LAPORAN PENELITIAN
Anggota (1)
a. Nama Lengkap : Agung Setiawan
b. NPM : 1918124004
c. Alamat Surel (email) : agung.setiawan@widyatama.ac.id
Anggota (2)
a. Nama Lengkap : Rais Haryamanda Syah Putra
b. NPM : 1918124001
c. Alamat Surel (email) : rais.haryamada@widyatama.ac.id
Anggota (3)
a. Nama Lengkap : Sintia Oktaviani
b. NPM : 1918124011
c. Alamat Surel (email) : sintia.oktaviani@widyatama.ac.id
Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik
i
SURAT PERNYATAAN
Agung Setiawan
ii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii
iii
2.2.6. Hidrograf Satuan Sintesis................................................................ 16
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kurva infiltrasi metode horton.........................................................................15
Gambar 2 Hidrograf satuan sintesis SCS .........................................................................17
Gambar 3 Hidrograf satuan snyder ..................................................................................19
Gambar 4 Sketsa penetapan WF ......................................................................................21
Gambar 5 Sketsa penetapan RUA ....................................................................................21
Gambar 6 Hidrograf satuan Gama I .................................................................................21
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Reduce mean (Yn) ................................................................................................5
Tabel 2 Reduce standard deviation (Sn) ............................................................................5
Tabel 3 Reduce variate (Yt) ..............................................................................................6
Tabel 4 Harga k untuk distribusi Log Pearson tipe III .......................................................7
Tabel 5 Standar variabel Gauss .......................................................................................10
Tabel 6 Harga kritis Kolmogorov-Smirnov.....................................................................14
Tabel 7 Koordinat hidrograf satuan tak berdimensi SCS ................................................18
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Hanya meninjau pada area Kali Kamal
b. Hidrograf yang digunakan adalah hidrograf segitiga
c. Curah hujan yang digunakan berasal dari stasiun hujan Soekarno Hatta
d. Solusi penanggulangan hanya menggunakan pompa
1.4. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui potensi banjir yang terjadi
b. Mengetahui dampak pemasangan pompa
1.5. KEGUNAAN
Penelitian ini sangat berguna untuk wawasan serta pemahaman terkait
penanggulangan banjir.
1.6. SISTEMATIKA
Dalam penulisan penelitian dibuat berdasarkan kaidah-kaidah penulisan
karya ilmiah pada buku panduan Laporan Penelitian Universitas Widyatama.
Bab I Pendahuluan dalam bab ini berisikan tentang : Latar belakang,
perumusan masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan, Kegunaan dan Sistematika
Penulisan.
Bab II Landasan Teori, dalam bab ini diuraikan mengenai dasar-dasar teori
tentang landasan teori fondasi, klasifikasi fondasi dalam dan perhitungannya,
diperoleh dari buku literature, jurnal dan website, dan hasil penulisan sebelumnya
Bab III Metodelogi Penelitian, dalam bab ini berisi uraian tentang
deskripsi gedung yang dibangun, persiapan penelitian mencakup metode yang
digunakan dalam penelitian dan alur penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, dalam bab ini berisikan tentang
pengumpulan data yang diperoleh dan teknik pengolahan data serta berisi analisis
dan pembahasan perhitungan berdasarkan kondisi curah hujan, serta analisa
berdasarkan penampang basah saluran.
Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini akan diberikan kesimpulan
dari hasil analisis dan saran-saran yang berguna dalam penerapan solusi alternatif
terkait pompa.
2
BAB 2 LANDASAN TEORI
3
2.2.2. Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal besarnya hujan
dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut kemudian
dicari intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir rencana.
(Hilaludin, dkk. 2008).
Untuk menghitung curah hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi
data hujan. Ada beberapa metode analisis frekuensi yang dapat digunakan, yaitu :
A. Metode Gumbel
Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan curah hujan
rencana dengan metode Gumbel adaah sebagai berikut : (Loebis dalam Hilaludin,
dkk. 2008)
𝑋𝑡 = 𝑋𝑟 + (𝐾 ∗ 𝑆𝑥) ............................................................................(2.1)
dimana :
Xt = Hujan dalam periode ulang tahun
Xr = Harga rata-rata
K = Faktor frekuensi
𝑌𝑡−𝑌𝑛
𝐾= ........................................................................................(2.2)
𝑆𝑛
dimana :
Yt = Reduce variate
Yn = Harga rata-rata reduce variate
n = Jumlah data
Sx = Standar deviasi
∑𝑛
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋𝑟)
2
𝑆𝑥 = √ ............................................................................(2.3)
𝑛−1
4
Tabel 1 Reduce mean (Yn)
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5402 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5672 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
Sumber : CD Soemarto dalam Hilaludin, dkk. 2008
5
Tabel 3 Reduce variate (Yt)
6
3. Hitung nilai deviasi standarnya dari log X : (CD Soemarto, 1999 dalam
Hilaludin, dkk. 2008)
∑(𝑙𝑜𝑔𝑋−𝑙𝑜𝑔𝑋 ) ̅̅̅̅̅̅̅ 2
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑆 𝑙𝑜𝑔𝑋 = √ ................................................................(2.6)
𝑛−1
5. Menentukan anti log dari log X, untuk mendapatkan nilai X yang diharapkan
terjadi pada tingkat peluang atau periode tertentu sesuai dengan nilai Csnya.
7
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 0.017 0.836 1.270 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 0.050 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.0 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Sumber : Soewarno dalam Hilaludin, dkk. 2008
C. Metode Normal
Sebaran normal juga disebut sebaran Gauss yang sering dipakai untuk analisis
frekuensi hujan harian maksimum, dimana sebarannya mempunyai fungsi
kerapatan kemungkinan (probability density function) sebagai berikut : (Fauziyyah,
2016, hlm. 17)
1 𝑥−𝜇 2
1
𝑃 (𝑋 ) = 𝑒 −2( 𝜎
)
............................................................................(2.8)
𝜎√2𝜋
8
dimana :
P(X) = Fungsi kerapatan peluang normal
𝜇 = nilai X rata-rata
𝜎 = standar deviasi nilai X
Sebaran normal mempunyai sifat khusus bahwa besarnya koefisien asimetris
(skewness) Cs=0 atau -0.015<Cs<0.015, dengan koefisien kurtosis sebesar Ck=3𝜎2
atau 2.7<Ck<3.3.
Apabila populasi dari data hidrologi, mempunyai sebaran normal, maka
kemungkinan (probability) adalah :
P(𝑥̅ − 𝜎) = 15.87%
P(𝑥̅ ) = 150%
P(𝑥̅ + 𝜎) = 84.14%
Sehingga nila varian yang berada pada daerah antara sebagai berikut :
Nilai 68.27%, terletak didaerah satu standar devasi sekitar nilai rata-ratanya,
antara 𝑥̅ − 𝜎 dan 𝑥̅ + 𝜎, nilai 95.44% terletak didaerah dua standar deviasi sekitar
nilai rata-ratanya, antara 𝑥̅ − 2𝜎 dan 𝑥̅ + 2𝜎, sedangkan 99.73% terletak didaerah
tiga standar deviasi sekitar nilai rata-ratanya, antara 𝑥̅ − 3𝜎 dan 𝑥̅ + 3𝜎.
Aplikasi perhitungan hujan rencana sebaran normal adalah :
𝑋𝑡𝑟 = 𝑋̅ + 𝑘 ∗ 𝑆 ........................................................................................(2.9)
dimana :
Xtr = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
𝑋̅ = Nilai rata-rata varian
k = Standar variabel untuk periode ulang T tahun
S = Deviasi standar nilai varian
9
Tabel 5 Standar variabel Gauss
Periode Ulang T
Peluang k
(tahun)
1.001 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.01 0.99 -2.33
1.05 0.95 -1.64
1.11 0.9 -1.28
1.25 0.8 -0.84
1.33 0.75 -0.67
1.43 0.7 -0.52
1.67 0.6 0.25
2 0.5 0
2.5 0.4 0.25
3.33 0.3 0.52
4 0.25 0.67
5 0.2 0.84
10 0.1 1.28
20 0.05 1.64
50 0.02 2.05
100 0.01 2.33
200 0.005 2.58
500 0.002 2.88
1000 0.001 3.09
Sumber : Sri Harto dalam Fauziyyah. 2016
10
melakukan transformasi, yang dalam hal ini digunakan transformasi mengubah data
𝑋̅ kedalam bentuk logaritmik : Y=log𝑋̅. (Fauziyyah, 2016, hlm. 19)
Hitungan distribusi log normal dilakukan dengan menggunakan tabel yang
sama dengan distribusi normal yaitu Tabel 2.5. (Sri Harto dalam Fauziyyah, 2016,
hlm. 19) memberikan sifat-sifat distribusi log normal, berikut :
Nilai kemencengan Cs = Cx3 + 3Cx
Nilai kurtosis Ck = Cv8 + 6Vc6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3
Kemudian dilakukan perhitungan rencana hujan dengan rumus tersebut :
𝑌𝑡𝑟 = 𝑌 + 𝑘 ∗ 𝑠 ......................................................................................(2.10)
dimana :
Ytr = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
Y = Nilai rata-rata varian
k = Standar variabel untuk periode ulang T tahun
S = Deviasi standar nilai varian
11
𝑘 (𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝑋𝑖=1 ......................................................................................(2.11)
𝐸𝑖
dimana :
X = Parameter chi-kuadrat terhitung
k = Jumlah sub kelompok
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i
Jika hasilnya X besar menunjukkan bahwa distribusi yang dipilih tidak cocok,
tetapi uji inidapat memberikan hasil yang baik jika mempunyai data yang panjang.
Kottegoda (dalam SNI 2415, 2016, hlm 9) menyarankan sebaiknya n≥50 tahun dan
jumlah kelas interval ≥5.
Urutan pemeriksaan kesesuaian distribusi adalah sebagai berikut :
1. Urutkan data pengamatan dari data kecil ke besar atau sebaliknya;
2. Kelompokkan data pengamatan menjadi beberapa “k” kelas interval (k diambil
= 5);
3. Catat frekuensi data pengamatan pada setiap kelas interval;
4. Hitung frekuensi kejadian yang diharapkan “F”;
5. Hitung nilai X2;
6. Tetapkan nilai derajat kebebasan Dk;
7. Tetapkan besar tingkat kepercayaan (confidence level, misal 95%);
8. Cari kritis dari tabel harga kritis Chi-Kuadrat.
9. Bandingkan X2 hitungan dengan X2 kritis, bila X2 hitungan < X2 kritis, berarti
metode distribusi yang diperiksa dapat diterima.
B. Uji Smirnov-Kolmogorov
Untuk menghindarkan hilangnya informasi data pada uji Chi-kuadrat akibat
pengelompokan data dalam kelas-kelas interval, ada beberapa metode lain yang
telah dikembangkan. Salah satu metode yang sering digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov (dalam SNI 2415, 2016, hlm. 10). Uji kecocokan ini adalah
uji kecocokan “non parametric” karena tidak mengikuti distribusi tertentu. Uji ini
menghitung besarnya jarak maksimum secara vertikal antara pengamatan dan
12
teotitisnya dari distribusi sampelnya. Perbedaan jarak maksimum untuk
Kolmogorov - Smirnov tertera pada Persamaan (2.12).
𝐷𝑛 = 𝑚𝑎𝑥 |𝑃 (𝑥 ) − 𝑃𝑜(𝑥)| ..............................................................(2.12)
dimana :
Dn = Jarak vertikal maksimum antara pengamatan dan teoritisnya
P(x) = probabilitas dari sampel data
Po(x) = probabilitas dari teoritisnya
Distribusi dikatakan cocok jika nilai Dn< D kritisnya pada derajat
kepercayaan yang diinginkan.Urutan uji ini adalah sebagai berikut :
1. Susun data curah hujan harian rerata tiap tahun dari kecil ke besar atau
sebaliknya;
2. Hitung probabilitas untuk masing-masing data hujan dengan persamaan
Weibull sebagai berikut :
𝑚
𝑃 = 𝑛+1 100% ......................................................................................(2.13)
dimana :
P = Probabilitas (%);
m = Nomor urut data dari seri data yang telah disusun;
n = Banyak data.
3. Cari harga mutlak perbedaan maksimum antara distribusi empiris (P empiris)
dengan distribusi teoritis (P teoritis)
∆= 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 |𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑃𝑒𝑚𝑝𝑖𝑟𝑖𝑠| ......................................(2.14)
4. Apabila nilai ∆≤∆ kritis sesuai harga kritis uji Kolmogorov-Smirnov seperti
Tabel 2.6 maka distribusi teoritisnya dapat diterima dan bila terjadi sebaliknya
maka distribusi teoritisnya ditolak.
13
Tabel 6 Harga kritis Kolmogorov-Smirnov
α
n
0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
1.07 1.22 1.36 1.63
> 50 √𝑛 √𝑛 √𝑛 √𝑛
dimana
I = Intesitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Lamanya curah hujan (jam)
14
2.2.5. Infiltrasi Metode Horton
Menurut Aidatul F,N (2015, hlm. 10) pengujian infiltrasi tanah dilakukan
dengan Metode Horton. Menurut Horton kapasitas infiltrasi berkurang seiring
dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstan. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang
beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah.
Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti tutupan lahan,
penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah,
penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus
dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Kurva infiltrasi metode Horton terlihat
pada gambar 2.1. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti
persamaan sebagai berikut :
f = fc + (f0 – fc) e-kt ..........................................................................(2.15)
dimana :
f = Laju infiltrasi (cm/jam) atau (mm/jam)
f0 = Laju infiltrasi awal (cm/jam)
fc = Laju infiltrasi akhir (cm/jam)
e = Bilangan dasar logaritma Naperian
t = Waktu yang dihitung dari mulainya hujan (jam)
k = konstanta untuk jenis tanah
15
2.2.6. Hidrograf Satuan Sintesis
A. Metode “Soil Conservation Service” (SCS) – USA
Menurut SNI 2415 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Banjir
Rencana. Hidrograf satuan tak berdimensi SCS adalah hidrograf sintetis yang
diekspresikan dalam bentuk perbandingan antara debit q dengan debit puncak qp
dan waktu t dengan waktu naik (time of rise) Tp seperti terlihat Gambar 2.2
hidrograf satuan sintetik SCS dan Tabel 2.7 dengan memperhatikan koordinat dari
hidrograf ini. Nilai qp dan Tp dapat diperkirakan dengan menggunakan
penyederhanaan model hidrograf satuan segitiga. Hidrograf satuan sintetik SCS
dengan satuan waktu jam dan debit dalam m3/s.
Dalam kajian terhadap banyak hidrograf satuan, waktu turun (time of
recession) dapat diperkirakan sebesar 1,67 Tp dan basis hidrograf tp = 2,67 Tp.
Untuk limpasan langsung (direct runoff) sebesar 1 cm diperoleh debit puncak.
𝐶𝐴
𝑞𝑝 = 𝑇𝑝 ......................................................................................(2.16)
dimana :
qp = Puncak hidrograf satuan (m3/s)
C = Konstanta = 2,08
A = Luas DAS (km2);
Tp = Waktu naik atau waktu yang diperlukan antara permulaan hujan hingga
mencapai puncak hidrograf (jam).
Lama waktu keterlambatan (time lag)
𝑡𝑝 = 0.6𝑇𝑐 ......................................................................................(2.17)
dimana :
tp = Waktu kelambatan yaitu waktu antara titik berat curah hujan hingga
puncak hidrograf (jam)
Tc = Waktu konsentrasi yang dapat dihitung dengan persamaan KIRPICH
(1940 dalam SNI 2415, 2016, hlm. 36).
𝑇𝑐 = 0.01947 . 𝐿0.77. 𝑆 −0.385 ..............................................................(2.18)
dimana :
16
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang maksimum lintasan air (m);
S = Kemiringan (slope) DAS = ∆H/L
∆H = Perbedaan ketinggian antara titik terjauh di DAS dengan tempat pelepasan
(outlet)
Waktu naik (time of rise)
𝑡𝑟
𝑇𝑝 = + 𝑡𝑝 ......................................................................................(2.19)
2
dimana :
Tp = Waktu naik (jam)
tr = Lama terjadinya hujan efektif (jam)
tp = Waktu kelambatan (jam)
Langkah perhitungan :
1. Ambil durasi hujan Tc dari data hujan yang tersedia
2. Hitung waktu konsentrasi Tc
3. Hitung lama waktu kelambatan tp
4. Hitung waktu naik Tp
5. Hitung puncak hidrograf satuan qp
6. Hidrograf tak berdimensi seperti Hidrograf tak berdimensi
7. Hidrograf satuan segitiga
17
Tabel 7 Koordinat hidrograf satuan tak berdimensi SCS
B. Metode Snyder
Perhitungan hidrograf satuan dari Snyder :
𝑡𝑝 = 𝐶1 (𝐿. 𝐿𝑐 )𝑛 ..........................................................................(2.20)
dimana :
L = Panjang sungai (km);
Lc = Panjang sungai dari titik berat basin ke outlet (km);
tp = Waktu dari titik berat curah hujan efektif ke puncak banjir ;
C1, n = Koefisien-koefisien yang tergantung dari karakteristik daerah
pengalirannya.
𝐶𝑝
𝑞𝑝 = 275 𝑡𝑝 ......................................................................................(2.21)
dimana :
qp = Debit maksimum hidrograf satuan (liter/det/km2);
cp = Koefisien tergantung dari karakteristik daerah pengalirannya
𝑡𝑝
𝑡𝑐 = 5.5 ......................................................................................(2.22)
dimana :
tc = Lamanya curah hujan efektif
Jika tc > tR
t’p = tp + 0.25 (tR – tc) ..........................................................................(2.23)
Sehingga didapat waktu untuk mencapai debit maksimum.
18
Tp = t’p + 0.5(tR – tc) ..........................................................................(2.24)
Jika tc < tR
Tp = tp + 0.5tR ..........................................................................(2.25)
dimana :
Tp = Waktu penaikan banjir (time rise to peak)
TR = Durasi hujan efektif (jam)
25.4𝐴
𝑄𝑝 = 𝑞𝑝. 1000 (untuk ketebalan hujan 1 inch atau = 25.4 mm) ..............(2.26)
dimana :
Q = Debit maksimum total (m3/s)
qp = Debit maksimum hidrograf satuan (1 liter/s/km2)
A = Luas daerah aliran (km2)
Bentuk dari hidrograf satuan ditentukan oleh persamaan Alexseyev.
19
1) Satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu
waktu naik (TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai
berikut :
a) Waktu naik (TR) dinyatakan dengan persamaan :
𝐿 3
𝑇𝑅 = 0.43 (100𝑆𝐹) + 1.0665 𝑆𝐼𝑀 + 1.2775 ..........................(2.29)
dimana :
TR = Waktu naik (jam)
L = Panjang sungai (km)
SF = Faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai
tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat
SIM = Faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar
(WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA)
WF = Faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur
dari titik di sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DAS yang diukur
dari titik yang berjarak ¼ L dari tempat pengukuran.
b) Debit puncak (Qp) dinyatakan dengan persamaan :
𝑄𝑝 = 0.1836 . 𝐴0.5886 . 𝐽𝑁 0.2381 . 𝑇𝑅−0.4008 ......................................(2.30)
dimana :
QP = Debit puncak (m3/s)
JN = Jumlah pertemuan sungai
TR = Waktu naik (jam)
A = Luas DAS
c) Waktu dasar (TB) dinyatakan dengan persamaan :
𝑇𝐵 = 27.4132 . 𝑇𝑅0.1457. 𝑆 −0.0956. 𝑆𝑁 0.7344 . 𝑅𝑈𝐴0.2574...............(2.31)
dimana :
TB = Waktu dasar (jam)
TR = Waktu naik (jam)
S = Kemiringan sungai rata-rata
SN = Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen
sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat
20
RUA = Luas DAS sebelah hulu (km), (lihat Gambar 2.5), sedangkan
bentuk grafis dari hidrograf satuan (lihat Gambar 2.6)
21
Ø = 10.4903 − 3.859.106 𝐴2 + 1.6985.10−13 . (𝐴/𝑆𝑁)4 ........................(2.32)
dimana :
Ø = Indeks Ø (mm/jam)
A = Luas DAS (km2)
SN = Frekuensi sumber, tidak berdimensi.
3) Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kekerapan jaringan
sungai yang dirumuskan sebagai berikut :
𝑄𝐵 = 0.4751 𝐴0.6444 𝐴 𝐷 0.9430 ..............................................................(2.33)
dimana :
𝑄𝐵 = Aliran dasar (m3/s)
A = Luas DAS (km2);
D = Kerapatan jaringan sungai (km/km2)
4) Besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan hujan efektif dengan
periode ulang tertentu dengan hidrograf satuan selanjutnya ditambah dengan
aliran dasar.
D. Metode Nakayasu
Menurut Siby, Kawet, dan Halim (2013, hlm. 263) parameter yang diperlukan
dalam analisa menggunakan hidrograf satuan sintetik nakayasu antara lain:
1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (Time to Peak
Magitude)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (Time Lag)
3. Tenggang waktu hidrograf (Time Base of Hydrograph)
4. Luas daerah pengaliran (Catchment Area)
5. Panjang alur sungai utama terpanjang (Length of The Longest Channel)
6. Koefisien pengaliran (Run off Coefficient)
Debit puncak banjir :
𝑐.𝐴.𝑅𝑜
𝑄𝑝 = 3.6(0.3𝑇𝑝+𝑇 ..........................................................................(2.34)
0.3
dimana :
Qp = Qmaks, merupakan debit puncak banjir (m3/dtk)
22
C = Koefisien aliran (= 1)
A = Luas DAS (sampai ke outlet) (km2)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (jam)
Persamaan hidrgraf satuan :
a) Pada kurva naik (rising limb)
0≤t<Tp
𝑡 2.4
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 (𝑇𝑝) ..........................................................................(2.35)
dimana :
Qt = Unsur aliran sebelum mencapai debit puncak (m³/det)
t = Waktu (jam)
b) Pada kurva turun (recession limb)
• Tp ≤ t < (Tp+T0.3)
𝑡−𝑇𝑝
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 ∗ 0.3 𝑇0.3 ..............................................................(2.36)
• (Tp+T0.3) ≤ t < (Tp+T0.3 + 1.5 T0.3)
𝑡−𝑇𝑝+0.5𝑇0.3
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 ∗ 0.3 1.5𝑇0.3 ..............................................................(2.37)
• t ≥ (Tp+T0.3 + 1.5 T0.3)
𝑡−𝑇𝑝+1.5𝑇0.3
𝑄𝑡 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 ∗ 0.3 2𝑇0.3 ..............................................................(2.38)
Unsur-unsur waktu untuk perhitungan debit pada persamaan hidrograf satuan
sintetik Nakayasu adalah :
Tp = tg + 0.8 tr ......................................................................................(2.39)
T0.3 = α tg ......................................................................................(2.40)
dimana :
Tp = Tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
tg = Waktu konsentrasi hujan (jam)
23
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak (jam)
α = parameter hidrograf
tr = 0,5 x tg sampai 1 x tg
tg = 0.4 + 0.058.L (untuk L ≥ 15 km) ..................................................(2.41)
tg = 0.21 . L0.7 (untuk L ≤ 15 km) ..................................................(2.42)
tr = 0.5 . tg s/d tr = tg ..........................................................................(2.43)
T0,3 = α x tg ......................................................................................(2.44)
dimana :
tr = Waktu curah hujan
tg = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang sungai utama (km)
Untuk :
α = 2,0 : Daerah pengaliran biasa
α = 1,5 : Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat.
α = 3,0 : Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat.
24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
25
3.5. DIAGRAM ALIR
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
ANALISA
ANALISA
SELESAI
26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data curah hujan di atas dilakukan analisa frekuensi dengan hasil di
bawah ini :
Tabel 9 Hasil Analisa Frekuensi
Kala Ulang T Distribusi Probabilitas
(Tahun) t Lognormal Lognormal Log
Normal Gumbel I Pearson III
2 Paramet. 3 Paramet. Pearson III
2 0.0000 110.2 106.5 108.4 106.2 112.1 110.9
5 0.8416 135.1 132.9 134.3 140.8 135.5 136.9
10 1.2816 148.1 149.3 149.0 163.7 146.7 149.5
20 1.6449 158.9 164.3 161.8 185.7 155.5 159.2
25 1.7507 162.0 168.9 165.6 192.7 157.9 161.8
50 2.0537 171.0 182.9 176.8 214.2 164.8 169.0
100 2.3263 179.0 196.6 187.3 235.5 170.7 175.0
1000 3.0902 201.6 240.4 218.7 306.0 186.1 188.6
Penyimpangan Maksimum 11.38 15.03 13.06 10.86 9.77 9.57
Delta Kritis (Sig. Level 5 %) 39.1 39.1 39.1 39.1 39.1 39.1
27
4.2. ANALISA DEBIT BANJIR
Berdasarkan hasil penggabungan data topografi dan data DEM didapat DEM desain
sebagai berikut.
(a) (b)
Gambar 9 Dem Model Original (a) dan Normalized (b)
28
Karakteristik pompa dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
29
b. Normalized Condition
Area banjir pada kondisi ini adalah 347.153 Ha.
Simulasi penggunaan pompa dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dapat
diketahui bahwa pompa menyala pada jam ke 5 dan mati pada jam ke 12.
Setelah itu pompa akan menjaga agar muka air selalu pada elevasi +0.00
30
Gambar 14 Pump Simulation And Hidrograph Flow
31
BAB 5 KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Aidatul F, Nining. (2015). Pemetaan Laju Infiltrasi Menggunakan Metode Horton
di Sub Das Tenggarang Kabupaten Bondowoso. (Skripsi). Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Army Corps of Engineers Hydrologic Engineering Center (HEC). (2016). HEC-
RAS River Analysis System Hydraulic Reference Manual. Davis, CA : US.
ACE-HEC
Army Corps of Engineers Institute for Water Resources Hydrologic
Engineering Center. (2016). Hydrologic Modelling System HEC-HMS
Quick Start Guide. Davis, CA : U.S. CEIWR-HEC.
Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 8066:2015 Tentang Tata Cara
Pengukuran Debit Alran Sungai dan Saluran Terbuka menggunakan Alat
Ukur Arus dan Pelampung. ICS 93.025. Jakarta : BSN.
Badan Standardisasi Nasional. (2016). SNI 2416:2016 Tentang Tata Cara
Perhitungan Debit Banjir Rencana. ICS 93.140. Jakarta : BSN.
Boangmanalu, A.O. & Indrawan, I. (2013). Kajian Laju Angkutan Sedimen pada
Sungai Wampu. Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Fauziyyah, U. (2016). Analisis Air Balik (Backwater) di Muara Sungai
Cikapundung Akibat Tinggi Muka Air Sungai Citarum. (Tugas Akhir).
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hilaludin & Santoso, J (2008). Perencanaan Dam dan Spillway yang Dilengkapi
PLTMH di Kampus Tembalang. (Tugas Akhir). Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Hidayah Y.N, Nur. (2013). Kajian Angkutan Sedimen pada Sungai Bengawan
Solo (Serenan-Jurug). (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Mudjib, C.M & Lasminto, U (2013). Studi Angkutan Sedimen Sudetan
Pelangwot-Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo. Jurnal Teknik Pomits
Vol., No.3, (2013) ISSN :2337-3539 (2301-9271 Print).
Maretiyanti, V. P. (2018). Analisis Distribusi Angkutan Sedimen Di Sungai
Cikapundung, Kota Bandung. (Skripsi). Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Pendidikan Tekonolog dan Kejuruan, Universitas Pendidikan
Indonesia
33
Prasetyo, D., Dermawan, V., & Primantyo H, A. (2015). Kajian Penanganan
Sedimentasi Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Jurnal Teknik
Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 76-87
Sarwan. (2008). Kajian Laju Angkutan Sedimen Pada Sungai-sungai di Sumatera
Selatan. (Tesis).Institut Teknologi Bandung.
Siby, E.P., L. Kawet., & F. Halim. (2013). Studi Perbandingan Hidrograf Satuan
Sintetik pada Daerah Aliran Sungai Ranoyapo. Jurnal Sipil Statik Vol.1
No.4, Maret 2013 (259-269) ISSN: 2337-6732.
Wigati, R., Soedarsono., & Mutia, T. (2016). Analisis Banjir Menggunakan
Software HEC-RAS 4.1.0 (Studi Kasus Sub-DAS Ciberang HM 0+00 –
HM 34+00). Jurnal Fondasi, Volume 5 No 2.
34