Anda di halaman 1dari 40

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN

Judul : Pump Optimation In 2d Flood Area Modelling

Nama Program Studi : Teknik Sipil

a. Nama Lengkap : Dedi Kurniadi


b. NPM : 1918124007
c. Nomor HP : 085795074612
d. Alamat Surel (email) : dedi.kurniadi@widyatama.ac.id

Anggota (1)
a. Nama Lengkap : Agung Setiawan
b. NPM : 1918124004
c. Alamat Surel (email) : agung.setiawan@widyatama.ac.id

Anggota (2)
a. Nama Lengkap : Rais Haryamanda Syah Putra
b. NPM : 1918124001
c. Alamat Surel (email) : rais.haryamada@widyatama.ac.id

Anggota (3)
a. Nama Lengkap : Sintia Oktaviani
b. NPM : 1918124011
c. Alamat Surel (email) : sintia.oktaviani@widyatama.ac.id

Mengetahui, Bandung, 10 Agustus 2021


Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Yanyan Agustian, ST., M.Eng., Ph.D Bambang Eko Widyanto, ST., MT


NIDN 0401087205 NIDN 0402038809

Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik

Dr. M. Rozahi Istambul, S.Kom., M.T


NIDN 0414106701

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agung Setiawan


NPM : 1918124004
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 24 Oktober 1996
Alamat : Pasirluhur RT. 001 RW. 011
Kel. Padasukaa Kec. Cimenyan Kab. Bandung
Menyatakan bahwa Laporan Penelitian ini adalah benar dan hasil karya saya
sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala akibatnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Bandung, 10 Agustus 2021

Agung Setiawan

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1

1.2. PERUMUSAN MASALAH ................................................................. 1

1.3. PEMBATASAN MASALAH ............................................................... 2

1.4. TUJUAN ............................................................................................... 2

1.5. KEGUNAAN ........................................................................................ 2

1.6. SISTEMATIKA .................................................................................... 2

BAB 2 LANDASAN TEORI .................................................................................. 3

2.1. DAERAH ALIRAN SUNGAI .............................................................. 3

2.2. ANALISIS HIDROLOGI ..................................................................... 3

2.2.1. Perhitungan Hujan Maksimal Metode Thiessen ............................... 3

2.2.2. Perhitungan Curah Hujan Rencana ................................................... 4

2.2.3. Pengujian Kecocokan Fungsi Distribusi ......................................... 11

2.2.4. Intensitas Curah Hujan Metode Mononobe .................................... 14

2.2.5. Infiltrasi Metode Horton ................................................................. 15

iii
2.2.6. Hidrograf Satuan Sintesis................................................................ 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 25

3.1. OBJEK PENELITIAN ........................................................................ 25

3.2. LOKASI PEKERJAAN ...................................................................... 25

3.3. SUMBER DATA ................................................................................ 25

3.4. PEMODELAN DENGAN MENGGUNAKAN HECRAS ................ 25

3.5. DIAGRAM ALIR ............................................................................... 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 27

4.1. ANALISA CURAH HUJAN .............................................................. 27

4.2. ANALISA DEBIT BANJIR ............................................................... 28

4.3. ANALISA MODEL ............................................................................ 28

BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kurva infiltrasi metode horton.........................................................................15
Gambar 2 Hidrograf satuan sintesis SCS .........................................................................17
Gambar 3 Hidrograf satuan snyder ..................................................................................19
Gambar 4 Sketsa penetapan WF ......................................................................................21
Gambar 5 Sketsa penetapan RUA ....................................................................................21
Gambar 6 Hidrograf satuan Gama I .................................................................................21

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Reduce mean (Yn) ................................................................................................5
Tabel 2 Reduce standard deviation (Sn) ............................................................................5
Tabel 3 Reduce variate (Yt) ..............................................................................................6
Tabel 4 Harga k untuk distribusi Log Pearson tipe III .......................................................7
Tabel 5 Standar variabel Gauss .......................................................................................10
Tabel 6 Harga kritis Kolmogorov-Smirnov.....................................................................14
Tabel 7 Koordinat hidrograf satuan tak berdimensi SCS ................................................18

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah yang relative datar dan
menjadi muara dari 13 sistem sungai atau saluran. Awal tahun 2020 saat terjadi
hujan deras yang dimulai dari sore hari tanggal 31 Desember 2019 hingga Pagi hari
1 Januari 2020 terjadi banjir yang cukup merata karena lebat dan ekstrim nya hujan
yang terjadi. Stasiun pencatat Hujan di Halim mencatat curah hujan setebal 377
mm per hari, stasiiun Meteorologi Kemayoran mencatat curah hujan setebal 145.3
mm. Data yang dicatat di Halim Jakarta Timur adalah rekor tertinggi sejak tahun
1866, selain itu penyebab terjadinya banjir pun diakibatkan perubahan tata guna
lahan yang mengakibatkan meningkatnya debit puncak banjir serta adanya
penurunan muka tanah (land subsidence). Karakteristik wilayah DKI Jakarta
mendorong sistem pengendalian banjir dilakukan dengan sistem polder melalui
sistem drainase nya sendiri, hal tersebut membentuk pola penampungan sementara
di waduk atau kolam atau long storage sebelum pada akhirnya dipompa ke alur
sungai terdekat dan diarahkan ke laut. Dalam pengendalian Banjir DKI Jakarta,
terdapat rencana untuk membangun 47 polder dengan kondisi 33 polder yang sudah
terbangun. Untuk 14 polder lain nya saat ini belum terbangun atau belum idela
sebagai wilayah polder.

1.2. PERUMUSAN MASALAH


Sebagaimana dari kondisi di atas, maka perlu dilakukan rekayasa teknik
untuk dapat dapat membantu menurunkan kondisi banjir di area Analisa teknis yang
dilakukan adalah dengan melakukan peninggian tanggul serta pemasangan pompa
pada area hilir. Analisa dilakukan dengan menggunakan program Hec-RAS melalui
pemodelan 2 Dimensi. Selain itu dimodelkan pula dengan model 1D untuk dapat
mengetahui pemodelan secara sederahana.

1
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Hanya meninjau pada area Kali Kamal
b. Hidrograf yang digunakan adalah hidrograf segitiga
c. Curah hujan yang digunakan berasal dari stasiun hujan Soekarno Hatta
d. Solusi penanggulangan hanya menggunakan pompa

1.4. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui potensi banjir yang terjadi
b. Mengetahui dampak pemasangan pompa

1.5. KEGUNAAN
Penelitian ini sangat berguna untuk wawasan serta pemahaman terkait
penanggulangan banjir.

1.6. SISTEMATIKA
Dalam penulisan penelitian dibuat berdasarkan kaidah-kaidah penulisan
karya ilmiah pada buku panduan Laporan Penelitian Universitas Widyatama.
Bab I Pendahuluan dalam bab ini berisikan tentang : Latar belakang,
perumusan masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan, Kegunaan dan Sistematika
Penulisan.
Bab II Landasan Teori, dalam bab ini diuraikan mengenai dasar-dasar teori
tentang landasan teori fondasi, klasifikasi fondasi dalam dan perhitungannya,
diperoleh dari buku literature, jurnal dan website, dan hasil penulisan sebelumnya
Bab III Metodelogi Penelitian, dalam bab ini berisi uraian tentang
deskripsi gedung yang dibangun, persiapan penelitian mencakup metode yang
digunakan dalam penelitian dan alur penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, dalam bab ini berisikan tentang
pengumpulan data yang diperoleh dan teknik pengolahan data serta berisi analisis
dan pembahasan perhitungan berdasarkan kondisi curah hujan, serta analisa
berdasarkan penampang basah saluran.
Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini akan diberikan kesimpulan
dari hasil analisis dan saran-saran yang berguna dalam penerapan solusi alternatif
terkait pompa.

2
BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1.DAERAH ALIRAN SUNGAI

Martopo (dalam Virgiyanti, 2016) daerah aliran sungai (DAS) merupakan


daerah yang dibatasi oleh topografi pemisah air yang terkeringkan oleh sungai atau
sistem saling berhubungan sedemikian rupa sehingga semua aliran sungai yang
jatuh didalam akan keluar dari saluran lepas tunggal dari wilayah tersebut.
2.2. ANALISIS HIDROLOGI
Analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan
bangunan-bangunan hidraulik (Sri Harto, dalam Fauziyyah, 2016). Data hidrologi
merupakan bahan informasi yang sangat penting dalam pelaksanaan inventarisasi
potensi sumber-sumber air, pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber air yang
tepat dan rehabilitasi sumber-sumber alam seperti air, tanah, dan hutan yang telah
rusak. Fenomena hidrologi seperti besarnya : curah hujan, temperatur, penguapan,
lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air sungai,
kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah menurut
waktu..
2.2.1. Perhitungan Hujan Maksimal Metode Thiessen
Untuk perhitungan hidrologi daerah aliran sungai diperlukan data curah
hujan dari beberapa stasiun hujan DAS tersebut sebagai dasar perencanaan untuk
mendapatkan besaran curah hujan maksimum, karena untuk menghitung debit
banjir maka diperlukan data curah hujan maksimal.
Menurut Hilaludin dan Santoso, J (2008, hlm.95) metode poligon thiessen
ini memiliki keteliatan cukup. Untuk menghitung bagian luas daerah aliran
pengendalian banjir yang masing-masing dipengaruhi oleh pengamatan hujan
adalah dengan menggunakan peta hidrologi. Pada peta hidrologi tersebut dibuat
poligon thiessen dengan cara menarik garis hubungan antar stasiun, lalu menarik
garis sumbu diantara garis-garis yang menghubungkan staisun-staisun tersebut.

3
2.2.2. Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal besarnya hujan
dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut kemudian
dicari intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir rencana.
(Hilaludin, dkk. 2008).
Untuk menghitung curah hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi
data hujan. Ada beberapa metode analisis frekuensi yang dapat digunakan, yaitu :
A. Metode Gumbel
Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan curah hujan
rencana dengan metode Gumbel adaah sebagai berikut : (Loebis dalam Hilaludin,
dkk. 2008)
𝑋𝑡 = 𝑋𝑟 + (𝐾 ∗ 𝑆𝑥) ............................................................................(2.1)
dimana :
Xt = Hujan dalam periode ulang tahun
Xr = Harga rata-rata
K = Faktor frekuensi
𝑌𝑡−𝑌𝑛
𝐾= ........................................................................................(2.2)
𝑆𝑛

dimana :
Yt = Reduce variate
Yn = Harga rata-rata reduce variate
n = Jumlah data
Sx = Standar deviasi
∑𝑛
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋𝑟)
2
𝑆𝑥 = √ ............................................................................(2.3)
𝑛−1

4
Tabel 1 Reduce mean (Yn)

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5402 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5672 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
Sumber : CD Soemarto dalam Hilaludin, dkk. 2008

Tabel 2 Reduce standard deviation (Sn)


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0861 1.1004 1.1047 1.1086
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1286 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1547 1.1590
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1960 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1864 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1987 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2020 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 2.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065
Sumber : CD Soemarto dalam Hilaludin, dkk. 2008

5
Tabel 3 Reduce variate (Yt)

Tr Reduced Tr Reduced Tr Reduced


(tahun) Variate (tahun) Variate (tahun) Variate
2 0.36651 200 5.29581 20000 9.90346
5 1.49994 500 6.21361 50000 10.81977
10 2.25037 1000 6.90726 100000 11.51292
20 2.97020 2000 7.60065
50 3.90194 5000 8.51709
100 4.60015 10000 9.21029
Sumber : CD Soemarto dalam Hilaludin, dkk. 2008

B. Metode Log Pearson III


Metode Log Pearson tipe III apabila digambarkan pada kertas peluang
logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
sebagai model matematik dengan persamaan sebagai berikut : (Soewarno dalam
Hilaludin, dkk. 2008)
𝑌 = 𝑌̅ + 𝑘 ∗ 𝑆 ........................................................................................(2.4)
dimana :
X = Curah hujan (mm)
Y = Nilai logaritmik dari X atau log X dengan periode ulang tertentu
𝑌̅ = Rata-rata hitung (lebih baik rata-rata geometrik) nilai Y
S = Deviasi standar nilai Y
k = Karakteristik distribusi peluang log pearson III
Langkah-langkah perhitungan kurva distribusi Log Pearson III adalah :
1. Tentukan logaritma dari semua nilai variasi X.
2. Hitung nilai rata-ratanya : (CD Soemarto dalam Hilaludin, dkk. 2008)
∑ 𝑙𝑜𝑔𝑋
̅̅̅̅̅̅̅
𝑙𝑜𝑔𝑋 = 𝑛 ........................................................................................(2.5)

6
3. Hitung nilai deviasi standarnya dari log X : (CD Soemarto, 1999 dalam
Hilaludin, dkk. 2008)

∑(𝑙𝑜𝑔𝑋−𝑙𝑜𝑔𝑋 ) ̅̅̅̅̅̅̅ 2
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑆 𝑙𝑜𝑔𝑋 = √ ................................................................(2.6)
𝑛−1

4. Hitung nilai koefisien kemencengan : (CD Soemarto, 1999 dalam Hilaludin,


dkk. 2008)
𝑛 ∑𝑛 (𝑙𝑜𝑔𝑋−𝑙𝑜𝑔𝑋
𝑖=1
̅̅̅̅̅̅̅ )3
𝐶𝑠 = (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑆𝑙𝑜𝑔𝑋
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ )3 ................................................................(2.7)

5. Menentukan anti log dari log X, untuk mendapatkan nilai X yang diharapkan
terjadi pada tingkat peluang atau periode tertentu sesuai dengan nilai Csnya.

Tabel 4 Harga k untuk distribusi Log Pearson tipe III


Return Periode
Koefisen 2 5 10 20 50 100 200 1000
Cx Peluang
50 20 10 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670

7
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 0.017 0.836 1.270 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 0.050 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.0 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Sumber : Soewarno dalam Hilaludin, dkk. 2008

C. Metode Normal
Sebaran normal juga disebut sebaran Gauss yang sering dipakai untuk analisis
frekuensi hujan harian maksimum, dimana sebarannya mempunyai fungsi
kerapatan kemungkinan (probability density function) sebagai berikut : (Fauziyyah,
2016, hlm. 17)
1 𝑥−𝜇 2
1
𝑃 (𝑋 ) = 𝑒 −2( 𝜎
)
............................................................................(2.8)
𝜎√2𝜋

8
dimana :
P(X) = Fungsi kerapatan peluang normal
𝜇 = nilai X rata-rata
𝜎 = standar deviasi nilai X
Sebaran normal mempunyai sifat khusus bahwa besarnya koefisien asimetris
(skewness) Cs=0 atau -0.015<Cs<0.015, dengan koefisien kurtosis sebesar Ck=3𝜎2
atau 2.7<Ck<3.3.
Apabila populasi dari data hidrologi, mempunyai sebaran normal, maka
kemungkinan (probability) adalah :
P(𝑥̅ − 𝜎) = 15.87%
P(𝑥̅ ) = 150%
P(𝑥̅ + 𝜎) = 84.14%
Sehingga nila varian yang berada pada daerah antara sebagai berikut :
Nilai 68.27%, terletak didaerah satu standar devasi sekitar nilai rata-ratanya,
antara 𝑥̅ − 𝜎 dan 𝑥̅ + 𝜎, nilai 95.44% terletak didaerah dua standar deviasi sekitar
nilai rata-ratanya, antara 𝑥̅ − 2𝜎 dan 𝑥̅ + 2𝜎, sedangkan 99.73% terletak didaerah
tiga standar deviasi sekitar nilai rata-ratanya, antara 𝑥̅ − 3𝜎 dan 𝑥̅ + 3𝜎.
Aplikasi perhitungan hujan rencana sebaran normal adalah :
𝑋𝑡𝑟 = 𝑋̅ + 𝑘 ∗ 𝑆 ........................................................................................(2.9)
dimana :
Xtr = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
𝑋̅ = Nilai rata-rata varian
k = Standar variabel untuk periode ulang T tahun
S = Deviasi standar nilai varian

9
Tabel 5 Standar variabel Gauss
Periode Ulang T
Peluang k
(tahun)
1.001 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.01 0.99 -2.33
1.05 0.95 -1.64
1.11 0.9 -1.28
1.25 0.8 -0.84
1.33 0.75 -0.67
1.43 0.7 -0.52
1.67 0.6 0.25
2 0.5 0
2.5 0.4 0.25
3.33 0.3 0.52
4 0.25 0.67
5 0.2 0.84
10 0.1 1.28
20 0.05 1.64
50 0.02 2.05
100 0.01 2.33
200 0.005 2.58
500 0.002 2.88
1000 0.001 3.09
Sumber : Sri Harto dalam Fauziyyah. 2016

D. Metode Log Normal


Distribusi log normal digunakan apabila nilai rata-rata dari variabel random
tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi
normal. Dalam hal ini, fungsi densitas probabilitas (PDF) diperoleh dengan

10
melakukan transformasi, yang dalam hal ini digunakan transformasi mengubah data
𝑋̅ kedalam bentuk logaritmik : Y=log𝑋̅. (Fauziyyah, 2016, hlm. 19)
Hitungan distribusi log normal dilakukan dengan menggunakan tabel yang
sama dengan distribusi normal yaitu Tabel 2.5. (Sri Harto dalam Fauziyyah, 2016,
hlm. 19) memberikan sifat-sifat distribusi log normal, berikut :
Nilai kemencengan Cs = Cx3 + 3Cx
Nilai kurtosis Ck = Cv8 + 6Vc6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3
Kemudian dilakukan perhitungan rencana hujan dengan rumus tersebut :
𝑌𝑡𝑟 = 𝑌 + 𝑘 ∗ 𝑠 ......................................................................................(2.10)
dimana :
Ytr = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
Y = Nilai rata-rata varian
k = Standar variabel untuk periode ulang T tahun
S = Deviasi standar nilai varian

2.2.3. Pengujian Kecocokan Fungsi Distribusi


Menurut SNI 2415 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Banjir
Rencana. Kecocokan dalam pemilihan fungsi distribusi diuji dengan uji kecocokan
menggunakan metode pengujian dan dengan confidence interval (tingkat interval
kepercayaan) tertentu dapat menggunakan Metode Chi-Square dan Metode
Kolmogorov-Smirnov. Jenis sebaran peluang/fungsi distribusi yang sering
digunakan pada analisis frekuensi untuk hujan ekstrim di Indonesia adalah Pearson
III, Log Pearson III, Gumbel Tipe 1, Normal, Log Normal 2, dan Log Normal 3
parameter.
A. Uji Chi Kuadrat
Metode ini menganggap pengamatan membentuk variable acak dan dilakukan
secara statistik dengan mengikuti kurva distribusi chi square dengan derajat
kebebasan k-p-1, dengan p merupakan jumlah parameter yang diesitimasi dari data.
Uji statistik ini berdasarkan pada bobot jumlah kuadrat perbedaan antara
pengamatan dan teoritisnya yang dibagi dalam kelompok kelas. Uji kecocokan ini
dapat dilihat pada persamaan (2.11) :

11
𝑘 (𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝑋𝑖=1 ......................................................................................(2.11)
𝐸𝑖

dimana :
X = Parameter chi-kuadrat terhitung
k = Jumlah sub kelompok
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i
Jika hasilnya X besar menunjukkan bahwa distribusi yang dipilih tidak cocok,
tetapi uji inidapat memberikan hasil yang baik jika mempunyai data yang panjang.
Kottegoda (dalam SNI 2415, 2016, hlm 9) menyarankan sebaiknya n≥50 tahun dan
jumlah kelas interval ≥5.
Urutan pemeriksaan kesesuaian distribusi adalah sebagai berikut :
1. Urutkan data pengamatan dari data kecil ke besar atau sebaliknya;
2. Kelompokkan data pengamatan menjadi beberapa “k” kelas interval (k diambil
= 5);
3. Catat frekuensi data pengamatan pada setiap kelas interval;
4. Hitung frekuensi kejadian yang diharapkan “F”;
5. Hitung nilai X2;
6. Tetapkan nilai derajat kebebasan Dk;
7. Tetapkan besar tingkat kepercayaan (confidence level, misal 95%);
8. Cari kritis dari tabel harga kritis Chi-Kuadrat.
9. Bandingkan X2 hitungan dengan X2 kritis, bila X2 hitungan < X2 kritis, berarti
metode distribusi yang diperiksa dapat diterima.

B. Uji Smirnov-Kolmogorov
Untuk menghindarkan hilangnya informasi data pada uji Chi-kuadrat akibat
pengelompokan data dalam kelas-kelas interval, ada beberapa metode lain yang
telah dikembangkan. Salah satu metode yang sering digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov (dalam SNI 2415, 2016, hlm. 10). Uji kecocokan ini adalah
uji kecocokan “non parametric” karena tidak mengikuti distribusi tertentu. Uji ini
menghitung besarnya jarak maksimum secara vertikal antara pengamatan dan

12
teotitisnya dari distribusi sampelnya. Perbedaan jarak maksimum untuk
Kolmogorov - Smirnov tertera pada Persamaan (2.12).
𝐷𝑛 = 𝑚𝑎𝑥 |𝑃 (𝑥 ) − 𝑃𝑜(𝑥)| ..............................................................(2.12)
dimana :
Dn = Jarak vertikal maksimum antara pengamatan dan teoritisnya
P(x) = probabilitas dari sampel data
Po(x) = probabilitas dari teoritisnya
Distribusi dikatakan cocok jika nilai Dn< D kritisnya pada derajat
kepercayaan yang diinginkan.Urutan uji ini adalah sebagai berikut :
1. Susun data curah hujan harian rerata tiap tahun dari kecil ke besar atau
sebaliknya;
2. Hitung probabilitas untuk masing-masing data hujan dengan persamaan
Weibull sebagai berikut :
𝑚
𝑃 = 𝑛+1 100% ......................................................................................(2.13)

dimana :
P = Probabilitas (%);
m = Nomor urut data dari seri data yang telah disusun;
n = Banyak data.
3. Cari harga mutlak perbedaan maksimum antara distribusi empiris (P empiris)
dengan distribusi teoritis (P teoritis)
∆= 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 |𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑃𝑒𝑚𝑝𝑖𝑟𝑖𝑠| ......................................(2.14)
4. Apabila nilai ∆≤∆ kritis sesuai harga kritis uji Kolmogorov-Smirnov seperti
Tabel 2.6 maka distribusi teoritisnya dapat diterima dan bila terjadi sebaliknya
maka distribusi teoritisnya ditolak.

13
Tabel 6 Harga kritis Kolmogorov-Smirnov
α
n
0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
1.07 1.22 1.36 1.63
> 50 √𝑛 √𝑛 √𝑛 √𝑛

Sumber : SNI 2415 Tahun 2016


2.2.4. Intensitas Curah Hujan Metode Mononobe
Untuk menentukan debit banjir rencana (Design Flood), perlu didapatkan
harga suatu intensitas curah hujan terutama bila digunakan metoda rational.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat
diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau. (Hilaludin, dkk.
2008, hlm. 19).
Untuk menghitung intensitas curah hujan metode mononobe menggunakan
rumus (2.15). Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang tersedia hanya
curah hujan harian. (CD Soemarto dalam Hilaludin, dkk. 2008, hlm 19)
𝑅24 24 2/3
𝐼= 24
.[ 𝑡 ] ..........................................................................(2.14)

dimana
I = Intesitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Lamanya curah hujan (jam)

14
2.2.5. Infiltrasi Metode Horton
Menurut Aidatul F,N (2015, hlm. 10) pengujian infiltrasi tanah dilakukan
dengan Metode Horton. Menurut Horton kapasitas infiltrasi berkurang seiring
dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstan. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang
beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah.
Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti tutupan lahan,
penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah,
penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus
dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Kurva infiltrasi metode Horton terlihat
pada gambar 2.1. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti
persamaan sebagai berikut :
f = fc + (f0 – fc) e-kt ..........................................................................(2.15)
dimana :
f = Laju infiltrasi (cm/jam) atau (mm/jam)
f0 = Laju infiltrasi awal (cm/jam)
fc = Laju infiltrasi akhir (cm/jam)
e = Bilangan dasar logaritma Naperian
t = Waktu yang dihitung dari mulainya hujan (jam)
k = konstanta untuk jenis tanah

Gambar 1 Kurva infiltrasi metode horton


Sumber : Aidatul F, (2015, hlm. 11)

15
2.2.6. Hidrograf Satuan Sintesis
A. Metode “Soil Conservation Service” (SCS) – USA
Menurut SNI 2415 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Banjir
Rencana. Hidrograf satuan tak berdimensi SCS adalah hidrograf sintetis yang
diekspresikan dalam bentuk perbandingan antara debit q dengan debit puncak qp
dan waktu t dengan waktu naik (time of rise) Tp seperti terlihat Gambar 2.2
hidrograf satuan sintetik SCS dan Tabel 2.7 dengan memperhatikan koordinat dari
hidrograf ini. Nilai qp dan Tp dapat diperkirakan dengan menggunakan
penyederhanaan model hidrograf satuan segitiga. Hidrograf satuan sintetik SCS
dengan satuan waktu jam dan debit dalam m3/s.
Dalam kajian terhadap banyak hidrograf satuan, waktu turun (time of
recession) dapat diperkirakan sebesar 1,67 Tp dan basis hidrograf tp = 2,67 Tp.
Untuk limpasan langsung (direct runoff) sebesar 1 cm diperoleh debit puncak.
𝐶𝐴
𝑞𝑝 = 𝑇𝑝 ......................................................................................(2.16)

dimana :
qp = Puncak hidrograf satuan (m3/s)
C = Konstanta = 2,08
A = Luas DAS (km2);
Tp = Waktu naik atau waktu yang diperlukan antara permulaan hujan hingga
mencapai puncak hidrograf (jam).
Lama waktu keterlambatan (time lag)
𝑡𝑝 = 0.6𝑇𝑐 ......................................................................................(2.17)
dimana :
tp = Waktu kelambatan yaitu waktu antara titik berat curah hujan hingga
puncak hidrograf (jam)
Tc = Waktu konsentrasi yang dapat dihitung dengan persamaan KIRPICH
(1940 dalam SNI 2415, 2016, hlm. 36).
𝑇𝑐 = 0.01947 . 𝐿0.77. 𝑆 −0.385 ..............................................................(2.18)
dimana :

16
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang maksimum lintasan air (m);
S = Kemiringan (slope) DAS = ∆H/L
∆H = Perbedaan ketinggian antara titik terjauh di DAS dengan tempat pelepasan
(outlet)
Waktu naik (time of rise)
𝑡𝑟
𝑇𝑝 = + 𝑡𝑝 ......................................................................................(2.19)
2

dimana :
Tp = Waktu naik (jam)
tr = Lama terjadinya hujan efektif (jam)
tp = Waktu kelambatan (jam)
Langkah perhitungan :
1. Ambil durasi hujan Tc dari data hujan yang tersedia
2. Hitung waktu konsentrasi Tc
3. Hitung lama waktu kelambatan tp
4. Hitung waktu naik Tp
5. Hitung puncak hidrograf satuan qp
6. Hidrograf tak berdimensi seperti Hidrograf tak berdimensi
7. Hidrograf satuan segitiga

Gambar 2 Hidrograf satuan sintesis SCS


Sumber : SNI 2415 (2016)

17
Tabel 7 Koordinat hidrograf satuan tak berdimensi SCS

B. Metode Snyder
Perhitungan hidrograf satuan dari Snyder :
𝑡𝑝 = 𝐶1 (𝐿. 𝐿𝑐 )𝑛 ..........................................................................(2.20)
dimana :
L = Panjang sungai (km);
Lc = Panjang sungai dari titik berat basin ke outlet (km);
tp = Waktu dari titik berat curah hujan efektif ke puncak banjir ;
C1, n = Koefisien-koefisien yang tergantung dari karakteristik daerah
pengalirannya.
𝐶𝑝
𝑞𝑝 = 275 𝑡𝑝 ......................................................................................(2.21)

dimana :
qp = Debit maksimum hidrograf satuan (liter/det/km2);
cp = Koefisien tergantung dari karakteristik daerah pengalirannya
𝑡𝑝
𝑡𝑐 = 5.5 ......................................................................................(2.22)

dimana :
tc = Lamanya curah hujan efektif
Jika tc > tR
t’p = tp + 0.25 (tR – tc) ..........................................................................(2.23)
Sehingga didapat waktu untuk mencapai debit maksimum.

18
Tp = t’p + 0.5(tR – tc) ..........................................................................(2.24)
Jika tc < tR
Tp = tp + 0.5tR ..........................................................................(2.25)
dimana :
Tp = Waktu penaikan banjir (time rise to peak)
TR = Durasi hujan efektif (jam)
25.4𝐴
𝑄𝑝 = 𝑞𝑝. 1000 (untuk ketebalan hujan 1 inch atau = 25.4 mm) ..............(2.26)

dimana :
Q = Debit maksimum total (m3/s)
qp = Debit maksimum hidrograf satuan (1 liter/s/km2)
A = Luas daerah aliran (km2)
Bentuk dari hidrograf satuan ditentukan oleh persamaan Alexseyev.

Gambar 3 Hidrograf satuan snyder


Sumber : SNI 2415 (2016)
Q = f(t)
𝑄 𝑡
𝑌 = 𝑄𝑝 𝑋 = 𝑇𝑝
(1−𝑥)2
𝑌 = 10−𝑎 𝑥 , persamaan Alexseyev ..................................................(2.27)
𝑄𝑝.𝑇𝑝
𝜆=
𝑊

a = 1.32 λ2 + 0.15λ + 0.045(85)


W = 1000h.A ......................................................................................(2.28)
h = Curah hujan efektif (excess rainfall) (mm)
C. Metode Gama I

19
1) Satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu
waktu naik (TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai
berikut :
a) Waktu naik (TR) dinyatakan dengan persamaan :
𝐿 3
𝑇𝑅 = 0.43 (100𝑆𝐹) + 1.0665 𝑆𝐼𝑀 + 1.2775 ..........................(2.29)

dimana :
TR = Waktu naik (jam)
L = Panjang sungai (km)
SF = Faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai
tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat
SIM = Faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar
(WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA)
WF = Faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur
dari titik di sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DAS yang diukur
dari titik yang berjarak ¼ L dari tempat pengukuran.
b) Debit puncak (Qp) dinyatakan dengan persamaan :
𝑄𝑝 = 0.1836 . 𝐴0.5886 . 𝐽𝑁 0.2381 . 𝑇𝑅−0.4008 ......................................(2.30)
dimana :
QP = Debit puncak (m3/s)
JN = Jumlah pertemuan sungai
TR = Waktu naik (jam)
A = Luas DAS
c) Waktu dasar (TB) dinyatakan dengan persamaan :
𝑇𝐵 = 27.4132 . 𝑇𝑅0.1457. 𝑆 −0.0956. 𝑆𝑁 0.7344 . 𝑅𝑈𝐴0.2574...............(2.31)
dimana :
TB = Waktu dasar (jam)
TR = Waktu naik (jam)
S = Kemiringan sungai rata-rata
SN = Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen
sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat

20
RUA = Luas DAS sebelah hulu (km), (lihat Gambar 2.5), sedangkan
bentuk grafis dari hidrograf satuan (lihat Gambar 2.6)

Gambar 4 Sketsa penetapan WF


Sumber : SNI 2415 (2016)

Gambar 5 Sketsa penetapan RUA


Sumber : SNI 2415 (2016)

Gambar 6 Hidrograf satuan Gama I


Sumber : SNI 2415 (2016)
2) Hujan efektif didapat dengan cara metode Ø indeks yang dipengaruhi fungsi
luas DAS dan frekuensi sumber SN, dirumuskan sebagai berikut :

21
Ø = 10.4903 − 3.859.106 𝐴2 + 1.6985.10−13 . (𝐴/𝑆𝑁)4 ........................(2.32)
dimana :
Ø = Indeks Ø (mm/jam)
A = Luas DAS (km2)
SN = Frekuensi sumber, tidak berdimensi.
3) Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kekerapan jaringan
sungai yang dirumuskan sebagai berikut :
𝑄𝐵 = 0.4751 𝐴0.6444 𝐴 𝐷 0.9430 ..............................................................(2.33)
dimana :
𝑄𝐵 = Aliran dasar (m3/s)
A = Luas DAS (km2);
D = Kerapatan jaringan sungai (km/km2)
4) Besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan hujan efektif dengan
periode ulang tertentu dengan hidrograf satuan selanjutnya ditambah dengan
aliran dasar.

D. Metode Nakayasu
Menurut Siby, Kawet, dan Halim (2013, hlm. 263) parameter yang diperlukan
dalam analisa menggunakan hidrograf satuan sintetik nakayasu antara lain:
1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (Time to Peak
Magitude)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (Time Lag)
3. Tenggang waktu hidrograf (Time Base of Hydrograph)
4. Luas daerah pengaliran (Catchment Area)
5. Panjang alur sungai utama terpanjang (Length of The Longest Channel)
6. Koefisien pengaliran (Run off Coefficient)
Debit puncak banjir :
𝑐.𝐴.𝑅𝑜
𝑄𝑝 = 3.6(0.3𝑇𝑝+𝑇 ..........................................................................(2.34)
0.3

dimana :
Qp = Qmaks, merupakan debit puncak banjir (m3/dtk)

22
C = Koefisien aliran (= 1)
A = Luas DAS (sampai ke outlet) (km2)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (jam)
Persamaan hidrgraf satuan :
a) Pada kurva naik (rising limb)
0≤t<Tp
𝑡 2.4
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 (𝑇𝑝) ..........................................................................(2.35)

dimana :
Qt = Unsur aliran sebelum mencapai debit puncak (m³/det)
t = Waktu (jam)
b) Pada kurva turun (recession limb)
• Tp ≤ t < (Tp+T0.3)
𝑡−𝑇𝑝
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 ∗ 0.3 𝑇0.3 ..............................................................(2.36)
• (Tp+T0.3) ≤ t < (Tp+T0.3 + 1.5 T0.3)
𝑡−𝑇𝑝+0.5𝑇0.3
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 ∗ 0.3 1.5𝑇0.3 ..............................................................(2.37)
• t ≥ (Tp+T0.3 + 1.5 T0.3)
𝑡−𝑇𝑝+1.5𝑇0.3
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 ∗ 0.3 2𝑇0.3 ..............................................................(2.38)
Unsur-unsur waktu untuk perhitungan debit pada persamaan hidrograf satuan
sintetik Nakayasu adalah :
Tp = tg + 0.8 tr ......................................................................................(2.39)
T0.3 = α tg ......................................................................................(2.40)
dimana :
Tp = Tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
tg = Waktu konsentrasi hujan (jam)

23
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak (jam)
α = parameter hidrograf
tr = 0,5 x tg sampai 1 x tg
tg = 0.4 + 0.058.L (untuk L ≥ 15 km) ..................................................(2.41)
tg = 0.21 . L0.7 (untuk L ≤ 15 km) ..................................................(2.42)
tr = 0.5 . tg s/d tr = tg ..........................................................................(2.43)
T0,3 = α x tg ......................................................................................(2.44)

dimana :
tr = Waktu curah hujan
tg = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang sungai utama (km)
Untuk :
α = 2,0 : Daerah pengaliran biasa
α = 1,5 : Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat.
α = 3,0 : Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat.

24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian pada pekerjaan ini diantaranya adalah :


- Data sekunder berupa data curah hujan
- Data Topografi
3.2. LOKASI PEKERJAAN

Gambar 7 Lokasi Pekerjaan


3.3. SUMBER DATA

Data-data yang digunakan berupa data sekunder, data-data tersebut adalah :


data curah hujan yang berasal dari Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta
serta hasil pengukuran topografi dari konsultan. Untuk skala lebih jauh
digunakan pula data yang berasal dari Badan Informasi Geospasial.

3.4. PEMODELAN DENGAN MENGGUNAKAN HECRAS

Untuk mengetahui potensi banjir serta fungsi dari pemasangan pompa


digunakan software HECRAS versi 6. Selain itu digunakan pula data dari
BIG berupa data DEM.

25
3.5. DIAGRAM ALIR

MULAI

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA

ANALISA

ANALISA HIDROLOGI ANALISA HIDROLIKA

ANALISA

SELESAI

26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. ANALISA CURAH HUJAN

Berdasarkan hasil analisa di lokasi pekerjaan, didapat curah hujan maksimum


seperti di bawah ini :

Tabel 8 Curah Hujan Maksimum


Maximum
No Year Rainfall
(mm/day)
1 2010 106.2
2 2011 75.5
3 2012 101.1
4 2013 134.6
5 2014 104.1
6 2015 127.7
7 2016 147.6
8 2017 125.5
9 2018 85.4
10 2019 57
11 2020 147.9

Berdasarkan data curah hujan di atas dilakukan analisa frekuensi dengan hasil di
bawah ini :
Tabel 9 Hasil Analisa Frekuensi
Kala Ulang T Distribusi Probabilitas
(Tahun) t Lognormal Lognormal Log
Normal Gumbel I Pearson III
2 Paramet. 3 Paramet. Pearson III
2 0.0000 110.2 106.5 108.4 106.2 112.1 110.9
5 0.8416 135.1 132.9 134.3 140.8 135.5 136.9
10 1.2816 148.1 149.3 149.0 163.7 146.7 149.5
20 1.6449 158.9 164.3 161.8 185.7 155.5 159.2
25 1.7507 162.0 168.9 165.6 192.7 157.9 161.8
50 2.0537 171.0 182.9 176.8 214.2 164.8 169.0
100 2.3263 179.0 196.6 187.3 235.5 170.7 175.0
1000 3.0902 201.6 240.4 218.7 306.0 186.1 188.6
Penyimpangan Maksimum 11.38 15.03 13.06 10.86 9.77 9.57
Delta Kritis (Sig. Level 5 %) 39.1 39.1 39.1 39.1 39.1 39.1

27
4.2. ANALISA DEBIT BANJIR

Berdasarkan hasil analisa dilakukan perhitungan dengan hidrograf sederhana


menggunakan debit Qp25 sebesar 162.5 m3/s. Grafik hidrograf dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 8 Hidrograf Segitiga

4.3. ANALISA MODEL

Berdasarkan hasil penggabungan data topografi dan data DEM didapat DEM desain
sebagai berikut.

(a) (b)
Gambar 9 Dem Model Original (a) dan Normalized (b)

28
Karakteristik pompa dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 10 Pump Characteristic


Berdasarkan karkteristik pompa di atas, pompa akan berfungsi otomatis saat muka
air berada pada elevasi 0.5 m dan mati pada elevasi 0.
Hasil pemodelan dapat dilihat sebagai berikut :
a. Original Condition
Area banjir pada kondisi ini adalah 391.592 Ha.

Gambar 11 Original Condition

29
b. Normalized Condition
Area banjir pada kondisi ini adalah 347.153 Ha.

Gambar 12 Normalized Condition

c. Normalized And Pump Condition


Area banjir pada kondisi ini adalah 335.008 Ha.

Gambar 13 Normalized and Pumped Condition

Simulasi penggunaan pompa dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dapat
diketahui bahwa pompa menyala pada jam ke 5 dan mati pada jam ke 12.
Setelah itu pompa akan menjaga agar muka air selalu pada elevasi +0.00

30
Gambar 14 Pump Simulation And Hidrograph Flow

31
BAB 5 KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari penelitian di atas adalah :


- Area banjir yang terjadi pada kondisi eksisting adalah 391.592 Ha
- Area banjir yang terjadi setelah dinormalisasi adalah 347.153 Ha
- Area banjir yang terjadi setelah dinormalisasi dan dipasang pompa adalah
335.008 Ha
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa penggunaan pompa dapat
mereduksi banjir di area tersebut.

32
DAFTAR PUSTAKA
Aidatul F, Nining. (2015). Pemetaan Laju Infiltrasi Menggunakan Metode Horton
di Sub Das Tenggarang Kabupaten Bondowoso. (Skripsi). Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Army Corps of Engineers Hydrologic Engineering Center (HEC). (2016). HEC-
RAS River Analysis System Hydraulic Reference Manual. Davis, CA : US.
ACE-HEC
Army Corps of Engineers Institute for Water Resources Hydrologic
Engineering Center. (2016). Hydrologic Modelling System HEC-HMS
Quick Start Guide. Davis, CA : U.S. CEIWR-HEC.
Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 8066:2015 Tentang Tata Cara
Pengukuran Debit Alran Sungai dan Saluran Terbuka menggunakan Alat
Ukur Arus dan Pelampung. ICS 93.025. Jakarta : BSN.
Badan Standardisasi Nasional. (2016). SNI 2416:2016 Tentang Tata Cara
Perhitungan Debit Banjir Rencana. ICS 93.140. Jakarta : BSN.
Boangmanalu, A.O. & Indrawan, I. (2013). Kajian Laju Angkutan Sedimen pada
Sungai Wampu. Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Fauziyyah, U. (2016). Analisis Air Balik (Backwater) di Muara Sungai
Cikapundung Akibat Tinggi Muka Air Sungai Citarum. (Tugas Akhir).
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hilaludin & Santoso, J (2008). Perencanaan Dam dan Spillway yang Dilengkapi
PLTMH di Kampus Tembalang. (Tugas Akhir). Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Hidayah Y.N, Nur. (2013). Kajian Angkutan Sedimen pada Sungai Bengawan
Solo (Serenan-Jurug). (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Mudjib, C.M & Lasminto, U (2013). Studi Angkutan Sedimen Sudetan
Pelangwot-Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo. Jurnal Teknik Pomits
Vol., No.3, (2013) ISSN :2337-3539 (2301-9271 Print).
Maretiyanti, V. P. (2018). Analisis Distribusi Angkutan Sedimen Di Sungai
Cikapundung, Kota Bandung. (Skripsi). Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Pendidikan Tekonolog dan Kejuruan, Universitas Pendidikan
Indonesia

33
Prasetyo, D., Dermawan, V., & Primantyo H, A. (2015). Kajian Penanganan
Sedimentasi Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Jurnal Teknik
Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 76-87
Sarwan. (2008). Kajian Laju Angkutan Sedimen Pada Sungai-sungai di Sumatera
Selatan. (Tesis).Institut Teknologi Bandung.
Siby, E.P., L. Kawet., & F. Halim. (2013). Studi Perbandingan Hidrograf Satuan
Sintetik pada Daerah Aliran Sungai Ranoyapo. Jurnal Sipil Statik Vol.1
No.4, Maret 2013 (259-269) ISSN: 2337-6732.
Wigati, R., Soedarsono., & Mutia, T. (2016). Analisis Banjir Menggunakan
Software HEC-RAS 4.1.0 (Studi Kasus Sub-DAS Ciberang HM 0+00 –
HM 34+00). Jurnal Fondasi, Volume 5 No 2.

34

Anda mungkin juga menyukai