Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS


MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

4.1. PENDEKATAN DAN MODEL PELAKSANAAN KLHS

Uni Eropa melalui Direktif KLHS (Directive 2001/42/EC) yang secara resmi
diberlakukan pada bulan Juli tahun 2004 menentukan panduan umum untuk
implementasi KLHS. Panduan umum dibuat sehingga masing-masing negara yang terikat
dengan Direktif KLHS tersebut diharapkan mampu mengimplementasikan KLHS untuk
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Implementasikan KLHS tersebut menjadi
sarana memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam penyusunan rencana
dan/atau program pembangunan, serta mampu menciptakan proses pengambilan
keputusan yang lebih partisipatif dan transparan. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya, implementasi KLHS yang diamanatkan oleh Direktif KLHS Uni Eropa
tersebut berbeda antara satu negara dengan lainnya (Chaker et al., 2005). Secara umum,
variasi perbedaan pendekatan implementasi KLHS di negara-negara Uni Eropa dapat di
kelompokkan menjadi tiga kelompok pendekatan (Dalal-Clayton dan Sadler, 2005):

1. Memperkenalkan KLHS sebagai proses (pengelolaan lingkungan hidup)


terpisah/tersendiri, umumnya merupakan perpanjangan dari proses kajian AMDAL.
2. Mengimplementasikan KLHS sebagai kajian lingkungan dua jenjang (two tier
system) dengan persyaratan berbeda, satu untuk rencana dan program sektoral,
lainnya untuk kebijakan-kebijakan strategis.
3. Mengintegrasikan studi KLHS ke dalam perencanaan kebijakan lingkungan dan
perencanaan tata ruang regional.

Implementasi KLHS ditinjau dari perspektif metodologi dan presedur-presedur


pelaksanaannya dapat ditempuh melalui pendekatan yang bersifat dari atas ke bawah
(top-down approach), juga dapat dilakukan melalui pendekatan dari bawah ke atas
(bottom-up approach).

Dengan landasan tiga kelompok pendekatan implementasi KLHS versi Direktif


KLHS Uni Eropa dan dua perspektif metodologi implementasi KLHS tersebut, secara

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 1


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

luas dikenal empat model pendekatan pelaksanaan KLHS yang banyak


diimplementasikan, terutama di negara-negara Uni Eropa dan beberapa negara di asia
(Nooteboom, 2000; Therivel, 2004; Dalal-Clayton dan Sadler, 2005; Chaker et al., 2005;
Danida, 2008).

Meskipun dari sisi pendekatan dan metodologi KLHS yang selama ini dilaksanakan
beragam tipenya, untuk alasan kepraktisan, di kebanyakan negara berkembang termasuk
Indonesia, implementasi studi KLHS menggunakan pendekatan KLHS berdasarkan
AMDAL (EIA-based SEA). Namun demikian, pendekatan menyatu (merged approach)
dan/atau pendekatan fokus pada proses pengambilan keputusan (decision-centered
approach) juga telah mulai dilaksanakan. Studi KLHS dengan pendekatan prinsip-prinsip
keberlanjutan (sustainability-driven SEA) saat ini juga telah mulai dikembangkan, seiring
dengan mengemukanya isu-isu pembangunan berkelanjutan sebagai hasil KTT Bumi di
Rio de Janeiro, Brazil, pada 1992 dan KKT Rio Plus 10 di Johannesburg, Afrika Selatan,
pada 2002.

Kedua pendekatan studi KLHS menunjukkan implementasi KLHS dari perspektif


waktu dilaksanakannya studi KLHS, yaitu implementasi KLHS untuk evaluasi KRP yang
telah dirumuskan (ex-post approach) dan implementasi KLHS untuk merumuskan KRP
(ex-ante approach).

Model pendekatan pelaksanaan KLHS yang saat ini mulai banyak digunakan di
Indonesia adalah pendekatan fokus pada proses pengambilan keputusan (decision-
centered approach of SEA). Pada model pendekatan ini, pelaksanaan KLHS diwarnai
oleh menonjolnya proses interaktif-partisipatif para pemangku kepentingan dalam
merumuskan dan/atau mengevaluasi suatu KRP pembangunan. Maknanya adalah bahwa
arah tata cara pelaksanaan KLHS beradaptasi terhadap proses perencanaan atau evaluasi
dan pengambilan keputusan KRP pembangunan.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 2


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

Penamaan KRP dalam banyak dokumen perencanaan di Indonesia cenderung sama.


Tapi, nomenklatur hierarki kebijakan, rencana, dan program dapat berbeda untuk setiap
dokumen perencanaan. Variasi penulisan nomenklatur kebijakan-rencana-program dalam
dokumen perencanaan perlu diperhatikan/dicermati. Bahkan dalam beberapa dokumen
perencanaan pembangunan, penulisan hierarki kebijakan, rencana, dan program dapat
berbeda. Mempertimbangkan hal tersebut, maka tim pelaksana KLHS perlu melakukan
identifikasi dan mengelompokkan kebijakan dan beberapa rencana serta program ke
dalam satu “paket” KRP strategis (strategic package) yang akan menjadi fokus kajian.

4.2 PROSEDUR PELAKSANAAN KLHS

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa ada dua kategori pendekatan studi KLHS,
yaitu KLHS berbasis pendekatan AMDAL (EIA-driven approach) dan KLHS berbasis
pada pendekatan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability-driven approach).
Pendekatan pada prinsip-prinsip keberlanjutan umumnya dilaksanakan ketika KLHS
diaplikasikan pada proses penyusunan KRP (pendekatan ex-ante). Pendekatan KLHS
bebbasis AMDAL umumnya dilakukan ketika KLHS diaplikasikan pada KRP yang telah
dirumuskan, lazimnya sedang atau akan diberlakukan (pendekatan ex-post). Terkait
dengan pelaksanaan penapisan, perlu identifikasi seawal mungkin tentang kemungkinan
timbulnya dampak lingkungan akibat implementasi usulan KRP. Evaluasi dampak
kuantitatif yang rinci ini dilakukan pada tingkat AMDAL. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan penapisan, pelaksa studi KLHS seharusnya melakukan hal-hal sebagai
berikut:

1. Melakukan identifikasi dampak lingkungan langsung maupun tidak langsung yang


timbul berkaitan dengan implementasi usulan KRP.
2. Mempertimbangkan apakah dampak lingkungan yang timbul pada butir 1 tersebut
akan memengaruhi komponen-komponen lingkungan.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 3


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

Apabila dalam penapisan awal ini ditemukan adanya dampak lingkungan potensial
atau ditemukan adanya tingkat ketidakpastian atau risiko lingkungan yang tinggi, maka
diperlukan kajian dampak lingkungan melalui studi KLHS.. yang lebih dalam lagi.
Sebaliknya, apabila tidak ditemukan adanya dampak lingkungan yang potensial, maka
studi KLHS, dalam hal ini, tidak diperlukan.
Ilustrasi pelaksanaan KLHS dalam buku dapat digunakan untuk pendekatan ketika
KRP penbangunan telah dirumuskan (tool for assessing decision; Environmental impact
assessment-driven) atau pada saat proses perumusan KRP (tool for orienting decisions).
Pendekatan yang pertama relatif lebih mudah dilaksanakan karena objek kajiannya (KRP)
telah tersedi untuk dianalisis. Oleh alasan ini pula, maka pendekatan yang pertama
tersebut banyak digunakan dalam studi KLHS di Indonesia maupun beberapa negara lain.

4.2.1 Penentuan Konteks dan Data Dasar dalam Proses Penapisan

Seperti halnya studi AMDAL, studi KLHS juga memerlukan proses penapisan
(screening) terhadap KRP yang akan dikaji, meskipun pada kasus tertentu tidak
diperlukan penapisan. Proses penapisan ini penting, terutama apabila kebutuhan terhadap
studi KLHS meningkat atau ketika KLHS telah ditetapkan sebagai kewajiban yang harus
dilaksanakan (bersifat mandatory). Untuk memutuskan apakah suatu KRP memerlukan
studi KLHS atau tidak dapat ditentukan melalui daftar uji (check list), metode matriks
yang umum di gunakan dalam studi AMDAL, atau metode lain yang relevan. Acuan yang
lebih jelas tentang kewajiban pelaksanaan KLHS adalah seperti diatur dalam Pasal 15 UU
No. 32/2009, yaitu bahwa penyusunan RTRW, RPJMP, dan KRP lain yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan wajib dilengkapi dengan studi KLHS.

Penapisan merupakan langkah penting dalam suatu studi evaluasi lingkungan hidup.
Penapisan digunakan untuk menentukan apakah suatu usulan rencana atau program
memerlukan studi KLHS atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan kriteria yang jelas serta
didukung dalam argumentasi ilmiah/rasional. Salah satu kriteria yang saat ini digunakan

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 4


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

dalam melaksanakan studi KLHS adalah seperti yang tercantum dalam Panduan Praktis
Arahan Pelaksanaan KLHS di Inggris (ODPM, 2004).

Ada beberapa cara untuk melakukan penapisan, salah satunya adalah panduan praktis
arahan pelaksanaan KLHS di Inggris (Negara Eropa). Pelaksana studi KLHS disaranakan
untuk melakukan penapisan rencana dan program pembangunan dengan
mempertimbangankan dua hal :

1. Untuk rencana atau program pembangunan yang diperkirakan akan menimbulkan


dampak lingkungan penting; dan
2. Untuk hal tersebut di atas, lembaga pengusul atau program pemabangunan harus
melakukan konsultasi dengan lembaga pengelola lingkungan hidup. Selanjutnya
lembaga pengelola lingkungan hidup wajib merespon untuk kemudian
menentukan apakah usulan rencana atau program tersebut akan menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan.

Tingkat penting atau tidaknya dampak lingkungan yang akan timbul akibat
pelaksanaan rencana atau program bervariasi, tergantung pada hal-hal berikut :
1. Sasaran dan tujuan rencana atau program yang diusulkan;
2. Karakteristik biogeofisik dan sosok lingkungan yang akan menerima dampak;
dan
3. Karakteristis dampak potensial yang diperkirakan akan terjadi.

4.2.2 Penentuan Ruang Lingkung dan Garis Dasar (Base Line)

Tujuan pelingkungan adalah untuk mengidentifikasi isu-isu utama permasalahan


lingkungan hidup yang diperkirakan dapat memengaruhi proses dan hasil pengambilan
keputusan. Dengan demikian, tahap pelingkungan merupakan salah satu tahap yang
sangat penting dalam melakukan kajian lingkungan.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 5


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

Ada\pun keseluruhan dampak (positif dan negatif) yang diperkirakan akan terjadi
sebagai konsekuensi dilaksanakannya kebijakan transportasi seperti tersebut dalam
ilustrasi di atas, hanya dampak spasial, terutama konsumsi energi, pencemaran udara dan
kebisingan, dan aspek keamanan, yang dianggap penting dalam proses pengambilan
keputusan sehingga perlu dijadikan fokus kajian dalam KLHS. Demikian pula dalam
kasus KLHS untuk program pengelolaan atau pembuangan limbah kimia, dampak pentik
yang dikaji difokuskan pada situasi ketika terjadi kebocoran atau pembuangan limbah
kimia yang tidak mengikuti prosedur yang terapkan.

Pelingkupan membatasi studi pada isu penting. Dalam studi KLHS, dampak penting
berkaitan dengan isu penting. Sebuah isu penting dikatakan penting jika isu tersebut
merupakan sumber dampak penting. Dapat sebaliknya pula yaitu dampak dikatakan
penting jika dampak itu berkaitan dengan isu penting.

Isu penting ada yang bersifat objektif, yaitu didasarkan pada data dan argumentasi
ilmiah. Namun ada juga isu penting yang bersifat subjektif berkaitan dengan persepsi
masyarakat. Hal ini banyak terjadi pada isu yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya.
Misalnya Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Dari kebijakan dijabarkan menjadi rencana dan dari rencana dijabarkan menjadi
program. Batas antara kebijakan, rencana, dan program sering tidak jelas. Contoh
kebijakan penanggulangan kekeringan terdiri dari rencana reboisasi, penghijauan, hujan
buatan, dan pengisian air ke dalan tanah.

Perencana pembangunan akan memutuskan ruang lingkup laporan hasil studi KLHS,
termasuk alternatif rencana kegiatan, kemungkinan dampak lingkungan yang akan terjadi,
dan tingkat kedalaman kajian. Proses pelingkungan ini umumnya dilaksanakan
bersamaan dengan proses konsultasi publik sebagai bagian dari proses perencanaan
pembangunan partisipatif.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 6


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

Sebagai contoh data dan informasi yang diperlukan dalam deskripsi garis dasar
adalah hal-hal sebagai berikut :

1. Kondisi biofisik dan sosekbud daerah aliran sungai (DAS), misalnya telah terjadi
perubahan luas tegakan hutan dan/atau tata guna lahan yang menentukan besar –
kecilnya resapan air tanah.
2. Laju atau besarnya pengambilan air tanah terhadap jumlah total sumber daya air
yang diperlukan setiap tahunnya.
3. Kondisi pencemaran air
4. Konsumsi air per kapita per tahun
5. Jumlah penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih.

4.2.3 Pengembangan Alternatif KRP

Alternatif KRP bervariasi dan dapat ditemukan dalam bentuk :

1. Pilihan “tidak melakukan upaya eksta” atau “melanjutkan yang sedang berjalan”
2. Penurunan kebutuhan.
3. Pilihan lokasi pembangunan
4. Pilihan penggunaan bahan bakar untuk energi
5. Pilihan bentuk pengelolaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi tingkat KRP yang akan dipilih,
makin strategis kedudukannya dalam daur pengambilan keputusan. Alternatif pada
tingkat kebijakan akan lebih berorientasi atau fokus pada bentuk pendekatan yang lebih
makro, sementara alternatif pada tingkat program akan mempertimbangan proyek-proyek
apa saja yang seharusnya dihasilkan untuk mencapai tujuan kebijakan yang telah
dirumuskan.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 7


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

Rencana kegiatan dalam suatu proses pembangunan dapat dipengaruhi atau


mempunyai keterkaitan secara spesifikdengan KRP kegiatan lain.

4.2.4 Prakiraan dan Evaluasi Dampak Terkait dengan Alternatif KRP

Prakiraan dampak meliputi penentuan besaran dan jenis dampak yang akan terjadi
sebagai akibat dilaksanakannya KRP. Besaran dampak yang diakibatkan oleh sebuah
KRP jauh lebih besar daripada dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas sebuah proyek
karena KRP umumnya mempengaruhi wilayah dan komponen lingkungan yang lebih
besar.

Sebelum melaksanakan prakiraan dampak (positif dan negatif) terhadap KRP yang
menjadi kajian, dilakukan analisis konsistensi/kompabilitas antar-KRP yang menjadi
kajian, kemudian hasilnya menunjukan adanya hal-hal yang tidak konsisten perlu
dilakukan revisi untuk menjadi konsisten/kompatibel. Selanjutnya melakukan dampak
terhadap KRP yang bervariasi terhantung tingkat spesifikasi komponen-komponen KRP
dan indikator sebelumnya (bersifat kualitatif).

Evaluasi dampak pada hal ini merupakan upaya menentukan besaran dan jenis
dampak yang diprakirakan akan terjadi dan melakukan evaluasi untuk menentukan
apakah dampak yang akan terjadi tersebut penting atau signifikan.

4.2.5 Pengambilan Keputusan atas Alternatif KRP dan Rekomendasi

Keputusan terhadap alternatif KRP mana yang akan diambil ditentukan oleh sejauh
mana dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi akibat implementasi KRP. Hasil
yang diperoleh dari pengambilan keputusan adalah menyetujui, menolak, atau mengubah
usulan disertai dengan alasan masing-masing keputusan. Menurut Surat Edaran Bersama
(SEB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Lingkungan Hidup No.660/5113/SJ dan
04/MENLH/12/2010, alternatif KRP dituliskan dengan cara :

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 8


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

1. mencamtumkan hasil-hasil pemikiran atau upaya untuk mencegah,


mengendalikan, dan memitigasi serta upaya untuk mendorong pembangunan
berkelanjutan.
2. Merumuskan alternatif KRP dalam Raperda RTRW atau draf RPJMD, antara
lain dengan cara: (1) merumuskan ulang atau memodifikasi ukuran, skala,
dan lokasi usulan KRP Raperda RTRW atau draf RPJMD, (2) menyarankan
penundaan atau perbaikan sekuens/rangkaian usulan KRP dalam Raperda
RTRW atau draf RPJMD, dan (3) mengusulkan KRP baru.

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan KRP adalah untuk:


1. Mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP
2. Menjamin pembangunan berkelanjutan.

4.2.6 Pemantauan dan Evaluasi Implementasi KRP

Langkah terakhir adalah menyiapkan mekanisme dan prosedur sistem pemantauan


dampak penting sebagai konsekuensi dilaksanakannya KRP. Informasi yang diperoleh
dari pemantauan harus dimanfaatkan sebagai umpan balik penyempurnaan KRP dan
untuk menentukan sejauh mana pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.
Ketika dilakukannya suatu prosedur pemantauan dampak lingkungan yang dianggap
memadai sebagai berikut:

1. Menentukan hal-hal yang perlu dipantau


2. Analisis yang dibutuhkan
3. Apakah ada kesengajaan dat/informasi?
4. Bila ditemukan dampak negatif
5. Format pemantauan.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 9


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

4.3 METODE ANALISIS KLHS

1. Metode Cepat (Quick Appraisal atau Rapid Assessment)


2. Metode Semidetail (Semidetail Assessment)
3. Metode Detail (Detail Assessment)

Beberapa teknik analisis yang dapat dikemukakan dari metode diatas, antara lain
sebagai berikut:

a. Permodelan (Predictive Modelling)


b. Sistem Informasi Geografi (Geographic Information System)
c. Analisis Manfaat-Biaya (Benefit and Cost Analysis)
d. Analisis Multikriteria (Multicriteria Analysis)
e. Pembobotan dan Peringkat
f. Analisis Skenario (Scenario Analysis)
g. Prakiraan (Forecasting and Bckcasting)
h. Analisis Sistem dan Jaringan (System and Network Analysis)
i. Jejak Ekologi (Ecological Foorprint)
j. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)
k. Analisis Kebijakan dan Kelembagaan (Instututional Analysis)
l. Dengar Pendapat Publik (Publik Hearing)

4.4 LAPORANKLHS

Adapun substansi laporan KLHS sekurang-kurang meliputi hal-hal berikut:

1. Berisi deskripsi KRP dan kemungkinan dampak yang diakibatkan termasuk di


luar batas administrasi implementasi KRP yang menjadi kajian.
2. Ulasan tujuan / sasaran lingkungan dan keberlanjutan dalam usulan KRP serta
mengusulkan kriteria, target, atau indikator untuk alat evaluasi.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 10


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

3. Pembatasan ruang lingkup secara jelas dan menjelaskan metodologi yang


digunakan dalam menghasilkan temuan-temuan serta laporan tentang hal-hal yang
diperoleh ketika melakukan konsultasi publik.
4. Menyertakan rekomendasi alternatif KRP yang dikehendaki dan deskripsi dari
rancangan mekanisme pemantauan dan upaya-upaya mitigasi.
5. Memfasilitasi evaluasi berkelanjutan melalui: a) evaluasi keberlanjutan
lingkungan hidup, b) mempresentasikan temuan-temuan sehingga mampu
memfasilitasi analisis keberlanjutan secara terintegrasi (termasuk usulan kriteria
keberlanjutan)

Agar tujuan implementasi KLHS mencapai sasaran, yaitu terintegrasikannya


pertimbangan-pertimbangan lingkungan hidup sehingga pada akhirnya terwujud
pembangunan berkelanjutan, maka perlu dilakukan 2 hal yaitu :
1. Dokumen hasil KLHS harus menjadi acuan bagi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, baik di pusat maupun daerah.
2. Dokumen hasil KLHS harus menjadi kesepakatan dan komitmen seluruh
pemangku kepentingan di pusat dan daerah untuk dilaksnakan.

4.5 PENJAMINAN MUTU KLHS

Upaya penjaminan mutu yang mengacu pada perbedaan tata laksana KLHS yang
digunakan, dalam batas tertentu, sudah pasti dapat mempengaruhi kualitas KLHS yang
dilakukan bersamaan dengan waktu pelaksanaan. Penjaminan mutu KLHS yang
komprehensif berikut ini mengacu pada panduan penjaminan mutu KLHS (KLH, 2011)
dan menunjuk pada 4 (empat) dimensi kritis, :

1. Apakah proses KLHS konsisten dengan prinsip-prinsip dan persyaratan


prosedural yang telah disetujui dan ada dalam yurisdiksi tertu?

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 11


RANGKUMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
MUHAMMAD DLIYA’UDDIN
HAM 16 0006

2. Apakah proses KLHS “sesuai dengan tujuan” dan relaven terhadap kebutuhan
pembuatan keputusan untuk kebijakan atau rencana tertentu yang
dipertimbangkan?
3. Apakah proses KLHS telah melibatkan para pemangku kepentingan dan
memperkuat peran mereka dalam pengambilan keputusan?
4. Apakah proses memengaruhi pengambilan keputusan, menghasilkan rencana atau
program yang berkeadilan, atau memberikan manfaat bagi lingkungan hidup dan
sosial?

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM DAN HAM | PARIGI MOUTONG Page 12

Anda mungkin juga menyukai