Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MATA KULIAH

HIDROLOGI
Dosen Pembina : Anie Yulistyorini, S.T., M.sc

Judul
Penyebab Banjir di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang

Oleh:
I Putu Washa Andika (170521626096)
Kyky Sunaryo (160521610449)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah selalu kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi


yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat, Ni’mat, Hidayah, Serta Inayah-Nya
karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Penelitian yang
berjudul “Penyebab Banjir di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun, Kota
Malang”.
Shalawat serta salam tetap dan selalu kami hadiahkan kepada sang
Revolusioner dunia sekaligus sebagai Khotamul Ambiya’ yang telah membawa
nilai-nilai Keindahan (Estetika) yang di utus Allah SWT ke dunia tidak lain untuk
menyempurnakan Akhlak, sehingga menjadikan agama Islam sebagai agama yang
Rahmatan Lil Alamin (Rahmat bagi semua alam).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
banyak membantu kami dalam proses pembuatan dan penyusunan karya tulis
ilmiah, khususnya kepada Dosen Pembimbing yang senantiasa dengan sabar dan
ikhlas membimbing kami.
Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun (konstruktif) dari semua pembaca, karena kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini tentulah masih terdapat banyak sekali
kekurangan–kekurangan. Akhir kata, semoga karya ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin ya Robbal Alamin

Malang, 29 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................... v
ABSTRAK ..........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Observasi ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
2.1 Kelurahan Bandulan Kota Malang ...................................................................... 3
2.2 Banjir................................................................................................................... 4
2.3 Penyebab Banjir .................................................................................................. 4
2.4 Analisis Hidrologi ............................................................................................... 7
2.5 Perhitungan Hujan Rerata DAS .......................................................................... 8
2.6 Perhitungan Debit Banjir Rancangan ................................................................ 11
2.7 Model Pendekatan atau Pemodelan Banjir ....................................................... 12
2.8 Drainase ............................................................................................................ 14
2.9 Jenis Drainase ................................................................................................... 15
BAB III METODOLOGI .................................................................................................. 18
3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan ............................................................. 18
3.2 Tempat dan Waktu .................................................................................................. 18
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 18
BAB IV HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ................................................... 20
1. Penyebab Banjir di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang. ......... 20
2. Dampak terjadinya banjir di kelurahan Bandulan Kec. Sukun Kota Malang. ...... 25
BAB V SOLUSI YANG DITAWARKAN DAN PERENCANAAN .............................. 29
1. Solusi..................................................................................................................... 29
2. Perencanaan .......................................................................................................... 30

ii
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 33
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 33
6.2 Saran ................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kelurahan Bandulan.................................................................... 3


Gambar 2.1. Pembuatan Poligon............................................................................ 9
Gambar 2.3. Diagram Alir Pemodelan Hidrolika dengan HEC-RAS....................14
Gambar 2.4. Drainase Alamiah Pada Saluran Air..................................................16
Gambar 2.5. Drainase Buatan................................................................................16
Gambar 4.1. Grafik Curah Hujan Harian Maksimum............................................21
Gambar 4.2. Akibat Curah Hujan yang Tinggi......................................................23
Gambar 4.3. Drainase yang Tidak Memadai.........................................................24
Gambar 4.4. Drainase yang Terkikis oleh Air Hujan............................................25
Gambar 4.5. Selokan di Depan Rumah yang Dipenuhi Sampah...........................26
Gambar 4.6. Jalan Raya Bandulan Saat Terjadi Banjir..........................................28
Gambar 5.1. Drainase Rancangan..........................................................................32
Gambar 5.2. Drainase Rancangan..........................................................................33

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Hasil Log Pearson III................................................................21

Tabel 4.2. Perhitungan Intensitas Hujan..............................................................22

v
PENYEBAB BANJIR DI KELURAHAN BANDULAN KECAMATAN
SUKUN KOTA MALANG

Kyky Sunaryo1, I Putu Washa Andika2


1Universitas Negeri Malang
ryokysun@gmail.com
2Universitas Negeri Malang
washaandika@ichould.com

ABSTRAK

Bertambah pesatnya intensitas hujan di kota malang menyebabkan banjir yang


membawa banyak kerugian dari berbagai aspek. Berbagai cara telah dilakukan
untuk penangulangan banjir tersebut, akan tetapi penangulangan tersebut kurang
relevan dalam menangani banjir di beberapa daerah kota malang. Daerah study
Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun, Kota Malang sangat antusias dalam
menangani permasalahan banjir yang melanda daerah tersebut dan banyak cara
juga yang telah dilakukan untuk mencegah banjir di daerah tersebut, tapi masih
belum bisa menangani banjir sepenuhnya.

Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif-kuanitatif
melalui sumber data primer (observasi) dan sekunder (studi literatur dan intuitif
subjektif).

Terdapat berbagai permasalah yang mengakibatkan banjir, yaitu Adanya


bangunan-bangunan yang melanggar aturan di wilayah tersebut, terutama adanya
pabrik yang tidak ramah lingkungan dan kerusakan pada drainase yang
diakibatkan oleh tekanan yang diberikan kendara mengakibatkan kerusakan pada
tepi drainase sehingga mengakibatkan mengecilnya volume tampung pada
drainase, sehingga air keluar bebas dari drainase. Untuk mengatasi banjir di
Kelurahan Bandulan maka diperlukan analisa hidrologi untuk perencanaan
drainase maupun jembatan yang melintas sungai atau saluran.

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Indonesia merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang berbeda-
beda intensitasnya karena wilayahnya berada pada ketinggian tertentu. Hal
tersebut dapat mengakibatkan bencana alam seperti banjir. Banjir merupakan
salah satu jenis bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Hampir
setiap tahun beberapa wilayah di Indonesia selalu mengalami banjir.
Termasuk salah satu diantaranya wilayah Kelurahan Bandulan Kota Malang
yang sering dilanda banjir dengan intensitas yang berbeda-beda.
Pada tanggal 5 Januari 2017 terjadi luapan air sungai yang menggenangi
jembatan Bandulan yang disertai dengan material batu yang ikut terseret ke
badan jalan sehingga menyebabkan kendaraan memperlambat laju
kendaraannya, (MalangToday.Net). Hal tersebut terjadi akibat ulah
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan pendangkalan sungai
yang terjadi setiap tahunnya. Sehingga pada saat curah hujan yang tinggi
sungai tidak dapat menampung debit air.
Selain itu, Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan drainase tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya pada saat banjir karena adanya bangunan
tanpa izin seperti drainase yang ditutupi oleh cor. Oleh karena itu, air tidak
dapat masuk ke dalam drainase dan mengalir ke jalan raya. Drainase
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Solusi yang dapat dilakukan berupa pembuatan drainase yang sesuai
dengan kebutuhan debit curah hujan di Kelurahan Bandulan Kecamatan
Sukun, Kota Malang dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga kebersihan sungai dan drainase dari sampah. Selain itu pengankat
desa setempat harus bekerjasama dengan pihak pemerintah untuk melakukan
tata ulang kota dan penertiban bangunan tanpa izin.

1
1.2. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui penyebab banjir di Kelurahan Bandulan Kec. Sukun
Kota Malang.
2. Untuk mengetahui dampak banjir di kelurahan Bandulan Kec. Sukun
Kota Malang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelurahan Bandulan Kota Malang

Gambar 2.1 Peta Kelurahan Bandulan


Kelurahan Bandulan merupakan kelurahan yang terletak di wilayah
Kecamatan Sukun, Kota Malan. Kelurahan ini terdiri dari tujuh RW
(Rukun Warga) dan 58 RT (Rukun Tetangga). Terdapat 15.228 jiwa dan
luas 220,617 ha atau 2,20617 Km2
Secara administratif, Kelurahan Bandulan dikelilingi oleh kelurahan
lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Bandulan
berbatasan langsung dengan Kelurahan Pisangcandi, Kecamatan Sukun.
Sedangkan di sebelah timur, kelurahan ini berbatasan langsung dengan
Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun. Di sebelah selatan, Kelurahan
Bandulan berbatasan dengan Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun.
Lalu, di sebelah barat, Kelurahan ini berbatasan dengan Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang.
Kantor Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun beralamatkan di Jalan
Raya Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Di Kelurahan Bandulan,
Kecamatan Sukun terdapat banyak fasilitas seperti gedung sekolah, tempat
wisata, kuliner, industri, dan fasilitas umum lainnya.

3
2.2 Banjir
Banjir adalah setiap aliran dengan muka air yang relatif tinggi yang
melampaui tebing sungai sehingga aliran air tersebut menyebar ke dataran
sungai dan menimbulkan masalah pada manusia (Chow, 1989). Suatu
genangan air tidak dikatakan banjir apabila tidak menimbulkan masalah
bagi manusia yang tinggal di daerah genangan tersebut. Artinya, banjir
terjadi apabila kapasitas air sungai telah terlampaui dan air telah menyebar
ke dataran banjir, bahkan lebih jauh yang mengakibatkan terjadinya
genangan.
Definisi lain dari istilah Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika
aliran air yang berlebihan merendam daratan. Diakibatkan karena keadaan
alur sungai yang belum stabil atau kapasitas nya lebih kecil dari volume
air yang melimpas, bahkan ada beberapa alur yang dipersempit,
pendangkalan dasar sungai dan kelongsoran tebing sungai, hal ini
mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai untuk menampung air
sehinga terjadilah banjir.
2.3 Penyebab Banjir
Banjir sungai merupakan peningkatan debit air yang terjadi di
badan sungai. Jika debit air sungai semakin meningkat dan badan sungai
tidak mampu lagi menampung debit air, maka air sungai itu akan
melimpah keluar badan sungai (Kironoto, 2008), Menurut Kodoatie dan
Sugiyanto (2002), Faktor penyebab terjadinya banjir dapat dikelompokkan
dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alamiah
dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Banjir yang
disebabkan oleh sebab-sebab alamiah diantaranya curah hujan, pengaruh
fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang
tidak memadai dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir yang
disebabkan oleh tindakan manusia adalah perubahan kondisi DAS,
kawasan kumuh, sampah, kerusakan bangunan pengendali banjir dan
perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun
secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2
kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir

4
yang diakibatkan oleh tindakan manusia. (Robert J. Kodoatie, Sugiyanto,
“Banjir”)
a. Yang termasuk sebab-sebab alami penyebab banjir di antaranya
adalah:
1) Pengaruh Air Pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu
banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi
genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik
(backwater).
2) Curah hujan
Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun dengan
intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada daerah yang luas.
3) Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan
kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai,
geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll,
merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
4) Erosi dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan
kapasitas penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi
problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi
akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan
banjir di sungai.
5) Menurunnya Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan
oleh pengendapan yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul
sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai yang
dikarenakan tidak adanya vegetasi penutup dan penggunaan lahan
yang tidak tepat.
6) Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai

5
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah
genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering
menjadi langganan banjir di musim hujan.
b. Yang termasuk sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia
adalah:
1) Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah
resapan Kemampuan DAS, khususnya di bagian hulu untuk
meresapkan air / menahan air hujan semakin berkurang
oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha
pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan
tata guna lahan lainnya. Hal tersebut dapat memperburuk
masalah banjir karena dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas banjir.
2) Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian sungai
merupakan penghambat aliran. Luas penampang aliran sungai
akan berkurang akibat pemanfaatan bantaran untuk pemukiman
kumuh warga. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor
penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
3) Sampah
Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah langsung
ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan dapat
mengakibatkan naiknya muka air banjir.
4) Bendung dan bangunan lain
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat
meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik
(backwater).
5) Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali
banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya menjadi
tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
6) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat

6
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi
kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat
menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai
contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada
tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana
dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan
kecepatan aliran air menjadi sangat besar yang melalui bobolnya
tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

2.4 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperkirakan
besarnya debit banjir dengan kala ulang tertentu pada daerah yang
diobservasi. Debit semacam ini dikenal dengan sebutan debit banjir
rancangan yang dihitung dengan mengolah data debit harian, tetapi karena
data debit harian suatu sungai sulit didapat maka perhitungan debit
rancangan dilakukan dengan mentransfer hujan rancangan menjadi debit
rancangan. Langkah perhitungan debit rancangan dengan mentransfer
hujan rancangan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan perhitungan hujan rerata DAS
b. Melakukan perhitungan curah hujan rancangan
c. Melakukan perhitungan debit rancangan
Untuk keperluan perencanaan bangunan air, biasanya perhitungan
debit rancangan dilakukan untuk mengetahui debit puncak banjir guna
mengukur dimensi bangunan air. Tetapi untuk keperluan pengendalian
banjir, perhitungan debit rancangan dilakukan untuk mengetahui perilaku
debit berdasarkan waktu. Pada akhirnya analisis hidrologi akan diikuti
dengan analisis hidrolika untuk membandingkan besaran debit dengan
kapasitas alir sungai. Dalam perhitungan debit banjir rencana ada beberapa
metode/teori pendekatan diantaranya adalah metode weduwen, metode
Rasional dan metode Nakayasu, dalam penelitian ini menggunakan salah
satu metode (Nakayasu) tanpa harus membandingkan dengan hasil
perhitungan dengan menggunakan metode yang lain. Hal karena dalam
melakukan analisis hidrolika, besaran debit banjir rencana akan digunakan

7
sebagai data input untuk mengetahui hasil pemodelan dengan mode
running steady flow dan unsteady flow.
2.5 Perhitungan Hujan Rerata DAS
Perhitungan hujan rerata DAS yang digunakan yaitu Metode Poligon.
Dalam menghitung curah hujan rerata dengan metode Thiessen, stasiun-
stasiun hujan yang ada di dalam DAS dihubungkan satu sama lain
sehingga membentuk poligon. Dari poligon-poligon tersebut akan
terbentuk daerah-daerah hujan yang diwakili oleh satu stasiun. Prosedur
perhitungan curah hujan rata-rata DAS dengan metode poligon Thiessen
adalah sebagai berikut:
a. Hubungkan setiap stasiun hujan dengan garis lurus sehingga
membentuk poligon-poligon segitiga seperti pada gambar 2.1.
b. Tarik garis tegak lurus pada/dan di tengah-tengah poligon-poligon
segitiga seperti pada gambar 2.2.
c. Hitung luas masing-masing daerah hujan seperti pada gambar 2.3.
d. Hitung hujan rata-rata DAS dengan rumus:
𝑅1. 𝐴1+. . +𝑅𝑛. 𝐴𝑛
𝑹= … … … … … … … … … (𝟏)
𝐴𝑛
Dimana :
R : hujan rata-rata DAS pada suatu hari (mm).
R1,Rn : hujan yang tercatat di stasiun 1 sampai stasiun n pada hari
yang sama (mm).
A1,An : Luas daerah hujan 1 sampai n (km2).
Nq : jumlah stasiun hujan.
A : Luas total DAS (km2).

Untuk lebih memperjelas keterangan, berikut ini adalah contoh


prosedur pembuatan poligon 3 stasiun dan perhitungan hujan harian
rata-rata di suatu DAS dengan metode Thiessen.

8
Gambar 2.2. Pembuatan Poligon
a. Proses Pembuatan Poligon Thiessen Tahap I
b. Proses Pembuatan Poligon Thiessen Tahap II
c. Proses Pembuatan Poligon Thiessen Tahap III

2.4.1 Perhitungan Curah Hujan Wilayah

Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan.


Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir
(Sosrodarsono & Takeda, 1977). Metode yang digunakan dalam
perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada
tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode poligon
Thiessen dan metode Isohyet (Loebis, 1987).

2.4.2 Metode rata-rata aritmatik (Aljabar)


Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa
stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi
jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang
berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih
berdekatan juga bisa diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan
hasil yang baik apabila :
 Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
 Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

Rumus ……………………………….. (2)

Dengan :

P = Curah hujan daerah (mm)

n = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan

P1, P2,…, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

2.4.3 Metode Thiessen

9
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang
digunakan untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan. Hitungan curah
hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari
tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk
menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk
suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan
stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus
dibuat lagi poligon yang baru.(Triatmodjo, 2008).

…………………………………………….. (3)
Dengan :
P = Rata-rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = luas pengaruh masing masing stasiun(km2)
3. Metode Isohiyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai
rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan cara
paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah,
pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata, metode
Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).

………………..………… (4)

dengan :
10
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)

P1,2,3,…n = Curah hujan masing masing isohiet(mm)

A1,2,3…n = Luas wilayah antara 2 isohiet (km2)

2.6 Perhitungan Debit Banjir Rancangan


Sebelum menghitung debit banjir rancangan maka diperlukan menghitung
hujan rancangan terlebih dahulu. Untuk keperluan pengalihragaman data
hujan ke besaran debit banjir (hidrograf banjir) dengan metode hidrograf
satuan, diperlukan data hujan jam-jaman. Distribusi hujan jam-jaman
dapat diperoleh dengan menggunakan metode mononobe. Persamaan
Metode Mononobe sebagai berikut:

……………………..…………………………………….(5)
Dimana:
R24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T : Durasi hujan (jam)
Selanjutnya perhitungan debit rancangan dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu sebagai berikut:
a) Metode Rational
Bentuk persamaan dasar analisis debit banjir rencana (design flood)
Metode Rational adalah sebagai berikut :

(6)

(7)

(8)

(9)

Dimana :
Q : debit banjir rencana periode ulang T (tahun)
t : waktu konsetrasi (jam)
R : curah hujan harian maksimum (mm)
R : intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/hari)

11
V : kecepatan perambatan banjir (mm/hari)
: koefesien limpasan air hujan
L : Panjang sungai (km)
H : beda tinggi antara titik terjauh dan mulut catchment (km)

b) Metode Der Weduwen


Rumus banjir Der Weduwen didasarkan pada rumus berikut :
(10)

(11)

/dt

(12)

(13)

(14)

Dimana :
Qn : debit banjir (m3/dt)
Rn : curah hujan maksimum harian (mm/hari) dengan periode
ulang n tahun
: koefisien limpasan air hujan
: koefisien pengurangan luas untuk curah hujan di daerah
aliran sungai
qn : luasan curah hujan m3/dt,km2 dengan periode ulangan
tahun

A : luas daerah aliran, km2 sampai 100 km2

T : lamanya hujan, jam

L : panjang sungai, km

I : kemiringan sungai atau medan,

2.7 Model Pendekatan atau Pemodelan Banjir

12
Untuk dapat menganalisis masalah banjir diperlukan alat bantu untuk
mengenali dampak akibat banjir dan mencari upaya penanggulanggannya
(Benavides, 2001). Salah satu alat bantu yang saat ini digunakan untuk
menganalisis banjir dilakukan dengan pemodelan hidrolika sungai adalah
HEC-RAS.
HEC – RAS (River Analysis System) merupakan model hidrolika
aliran satu dimensi. Program ini adalah sebuah program yang di dalamnya
terintegrasi analisa hidrolika, dimana pengguna program dapat berinteraksi
dengan sistem menggunakan fungsi Graphic User Interface (GUI).
Program ini dapat menunjukkan perhitungan profil permukaan aliran
mantap (steady), termasuk juga aliran tidak mantap (unsteady), pergerakan
sedimen dan beberapa hitungan desain hidrolika. Dalam terminologi HEC-
RAS, sebuah pengaturan file data akan dihubungkan dengan sistem
sungai. Data file dapat dikategorikan sebagai data plan data, geometric
data, steadyflow data, unsteadyflow data, sediment data dan hydraulic
design data (Institut Pertanian Bogor, 2011).
Selain menunjukkan profil permukaan aliran, program HEC-RAS
juga dapat digunakan untuk melakukan simulasi untuk model steady
maupun unsteady flow, menganalisis besarnya tampungan untuk
kebutuhan pengaturan air, serta desain infrastruktur bangunan air. HEC-
RAS pada intinya terdiri dari 3 (tiga) komponen analisa hidraulik 1 (satu)
dimensi (one dimensional computation) yaitu :
a. Simulasi aliran mantap satu dimensi (one dimensional steady flow).
b. Simulasi aliran tidak mantap satu dimensi (one dimensional unsteady
flow)
c. Perhitungan pengangkutan pergerakan sedimen.
Diagram alir dibawah ini menunjukkan tentang cara kerja sederhana
pemodelan dengan menggunakan HEC-RAS.

13
Gambar 2.3. Diagram Alir Pemodelan Hidrolika dengan HEC-RAS

2.8 Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Menurut Suripin (2004:7) dalam bukunya yang berjudul Sistem Drainase
Perkotaan yang Berkelanjutan, drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air
permukaan tapi juga air tanah.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang
lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang

14
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan
bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
a. Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi
bencana banjir.
2.9 Jenis Drainase
Drainase memiliki banyak jenis dan jenis drainase tersebut dilihat dari
berbagai aspek. Adapun jenis-jenis saluran5 drainase dapat dibedakan
sebagai berikut (Hasmar, 2012:3) :
1. Menurut sejarah terbentuknya
Drainase menurut sejarahnya terbentuk dalam berbagai cara, berikut
ini cara terbentuknya drainase :
a. Drainase alamiah (natural drainage)
Yakni drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan- bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu / beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang
lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti
sungai.

15
Gambar 2.4. Drainase Alamiah Pada Saluran Air

b. Drainase buatan (artificial drainage)


Drainase ini dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan
pasangan batu / beton, gorong- gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

Gambar 2.5. Drainase Buatan


2. Menurut letak saluran
Saluran drainase menurut letak bangunannya terbagi dalam beberapa
bentuk, berikut ini bentuk drainase menurut letak bangunannya :
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Yakni saluran yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan
analisa open chanel flow.
b. Drainase bawah permukaan tanah (sub surface drainage)
Saluran ini bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui
media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa) karena alasan-alasan
tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di

16
permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang,
taman dan lain-lain.
3. Menurut fungsi drainase
Drainase berfungsi mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah, berikut ini jenis drainase menurut fungsinya :
a. Single purpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lain.
b. Multi purpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian, misalnya
mengalirkan air buangan rumah tangga dan air hujan secara
bersamaan.
4. Menurut konstruksi
a. Saluran terbuka
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya terbuka dan
berhubungan dengan udara luar. Saluran ini lebih sesuai untuk
drainase hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan
yang cukup, ataupaun drainase non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
b. Saluran tertutup
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya tertutup dan saluran
ini tidak berhubungan dengan udara luar. Saluran ini sering
digunakan untuk aliran air kotor atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota.

17
BAB III
METODOLOGI

3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan


Penulis menggunakan metode penulisan deskriptif kuantitatif. Kasiram
(2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
mendefinisikan Penelitian Kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Metode deskriptif merupakan
suatu metode yang dapat meneliti suatu objek pada masa sekarang dan dapat
dikembangkan suatu gagasan di masa mendatang. Tujuan penulisan
menggunakan metode ini untuk membuat tulisan yang sistematis dan faktual
terhadap objek yang diteliti atau diamati.

3.2 Tempat dan Waktu


Penulis melakukan studinya di Keluaran Bandulan Kecamatan Sukun
Kota Malang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data primer yaitu sumber
data yang diperoleh secara langsung , dan data sekunder yaitu sumber data
penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Metode
pengumpulan data yang digunakan di dalam penulisan ini adalah dengan metode:

1.1 Metode Observasi

Observasi merupakan serangkaian kegiatan mengamati dan mengambil


data secara langsung dari tempat yang diamati secara sistematis. Dalam hal
ini penulis melakukan observasi di Eko-Wisata Boon Pring dan Kampung
Budaya Polowijen.

2.1 Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur


yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun
elektronik.

3.1 Intuitif Subjektif

18
Intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah
yang sedang dibahas.

19
BAB IV
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

1. Penyebab Banjir di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota


Malang.
1.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan
Dalam penelitian ini, data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan
stasiun Ciliwung dan sukun Kota Malang yang diperoleh dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika selama 10 tahun terakhir.

Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan Harian Maksimum

1.2 Analisa Curah Hujan Rencana


Parameter Statistik Curah Hujan adalah sebagai berikut :
Standart deviasi (Sx)
Koefisien Kemencengan
Log XT = Log X + KT S Log X
Tabel 4.1 Tabel Hasil Normal

1.3 Analisis Intensitas Hujan


Tabel 4.2. Perhitungan Intensitas Hujan

20
Intensitas hujan yaitu 22,61 mm/jam

1.4 Analisa Debit Banjir Rencana


Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran
drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan
dan jalan raya, sebagai debit rencana ditetapkan debit banjir maksimum
periode ulang 50 tahun.
Qp = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,502 x 22,61 x 2,20617
= 6,96 m3/det

Banjir adalah setiap aliran dengan muka air yang relatif tinggi yang
melampaui tebing sungai sehingga aliran air tersebut menyebar ke dataran
sungai dan menimbulkan masalah pada manusia (Chow, 1989). Banjir dapat
terjadi karena 2 (dua) faktor yaitu, faktor manusia dan faktor alam. Banjir
yang terjadi di Kelurahan Bandulan karena dua faktor tersebut. Curah bujan
yang tinggi dan dalam waktu yang lama menjadi faktor utama terjadinya
banjir, biasanya terjadi saat memasuki puncak musim hujan. Akibat hujan
lebat, sungai menjadi meluap selain itu minimnya daerah resapan air
membuat air akan semakin tidak tertampung dan terjadi banjir. Faktor lainnya
yaitu masyarakat masih memiliki kebiasaan buruk yang sulit hilang yaitu
membuang sampah ke sungai maupun selokan sehingga saat hujan deras
drainase tidak dapat menampung dan air akan meluap ke jalan raya maupun
pemukiman.

Seperti yang terjadi pada 5 Januari 2017, meluapnya air sungai


diperkirakan adanya hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut selama
kurang lebih setengah jam menyebabkan sungai tidak dapat menampung air

21
yang mengalir sehingga meluap ke badan jalan (Malangtoday.net). Bahkan,
jalan raya Bandulan sudah banyak yang berlubang dan rusak akibat akibat
seringnya diterjang banjir. Sistem drainase yang buruk diduga menjadi salah
satu penyebab utama.

Gambar 4.2 Akibat Curah Hujan yang Tinggi

Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam


(topografi, curah hujan), kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia yang
berdampak pada perubahan tata ruang atau tata guna lahan di suatu daerah.
Banjir di sebagian wilayah Indonesia, yang biasanya terjadi pada bulan
Januari dan Februari diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi,
misalnya intensitas curah hujan Malang 500 mm (BMKG, 2014). Terjadinya
banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau pembangunan yang
kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan. Bnayak
pemanfaatan ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan
melebihi kapasitas daya dukungnya.

Beberapa penyebabnya antara lain oleh bangunan-bangunan yang


melanggar aturan wilayah bandulan terutama adanya pabrik yang tidak ramah
lingkungan. Menurut Soni sebagai kepala dinas PUPR kota malang ini

22
mengatakan, ternyata banyak penutupan drainase dengan cord dan beton
sehingga air tidak bisa masuk ke drainase yang menyebabkan air tidak
mengalir pada tempatnya sehingga air mengalir bebas di jalan raya dan
menyebabkan banjir. Sedangkan Menurut Purwanto yaitu salah satu satpam
di daerah bandulan, selain air kiriman dari atas yang sangat besar, banyak
kendara pabrik yang melebihi kapasitas lalu-lalang m,elewati jalan kearah
pabrik ke kabupaten menyebabkan kerusakan pada drainase yang
mengakibatkan mengecilnya daya tampung air sehingga air keluar dari
drainase.

Gambar 4.3 Drainase yang Tidak Memadai

23
Gambar 4.4 Drainase yang Terkikis oleh Air Hujan

Menurut Kodoatie dan Sjarief (2006), perubahan tata guna lahan


merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya,
dimana perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada
aliran permukaan (run-off). Hujan yang jatuh ke tanah, airnya akan menjadi
aliran permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah
tergantung kondisi tanahnya. Suatu kawasan hutan bila diubah menjadi
pemukiman maka yang terjadi adalah bahwa hutan yang bisa menahan run-off
cukup besar diganti menjadi pemukiman dengan resistensi run-off yang kecil.
Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan tanah yang menuju sungai dan
hal ini berakibat adanya peningkatan debit sungai yang besar sehingga
terjadilah banjir.

Banjir yang terjadi di Kelurahan Bandulan juga disebabkan oleh saluran


Drainase yang kurang memadai. Saluran drainase dikatakan bermasalah
ketika tidak mampu menampung debit ketika banjir. Banyak faktor yang
menyebabkan konstruksi drainase tidak memenuhi kriteria aman.
Pendangkalan pada drainase dapat disebabkan oleh ulah manusia yang
membuang sampah sembarangan dan kurang peduli terhadap drainase saat
banyak tanaman liar yang tumbuh disekitarnya. Pertumbuhan kota dan
perkembangan industri di Kelurahan Bandulan menimbulkan dampak yang

24
cukup besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap
sistem drainase.

Gambar 4.5 Selokan di Depan Rumah yang Dipenuhi Sampah

Banyak perkembangan beberapa kawasan hunian yang disinyalir


sebagai penyebab banjir dan genangan dilingkungan sekitarnya. Kota Malang
memiliki banyak Universitas dan Sekolah untuk melanjutkan pendidikan
setelah tamat SMA maupun SMK, sehingga yang tinggal tidak hanya warga
asli melainkan mahasiswa yang datang dari seluruh Indonesia. Perkembangan
urbanisasi yang pesat setiap tahunnya, menyebabkan perubahan tata guna
lahan. Oleh karena itu setiap perkembangan kota atau wilayah harus diikuti
dengan perbaikan sistem drainase, tidak cukup hanya pada lokasi yang
dikembangkan melainkan harus meliputi daerah sekitarnya juga.

2. Dampak terjadinya banjir di kelurahan Bandulan Kec. Sukun Kota


Malang.
Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Dampak langsung relatif lebih mudah diprediksi dari pada tidak
langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi
oleh pemukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah
pedesaan yang didominasi oleh areal pertanian. Banjir juga merupakan

25
bencana yang relatif paling banyak menimbulkan kerugian. Kerugian yang
ditimbulkan oleh banjir, terutama kerugian tidak langsung, mungkin
menempati urutan pertama atau kedua setelah gempa bumi dan tsunami
(BNPB, 2013). Bukan hanya dampak fisik diderita oleh masyarakat tetapi
juga kerugian non-fisik seperti sekolah yang diliburkan, harga barang
kebutuhan pokok meningkat, dan kadang-kadang ada yang sampai meninggal
dunia.
Bencana Banjir yang terjadi di Kelurahan Bandulan tidak dapat
diprediksi kapan terjadi, namun saat terjadi curah hujan yang tinggi biasanya
akan terjadi banjir. Akibatnya dapat merugikan banyak orang sebab banjir
bisa memberikan dampak, baik lingkungan maupun kesehatan. Walaupun
banjir merupakan salah satu bencana yang minim sekali memakan korban
jiwa, namun dampaknya cukup besar misalnya terhadap pertumbuhan
ekonomi. Saat ini masyarakat dirasa harus sudah perlu untuk siaga banjir
sebab banjir bisa terjadi kapan saja saat memasuki musim penghujan.
Selain itu banjir juga bisa menyebabkan kerusakan infrastruktur sarana
dan prasarana (rumah, mobil, gedung, dan jalan raya). Seperti yang terjadi di
Kelurahan Bandulan, banjir dapat melumpuhkan transportasi karena
menggenang jalur yang dipakai dan menyebabkan jalan raya rusak dan
berlubang setelah terjadi banjir. Selain itu banir dapat melumpuhkan
komunikasi karena saat ini kita sangat bergantung pada internet dan listrik,
sedangkan jika terjadi banjir sarana dan prasarana yang mendukung
komunikasi akan rusak.

26
Gambar 4.6 Jalan Raya Bandulan Saat Terjadi Banjir

Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan beberapa contoh dampak atau


kerugian banjir yaitu hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya harta benda
kerusakan pemukiman, kerusakan industri dll. Banjir dapat merusak dan
mencemari lingkungan, luapan air banjir dapat membuat lingkungan menjadi
kotor akibat hamburan sampah. Seperti yang terjadi akibat luapan jembatan
Bandulan pada 5 Januari 2017, luapan banjir membawa kerikil dan pasir
mengakibatkan jalan raya dipenuhi kerikil, pasir dan sampah yang
mengganggu aktivitas masyarakat. Pada salah satu gang di Kelurahan
Bandulan terdapat sampah pada selokan, apabila hujan turun dan menyumbat
drainase maka air dan sampah akan mengalir menimbulkan bau dan dapat
menimbulkan penyakit.

Banjir dapat menyebabkan erosi dan memicu terjadinya bencana lain,


semakin tinggi intensitas curah hujan, maka semakin tinggi pula air banjir
yang menyebabkan tanah dan jalanan terus terkikis hingga akhirnya
menyebabkan longsor. Pemukiman warga di Kelurahan Bandulan yang dekat
dengan aliran sungai harus waspada saat curah hujan yang tinggi, larena
banjir dapat menghanyutkan rumah mereka. Oleh karena itu perlu kesadaran
untuk mengikuti aturan yang ada.
27
Kelurahan Bandulan merupakan daerah yang memiliki banyak pabrik, di
jalan raya bandulan kurang lebih ada tiga pabrik. Saat terjadi banjir akan
melumpuhkan kegiatan produksi dan distribusi, karena untuk menuju lokasi
pabrik jalannya rusak dan tergenang banjir. Kendaraan pabrik juga akan sulit
keluar masuk karena kondisi jalan saat banjir. Produksi barang juga akan
terhambat karena kegiatan jual beli terpaksa berhenti karena kondisi tersebut.
Akan tetapi kegiatan produksi jasa yang mungkin tidak akan lumpuh, karena
mengandalkan tenaga dan pikiran manusia. Jalan yang rusak akibat banjir
akan sulit dilewati oleh mobil pengangkut barang dari pabrik menuju ke
konsumen.

28
BAB V
SOLUSI YANG DITAWARKAN DAN PERENCANAAN

1. Solusi
Untuk mengatasi banjir di Kelurahan Bandulan maka diperlukan
analisa hidrologi untuk perencanaan drainase maupun jembatan yang melintas
sungai atau saluran. Perencanaan fasilitas transportasi bukan satu-satunya
kegiatan yang harus mempertimbangkan kelancaran air akibat hujan. Setiap
kegiatan yang melibatkan lahan sebagai objek, seperti perumahan,
perkantoran, dan industri harus mempertimbangkan aliran air hujan.
Pengembangan lahan biasanya diikuti penambahan lapisan kedap air yang
berakibat pada peningkatan laju dan volume aliran permukaan.
Pada beberapa lokasi pengembangan lahan di Kelurahan Bandulan,
dimana penambahan lapisan kedap air besar, pembangunan kolam penahan
mungkin diperlukan untuk mengontrol kenaikan aliran permukaan. Besarnya
beban aliran yang diterima oleh drainase pada musim penghujan
menyebabkan sering terjadinya banjir akibat luapan air pada drainase. Banjir
juga umunya disebabkan oleh kurangnya daerah resapan air dan daerah
retensi, seperti seperti rawa dan tambak yang direklamasi menjadi kawasan
pemukiman dan industri. Selama ini setiap musim hujan selalu timbul
masalah banjir yang menyebabkan jalan raya mengalir air yang cukup deras
karena drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Banyaknya bangunan
liar seperti penutupan drainase menggunakan cor dan beton tanpa lubang
untuk air masuk menyebabkan banjir. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
perlu untuk melakukan normalisasi drainase yang pada prinsip partisipatif
dengan kesepakatan dari pihak yang terkait sehingga pengendalian bangunan
liar yang terjadi dapat dilaksanakan bersama.
Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut, diperlukan
sistem drainase yang berwawasan lingkungan, dengan prinsip dasar
mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara
terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap kedalam
tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung
dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih
efisien. Untuk dapat memadukan berbagai tingkat kepentingan, maka perlu

29
diupayakan adanya koordinasi antara instansi atau lembaga yang terkait
dengan masyarakat.
Peran serta masyarakat dilakukan dengan pendekatan partisipatif
dengan melibatkan seluruh masyarakat yang ada dalam pembangunan sistem
drainase. Disamping itu peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat
harus berjalan dengan baik dan konsekuen, serta meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk memelihara sistem drainase, meningkatkan rasa memiliki
dan meningkatkan sifat peduli terhadap lingkungan. Untuk itu mulai sekarang
segala kebijakan publik harus melibatkan masyarakat baik itu yang berupa
pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal munculnya ide
pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.
Untuk mengatasi banjir di Kelurahan Bandulan akibat drainase yang
tidak berfungsi maka perlu diadakan kerja bakti untuk mengeruk sungai dan
saluran didekat rumah masing-masing warga setempat. Agar sampah yang
berada pada selokan bersih tidak mengganggu fungsi sebagai drainase.
Malakukan peremajaan drainase dan menggunaka prinsip pembuatan drainase
dengan benar. Masyarakat bersedia untuk memperbaiki daerah yang mulai
terkikis oleh air, apabila tidak segera diperbaiki maka akan menimbulkan
bencana lain.

2. Perencanaan
Berdasarkan hasil perhitungan debit rencana curah hujan pada bagian
pembahasan, didapat Qp = 5,403 m3/det. Maka kami mencoba untuk
mendesain drainase yang dapat menampung curah hujan yang terjadi. Bentuk
drainase penampang adalah trapesium, maka didapat perhitungan sebagai
berikut.

Gambar 5.1. Drainase Rancanagan

30
Diketahui :
(Qp) = 6,96 m3/det
S = 0,001 Asumsi
m = 0,25
b = 1,8 m
B =3m
h = 1,7 m
Maka dimensi yang didapat adalah :
Luas Penampang basah saluran (A) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan rumus
B+b
A = 𝑥h
2
3+1,8
= 𝑥 1,7
2

= 4,08 m2

Keliling basah saluran (P)

P = b + 2h√1 + 𝑚²

= 1,8 + 2.1,7√1 + 0,25²

= 5,305 m

Jari-jari Hidrolis

A
R =p

4,08
=
5,305

= 0,7691

Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V)

2 1
1
V = n . 𝑅3 . 𝑆 2

2 1
1
= 0,015 . 0,76913 . 0,0012

31
= 1,621761 m/det

Maka perhitungan debit saluran eksisting rencana (Q) Daerah sekitar jalan
raya Bandulan dapat dihitung dengan

Q = 𝐴 .𝑉

= 4,08 𝑥 1,7697

= 7,2206 m3/det

Dari perhitungan di atas maka didapat bahwa debit aliran saluran drainase
sksisting (Q) daerah sekitar jalan raya Bandulan adalah 5,578895 m3/det
lebih besar dari pada debit aliran rencana sebesar 5,403 m3/det, maka
drainase rancangan dapat menampung air ketika hujan turun. Akan tetapi
drainase tersebut kurang efisien karena terlalu dalam dan lebar, maka
drainase dibuat pada kanan dan kiri jalan raya Bandulan. Oleh karena itu,
drainase dipasang pada sisi kanan dan kiri jalan, sehingga didapat ukuran
drainase seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5.2. Drainase Rancangan

Perencanaan saluran drainase trapesium dan persegi banyak dipilih untuk


talang jaringan irigasi di daerah perkotaan besar. Penggunaan tebing yang tegak
menjadikan model drainase ini lebih dihindari daripada drainase trapesium. Hal
ini disebabkan untuk membuat dinding drainase yang tegak memerlukan
konstruksi yang kuat dan lebih mahal. Sedangkan pada dinding drainase
trapesium konstruksinya lebih murah karena kemiringannya mengikuti garis
kemiringan tanah.

32
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Banjir adalah setiap aliran dengan muka air yang relatif tinggi yang
melampaui tebing sungai sehingga aliran air tersebut menyebar ke dataran
sungai dan menimbulkan masalah pada manusia (Chow, 1989). Menurut
Kodoatie dan Sjarief (2006), perubahan tata guna lahan merupakan
penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya, dimana
perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada aliran
permukaan (run-off). Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan
fenomena alam (topografi, curah hujan), kondisi geografis daerah dan
kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang atau tata
guna lahan di suatu daerah. Banjir yang terjadi di Kelurahan Bandulan
juga disebabkan oleh saluran Drainase yang kurang memadai. Saluran
drainase dikatakan bermasalah ketika tidak mampu menampung debit
ketika banjir.
Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Dampak langsung relatif lebih mudah diprediksi dari pada tidak
langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi
oleh pemukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami
daerah pedesaan yang didominasi oleh areal pertanian. Pada beberapa
lokasi pengembangan lahan di Kelurahan Bandulan, dimana penambahan
lapisan kedap air besar, pembangunan kolam penahan mungkin diperlukan
untuk mengontrol kenaikan aliran permukaan. Besarnya beban aliran yang
diterima oleh sungai-sungai pada musim penghujan menyebabkan sering
terjadinya banjir akibat luapan air sungai.

6.2 Saran
1. Dalam meningkatkan upaya meminimalisir banjir pemerintah harus
memperhatikan tata guna lahan di Kelurahan Bandulan, karena banyak
bangunan liar yang menyebabkan drainase tidak berfungsi secara normal.
Selain itu kesadaran masyarakat harus ditingkatkan untuk menjaga
lingkungan sekitar, seperti tidak membuang sampah pada selokan sekitar

33
rumah, melakukan pengerukan secara gotong royong saat drainase
mengalami pendangkalan.
2. Pembangunan ulang drainase dengan perhitungan yang sesuai SNI yang
bertujuan agar kedepannya tidak terjadi banjir. Drainase dapat dibuat
dalam bentuk penampang trapesium atau segiempat karena cocok untuk
drainase didaerah perkotaan

34
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Avril Hilda. “Analisa Intensitas Curah Hujan Maksimum Terhadap


Kemampuan Drainase Perkotaan.” Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara

Hamdani, Arifal, & Rismalinda. “Perencanaan Saluran Drainase.” Program


Studi Teknik Sipil, Universitas Pasir Pengairan

http://konsultanlingkungan.net/berbagai-macam-perencanaan-saluran-drainase-
terbaik.html
http://www.reportasemalang.com/lagi-bandulan-diterjang-banjir.html

https://googleweblight.com/i?u=https://fadlyfauzie.wordpress.com/2012/03/29/ba
njir-karena-salah-konstruksi-drainase/&hl=id-ID

http://www.reportasemalang.com/bandulan-langganan-banjir-wakil-rakyat-ini-
minta-pemerintah-lebih-proaktif.html

http://nofamardiana.blogspot.co.id/2016/10/gambaran-umum-kelurahan-
bandulan_17.html?m=1

https://www.google.co.id/amp/s/malangtoday.net/malang-raya/jembatan-
bandulan-luapan-air-sungai/amp/

https://www.malangtimes.com/baca/16701/19700101/070000/atasi-banjir-
bandulan-dpupr-kota-malang-gandeng-bina-marga-kabupaten-malang/

http://suryamalang.tribunnews.com/2017/01/30/bila-anda-temui-tanda-ini-di-
jalan-bandulan-kota-malang-berarti-segera-ada-perbaikan

https://dpupr.malangkota.go.id/banyak-bangunan-melanggar-aturan-wilayah-
bandulan/

35
LAMPIRAN

1. Data curah hujan bulanan Ciliwung

No Unsur Data Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 2008 291 282 432 151 95 10 0 0 31 12 161 310
2 2009 389 420 126 161 178 1 0 0 0 77 255 94
3 2010 363 546 448 164 266 69 119 168 220 272 513 335
4 Curah 2011 199 206 397 264 180 8 0 0 3 77 481 0
5 Hujan 2012 260 297 190 114 57 1 0 0 0 64 170 440
6 ( mm ) 2013 282 380 282 233 179 192 61 0 0 41 307 484
7 2014 325 56 507 662 374 78 79 7 0 41 481 601
8 2015 155 290 253 397 158 0 0 0 0 0 69 291
9 2016 291 586 235 147 176 208 69 124 33 207 424 143
10 2017 323 374 211 377 119 55 55 0 22 103 362 271

Curah hujan harian stasiun Ciliwung

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
15 23 21 11 16 12 8 6 5 13 19 12

Unsur
No Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Data
1 2008 19,40 12,26 20,57 13,73 5,94 0,83 0 0 6,2 0,92 8,47 25,83
2 2009 25,93 18,26 6,00 14,64 11,13 0,08 0 0 0 5,92 13,42 7,83
3 2010 24,20 23,74 21,33 14,91 16,63 5,75 14,88 28 44 20,92 27,00 27,92
4 Curah 2011 13,27 8,96 18,90 24,00 11,25 0,67 0 0 0,6 5,92 25,32 0,00
5 Hujan 2012 17,33 12,91 9,05 10,36 3,56 0,08 0 0 0 4,92 8,95 36,67
6 (mm) 2013 18,80 16,52 13,43 21,18 11,19 16,00 7,63 0 0 3,15 16,16 40,33
7 2014 21,67 2,43 24,14 60,18 23,38 6,50 9,88 1,17 0 3,15 25,32 50,08
8 2015 10,33 12,61 12,05 36,09 9,88 0,00 0 0 0 0 3,63 24,25
9 2016 19,40 25,48 11,19 13,36 11,00 17,33 8,63 20,67 6,6 15,92 22,32 11,92
10 2017 21,53 16,26 10,05 34,27 7,44 4,58 6,88 0 4,4 7,92 19,05 22,58

36
2. Data curah hujan bulanan Kecamatan Sukun

No Unsur Data Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 2008 329 295 590 93 62 51 0 0 40 263 307 290
2 2009 482 577 195 306 397 14 14 17 2 41 177 193
3 2010 699 349 342 475 437 109 88 101 444 126 519 410
4 Curah 2011 401 155 426 362 276 28 0 0 5 36 361 379
5 Hujan 2012 456 364 252 126 38 9 0 0 0 138 232 623
6 ( mm ) 2013 395 432 371 361 245 317 123 0 0 39 278 599
7 2014 277 289 291 474 205 30 14 0 0 39 361 278
8 2015 73 261 496 281 186 46 0 0 0 0 93 533
9 2016 140 683 387 194 246 279 65 77 69 195 675 294
10 2017 140 377 307 422 84 25 20 0 21 53 532 342

Curah hujan harian stasiun suku

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
9 22 16 9 11 10 10 3 5 12 22 17

No Unsur Data Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 2008 36,6 13,4 36,9 10,3 5,6 5,1 0,0 0,0 8,0 21,9 14,0 17,1
2 2009 53,6 26,2 12,2 34,0 36,1 1,4 1,4 5,7 0,4 3,4 8,0 11,4
3 2010 77,7 15,9 21,4 52,8 39,7 10,9 8,8 33,7 88,8 10,5 23,6 24,1
4 Curah 2011 44,6 7,0 26,6 40,2 25,1 2,8 0,0 0,0 1,0 3,0 16,4 22,3
5 Hujan 2012 50,7 16,5 15,8 14,0 3,5 0,9 0,0 0,0 0,0 11,5 10,5 36,6
6 ( mm ) 2013 43,9 19,6 23,2 40,1 22,3 31,7 12,3 0,0 0,0 3,3 12,6 35,2
7 2014 30,8 13,1 18,2 52,7 18,6 3,0 1,4 0,0 0,0 3,3 16,4 16,4
8 2015 8,1 11,9 31,0 31,2 16,9 4,6 0,0 0,0 0,0 0,0 4,2 31,4
9 2016 15,6 31,0 24,2 21,6 22,4 27,9 6,5 25,7 13,8 16,3 30,7 17,3
10 2017 15,6 17,1 19,2 46,9 7,6 2,5 2,0 0,0 4,2 4,4 24,2 20,1

37
3. Rerata hujan harian

Unsur
No Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Data
1 2008 27,98 12,83 28,72 12,03 5,79 2,97 0,00 0,00 7,10 11,42 11,21 21,45
2 2009 39,74 22,24 9,09 24,32 23,61 0,74 0,70 2,83 0,20 4,67 10,73 9,59
3 2010 50,93 19,80 21,35 33,84 28,18 8,33 11,84 30,83 66,40 15,71 25,30 26,02
4 Curah 2011 28,91 8,00 22,76 32,11 18,17 1,73 0,00 0,00 0,80 4,46 20,86 11,15
5 Hujan 2012 34,00 14,73 12,40 12,18 3,51 0,49 0,00 0,00 0,00 8,21 9,75 36,66
6 (mm) 2013 31,34 18,08 18,31 30,65 16,73 23,85 9,96 0,00 0,00 3,20 14,40 37,78
7 2014 26,22 7,79 21,17 56,42 21,01 4,75 5,64 0,58 0,00 3,20 20,86 33,22
8 2015 9,22 12,24 21,52 33,66 13,39 2,30 0,00 0,00 0,00 0,00 3,93 27,80
9 2016 17,48 28,26 17,69 17,46 16,68 22,62 7,56 23,17 10,20 16,09 26,50 14,61
10 2017 18,54 16,70 14,62 40,58 7,54 3,54 4,44 0,00 4,30 6,17 21,62 21,35

Tahun hujan maksimal


2008 28,72

2009 39,74

2010 66,40

2011 32,11

2012 36,66

2013 37,78

2014 56,42

2015 33,66

2016 28,26

2017 40,58

38
4. Perhitungan curah hujan wilayah
a. Metode Normal

No T Hujan P(%) K P' (%) D (%)


1 2015 412 90,91 -1,42 92,25 1,34
2 2011 421 81,82 -1,29 90,17 8,35
3 2017 447 72,73 -0,91 81,95 9,22
4 2009 499 63,64 -0,16 56,24 7,40
5 2008 511 54,55 0,02 49,30 5,24
6 2010 531 45,45 0,31 37,89 7,56
7 2012 532 36,36 0,32 37,34 0,98
8 2013 542 27,27 0,47 31,98 4,71
9 2014 568 18,18 0,85 19,87 1,68
10 2016 635 9,09 1,82 3,43 5,66
Jumlah = 5098 D maks = 9,22
Rerata = 510
Maksimum = 635
Minimum = 412
Std Devisiasi = 68,762
Cs = 0,141
n = 10
ck = -0,1615

Uji Smirnov-Kolmogrov Uji Chi Kuadrat


n= 10 n= 10
Alfa = 5% K= 4,322
D maks = 9,22 Dk = 1,322
Dcr = 41 Alfa = 5%
X2cr = 4,53

D maks = 9,22 < Dcr = 41 X2h = 3,000 < X2cr = 4,53


Distribusi Diterima Distribusi Diterima

Tabel 1. Perhitungan Uji Chi Kuadrat P'


Jumlah Data 92,25
No. Nilai Batas Sub (OI-EI)^2 ((OI-EI)^2)/EI
OI EI 90,17
1 P' < 16,67 1 2,50 2,25 0,90 81,95
2 16,67 - 33,33 2 2,50 0,25 0,10 56,24
3 33,33 - 50,00 3 2,50 0,25 0,10 49,30
4 50,00 - 66,67 1 2,50 2,25 0,90 37,89
5 66,67 - 83,33 1 2,50 2,25 0,90 37,34
6 83,33 < P' 2 2,50 0,25 0,10 31,98
Jumlah 10 15 7,50 3,000 19,87
3,43

39
b. Log Normal

No Tahun Hujan Log X k P' P(%) D (%)


1 2015 412 2,61 -1,51 93,40 90,91 2,50
2 2011 421 2,62 -1,35 91,11 81,82 9,29
3 2017 447 2,65 -0,91 81,77 72,73 9,04
4 2009 499 2,70 -0,10 53,86 63,64 9,78
5 2008 511 2,71 0,08 46,89 54,55 7,66
6 2010 531 2,73 0,36 35,92 45,45 9,53
7 2012 532 2,73 0,37 35,40 36,36 0,96
8 2013 542 2,73 0,51 30,45 27,27 3,18
9 2014 568 2,75 0,86 19,59 18,18 1,41
10 2016 635 2,80 1,68 4,68 9,09 4,41
Jumlah = 5098,0 27,038 D maks = 9,78
Rerata = 509,8 2,704
Maksimum = 635,0 2,803
Minimum = 412,0 2,615
Std Devisiasi = 68,8 0,059
Cs = 0,141 -0,144
n = 10 10
ck = -0,161 -0,482

Uji Smirnov-Kolmogrov Uji Chi Kuadrat


n= 10 n= 10
Alfa = 5% K= 4,322
D maks = 9,78 Dk = 1,322
Dcr = 41 Alfa = 5%
X2cr = 4,53

D maks = 9,78 < Dcr = 41 X2h = 3,000 < X2cr = 4,53


Distribusi Diterima Distribusi Diterima

Tabel 1. Perhitungan Uji Chi Kuadrat P'


Jumlah Data 93,40
No. Nilai Batas Sub (OI-EI)^2 ((OI-EI)^2)/EI
OI EI 91,11
1 P' < 16,67 1 2,50 2,25 0,90 81,77
2 16,67 - 33,33 2 2,50 0,25 0,10 53,86
3 33,33 - 50,00 3 2,50 0,25 0,10 46,89
4 50,00 - 66,67 1 2,50 2,25 0,90 35,92
5 66,67 - 83,33 1 2,50 2,25 0,90 35,40
6 83,33 < P' 2 2,50 0,25 0,10 30,45
Jumlah 10 15 7,50 3,000 19,59
4,68

40
c. Metode Log Pearson III

No Tahun Hujan Log X k T P' P(%) D (%)


1 2015 412 2,61 -1,51 -0,02 51,00 90,91 39,91
2 2011 421 2,62 -1,35 0,31 -2,23 81,82 84,04
3 2017 447 2,65 -0,91 0,79 -0,27 72,73 72,99
4 2009 499 2,70 -0,10 0,20 -4,00 63,64 67,64
5 2008 511 2,71 0,08 1,92 0,48 54,55 54,07
6 2010 531 2,73 0,36 1,80 0,44 45,45 45,01
7 2012 532 2,73 0,37 1,79 0,44 36,36 35,92
8 2013 542 2,73 0,51 1,71 0,42 27,27 26,86
9 2014 568 2,75 0,86 4,97 0,80 18,18 17,38
10 2016 635 2,80 1,68 5,36 0,81 9,09 8,28
Jumlah = 5098,000 27,038 D maks = 84,04
Rerata = 509,800 2,704
Maksimum = 635,000 2,803
Minimum = 412,000 2,615
Std Devisiasi = 68,762 0,059
Cs = 0,141 -0,144
n = 10 10
ck = -0,161 -0,482

Uji Smirnov-Kolmogrov Uji Chi Kuadrat


n = 10 n = 10
Alfa = 5% K = 4,322
D maks = 84,04 Dk = 1,322
Dcr = 41 Alfa = 5%
X2cr = 4,53

D maks = 84,04 > Dcr = 41 X2h = 29,323 > X2cr = 4,53


Distribusi Ditolak Distribusi Ditolak

Tabel 1. Perhitungan Uji Chi Kuadrat P'


Jumlah Data 51,00
No. Nilai Batas Sub (OI-EI)^2 ((OI-EI)^2)/EI
OI EI -2,23
1 P' < 16,67 9 2,31 44,71 19,32 -0,27
2 16,67 - 33,33 0 2,31 5,35 2,31 -4,00
3 33,33 - 50,00 0 2,31 5,35 2,31 0,48
4 50,00 - 66,67 1 2,31 1,73 0,75 0,44
5 66,67 - 83,33 0 2,31 5,35 2,31 0,44
6 83,33 < P' 0 2,31 5,35 2,31 0,42
Jumlah 10 14 67,85 29,323 0,80
0,81

41
d. Metode Gumbel

No Tahun Hujan yt P' P(%) D (%)


1 2015 412 -0,89 91,27 90,91 0,36
2 2011 421 -0,77 88,39 81,82 6,57
3 2017 447 -0,41 77,77 72,73 5,05
4 2009 499 0,31 51,97 63,64 11,66
5 2008 511 0,48 46,28 54,55 8,26
6 2010 531 0,75 37,59 45,45 7,87
7 2012 532 0,77 37,18 36,36 0,82
8 2013 542 0,90 33,30 27,27 6,03
9 2014 568 1,26 24,63 18,18 6,45
10 2016 635 2,19 10,61 9,09 1,52
Jumlah = 5103 D maks = 11,66
Rerata = 510
Maksimum = 635,000
Minimum = 412,000
Std Devisiasi = 68,762
Cs = 0,141
n = 10
ck = -0,161

Uji Smirnov-Kolmogrov Uji Chi Kuadrat


n= 10 n= 10
Alfa = 5% K= 4,322
D maks = 11,66 Dk = 1,322
Dcr = 41 Alfa = 5%
X2cr = 4,53

D maks = 11,66 < Dcr = 41 X2h = 2,526 < X2cr = 4,53


Distribusi Diterima Distribusi Diterima

Tabel 1. Perhitungan Uji Chi Kuadrat P'


Jumlah Data 91,27
No. Nilai Batas Sub (OI-EI)^2 ((OI-EI)^2)/EI
OI EI 88,39
1 P' < 16,67 1 2,31 1,73 0,75 77,77
2 16,67 - 33,33 2 2,31 0,10 0,04 51,97
3 33,33 - 50,00 3 2,31 0,47 0,20 46,28
4 50,00 - 66,67 1 2,31 1,73 0,75 37,59
5 66,67 - 83,33 1 2,31 1,73 0,75 37,18
6 83,33 < P' 2 2,31 0,10 0,04 33,30
Jumlah 10 14 5,85 2,526 24,63
10,61

42
5. Kesimpulan dan Syarat

uji chi kuadrat


normal log normal gumbel log pearson III
chi square hitung 3,000 3,000 2,526 29,323
chi square kritis 4,53 4,5333 4,5333 4,5333
hipotesis diterima diterima Diterima ditolak

uji smirnov kolmogorov


normal log normal gumbel log pearson II
D max 9,22 9,78 11,66 84,04
α 5% 5% 5% 5%
D kritis 41 41 41 41
hipotesis diterima diterima diterima ditolak

jenis distribusi perhitungan kesimpulan


normal cs = o 0 memenuhi
ck = 3 -0,161 TIDAK MEMENUHI
gumbel cs ≤ 1,1396 0,141 TIDAK MEMENUHI
ck ≤ 5,4002 -0,161 TIDAK MEMENUHI
log pearson cs ≠ 0 -0,144 TIDAK MEMENUHI
cs = 3Cv +cv
log normal =3 0,141 TIDAK MEMENUHI
Ck = 5,383 -0,161 TIDAK MEMENUHI

43
6. Karena uji smirnov kolmogorov dan uji chi kuadrat diterima, cs juga memenuhi jadi menggunakan
distribusi normal.
Distribusi Normal

No Tahun Hujan max (mm) T 1/T K X


1 2008 28,72 2 0,5 0 40,03434
2 2009 39,74 5 0,2 0,84 50,32455
3 2010 66,40 10 0,1 1,28 55,71465
4 2012 32,11 20 0,05 1,64 60,12474
5 2013 36,66 25 0,04 1,708 60,95776
6 2014 37,78 50 0,02 2,05 65,14734
7 2015 56,42 100 0,01 2,33 68,57741
8 2016 33,66
9 2017 28,26
10 2018 40,58
jumlah 400,34
ratarata 40,03
maksimum 66,40
minimum 28,26
std. Deviasi 12,25
Cs 1,4
n 10

Menggunakan kala ulanng 50 tahun = 65,14734 mm, maka didapat intensitas sebagai berikut :

menit INTENSITAS (mm/jam)


5 118,60
10 74,70
15 57,00
20 47,05
30 35,90
60 22,61
120 14,24

7. Menghitung Debit Rencana Banjir


Diketahui : Luas Wilayah (A) = 2,20617 Km²
Intensitas = 22,61 mm/jam
C = 0,502

44
Menentukan nilai rata-rata C

C (Lahan rumah tinggal) 0,5


C (Lahan rth) 0,11
C (lahan industri) 0,8
C (perdagangan ) 0,7
C (lahan kosong ) 0,4
RATA RATA 0,502

Maka Debit rencana banjir (Qp) = 0,278 x C x I x A


= 0,278 x 0,502 x 226,1 x 2,20617
= 6,96 m3/det

45

Anda mungkin juga menyukai