Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH

SANITASI TANGGAP DARURAT BENCANA

TANGGAP BENCANA BANJIR BANDANG POSKO INDUK DINAS KESEHATAN


KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Di Susun Oleh:
Kelompok 2
NIA WAHYUNI NIM : 2313351079

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
RPL SANITASI LINGKUNGAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Banjir ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan  yang berjudul tanggap bencana banjir bandang posko induk dinas kesehatan
kabupaten polewali mandar

Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Banjir ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah
ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Banjir Bandang ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Lampung barat, Juli 2023


Penyusun

2
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... .... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A.latar belakang.................................................................................................... 1
B.rumusan masalah............................................................................................... 4
C.tujuan penelitian................................................................................................ 4
D.manfaat penelitian............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 6
A.luas wilayah dan jumlah penduduk................................................................... 6
B.jumlah populasi kelompok rentan
(balita,bumil,buteki,lansia&penyandang disabilitas)............................................ 7
C.nama dan jumlah fasilitas kesehatan.................................................................. 7
D.data jumlah SDM kesehatan.............................................................................. 8
E.jenis kejadian krisis kesehatan........................................................................... 8
F.waktu kejadian krisi kesehatan.......................................................................... 8
G.deskripsi kejadian krisis kesehatan.................................................................... 9
H.jumlah korban.................................................................................................... 9
I.fasilitas kesehatan yang rusak............................................................................. 10
J.fasilitas umum..................................................................................................... 13
K.kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi penampungan pengungsi.. 13
L.ketersediaan sumber daya seperti obat,sarana pendukung kesehatan,hingga alat
komunikasi........................................................................................................... 13
M. upaya penanggulangan yang telah dilakukan.............................................. 14
N.bantuan yang diperlukan.............................................................................. ...... 14
O.rekomendasi............................................................................................... ...... 14

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 16


A.kesimpulan.......................................................................................................... 16
B.saran.................................................................................................................... 16

3
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17

4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa Banjir merupakan sebuah peristiwa alam yang tergenangnya daratan oleh
air. Perubahan iklim global yang tidak menentu di beberapa tahun belakangan ini yang di
dominasi oleh musim hujan di perkirakan akan mengarah ke peningkatan jumlah tanah
longsor.
Kejadian tanah longsong yang mengakibatkan terbendungnya sungai atau dapat di
katakana bendungan alam sangat berpontensi memicu terjadinya bencana banjir bandang.
Selama tahun 2020 di Indonesia terjadi sebanyak 726 bencana banjir (Sania, 2020).
Banjir bandang merupakan bencana yang sangat berdampak pada infrastruktur di
karenakan banjir campuran dari beberapa material bongkahan yang bervariasi seperti pasir
(lumpur), bebatuan dan limbah kayu dengan ukuran mecapai puluhan meter dan bergerak
turun mengikuti gaya gravitasi dari hulu hingga ke hilir sungai. Ketika bergerak, banjir ini
menyerupai beton cair dan cenderung mengalir sepanjang lereng bawah saluran atau
lembalembah sungai.
Banjir bandang terbentuk ketika material yang tidak lagi terkonsolidasi
mengakibatkat lepasnya debit air yang tinggi. Banjir bandang merupakan peristiwa alam
yang dapat mengalir ke jarak yang sangat jauh menyusuri sungai/ lembah dan peristiwa
alam ini dapat mencapai kecepatan yang sangat tinggi hingga mencapai 85 km/ jam.
(Utama & Naumar, 2015) maka dapat di pahami bahwa banjir bandang bisa terjadi akibat
ketidak seimbangan statik antara gaya geser yang ditimbulkan oleh aliran lebih besar dari
gaya geser massa batasan sungai yang menahannya.
Massa air yang mengalir mempunyai kecepatan 85km/ jam, maka ketinggian dan
kecepatannya akan selalu bertambah, dan pada tingkat batas tertentu keadaan menjadi tidak
stabil sehingga massa debit air terangkat dengan cepat. Dengan kecepatan yang tinggi
banjir bandang tidak dapat lagi mengikuti lekungan sungai yang luasnya sangat terbatas
bahkan dampat memperlebar atau bahkan membuat jalur air baru yang di akibatkan
kecepatan mengalirnya air.

1
Massa air yang mengalir pada peristiwa banjir bandang memiliki kecepatan yang
selalu bertambah dan pada tingkat tertentu. Massa sedimen bisa terangkat dengan cepat
oleh karena itu, untuk menyikapi permasalahan di atas maka harus lebih mempehatikan
perencanaan pembangunan daerah.
Bencana banjir bandang adalah bencana hedrologi yang merupakan suatu peristiwa
atau fenomena alam yang bisa terjadi kapan saja secara tiba-tiba di daerah yang memiliki
aliran sungai. Biasanya bencana banjir bandang banyak terjadi pad musim hunjan, hal ini
di karenakan dengan intensitas curah hujan yang tinggi menjadi pemicu yang mendukung
terjadinya peristiwa banjir bandang
Dalam Penanggulangannya pasca becana Rehabilitasi dan Rekontruksi merupakan
langka awal setelah masyarakat terdampak bencana telah mendapatkan pertolongan
tanggap darurat. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
public, atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dan
sasaran utama untuk nomalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana, dan Rekontruksi adalah
pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca
bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian sosial, budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat pada wilayah pasca bencana.(Lembaran,
Republik, Lembaran, & Republik, 2011).
Mengingat dampak dari terjadinya bencana banjir bandang tidaklah sedikit, peran
instansi terkait dan masyarakat sangatlah di perlukan untuk memulihkan kembali tatanan
social seperti apa yang telah ada sebelumnya, sehinggah pada output yang timbul pasca
bencana menghasilkan nilai positif bagi masyarakat terdampak banjir, Konsep Modal
Sosial menjadi ujung tombak sebagai alternative menjembatani para tokoh masyarakat
sebagai panutan di wilayah bencana, penerapan konsep modal social harapannya membawa
ke pada hasil yang positif untuk menjanga hubungan dalam bermsyarakat.
Rehabilitasi infrastruktur rusak yang akibatkan oleh bencana banjir bandang
sangatlah membutuhkan dana yang besar sehingga dengan hanya mengandalkan APBD
daerah tidaklah cukup untuk mengatasi semua kerusakan infrastruktuk yang rusak,

2
mengingat Indonesia sebagai negara rawan bencana pemeruntah pusat sudah
memperhitungkan APBN untuk rehabilitasi infrastruktur yang rusak akibat bencana.
Membangun kembali infrastrukur yang rusak bukanlah dana yang sedikit,
melainkan membutuhkan dana yang begitu besar.
Dengan keterbatasan anggaran untuk mengatasi permaslahan tersebut pemerintah
harus melakukan kerja sama dengan pihak swasta selaku investor, menjalin kerjasama
dengan swasta mengara pada teori kerjasama (Public Private Partnership) merupakan
sebuah skema kerjasama yang dimana di dalam kontrak perjanjian melibatkan pihak
pemerintah selaku OPD dengan pihak swasta selaku investor. Sebutan lain dari PPP
(Public Private Partnership) adalah KPS Kerjasama Pemerintah Swasta, pola kerjasama ini
merupakan alternatif pembiayaan yang telah di gunakan di berbagai negara terkhusus
negara maju.
Di Indonesia sendiri PPP mulai diadaptasikan sejak tahun 2005, hal yang
melatarbelakangi di adaptasikannya PPP di Indonesia dengan pemercepat pembangunan
infrastruktur, pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejatraan masyarakat. PPP
sendiri telah di atur dalam Peraturan Presiden no.5 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Bandan Usaha Dalam Penyadiaan
Infrastruktur.
Kabupaten Polewali Mandar merupakan wilayah dengan empat dimensi (wilayah)
yaitu dimensi wilayah pegunungan, Pantai, daratan rendah dan dimensi wilayah
sepanjang aliran sungai besar Mandar dan Maloso. Pada hari sabtu, 10 Januari 2009. Jam
02.00 wita. telah terjadi banjir bandang dari aliran sungai Mandar dan Sungai Maloso
yang melanda hampir sebagian besar diwilayah Kabupaten Polewali Mandar, dengan
ketinggian air setinggi kurang lebih 2 meter atau setinggi dada orang dewasa, bahkan ada
yang sampai 3 meter, mengakibatkan atusan rumah warga diwilayah tersebut hancur
termasuk infrastruktur jalan, jembatan kantor pemerintahn kecamatan dan puskesmas
rusak. Masyarakat disekitar diwilayah becana tidak mampu lagi melakukan
penanggulangan, aktifitas warga lumpuh ditingkat kecamatan dan desa. Ada warga yang
meninggal, hilang dan warga lainnya terancam kelaparan dan kesakitan.

3
Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar Menetapkan peristiswa ini
sebagai Bencana Banjir Bandang dan Tahap Tanggap Bencana diberlakukan selama 2
minggu dari mulai awal kejadian yaitu mulai tanggal 10-24 Januari 2009

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti memiliki rumusan masalah
sebagai berikut bagaimana krisis kesehatan banjir bandang kabupaten polewali mandar

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kejadian krisis kesehatan banjir bandang kabupaten polewali
mandar

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Pengembangan ilmu pengetahuan Manfaat yang pertama dalam penelitian ini adalah
bagaimana penelitian ini berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada dari
sisi disiplin ilmu pemerintahan.
Peneliti berusaha menganalisis kebijakan-kebijakan yang telah diciptakan oleh
pemerintah, selain itu dalam penelitian ini berusaha mengaktualisasi teori-teori yang
didapat dikelas dengan kondisi real di lapangan.
b. Pengembangan wawasan Penelitian ini juga sebagai ajang bagi peneliti untuk
menambah wawasan, selain proses pembelajaran di kelas peneliti juga akan
menganalisis bagaimana kondisi real di lapangan, sehingga pada akhirnya wawasan
mengenai praktik lapangan didapatkan oleh peneliti.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian dapat memberi manfaat sebagai berikut;
1. Bagi pemerintah daerah diharapkan bisa menjadi sulusi untuk memberikan pelayanan
kepada msyarakat dalam hal ini mempercepat pembangunan infrasutruk guna
menjalankan kembali tatanan roda kehidupan yang sebelumnya tersendak yang di
akibat oleh bencana banjir bandang, sehingga hasil dari kerja sama ini di harapkan
masyarakat bisa mejalani kehidupan seperti sedia kala.

4
2. Bagi Akademisi hasil dari penilitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi, yang akan melakukan kajian terhadap pelaksanaan kerjasama antar daerah,
khususnya kerjasama dalam penanggulangan pasca bencana banjir bandang.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK


1. LOKASI BANJIR (BENCANA)/WILAYAH BANJIR
Lokasi bencana terjadi pada 12 kecamatan
1. Kecamatan Allu
2. Kecamatan Limboro
3. Kecamatan Tinambung
4. Kecamatan Balanipa
5. Kecamatam Campalagian
6. Kecamatan Mapilli
7. Kecamatan Luyo
8. Kecamatan Matakali
9. Kecamatan Wonomulyo
10. Kecamatan Tapango
11. Sebagian Kecamatan Tubbi Taramanu
12. Sebagian Kecamatan Bulo
2. JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk yang terancam pada di desa pada 6 kecamatan adalah sebanyak 10.117
jiwa
a. Penduduk pada kecamatan Allu dengan desa/kel
1. Allu = 3.198 jiwa
2. Mombi = 2.893 jiwa
3. Saragian, = 1.566. jiwa
4. Kalumammang, = 1.385 jiwa
5. Pao-pao = 1.808 jiwa
6. Puppuring. = 1.579 jiwa
b. Penduduk pada kecamatan Tinambung dengan desa /kel
1. Tandung = 1.763 jiwa
2. Sepa batu = 2.004 jiwa
3. Tanga-tanga = 2.847 jiwa
4. Karama = 4.697 jiwa
5. Tinambung = 4.062 jiwa
c. Penduduk pada kecamatan Tubbi Taramanu dengan desa/kel
1. Taramanu = 3.924 jiwa
2. Ambopadang = 4.094 jiwa
3. Tubbi = 2.923 jiwa
4. Piriang Tapiko = 1.246 jiwa
5. Ratte = 2.923 jiwa
6. Besoangin = 2.068 jiwa
d. Penduduk pada kecamatan Mapilli dengan desa/kel
1. Mapilli = 4.960 jiwa
2. Buku = 2.913 jiwa

6
3. Ugi Baru = 3.485 jiwa
e. Penduduk pada kecamatan Campalagian dengan desa/kel
1. Desa Botto = 4.160 jiwa
f. Penduduk pada kecamatan Luyo dengan desa/ kel
1. Batupanga = 2.983 jiwa
2. Baru = 3.388 jiwa
3. Mambu = 2.183 jiwa
4. Mapilli Barat = 3.947 jiwa
Semua desa dan kecamatan dilokasi bencana dapat minimalisir ancaman terjadi
kelaparan dan kesakitan kecuali untuk Wilayah Tubbi Taramanu
1. Akses jalan Desa Ambopdang sudah bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua, Untuk
Puskesmas Tubbi Taramanu hanya bisa dengan jalan kaki.
2. Akses air bersih susah dan persediaan makanan semakin menipis di desa Tubbi, Ratte,
Besoangin, Padangmawalle dan Desa Ammbo padang termasuk Pirian Tapiko.

B. JUMLAH POPULASI KELOMPOK RENTAN (BALITA, BUMIL, BUTEKI,


LANSIA, & PENYANDANG DUSABILITAS)
Jumlah penduduk yang terancam pada di desa pada 6 kecamatan adalah sebanyak
10.117 jiwa, dengan jumlah bayi 774 bayi, anak balita 2.332 anak dan ibu hamil sebanyak
126 orang.

C. NAMA DAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN


a. Mandar dengan tugas pokok
1. Pusat kendali operasional pelayanan kesehatan pada lokasi bencana
2. Pusat koordinasi pengorganisasian dan pendistribusian petugas kesehatan, obat
dan alat/bahan kesehatan pada lokasi bencana
3. Pusat pengolahan data kesehatan bencana (menerima, mengolah, analisis dan
intepretasi serta menginformasikan ) kepada yang berkepetingan.
b. Membentuk posko kesehatan di lokasi bencana
1. Posko Kesehatan Tinambung berpusat di Kantor Kecamatan
2. Posko Kesehatan Sepakbatu berpusat di Desa Sepakbatu Kecamatan Tinambung.
3. Posko Kesehatan Tandasura berpusat di Desa Tandasura Kecamatan Limboro.
4. Posko Kesehatan Limboro berpusat di Puskesmas Limboro kecamatan Limboro
5. Posko Kesehatan Petoosang berpusat di Kantor Camat Allu Kecamatan Allu
6. Posko Mombi Kantor Desa Mombi Kecamatan Allu
7. Posko Kesehatan Wonomulyo berpusat di Puskesmas Wonomulyo kecamatan
Wonomulyo.
8. Posko Kesehatan Mapilli di Desa Mapilli
9. Posko Kesehatan Mambu kecamatan luyo
10. Posko Desa Baru Luyo Kecamatan Luyo
11. Posko Kesehatan di Puskesmas Batupanga Kecamatan Luyo
12. Posko Kesehatan Campalagian di Puskesmas Campalagian.
13. Posko Tubbi Taramanu berpusat di desa Ambopadang Kecamatan Tubbi
Taramanu

7
c. Posko yang aktif tertanggal 24 Januari 2009.
1. Posko Kesehatan Sepakbatu berpusat di Desa Sepakbatu Kecamatan Tinambung.
2. Posko Kesehatan Tandasura berpusat di Desa Tandasura Kecamatan Limboro.
3. Posko Kesehatan Limboro berpusat di Puskesmas Limboro kecamatan Limboro
4. Posko Kesehatan Petoosang berpusat di Kantor Camat Allu Kecamatan Allu
5. Posko Kesehatan Wonomulyo berpusat di Puskesmas Wonomulyo kecamatan
Wonomulyo.
6. Posko Kesehatan Campalagian di Puskesmas Campalagian.
7. Posko Tubbi Taramanu berpusat di desa Ambopadang Kecamatan Tubbi
Taramanu
d. Membentuk dan menggerakan Tim Gerak Cepat Penanggulangan Bencana
(Kesehatan) Kabupaten dengan melakukan pelayanan kesehatan
e. Membentuk dan menggerakan tim sanitasi lingkungan ke lokasi bencana dengan
kegiatan melakukan upaya penyediaan sarana air bersih, pengurasan sumur gali,
kaporisasi dan penjernihan air untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi korban
bencana
f. Tambahan Tim indosat mobile klinik , 3 dokter dan 10 relawan dan akan memperkuat
posko kesehatan yang masih aktif yaitu di Wonomulyio, Sepak Batu dan Tandasura.
Tim akan menyediakan obatan-obataan dengan target 1000 pasien yang akan
dilayani selama 3 hari.
g. Antsipasi terjadinya KLB Penyakit melakukan analisis perkembangan penyakit dan
analisis lingkungan Serta. Membentuk Puskesmas lapangan mobile kapasitas 20
orang dengan 7 tempat tidur.

D. DATA JUMLAH SDM KESEHATAN


Untuk posko kesehatan ada 23

E. JENIS KEJADIAN KRISIS KESEHATAN


Selama 7 Hari terjadinya bencana, ada 3.178 pasien yang dilayani. Dari Jumlah ini
semua dapat ditangani di setiap pos, tampa ada rujukan. Namun ditemukan sekitar 5 %
penyakit infeksi kulit. Tidak ditemukan kecenderungan terjadinya wabah penyakit
misalnya Diare, ISPA dan penyakit akibat banjir lainnya
Dari Jumlah penduduk yang terancam pada di desa pada 6 kecamatan adalah
sebanyak 10.117 jiwa, berarti sudah sekitar 31 % yang mengalami sakit. Jumlah bayi 774,
dan sebanyak 2.332 anak balita serta ibu hamil sebanyak 126 orang, Data ini belum
termasuk data relawan yang membantu dalam pelayanan kesehatan
Ada empat ibu hamil 3 diantaranya melahirkan normal pada lokasi banjir terjadi,
yaitu masing-masing di desa Palece, Desa Tandasura, Kel. Petoosang dan yang satu dirujuk
dan dioperasi caesar. Di RSUD Polewali.

F. WAKTU KEJADIAN KRISIS KESEHATAN


Tanggal Sabtu, 24 Januari 2009 Selama 7 Hari terjadinya bencana.

8
G. DESKRIPSI KEJADIAN KRISIS KESEHATAN
Kabupaten Polewali Mandar merupakan wilayah dengan empat dimensi (wilayah)
yaitu dimensi wilayah pegunungan, Pantai, daratan rendah dan dimensi wilayah
sepanjang aliran sungai besar Mandar dan Maloso. Pada hari sabtu, 10 Januari 2009. Jam
02.00 wita. telah terjadi banjir bandang dari aliran sungai Mandar dan Sungai Maloso
yang melanda hampir sebagian besar diwilayah Kabupaten Polewali Mandar, dengan
ketinggian air setinggi kurang lebih 2 meter atau setinggi dada orang dewasa, bahkan ada
yang sampai 3 meter, mengakibatkan atusan rumah warga diwilayah tersebut hancur
termasuk infrastruktur jalan, jembatan kantor pemerintahn kecamatan dan puskesmas
rusak. Masyarakat disekitar diwilayah becana tidak mampu lagi melakukan
penanggulangan, aktifitas warga lumpuh ditingkat kecamatan dan desa. Ada warga yang
meninggal, hilang dan warga lainnya terancam kelaparan dan kesakitan.
Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar Menetapkan peristiswa ini
sebagai Bencana Banjir Bandang dan Tahap Tanggap Bencana diberlakukan selama 2
minggu dari mulai awal kejadian yaitu mulai tanggal 10-24 Januari 2009. Berikut
Laporan akhir tanggap bencana.
Selama 7 Hari terjadinya bencana, ada 3.178 pasien yang dilayani. Dari Jumlah ini
semua dapat ditangani di setiap pos, tampa ada rujukan. Namun ditemukan sekitar 5 %
penyakit infeksi kulit. Tidak ditemukan kecenderungan terjadinya wabah penyakit
misalnya Diare, ISPA dan penyakit akibat banjir lainnya
Dari Jumlah penduduk yang terancam pada di desa pada 6 kecamatan adalah
sebanyak 10.117 jiwa, berarti sudah sekitar 31 % yang mengalami sakit. Jumlah bayi 774,
dan sebanyak 2.332 anak balita serta ibu hamil sebanyak 126 orang, Data ini belum
termasuk data relawan yang membantu dalam pelayanan kesehatan
Ada empat ibu hamil 3 diantaranya melahirkan normal pada lokasi banjir terjadi,
yaitu masing-masing di desa Palece, Desa Tandasura, Kel. Petoosang dan yang satu dirujuk
dan dioperasi caesar. Di RSUD Polewali.

H. JUMLAH KORBAN
Jumlah korban yang meninggal sebanyak 10 orang karena hanyut dan 3 korban
hilang belum ditemukan. Data yang meninggal dan yang hilang adalah sebagai berikut :
1. Meninggal : Muliati (Perempuan) 50 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
2. Meninggal :Pajay ( Laki-Laki) 80 tahun desa Petooasang Kecamatan Allu
3. Meninggal :Rina ( Perempuan ) 14 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
4. Meninggal : Ana (Perempuan ) 4 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
5. Meninggal : Hammado ( Laki-Laki) 80 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
6. Meninggal : Haeruddin (laki-laki) 6 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
7. Meninggal : Maryam (Perempuan) 16 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
8. Meninggal : Nisa (Perempuan) 7 tahun desa Petoosang Kecamatan Allu
9. Meninggal : Zainuddin (laki-laki) 35 tahun desa Katumbangan Lemo Kecamatan
Campalagian
10. Meninggal : Nurlela 14 tahun Desa Buku Mapilli Kecamatan Mapilli.

9
11. Hilang belum ditemukan : Bareta (P) 65 tahun. Desa Petoossang Kecamatan Allu.
12. Hilang belum ditemukan : Sanawiah (Perempuan) 42 tahun Desa sepak batu
Kecamatan Tinambung
13. Hilang belum ditemukan : Gerniah (Perempuan) 4 tahun Desa Sepak batu Kecamatan
Tinambung.

I. FASILITAS KESEHATAN YANG RUSAK


1. SARANA KESEHATAN
Dari tiga Puskesmas yang dilanda banjir Bandang Yaitu Puskesmas Allu,
Puskesmas Limboro dan Puskesmas Tinambung. Semua Puskesmas dan Pustu sudah
dapat berfungsi dengan normal. Namun ada beberapa sarana kesehatan milik Dinas
Kesehatan yang rusak dengan nilai kerugian Rp 1.373.500.000.- (Terbilang : Satu
Milyar Tiga Ratus Tujuh Puluh Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) data sarana
yang rusak dapat dilaporkan sebagai berikut: a. Puskesmas Allu
Puskesmas Allu Kecamatan Allu pada saat bajir, ketinggian air 160 cm,
saat banjir meredah meninggalkan lumpur 20-25 cm di dalam puskesmas, diluar
puskesmas 40-50 cm dan merusak alat-alat kesehatan didalammnya. Tim
penanggulangan telah berhasil mengfungsikan kembali pelayanan kesehatan di
Puskesmas ini, namun secara keseluruhan belum berfungsi maksimal.

Daftar Kerusakan di Puskesmas Tutallu adalah :


No Puskesmas/ Sarana Kondisi Kerusakan Perkiraan kerugian Keterangan
Kesehatan Ringan Sedang Berat
1 Gedung Puskesmas Sedang Rp. 195.000.000.- Telah
termasuk pagar berfungsi
2 Dental Unit 1 buah Berat Rp. 65.000.000.- Tidak
berfungsi
3 Coldchain unit Berat Rp. 85.000.000.- Tidak
berfungsi
4 Tensi meter digital Berat Rp. 9.000.000.- Tidak
2 unit berfungsi
5 Tensi air raksa 3 Berat Rp. 4.900.000.- Tidak
buah berfungsi
6 Komputer 1 set Berat Rp. 6.500.000.- Tidak
berfungsi
7 Centrufuge Berat Rp. 9.500.000 Tidak
Berfungsi
8 Dopler Berat Rp. 2.000.000.- Tidak
berfungsi
9 Warless Toa 1 unit Berat Rp. 8.500.000.- Tidak
berfungsi
10 Daun Pintu 2 unit Berat Rp. 1.700.000.- Tidak
berfungsi
11 Meja kursi 12 buah sedang Rp. 96.000.000.- Tidak
berfungsi
12 Lemari Arisp sedang Rp. 12.800.000.- Tidak
berfungsi
13 Bangku panjang 5 Berat Rp. 9.000.000.- Tidak

10
buah berfungsi
14 Papan data 6 buah Berat Rp. 6.000.000.- Tidak
berfungsi
15 Peralatan Berat Rp. 43.000.000.- Tidak
Penyuluhan 1 set berfungsi
16 Perumahan Medis Sedang Rp. 65 000.000.- Telah
berfungsi
17 Perubahan para sedang Rp. 60.000.000.- Telah
medis 2 unit berfungsi

JUMLAH Rp. 678.900.000.-

b. Puskesmas Tinambung

Puskesmas Tinambung Kecamatan Tinambung kemasukan air (banjir)


setinggi 40 cm merusak peralatan puskesmas, Oleh Tim Penanggulangan telah
mengfungsikan kembali Puskesmas untuk melayani masyarakat (pasien), namun
belum maksimal seperti biasa.
Jaringan kerja Puskesmas Tinambung yaitu Pustu Sepak Batu Kecamatan
Tinambung juga mengalami keruskan
a. Teras bagian depan anjlok 2 meter
b. Kaca jendela pecah
c. Mobiler 3 buah tidak berfungsi
Secara Keseluruhan Kerusakan Puskesmas Tinambung dan Jaringannya
adalah sebagai berikut :

No Puskesmas/ Sarana Jenis Kerusakan Perkiraan kerugian Keterangan


Kesehatan Ringan Sedang Berat
1 Dential 1 unit Berat Rp. 80.000.000.- Tidak
berfungsi
2 Timbangan seca 1 Berat Rp. 8.500.000.- Tidak
buah1 buah berfungsi
3 Timbangan digital sedang Rp. 6.500.000.- Tidak
berfungsi
4 Tensi Air Raksa Berat Rp. 4.000.000.- Tidak
berfungsi
5 Computer, CPU 1 Berat Rp. 6.500.000.- Tidak
Unit berfungsi
6 Obat-Obatan dan Berat Rp. 10.000.000.- Tidak
bahan kesehatan berfungsi
7 Meja dan lemari Sedang Rp. 9.600.000.- Tidak
berfungsi
8 Gedung Puskesmas Sedang Rp. 65..000.000.- Telah
berfungsi
9 Rumah Dokter sedang Rp. 48.000.000.- Telah
berfungsi
10 Rumah paramedis sedang Rp. 36.000.000.- Telah
berfungsi
11 Pustu Sepak Batu Sedang Rp. 35.000.000.- Telah
berfungsi
12 Oksigen Berat Rp. 20.000.000.- Tidak

11
Konsentrator berfungsi
JUMLAH Rp. 329.100.000.-

c. Puskesmas Limboro
Puskesmas Limboro Kecamatan Limboro ketinggian air 50 cm
meninggalkan lumpur 10 cm. Telah dilakukan perbaikan ringan dan dapat
berfungsi meskipun belum maksimal seperti biasa.

No Puskesmas/ Sarana Jenis Kerusakan Perkiraan kerugian Keterangan


Kesehatan Ringan Sedang Berat
1 Dential 1 unit Berat Rp. 60.000.000.- Tidak
berfungsi
2 Timbangan seca Berat Rp. 6.500.000.- Tidak
berfungsi
3 Pompa Air 1 set Berat Rp. 9.000.000.- Tidak
berfungsi
4 Tensi meter Berat Rp. 10.000.000 Tidak
Tensi meter air berfungsi
raksa
5 Timbangan Berat Rp. 25.000.000. Tidak
A. Timbangan berfungsi
seca
B. Timbangan
biasa
C. Timbangan
seca berdiri

6 Computer Sedang Rp. 6.500.000.- Tidak


berfungsi
7 Gedung Puskesmas Sedang Rp. 130.000.000.- Tidak
Pagar Puskesmas berfungsi

JUMLAH Rp.305.500.000.-

d. Sarana Kesehatan Lainnya


Sarana kesehatan lainnya yang dilanda banjir dan telah dilakukan
perbaikan (pembersihan) dapat dapat berfungsi walaupun belum maksimal

No Puskesmas/ Sarana Jenis Kerusakan Perkiraan kerugian Keterangan


Kesehatan Ringan Sedang Berat
1 Puskesmas Mapilli Ringan Rp. 10.000.000 Telah
berfungsi
2 Pustu Beroangin Ringan Rp. 5.000.000 Telah
berfungsi
3 Pustu Ugi Baru Ringan Rp. 5. 000.000.- Telah
berfungsi
4 Pustu Kurma Ringan Rp. 5.000.000.- Telah
berfungsi
5 Posbindes Ringan Rp. 3.000.000.- Telah
Segerang berfungsi
6 Pobindes Buku Ringan Rp. 3.000.000.- Telah

12
berfungsi
7 Pustu Rumpa Ringan Rp. 5.000.000.- Telah
berfungsi
8. Poskesdes Rumpa Ringan Rp. 3.000.000.- Telah
berfungsi
9 Poskesdes Tanga- Ringan Rp. 3.000.000.- Telah
tanga berfungsi
10 Pustu Todang- Berat Rp. 20.000.000.- Telah
Todang berfungsi
JUMLAH Rp. 60.000.000.-

J. FASILITAS UMUM
1. Membentuk dan menggerakan Tim Gerak Cepat Penanggulangan Bencana
(Kesehatan) Kabupaten dengan melakukan pelayanan kesehatan
2. Membentuk dan menggerakan tim sanitasi lingkungan ke lokasi bencana dengan
kegiatan melakukan upaya penyediaan sarana air bersih, pengurasan sumur gali,
kaporisasi dan penjernihan air untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi korban
bencana
3. Tambahan Tim indosat mobile klinik , 3 dokter dan 10 relawan dan akan
memperkuat posko kesehatan yang masih aktif yaitu di Wonomulyio, Sepak Batu
dan Tandasura. Tim akan menyediakan obatan-obataan dengan target 1000 pasien
yang akan dilayani selama 3 hari.
4. Antsipasi terjadinya KLB Penyakit melakukan analisis perkembangan penyakit dan
analisis lingkungan Serta. Membentuk Puskesmas lapangan mobile kapasitas 20
orang dengan 7 tempat tidur

K. KONDISI SANITASI DAN KESEHATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI


LOKASI PENAMPUNGAN PENGUNGSI
1. Pengurasan Sumur Gali
a. Desa Allu : 11 sumur
b. Desa Sepak Batu : 36 sumur
c. Desa Mambu kecamatan Luyo : 28 Sumur
2. Kaporisasi Sumur
a. Wilayah puskesmas wonomulyo : 15 kg ( 1 kaleng)
b. Wilayah PKM Mapilli : 15 kg ( 1 kaleng)
c. Wllayah pusk Campalagian : 15 kg ( 1 kaleng)
d. Wilayah. Pusk Batupanga : 10 kg
e. Wilayah Pusk Tinambung : 15 kg (1 kaleng)
f. Wilayah Pusk. Limboro : 10 kg
g. Wilayah Pusk. Tutallu : 15 kg (1 Kaleng)
3. Pemberian Desiinfekatan (Pembersih Lantai)
a. Wilayah Pusk. Wonomulyo : 3 jergen ( 15 liter)
b. Wilayah Pusk Mapili : 3 jergen ( 15 liter)
c. Wilayah Pusk. Campalagian : 3 jergen ( 15 liter)
d. Wilayah Pusk Batupanga : 3 jergen ( 15 liter)
e. Wilayah Pusk Tinambung : 3 jergen ( 15 liter)
f. Wilaya Pusk Limboro : 3 jergen ( 15 liter)

13
g.Wilayah Pusk Tutallu : 3 jergen ( 15 liter)
4. Pemberian Bahan PAC (Penjernih air)
a.Wilayah Pusk. Wonomulyo : 10 dos ( 100 botol)
b.Wilayah Pusk Mapili : 10 dos ( 100 botol)
c.Wilayah Pusk. Campalagian : 10 dos ( 100 botol)
d.Wilayah Pusk Batupanga : 10 dos ( 100 botol)
e.Wilayah Pusk Tinambung : 20 dos ( 200 botol)
f.Wilaya Pusk Limboro : 10 dos ( 100 botol)
g.Wilayah Pusk Tutallu : 20 dos ( 200 botol)
Dan lainnya misalnya pembersihan Pustu dan Puskesmas, Pemberian Aqua Tab 80
dos, dan air rahmat 60 botol untuk pengungsi petoosang dan Tinambung. Dan
Pembersihan tangki Air di Desa Sepak Batu dan Tutallu.
RTKL Setelah waktu tanggap bencana selesai selanjutnya masa rehabilitasi upaya
dan kegiatan dilakukan agar para korban dan kerusakan sarana dan prasarana kesehatan
bencana dapat berfungsi kembali.

L. KETERSEDIAAN SUMBERDAYA SEPERTI OBAT ,SARANA PENDUKUNG


KESEHATAN, HINGGA ALAT KOMUNIKASI
1. Pada saat laporan ini dibuat obat dalam keadaan cukup untuk 1.500 pasien atau
untuk keperluan 10 hari.
2. Telah juga distribusikan Bantuan MP ASI Biskuit umur 12-24 bulan untuk wilayah
lokasi Banjir.

M. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN


1. Mer-C Makassar tenaga 5 orang dan obat secukupnya
2. Indosat Makassar tenaga 14 orang dan membawa obat secukupnya
3. PPK Pusat tenaga 1 orang dengan bantuan MP-ASI 1.5 ton
4. Dinkes Propinsi Sulwesi barat dengan tenaga 5 orang, bantuan obatan
5. Tim Hidayatullah dengan tenaga 1 orang dengan bantuan fasilitasi tim lokal
6. PKK regional dengan tenaga 5 orang dengan bantuan tehnis dan fasilitasi tim
penanggulangan lokal
7. Dinas Kesehatan Propinsi Sulwesi Selatam dengan tenaga 1 orang dengan fasilitasi
dan tehnis.

N. BANTUAN YANG DIPERLUKAN


1. Peralatan Medis
2. Selimut
3. Makanan dan Minuman
4. Baju

O. REKOMENDASI
1. Menata daerah aliran sungai dari hulu ke hilir secara terpadu sesuai dengan fungsi
lahan.

14
2. Membangun sistem pemantauan dan peringatan dini pada wilayah yang sering
terkena banjir.
3. Memasang pompa dan penghalang ombak untuk daerah yang lebih rendah dari
permukaan laut.
4. Membersihkan Sungai dan Selokan.
5. Membuat Lubang Biopori dan Sumur Resapan.
6. Mengaplikasikan Paving Block atau Grass Block di Sekitar Rumah
7. Memperbanyak Pohon atau Tanaman Lainnya.
8. Hadang Rumah dengan Papan Triplek dan Plastisin
9. Tumpuk Karung Pasir Dekat Sungai atau Selokan.

15
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Peristiwa Banjir merupakan sebuah peristiwa alam yang tergenangnya daratan oleh air.
Perubahan iklim global yang tidak menentu di beberapa tahun belakangan ini yang di
dominasi oleh musim hujan di perkirakan akan mengarah ke peningkatan jumlah tanah
longsor.
Banjir ini terjadi secara tiba-tiba di daerah permukaan rendah akibat hujan yang turun
terus-menerus. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut
berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu
berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah
yang lebih rendah. Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan
tiba-tiba. Banjir bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar
. Banjir bandang inilah yang terjadi di Kabupaten Polewali Mandar beberapa Waktu lalu,
dengan 12 kecamatan yang mengakibatkan kerugian yang banyak, baik harta benda maupun
nyawa.
Selama 7 Hari terjadinya bencana, ada 3.178 pasien yang dilayani. Dari Jumlah ini
semua dapat ditangani di setiap pos, tampa ada rujukan. Namun ditemukan sekitar 5 %
penyakit infeksi kulit. Tidak ditemukan kecenderungan terjadinya wabah penyakit misalnya
Diare, ISPA dan penyakit akibat banjir lainnya
Dari tiga Puskesmas yang dilanda banjir Bandang Yaitu Puskesmas Allu, Puskesmas
Limboro dan Puskesmas Tinambung. Semua Puskesmas dan Pustu sudah dapat berfungsi
dengan normal.
Dari kejadian banjir ini banyak hal yang sudah di lakukan untuk melakukan penangan
medis maupun logistik.

B.Saran
Jadilah manusia yang arif dan bijaksana dalam mengeksplotasi lingkungan hidup,
sehingga tidak menberikan dampak yang buruk terhdap Manusia lain dan lingkungannya, kita
harus meningkatkan nilai peduli lingkungan.
Dalam hal ini kita harus memenuhi kebutuhan hidup tanpa merusak lingkungan. Agar
lingkungan juga tidak memberikan dampak yang buruk, seperti banjir bandang yang terjadi di
polewali mandar beberapa waktu lalu

DAFTAR PUSTAKA

16
17

Anda mungkin juga menyukai