.
- Dari hasil penggambaran tersebut dapat diketahui pasir masuk dalam
grafik zone yang mana.

Tabel 3-7. Penyajian Data Gradasi Pasir


Asal Pasir .............................................. Diterima tgl: ............................................
No Contoh .............................................. Dikerjakan: ............................................
Pekerjaan .............................................. Diperiksa: ............................................
Gradasi Pasir

nomor ayakan diamerter ayakan (ml)


berat tertahan (gr) %berat tertahan %kumulatif tertahan %kumulatif tembuh ayakan
4 4.8

8 2.4
16 1.2
30 0.6
50 0.3
100 0.15
pan
total

Gambar: 3.9.a. Hasil Uji Gradasi Grafik Pasir Zone 1


Gambar: 3.9.b. Hasil Uji Gradasi Grafik Pasir Zone 2
Gambar: 3.9.c. Hasil Uji Gradasi Grafik Pasir Zone 3

Gambar: 3.9.d. Hasil Uji Gradasi Grafik Pasir Zone 4


B. JOBSHEET PENGUJIAN KERIKIL

Pengujian kerikil meliputi: (1) uji kadar air alami, (2) uji penyerapan air SSD, (3) uji
kadar lumpur, (4) uji berat jenis kerikil, (5) uji berat volume kerikil, uji gradasi kerikil
berdasarkan PBI 1971, dan (7) uji kepipihan

1. Uji Kadar Air Alami Kerikil

Kadar air kerikil adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam kerikil
dengan berat kerikil kering yang dinyatakan dalam satuan persen (%)

a. Peralatan

- Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.


- Oven (pengering) dengan ketelitian 1oC.
- Cawa dari porselin/ baja/ aluminimum.

b. Bahan

Kerikil dengan diameter maksimum yang berbeda membutuhkan berat benda uji yang
berbeda pula; oleh karena itu berat contoh kerikil yang akan diuji disesuaikan dengan
tabel berat benda uji minimum di bawah ini.

Tabel 3- 8. Berat Benda Uji Minimum


Ukuran Butir Berat Contoh
Maksimum Agregat
Mm Inc Minimum (kg)
6,3 ¼ 0,5
9,5 3/8 1,5
12,7 ½ 2,0
19,1 ¾ 3,0
25,1 1 4,0
1
38,1 1 /2 6,0
50,8 2 8,0
1
63,5 2 /2 10,0
76,2 3 13,0
88,9 31/2 16,0
101,6 4 25,0
152,4 6 50,0
c. Prosedur Kerja

- Menimbang wadah (W1) gram


- Benda uji dimasukkan ke dalam wadah lalu ditimbang, beratnya = W 2
gram.
- Berat contoh benda uji = W3 gram
W3 = (W2 – W1) gram
- Benda uji berikut cawannya dikeringkan dalam oven dengan suhu
110 + 5oC, lama pengovenan 24 jam.
- Setelah dioven 24 jam benda uji dikeluarkan lalu ditimbang (W4) gram
- Berat benda uji kering oven = W5 gram.
W5 = (W4 – W1) gram

Tabel 3-9. Penyajian Data Pengujian Kadar Air Alami Kerikil


Kadar Air Alami
pengujian ke 1 2 3 4 5
berat wadah (w1) gram
berat wadah + contoh kerikil (w2) gram
berat contoh (w3) = (w2-w1) gram
berat cawan + kerikil kering (w4) gram
berat kerikil kering w5 = (w4-w1) gram
kadar agregat = (w3-w5) x 100%
rata-rata (%)
sd (%)
cv (%)
Catatan: Nilai CV tidak boleh lebih dari 10%

2. Uji Kadar Lumpur Kerikil

Kadar lumpur dalam kerikil adalah perbandingan antara berat kandungan lumpur
yang terdaat pada suatu kerikil dengan berat kerikil secara keseluruhan. Kadar lumpur
dinyatakan dalam satuan persen (%)

a. Peralatan

- Timbangan maksimum 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.


- Ayakan Mesh No 200 atau yang ukurannya mendekati.
- Oven (pengering) dengan ketelitian 1oC.
- Wadah dari baja/ aluminium.
b. Bahan
- 1 kg kerikil yang telah dalam kondisi kering oven

c. Prosedur Kerja
- Kerikil yang telah kering oven ditimbang seberat W1 gram, lalu
dimasukkan ke dalam ayakan No 200.
- Kerikil dalam ayakan tersebut lalu dicuci pada air yang mengalir (air
dari kran) sampai benar-benar jernih. Cara pencuciannya seperti orang
yang mencuci beras pada air yang mengalir, dan pada saat pencucian
kerikil tak boleh ditekan-tekan dengan tangan.
- Cawan yang akan dipakai sebagai wadah kerikil ditimbang = W 2
gram.
- Kerikil yang telah dicuci bersih dimasukkan ke dalam cawan lalu
dikeringkan menggunakan oven pada suhu + 110oC selama 24 jam.
- Setelah itu kerikil dalam cawan dikeluarkan dari oven lalu ditimbang;
berat kerikil kering oven dan cawan ditimbang = W3 gram.
- Kadar lumpur = (W3-W2) x 100% = .........%
W1

Tabel 3-10. Penyajian Data Pengujian Kadar Lumpur dalam Kerikil


UJI KADAR LUMPUR KERIKIL

Pengujian ke 1 2 3 4 5

Berat Kerikil (W1) gram


Berat Cawan (W2) gram
Berat Cawan + Kerikil oven (W3)
Berat kerikil oven (W4 = W3 - W2)
Kadar Lumpur W = (W1 - W4) / W1 x 100 %

Rata - rata %
SD %
CV %
Catatan: Nilai CV tak boleh lebih dari 10%

3. Uji Berat Jenis Kerikil

Uji berat jenis kerikil ada tiga macam yaitu: (1) Uji berat jenis kering (Bulk Spesific
Grafity), (2) Uji berat jenis kerikil SSD, dan (3) Uji Bert Jenis Semu (Apparent
Spesific Gravity).
Berat jenis kering kerikil, adalah perbandingan antara berat kerikil kering dan berat
air yang volumenya sama dengan volume kerikil dalam kondisi jenuh pada suhu
25oC. Berat jenis kerikil SSD adalah perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi
SSD dengan berat air yang volumenya sama dengan volume kerikil dalam kondisi
SSD pada suhu 25oC. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat kerikil
kering dan berat air murni yang volumenya sama dengan volume kerikil kering pada
suhu 25oC.

Pembuatan kerikil SSD dilakukan sebagai berikut; setelah direndam air selama 24
jam, kerikil dikeringkan satu demi satu menggunakan lap kering, sehingga
permukaan kerikil kondisinya kering tetapi bagian di dalam kerikil masih tetap jenuh
air. Kerikil ini disebut dalam kondisi jenuh air dengan permukaan kering (Saturated
Survace Dry = SSD)

a. Peralatan

- Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.


- Oven dengan ketelitian 1oC.
- Keranjang kawat No 6 (+ Ø 3,40 mm), atau No 8 (+ Ø 2,36 mm)
dengan kapasitas 5 kg (Gambar: 3.10.a)
- Drum tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
kepentingan pemeriksaan kerikil. (Gambar: 3.10.b)

` Fungsi
Sebagai wadah perendam benda uji

a. Keranjang kawat
Sebagai wadah air

b. Drum Tempat Air untuk Uji Kerikil

b. Bahan

- Untuk tiap-tiap sampel masing-masing dibutuhkan 200 gram keriki


dalam kondisi SSD yang tertahan ayakan No 4 (+ Ø 3,40 mm)

c. Prosedur Kerja

- Sampel kerikil dalam kondisi SSD sebanyak W1 gram dimasukkan ke


dalam keranjang kawat.
- Kerikil dalam keranjang kawat dimasukkan dalam drum yang telah
diisi air hingga seluruh sampel kerikil terendam.
- Keranjang kawat yang berisi kerikil itu diguncang-guncang sehingga
seluruh gelembung udara di dalam kerikil keluar.
- Keranjang kawat berisi kerikil yang masih terendam air ini lalu
ditimbang, misalnya berat kerikil dalam air = W2 gram.
- Keranjang kawat beserta isinya lalu diangkat dari air, kerikil
dikeluarkan lalu dioven selama 24 jam.
- Setelah itu kerikil yang telah kering dikeluarkan dari oven dan
ditimbang, misalkan beratnya W3 gram.
- Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam tabel.
Tabel 3-11. Penyajian Data Pengujian Berat Jenis kerikil

Berat Jenis Kerikil


Pengujian ke 1 2 3 4 5
berat kerikil ssd (w1) (gram)
berat dalam air (w2) (gram)
berat kerikil kering (w3) (gram)
berat jenis kering w3/(w1 -w2) (gram/cm3)
berat jenis kering rata2 gram/cm3
sd gram/cm3
cv
berat jenis SSD w1/(w1 -w2) (gram/cm3)
berat jenis SSD rata2 gram/cm3
sd gram/cm3
cv
berat jenis SEMU w3/(w3 -w2) (gram/cm3)
berat jenis semu rata2 gram/cm3
sd gram/cm3
cv
Catatan: Nilai CV tak boleh lebih dari 10%

4. Uji Berat Volume Kerikil

Berat volume kerikil adalah suatu angka perbandingan antara satuan berat kerikil
dalam kondisi alami dengan satu satuan volume kerikil. Berat volume kerikil
dinyatakan dalam satuan berat/ satuan volume (kg/ m3 atau gram/ cm3).

a. Peralatan

- Timbangan dengan ketelitian satu gram.


- Wadah yang telah diketahui volumenya, (bisa menggunakan timba cor
yang sudah diketahui volumenya, misalnya timba cor yang volumenya
lima liter, 15 liter, atau yang 20 liter.

b. Bahan

- Kerikil dalam kondisi alami


c. Prosedur Kerja

- Wadah ditimbang, beratnya W1 kg.


- Kerikil dimasukkan ke dalam wadah sampai peres, cara pemasukan
kerikil sama sekali tidak boleh dipadatkan.
- Wadah yang berisi kerikil ditimbang, beratnya W2 kg
- Volume kerikil = volume wadah yang telah diketahui sebelumnya,
yaitu
V liter (1 liter = 1.000 cm3; 1 m3 = 1000 liter).
- Berat kerikil (W) = W2 – W1 kg
- Berat Volume kerikil = W/ V kg/ m3

Tabel 3-12. Penyajian Data Pengujian Berat Volume Kerikil


Berat volume
pengujian ke 1 2 3 4 5
volume wadah (v) (cm3)
berat wadah (w1) (gr)
berat wadah + kerikil (w2) (gr)
berat kerikil (w) = w2 - w1 (gr)
berat volume kerikil w/v (kg/cm3)
berat volume rata2 kg/cm3
sd kg/cm3
cv %
Catatan: Nilai CV tak boleh lebih dari 10%

5. Uji Gradasi kerikil (Berdasarkan PBI 1971)

Uji gradasi kerikil adalah suatu kegiatan untuk mengetahui penyebaran atau distribusi
butiran kerikil sesuai dengan diameternya; yang dimaksudkan dengan kerikil atau
agregat kasar adalah agregat dengan besar butiran yang lebih dari 5 mm.

a. Peralatan

- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


- Satu set ayakan kerikil
- Mesin penggetar ayakan.
- Kuas ukuran 2”
- Sikat tembaga.
b. Bahan

- Kerikil dalam kondisi kering oven yang banyaknya tergantung dengan


besar diameter maksimum kerikil seperti yang ada pada Tabel 3-8.
Berat sampel diambil sebanyak 25% dari sampel yang
direkomendasikan pada Tabel 3-8.

c. Prosedur Kerja

- Cara pengambilan contoh kerikil dilakukan dengan sistim Quartering.


(Lihat Gambar: 3-8.)
- Ayakan kerikil yang akan digunakan harus dibersihkan kemudian
masing-masing ditimbang beratnya, yaitu W1 gram.
- Ayakan disusun dengan urutan diameter paling besar diletakkan paling
atas, lalu dibawahnya diletakkan diameter yang lebih kecil begitu
seterusnya, dan pada urutan paling bawah dipasang pan.
- Benda uji dimasukkan ke dalam ayakan, lalu digetar dengan mesin
penggetar (lihat Gambar: 3.7.b). selama 10 menit
- Setelah digetar masing-masing ayakan beserta isinya ditimbang,
beratnya W2 gram.
- Berat kerikil yang tertinggal di atas masing-masing ayakan (W)
dihitung.
W = (W2 – W1) gram.
- Hasilnya lalu dimasukkan ke dalam Tabel Data Pengujian Gradasi
Kerikil.
- Setelah diketahui persen tembus kumulatif pada masing-masing
ayakan, hasilnya digambar pada gambar grafik gradasi kerikil
(Gambar: 3.11.a sampai 1.11.c), dengan demikian dapat diketahui
kerikil yang diperiksa masuk dalam grafik pada diameter yang mana,
dan bagaimana sifat kerikil tersebut jika digunakan sebagai bahan
bangunan.
Tabel 3-13. Data Pengujian Gradasi Kerikil
Asal ...................................... Diterima tgl:
Kerikil .... ..................................
No Contoh ...................................... Dikerjakan oleh :
... ..........................
Pekerjaan ...................................... Diperiksa:
... ...................................

Diameter Berat % Berat % % Kumulatif


Ayakan Tertahan Tertahan Kumulatif Tembus
(mm) (gram) Tertahan Ayakan
31,5 ......... ......... ......... .........
16,0 ......... ......... ......... .........
8,0 ......... ......... ......... .........
4,0 ......... ......... ......... .........
2,0 ......... ......... ......... .........
1,0 ......... ......... ......... .........
0,50 ......... ......... ......... .........
0,25 ......... ......... ......... .........
Pan ......... ......... ......... .........

Gambar: 3.11.a. Hasil Uji Gradasi Daerah-daerah Susunan Butir


untuk Agregat dengan Diameter Maksimum 31,5 mm
Gambar: 3.11.b. Hasil Uji Gradasi Daerah-daerah Susunan Butir
untuk Agregat dengan Diameter Maksimum 16,0 mm

Gambar: 3.11.c. Hasil Uji Gradasi Daerah-daerah Susunan Butir


untuk Agregat dengan Diameter Maksimum 8 mm
Keterangan Gambar:
(1) = Kerikil yang masuk dalam zone ini tidak baik, jika digunakan sebagai
campuran beton membutuhkan banyak semen PC dan air.
(2) = Zone ini baik, tetapi jika dibandingkan dengan zone (3), kerikil yang
masuk dalam zone ini membutuhkan semen PC dan air yang lebih banyak.
(3) = Kerikil yang masuk dalam zone ini adalah yang paling baik untuk
campuran beton bertulang.
(4) = Zone ini baik untuk susunan butiran kerikil yang diskontinue.
(5) = Kerikil yang masuk dalam zone ini tidak baik untuk campuran beton
bertulang, bila dipakai pengerjaannya akan sulit.
6. Analisis Bentuk Kerikil (Uji Kepipihan)

Uji kepipihan kerikil adalah analisis bentuk kerikil, yang meliputi pengukuran
panjang (p), lebar (l), dan tebal (t) butiran yang akan digunakan dalam pekerjaan
bangunan sipil. Klasifikasi bentuk kerilik terdapat pada Tabel Klasifikasi Bentuk
Kerikil seperti berikut ini.

Tabel 3-14. Klasifikasi Bentuk Kerikil


Perbandingan Dimensi Klasifikasi
P > 3l Panjang
p> 3t Pipih
p> 3l dan l < 3t Baik

a. Peralatan

- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram


- Jangka sorong (Gambar: 3.12)
- Tiga buah cawan porselen/ baja/ aluminium untuk wadah kerikil.
Peralatan Fungsi

Untuk mengukur dimensi benda uji

Gambar: 3.12. Jangka Sorong


b. Bahan

- Kerikil dalam kondisikering oven sebanyak 500 gram yang cara


pengambilannya dilakukan secara quartering.

c. Prosedur Kerja

- Seluruh sampel kerikil diukur satu demi satu panjang (p), lebar (l), dan
tebalnya (t).
- Data dimensi kerikil dimasukkan pada Tabel 3-15 untuk dilakukan
klasifikasi.
- Setelah didata, butir-butir kerikil dimasukkan dalam wadah sesuai
dengan klasifikasinya; yang masuk dalam kategori pipih dikumpulkan
jadi satu dalam satu wadah, juga yang masuk kategori panjang
maupun yang dikategorikan baik,
- Masing-masing kerikil yang telah diklasifikasi kemudian ditimbang,
misalkan W1 = berat kerikil yang masuk kategori panjang, W2 = berat
kerikil yang masuk kategori pipih, dan W3 = berat kerikil yang masuk
dalam klasifikasi baik.
- Persentase berat kerikil yang masuk kategori panjang (W1) dan
kategori pipih (W2) dihitung menggunakan rumus:

W1 + (W2) / (W1 + W2 + W3) x 100%

- Total persentase agregat panjang dan pipih yang diijinkan maksimum


20%

Tabel 3-15. Penyajian Data Bentuk Kerikil


Asal Kerikil ..........................................................................................................
Pekerjaan ..........................................................................................................
Dikerjakan oleh ..........................................................................................................
Diperiksa oleh ..........................................................................................................
Tgl Pemeriksaan ..........................................................................................................
UJI KEPIPIHAN
klasifikasi bentuk kerikil
no p l t Panjang pipih baik
(p>31 atau 1>3t) (p>3t) (p<31 dan 1<3t)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

berat agregat panjang w1 (gr) =


berat agragat pipih w2 (gr) =
berat agragat baik w3 (gr) =
agragat total w=w1+w2+w3 (gr) =
persen berat agregat panjang dan pipih(w1+w2)/w*100% (%) =
Keterangan:
*) = Beri Tanda “x” pada pilihan yang sesuai

7. Pengujian Resapan Air Pada Kerikil

Kadar air kerikil SSD adalah perbandingan antara berat kerikil yang jenuh air dengan
berat kerikil kering oven; dinyatakan dalam satuan persen (%)

1. Peralatan

- Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.


- Oven (pengering) dengan ketelitian 1oC. (kalau tidak ada bisa
menggunakan kompor LPG.
- Cawan dari porselin/ baja/ aluminimum.
- Lap kain kering.
Peralatan Fungsi
Sebagai alat untuk menimbang
bahan pengujian

a) Timbangan dengan Ketelitian


0,1 gram
Sebagai alat untuk mengeringkan
bahan pengujian

(b) Oven dengan Ketelitian


1oC
Sebagai wadah benda uji

(c) Cawan

2. Bahan

Kerikil dalam kondisi SSD, permukaannya dikeringkan dengan lap satu demi satu.
Berat kerikil yang diuji sesuai dengan standar peraturan pada Tabel 2-1.

3. Prosedur Kerja
- Menimbang Cawan kosong (W1) gram
- Benda uji (kerikil SSD yang telah dikeringkan dengan lap)
dimasukkan ke dalam wadah lalu ditimbang, beratnya = W2 gram.
Berat contoh benda uji (W3) = (W2 – W1) gram
- Benda uji berikut cawannya dikeringkan dalam oven dengan suhu
110 + 5oC, lama pengovenan 24 jam. (jika taidak memungkinkan bisa
dikeringkan menggunakan kompor LPG yang ada di laboratorium
sampai benar-benar kering.
- Setelah dioven 24 jam benda uji dikeluarkan lalu ditimbang (W4) gram
- Berat kerikil kering oven (W5) = (W4 – W1) gram.
Tabel 2-3. Penyajian Data Pengujian Kadar Air SSD Kerikil
Asal ..............................................................................................................
kerikil
Dikerjaka .....................................................................................................................
n oleh ......
Pengujian ke: 1 2 3 4 5
Berat cawan kosong (W1) gram
Berat cawan + contoh kerikil SSD (W2) gram

Berat Contoh Kerikil SSD (W3)= (W2 – W1)


gram
Berat Cawan + Kerikil Kering Oven (W4) gram
Berat Kerikil kering Oven (W5) = (W4 – W1)
gram
Kadar Air dalam Agregat = (W3 – W5) x 100%
W5
Rata-rata = .................. %
SD = ................... %
CV = .................. %

Anda mungkin juga menyukai