Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH STRATEGI TPS TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs NEGERI 3 DELI SERDANG

Proposal

DOSEN PENGAMPU :

Dr. H. Syaukani, M. Ed. Adm

Disusun Oleh :

Ade Ummi Safina

(0305162080)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS ....................................................................... 8

A. Kajian Teoritis ........................................................................................... 8


1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ....................................................... 8
2. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 11
3. Model Pembelajaran TPS ..................................................................... 13
4. Hasil Belajar Matematika ..................................................................... 15
5. Materi Pokok Bangun Datar Segi Empat ............................................. 16
B. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 21
C. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 22
D. Hipotesis .................................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 24

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 24


B. Jenis Penelitian .......................................................................................... 24
C. Desain Penelitian ....................................................................................... 24
D. Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................... 25
1. Populasi ................................................................................................ 25
2. Sampel .................................................................................................. 26
E. Variabel Penelitian .................................................................................... 27
F. Defenisi Operasional ................................................................................. 27
G. Instrumen Penelitian.................................................................................. 28

i
H. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 28
I. Teknik Analisis Data ................................................................................. 29

LAMPIRAN ......................................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai
lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan
dan tugas-tugas sosial mereka. Sekolah hendaknya dirancang seperti halnya
dengan para insiyur yang bekerja merancang sebuah mesin yang canggih,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
dan bangsa.1
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia tahun 1945 telah disebutkan bahwa salah satu tujuan Negara Republik
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan oleh sebab itu setiap
Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras,
etnis, agama dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan memberikan
seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga seseorang mampu mengatasi
masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani, dan
modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UU
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1
Redja Mudyahardo, (2009), Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, hlm. 6.

1
Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan dari Pendidikan
Nasional sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 dan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah dengan meningkatkan kualitas dari pendidikan nasional.2
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran
dan konsep-konsep hubungan lainya yang jumhlahnya banyak dan terbagi
kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika merupakan
pelajaran yang sudah sering dijumpai oleh siswa, mulai dari tingkat Sekolah Dasar
sampai ke Perguruan Tinggi jika mengambil bidang matematika, namun tidak
sedikit siswa yang masih berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang
menakutkan, karena mata pelajaran tersebut diindikasi masih menjadi salah satu
penyebab utama ketidaklulusan siswa dalam UN. Indikasi tersebut dapat muncul
karena adanya prestasi belajar matematika yang masih rendah. Hal ini tentu
menjadi salah satu tugas guru dan siswa untuk memperbaikinya. Tugas guru yang
lain yaitu melaksanakan pembelajaran di kelas.3
Kualitas dari pendidikan nasional itu salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa di setiap jenjang pendidikan baik hasil belajar siswa dalam ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Indikator hasil belajar kognitif biasa disebut
sebagai prestasi belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu
dari pendidikan nasional salah satunya dapat ditempuh dengan meningkatkan
prestasi belajar siswa di setiap jenjang pendidikan.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional dengan meningkatkan
prestasi belajar siswa di setiap jenjang pendidikan tidaklah lepas dari peran
seorang guru. Setiap media, pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan
guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik
hasil belajar dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Meskipun kemajuan
teknologi saat ini sangatlah pesat dan kemajuan teknologi ini sangatlah mungkin
menjadi pendukung kemajuan pendidikan di negara ini. Akan tetapi, peran guru
masih tetap saja sangatlah diperlukan.

2
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Depdiknas
3
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, (2014), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 48

2
Guru memiliki empat peran strategis dalam kegiatan pendidikan yaitu
sebagai pendidik, fasilitator, motivator, evaluator. Guru sebagai pendidik berarti
ada dua hal yang harus dilakukan oleh guru, yaitu mengajarkan anak nilai-nilai
kebaikan dan membiasakan anak berbuat kebaikan. Sebagai fasilitator berarti guru
diharapkan mampu mengelola kelas dengan baik, sebagai motivator berarti guru
selalu memberikan masukan-masukan yang positif kepada siswa, agar siswa
bersemangat dan antusias dalam belajar, sebagai evaluator berarti guru harus
mampu mengevaluasi hasil belajar siswa. Selain guru harus bertindak sebagai
pendidik, fasilitator, motivator, dan evaluator guru juga harus bertindak
profesional.4
Permasalahan rendah tingginya hasil belajar matematika siswa biasanya
dikarenakan oleh faktor kemampuan guru dalam memberikan pembelajaran
tentang Matematika, atau kemampuan guru dalam menggunakan media
pembelajaran matematika, atau strategi pembelajaran matematika atau bisa juga
karena memang media pembelajarannya yang tidak tersedia dan bisa juga karena
faktor siswa yang memang sudah tidak memiliki motivasi untuk belajar. Namun
yang jelas ketika hal ini di biarkan maka bukan hal yang mustahil jika akhirnya
siswa tetap saja akan menganggap matematika sebagai pelajaran yang sukar tidak
menarik dan akhirnya tidak termotivasi untuk mempelajarinya sehingga pada
ujungnya hasil belajar matematika siswa akan tetap rendah.5
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di sekolah MTs
Negeri 3 Deli Serdang ditemukan bahwasanya pada saat proses pembelajaran
berlangsung kebanyakan guru matematika masih menggunakan model
pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hal ini
mengakibatkan suasana pembelajaran kurang efektif dan efesien yang
mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa yang perlu diatasi
dengan mengguankan model pembelajaran yang inovatif.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu mempengaruhi
kemampuan komunikasi matematika siswa adalah model pembelajaran Think Pair
Share . TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa

4
Depdiknas, Rencana Strategi (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional 2005-2006.
5
Ahmad Susanto, ( 2013 ), Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, hal. 9.

3
secara berpasangan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap
yaitu: Think (berfikir), Pair (berpasangan) dan Share (berbagi). Salah satu
keutamaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu dapat menumbuhkan
keterlibatan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan kesempatan terbuka
pada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi
siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas. Dengan demikian penggunaan model
pembelajaran kooperatif TPS dapat membantu siswa dalam berkomunikasi
matematis untuk menyampaikan informasi, seperti menyatakan ide, mengajukan
pertanyaan dan menanggapi pertanyaan orang lain yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.6
Selain itu TPS juga dapat memberikan siswa lebih banyak waktu untuk
berfikir dan mengkomunikasikan apa yang mereka ketahui untuk dapat dibagikan
dengan temannya. Sehingga para siswa bisa membantu satu sama lain untuk
menyelesaikan persoalannya yang harus diselesaikan.7
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH STRATEGI TPS
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs
NEGERI 3 DELI SERDANG”. Dengan upaya tersebut diharapkan bahwasanya
dengan penerapan model pembelajaran ini peserta didik mampu meningkatkan
hasil belajar mereka.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tidak tepat mengakibatkan
pembelajaran menjadi kurang efektif.
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

6
Marlina, Hajidin, Iksan, (2014), jurnal Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis
Siswa di SMA Negeri 1 Bireuen.
7
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana,
hlm. 81.

4
4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dan kurang bervariasi
yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

C. BATASAN MASALAH
Agar permasalahan yang diteliti tidak meluas maka penulis membatasi
masalahnya sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di MTs Negeri 3 Deli Serdang.
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.
3. Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian adalah materi kelas VII
materi bangun datar segi empat sub materi persegi, persegi panjang, jajar
genjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium.
4. Objek yang diteliti pada adalah hasil belajar Matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang dan batasan masalah, maka penulis kemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar Matematika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) di kelas VII MTs Negeri
3 Deli Serdang ?
2. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs
Negeri 3 Deli Serdang?

E. TUJUAN MASALAH
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana hasil belajar Matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) di
kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang.

5
2. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang.

F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk:
1. Guru
a. Membantu guru matematika dalam usaha mencari model pembelajaran yang
cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu model
pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
c. Membantu Guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
d. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati)
nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian
sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta
meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
2. Siswa
a. Siswa agar dapat belajar dengan menggunakan strategi TPS sehingga
mereka lebih mampu menguasai materi matematika dengan lebih baik.
b. Meningkatkan kreatifitas belajar siswa, kerjasama dan tanggung jawab,
sehingga pembelajaran menjadi lebih berkualitas.
c. Mengoptimalkan kemampuan berfikir pada siswa.
3. Sekolah dan Kepala Sekolah
a. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan untuk mengambil kebijakan dalam penerapan
inovasi pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain sebagai upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru. Dengan adanya
strategi pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang
cerdas dan berprestasi.

6
4. Peneliti
a. Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan mengetahui bagaimana
peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui strategi TPS.
5. Pembaca
a. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.

7
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. KERANGKA TEORITIS
1. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari peroses belajar dapat
diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta
perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu belajar.8
Menurut Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai peroses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan
suatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa
unsur, yaitu: (1) pencapaian hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan yang sudah
di pahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.9
Pandangan Anthony Robins senada dengan apa yang dikemukakan oleh
Jerome Brunner, bahwa belajar adalah suatu peroses aktif dimana siswa
membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.10 Dalam pandangan
konstruktivisme „belajar‟ bukanlah semata-mata menteransfer pengetahuan yang
ada diluar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memperoses dan
menginterprestasikan pengalaman yang baru dengan yang sudah dimilikinya
dengan format yang baru. Proses pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau
akomodasi.11
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau kerakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak

8
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm. 14.
9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenamedia Group, 2011), hlm. 15.
10
Ibid, Hlm. 15.
11
Ibid, Hlm. 16.

8
lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan
perkembangan sangat erat kaitanya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetapi
berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru
diperoleh individu.Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan
sebagai peroses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari
kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan
maupun individu itu sendiri.
Sedangkan pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompeleks, yang sepenuhnya tidak dapat dijelaskan.Pembelajaran secara simpel
dapat diartikan sebagai produk interkasi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik.
Dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.12
Selain menurut pandangan para ahli, Islam juga mempunyai pengertian
dalam belajar dan pembelajaran di mana di jelaskan dalam Al Qur‟an surah Al-
Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
‫اهيأ هيذال اىىمآ اذإ ليق مكل اىحسفت يف سالجمال اىحسفاف حسفي ا ل لَ مكل ليقاذإو اوزشوافاوزشوا‬
‫اي‬
‫هللا هيذال اىىما مكىم هيذالو ىتوا ملعال تجرد اللهو امب نىلمعت زيبخ‬
‫فزي‬

12
Ibid, Hlm. 17.

9
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah
kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat".13
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa belajar atau menuntuk ilmu merupakan
suatu hal yang harus dilakukan oleh orang muslim dan wajib dilaksanakan tanpa
terkecuali karna Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu
dan berpengetahua yang merupakan perintah Allah yang sangat jelas untuk
mewajibkan orang muslim untuk terus belajar dan menggali pengetahuan.
Hal ini juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
‫نم كلس اقيرط سمتلي هيف املع لهس هللا هب اقيرط ىال ةنجال‬
Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”14
Hadits ini menjelaskan bahwasanya siapa saja yang menempuh suatu jalan
untuk kepentingan menuntut ilmu maka Allah SWT. menjanjikan kepada
ummatnya akan memudahkan bagi mereka jalan menuju surga.
Dari ayat dan hadits di atas Islam mewajibkan setiap orang beriman untuk
memperoleh ilmu pengetahuan semata-mata dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan mereka baik di dunia dan di akhirat. Manusia berkewajiban menuntut
ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu-ilmu agama maupun ilmu lainya. Islam
juga menekankan untuk dapat mengamalkan atau mengaplikasikanya ke dalam
kehidupan, agar ilmu yang diperoleh dapat memberikan manfaat bagi yang lainya.
agar ilmu itu berkembang islam juga menuntut untuk senantiasa membagikan
pengetahuan dan ilmunya kepada orang lain agar ilmu itu mejadi berkah dan
memberikan manfaat bagi orang banyak, Bahkan Allah Swt. menjanjikan kepada
ummatnya akan memudahkan bagi mereka jalan menuju surga untuk siapa saja
yang menuntut ilmu.

13
Q.S. Al-Mujadilah: 11, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Semarang: PT Tanjung Mas Inti, 2002), hlm.910.
14
Abu Isa Muhammad bin Isa At Tirmidzi (Penterjemah: Tim Darussunnah dkk), (2013),
Ensiklopedia Hadist 6; Jami’ A- Tirmidzi. Jakarta: Almahira, hal.876. 13

10
Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi setiap umat untuk bermalas-malasan
dalam belajar yang dapat membuat dirinya tidak mengetahui sesuatu apapun
tentang berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait yang di gunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam peroses belajar mengajar.15
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak
hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karna itu, Hamzah B. Uno mengatkan
bahwa “pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Jadi dalam teori belajar
menekankan melalui fenomena model, diamana seorang meniru perilaku orang
lain yang disebut belajar.
Pembelajaran melalui model bertujuan untuk “membantu siswa
menemukan makna diri (jati diri) di dalam lingkungan belajar dan sosial dan
memecahkan masalah dengan bantuan kelompok”. Hamzah B. Uno mengatakan
bahwa “dengan pembelajaran melalui model siswa akan mengetahui perjalanan
hidup serta aktivitas kerja keras sesorang dalam mencapai kesuksesan.16
Menurut Slavin menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran”.17
Menurut Sugiyanto “pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

15
Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru dalam Menentukan
Model Pembelajaran, (Medan: Media Persada, 2012), hlm. 1.
16
Ibid, hlm. 3.
17
Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Surabaya University Press,
2000), hlm. 118.

11
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar”.18
Dari beberapa definisi di atas dapat diperoleh bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar
pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning
(pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran
kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. disamping model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik,
model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa.19
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber,
dan belajar dari siswa yang lain.
b. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh
untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang
positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif
terhadap sekolah.
d. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa

18
Isjoni, Cooperaive Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 35.
19
Pandoyo, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2011), hlm. 78.

12
dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
e. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
mengelola informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Bisa menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok
tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga
tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.20
3. Model Pembelajaran TPS
Model TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi TPS
ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif. Pertama kali dikembangkan
oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip
Arends menyatakan bahwa “TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas”. Dengan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas,
atau situasi yang menjadi tanda Tanya.
Lie menyatakan bahwa “model kooperatif tipe TPS adalah model
pembelajaran yang membimbing siswa untuk dapat berfikir, Berpasangan dan
berbagi pengetahuan bersama orang lain”. Menurut Handayama ”model

20
Ibid, hlm. 83.

13
kooperatif tipe TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”. Trianto menyatakan bahwa “TPS
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas dimana guru dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk
merespon dan saling membantu”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe TPS adalah suatu model
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama saling
berfikir, berpasangan dan berbagi dengan orang lain. Langkah-langkah
pembelajaran TPS adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1: Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pembelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah yang telah diberikan. Siswa membutuhkan
penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2: Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru memenita siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diindentifikasi.Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3: Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melajutkan sampai sekitar
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan, Arends, (1997)
disadur Tjokrodihardjo, (2003).21
Kelebihan:
Model pembelajaran TPS baik digunakan dalam rangka melatih berfikir
siswa secara baik. Untuk itu, model pembelajaran TPS ini menekatkan pada
peningkatan daya nalar siswa, daya keritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya

21
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran, hlm.81.

14
analisis terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian kelebihan model
pembelajaran TPS yaitu:
a. Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya keritis siswa, daya imajinasi
siswa dan daya analisis terhadap suatu permasalahan.
b. Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka di bentuk dalam
kelompok.
c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai
impelementasi ilmu pengetahuannya.
e. Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika
selesai diskusi.
Kelemahan:
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran ini adalah:
a. Sulit menetukan permasalahan yang cocok dengan tingkat pemikiran
siswa.
b. Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahn yang ada
tidak di persiapkan baik oleh guru dan siswa.
c. Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang
nyata.
d. Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relative terbatas.22
4. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut
kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan
lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil
mencapai tujuan - tujuan pembelajaran atau tujuan - tujuan intruksional.23

22
Istarani, 58 Model Pembelajaran, hlm. 68.
23
Ahmad Susanto, ( 2013 ), Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, hal. 5.

15
Menurut Abdurrahman: Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang
disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah
ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional.24

5. Materi Pokok Bangun Datar Segi Empat


1) Persegi

Persegi adalah bangun datar segiempat yang memiliki 4 sisi yang


panjangnya sama dan memiliki 4 titik sudut yang besar sudutnya sama yaitu 90°.
Persegi memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Memiliki 4 sisi yang panjangnya sama
 Memiliki 4 titik sudut yang besar sudutnya sama yaitu 90°
 Memiliki 4 buah simetri lipat
 Memiliki empat simetri putar.

Rumus untuk mencari keliling persegi:


Keliling = s + s + s + s atau Keliling = 4 x s

Rumus untuk mencari luas persegi:


Luas = s x s atau Luas = s2

2) Persegi Panjang

24
Ibid, hal. 37-38

16
Persegi panjang adalah salah satu bangun segi empat yang memiliki 2
pasang sisi yang saling berhadapan sama panjang serta memiliki titik 4 sudut.
Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
 Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar saling berhadapan dan sama panjang
 Memiliki 4 titik sudut yang besarnya yang besar sudutnya yaitu 90°
 Memiliki 2 diagonal yang sama panjang
 Memiliki 2 simetri lipat
 Memiliki 2 simetri putar

Rumus untuk mencari keliling persegi panjang:


Keliling = p + l + p + l atau Keliling = 2 x (p x l)

Rumus untuk mencari luas persegi panjang:


Luas = p x l

3) Jajar Genjang

Jajar genjang adalah salah satu bangun datar segiempat yang memiliki 2
pasang sisi yang saling sejajar.
Jajar genjang memiliki sifat-sifat diantaranya sebagai berikut:
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
 Memiliki 2 pasang sisi yang saling sejajar dan sama panjang
 Memiliki 2 buah sudut lancip dan 2 buah sudut tumpul dan masing-masing
sudut saling berhadapan
 Sudut yang berhadapan sama besar
 Memiliki diagonal yang tidak sama panjang
 Tidak memiliki simetri lipat dan simetri putar.

Rumus untuk mencari keliling jajar genjang:


Keliling =2 x (alas x tinggi) atau Keliling = 2 x (a x t)

17
Rumus untuk mencari luas jajar genjang:
Luas = alas x tinggi atau Luas = a x t

4) Belah Ketupat

Belah ketupat adalah salah satu bangun datar segiempat yang memiliki 2
diagonal yang sama panjang.
Belah ketupat memiliki sifat-sifat diantaranya sebagai berikut:
 Memiliki 4 buah sisi yang sama panjang dan 4 buah titik sudut
 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar
 Diagonalnya berpotongan tegak lurus
 Memiliki 2 buah simetri lipat
 Memiliki simetri putar tingkat 2

Rumus untuk mencari keliling belah ketupat:


Keliling = 4 x sisi

Rumus untuk mencari luas belah ketupat:


Luas = 1/2 x d1 x d2

5) Layang-layang

Layang-layang adalah salah satu segiempat yang memiliki 2 diagonal yang


tidak sama panjang.
Layang-layang memiliki sifat-sifat diantaranya sebagai berikut:
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut

18
 Memiliki 2 pasang sisi yang sama panjang
 Memiliki 2 sudut yang sama besarnya
 Diagonalnya berpotongan tegak lurus
 Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang
 Memiliki 1 simetri lipat

Rumus untuk mencari keliling layang-layang:


Keliling = Jumlah semua sisi layang-layang

Rumus untuk mencari luas:


Luas = 1/2 x diagonal 1 x diagonal 2

6) Trapesium

Trapesium adalah salah satu bangun datar segiempat yang memiliki dua
sisi sejajar yang tidak sama panjang.
Trapesium memiliki sifat-sifat diantaranya sebagai berikut:
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
 Memiliki sepasang sisi yang sejajar tetapi tidak sama panjang
 Sudut-sudut diantara sisi sejajar besarnya 180°

Rumus untuk mencari keliling trapesium:


Keliling = Jumlah panjang semua sisinya

Rumus untuk mencari luas trapesium:


Luas = 1/2 x jumlah rusuk sejajar x tinggi

Contoh Soal:
1. Jika diketahui panjang suatu persegi adalah 5 cm. Tentukan luas dan keliling
persegi tersebut!
Penyelesaian:

19
Keliling = s + s + s + s = 5 cm + 5 cm + 5 cm + 5 cm = 20 cm
Luas = s x s= 5 x 5 = 25 cm2
2. Tentukan keliling dan luas dari persegi panjang di bawah ini!

Penyelesaian:
Keliling = p + l + p + l = 10 cm + 5 cm + 10 cm + 5 cm = 30 cm
Luas = p x l = 10 cm x 5 cm = 50 cm2
3. Diketahui sebuah jajargenjang memiliki alas 7 cm dan tinggi 4 cm. Tentukan
luas jajargenjang tersebut!
Penyelesaian:
Luas = a x t = 7 cm x 4 cm = 28 cm2
4. Diketahui panjang diagonal-diagonal belah ketupat berturut-turut adalah 15 dan
12. Tentukan luas belah ketupat tersebut!
Penyelesaian:
Luas = 1/2 x d1 x d2 = 1/2 x 15 x 12 = 90 cm2
5. Perhatikan gambar layang-layang PQRS berikut!

Jika diketahui ∠PQR adalah siku-siku, tentukan luas layang-layang PQRS


tersebut!
Penyelesaian:
Dikarenakan ∠PQR siku-siku, maka luas layang-layang PQRS diatas dapat
dicari dengan menggunakan rumus luas segitiga dengan alas = QR = 18 m dan

20
tinggi = PQ = 13 m. Dari layang-layang PQRS terdapat dua segitiga siku-siku
yaitu ΔPQR dan ΔPSR dengan luas yang sama. Oleh karena itu luas layang-
layang dapat dicari dengan menjumlahkan dua luas segitiga siku-siku.

Luas PQRS = Luas ΔPQR + Luas ΔPSR


Luas PQRS = 2 x Luas PQR (karena luas PQR dan PSR sama)
Luas PQRS = 2 x 1/2 x 18 m x 13 m
Luas PQRS = 234 m2
6. Sebuah trapesium memiliki sisi sejajar masing-masing 10 cm dan 12 cm.
Hitunglah luas trapesium tersebut jika tinggi trapesium adalah 8 cm!
Penyelesaian:
L = 1/2 x jumlah rusuk sejajar x tinggi
L = 1/2 x (10 cm + 12 cm) x 8 cm
L = 1/2 x 22 cm x 8 cm
L = 88 cm².25

B. KERANGKA BERFIKIR
Salah satu pelajaran yang sulit menurut siswa adalah matematika, sehingga
hasil belajar siswa menjadi rendah. Sehubungan dengan anggapan tersebut, para
guru matematika harus melakukan pembelajaran dengan sekreatif dan semenarik
mungkin dalam proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang
tepat agar siswa dapat lebih aktif dan tidak bosan ketika pembelajaran
berlangsung.
Model pembelajaran yang kreatif salah satunya adalah model yaitu dengan
3 tahap Think (berfikir), Pair (berpasangan), share (berbagi) Dengan
diterapkannya model pembelajaran ini, diharapkan dapat mempermudah
kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika, sehingga hasil belajar
matematika siswa akan meningkat. Salah satu keutamaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS yaitu dapat menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan
siswa dengan memberikan kesempatan terbuka pada siswa untuk berbicara dan
mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan
25
Atang Supriadi, (2018), Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VII, Bandung: Grafindo
Media Pratama, hal. 214- 223.

21
dalam kelas. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif Think
Pair Share dapat membantu siswa dalam berkomunikasi matematis untuk
menyampaikan informasi, seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan
menanggapi pertanyaan orang lain.
Selain itu Think Pair Share juga dapat memberikan siswa lebih banyak
waktu untuk berfikir dan mengkomunikasikan apa yang mereka ketahui untuk
dapat dibagikan dengan temannya. Sehingga para siswa bisa membantu satu sama
lain untuk menyelesaikan persoalanya yang harus diselesaikan.
Dengan diterapkannya model pembelajaran ini, diharapkan dapat
mempermudah kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika, sehingga hasil
belajar matematika siswa akan meningkat.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN


1. Penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli Efendi Program Studi
Pendidikan Matematika. STKPI PGRI Sidoharjo 2013 dengan judul
“penerapan model pembelajaran TPS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan materiks tahun 2013”. Berdasarkan hasil
analisis data pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 71,34 dengan
siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa dan yang belum tuntas sebanyak
15 siswa. sehingga dilakukan tindakan pada siklus II dengan nilai rata-
rata 78.87 dan nilai ketuntasan 70.73% atau sebnyak 29 siswa sudah
tuntas dengan nilai > 65. Dan pada siklus III diperoleh nilai rata- rata
82.02 dengan nilai ketuntasan 85.36% atau sebanyak 35 siswa sudah
tuntas dengan nilai > 65 sehingga target nilai ketuntasan telah tercapai.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model TPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan matriks.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Uni Sahara Br. Barus Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
dengan judul “Upaya meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Melalui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think
Pair Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Kelas VII Mts Swasta Darul Arifin Kecamatan Pantai Cermin

22
Kabupaten Serdang Bedagai” hasil temuan yang diperoleh yakni (1)
pada tahap pra tindakan hasil belajar tergolong rendah yakni dari 30
orang siswa hanya 18 orang yang belum mencapai KKM atau sekitar
60%. (2) pada siklus I terdapat peningkatan yakni dari 30 orang siswa
hanya 9 orang yang belum mencapai ketuntasan atau sekitar 30%,
kemudian siklus II siswa lulus 100% dengan rata-rata kelas yang sangat
bagus yakni 86,33. (3) Hasil observasi pelaksanaan strategi
pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) dari kategori
baik pada siklus I meningkat menjadi kategori sangat baik dengan
perolehan skor 86 dari penilaian instrumen wawancara. (4) Motivasi
belajar siswa pun secara bertahap meningkat yakni pratindakan,
motivasi siswa hanya 50% meningkat pada siklus I menjadi kategori
cukup yakni 63,33 dan menjadi kategori sangat baik pada siklus II
yakni 81,66. Berdasarkan temuan peneliti dapat disimpulkan bahwa
melalui pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif model Think Pair
Share pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara yang harus dibuktikan
keberannya melalui penelitian ilmiah.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ho: Tidak terdapat pengaruh strategi Think Pair Share terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang.
Ha: Terdapat pengaruh strategi Think Pair Share terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang.
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

Ho : 𝑋̅1 = 𝑋̅2

Ha : 𝑋̅1 ≠ 𝑋̅2

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang,
yang beralamat di Dusun IV, Kota Rantang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun pelajaran
2018/2019.

B. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Demikian pula dalam tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila
disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya. Namun bukan berarti
penelitian kuantitatif bersih dari data yang berupa informasi kualitatif.
Pendekatan penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen
(Experimental Research). Penelitian eksperimen (Experimental Research)
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui/menilai suatu pengaruh
dari suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap perilaku siswa atau
menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan
dengan tindakan yang lain. penelitian eksperimen ini juga digunakan peneliti
untuk memanipulasi dan mengontrol variabel bebas dan mengamati variabel
terikat untuk menemukan suatu pengaruh perlakuan/treatment tertentu yang dapat
dikendalikan.

C. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian eksperimen yang akan digunakan untuk meneliti
masalah efisiensi pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran
Konvensional pada materi Bangun Datar Segi Empat ditinjau dari hasil prestasi
belajar siswa adalah Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.

24
Randomized Pretest-Posttest Control Group Design merupakan desain
penelitian eksperimen yang didasarkan pada hasil pretes dan postes serta
pemilihan obyek penelitian yang diambil secara acak. Karena adanya pretest,
maka pada desain penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan.
Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan
secara statistik (statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh
perlakuan terhadap capaian skor (gain score).

D. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Menurut Sudjana populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin dari
hasil perhitungan atau pun pengukuran secara kualitatif maupun kuantitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin di pelajari sifat-sifatnya.26 Dari pendapat diatas yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Negeri 3 Deli
Serdang tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 5 kelas dengan rincian, kelas
VII-A terdiri dari 36 siswa, kelas VII-B terdiri dari 36 siswa, VII-C terdiri dari 36
siswa, kelas VII-D terdiri dari 36 siswa dan kelas VII-E terdiri dari 36 siswa.
Total jumlah siswa ada 180 orang.

Tabel Populasi
NO. KELAS JUMLAH
1. VII-A 36 Orang
2. VII-B 36 Orang
3. VII-C 36 Orang
4. VII-D 36 Orang
5. VII-E 36 Orang
TOTAL 180 Orang

Penempatan siswa Mts Negeri 3 Deli Serdang kelas VII dilakukan secara
merata dalam kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang

26
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), hlm. 5.

25
diberikan juga sama, maka karakteristik antarkelas dapat dikatakan homogen,
sedangkan karakteristik dalam kelas cukup heterogen. Heterogen yang dimaksud
adalah kemampuan siswa mulai dari tinggi, sedang dan rendah disatukan.
2. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiiki oleh
populasi.27 Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil
sebagian siswa kelas VII dan di kelompokan menjadi dua kelas berbeda yang
dipilih secara random (simple random sampling). Kelas yang pertama sebagai
kelas eksperimen yang akan diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) sedangkan kelas yang kedua sebagai kelas kontrol yang
akan diajar dengan pembelajaran konvesional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan rumus slovin dengan taraf
signifikan 5%. Dengan N= 135 siswa. Dan tiap kelas terdiri dari 36 siswa.
𝑁
𝑛 = 𝑁.𝑑2 +1
180
𝑛 = 180.(0,05)2 +1

𝑛 = 124 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 (banyak sampel yang diambil secara kesesluruhan)


𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑛 = 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 × 𝑗𝑙ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛
36
𝑛 = 180 × 124

𝑛 = 25 (jumlah sampel tiap kelas)

Tabel Sampel
NO. KELAS SAMPEL
1. VII-A 25 Orang
2. VII-B 25 Orang
3. VII-C 25 Orang
4. VII-D 25 Orang
5. VII-E 24 Orang
JUMLAH 124 Orang

27
Indra Jaya dan Ardat, Penerapan Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2013), hlm. 32.

26
Peneliti mengambil sampel dari masing-masing kelas secara acak yaitu
dengan cara memanggil satu-satu nama siswa dari masing-masing kelas dan nama
siswa yang dipanggil akan memilih kartu As untuk menentukan siswa tersebut
masuk kelas eksperimen atau kelas kontrol. Siswa yang mengambil kartu As yang
berwarna merah akan masuk ke kelas eksperimen sedangkan siswa yang
mengambil kartu As berwarna hitam akan masuk ke kelas kontrol. Jumlah kartu
As yang akan disediakan peneliti sesuai dengan jumlah sampel yang akan di ambil
dari masing-masing kelas.

E. VARIABEL PENELITIAN
Menurut Indra Jaya, variabel penelitian adalah segala sesuatu unit
pengamatan yang berbeda dari karakteristik yang sedang diamati.28 Variabel dalam
penelitian ini terdiri atas: variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya dependen variabel (terikat), dan
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
Variabel bebas (X) adalah Strategi Think Pair Share (TPS).
Variabel terikat (Y) adalah Hasil Belajar matematika siswa.

F. DEFENISI OPERASIONAL
Penelitian ini berjudul Pengaruh Strategi TPS terhadap Matematika Siswa
pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segi Empat Kelas VII MTs Negeri 3 Deli
Serdang Tahun Pelajaran 2018/2019”. Istilah- istilah yang memerlukan penjelasan
adalah sebagai berikut:
a. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar, dan cara untuk mengukur hasil belajar siswa yang
telah dicapai yaitu menggunakan instrument (tes). Karena dengan
menggunakan tes dapat menilai dan mengukur hasil belajar bidang
kognitif, afektif dan psikomotoris.

28
Ibid, hlm. 141.

27
b. Model pembelajaran TPS adalah suatu model pembelajaran kooperative
yang menempatkan siswa pada tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pair
(berpasangan), Share (berbagi).

G. INSTRUMEN PENELITIAN
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan Matematika siswa adalah
melalui tes. Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
inteligensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Alat ukur dalam penelitian ini adalah serangkaian pertanyaan yang
diajukan kepada masing-masing subjek yang menuntut penemuan tugas-tugas
kognitif. Tes disusun berdasarkan proses kognitif dari Bloom dengan ranah
pengetahuan (knowledge), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Namun
dalam penelitian ini, yang digunakan hanya ranah pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan karena penelitian ini hanya mengukur hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini, dilaksanakan tes awal dan tes akhir. Tes awal
dilaksanakan sebelum memberikan perlakuan, yang bertujuan untuk melihat hasil
belajar siswa sebelum perlakuan diberikan. Adapun tes akhir (tes hasil belajar)
dilakukan setelah perlakuan diberikan, tujuannya untuk melihat hasil belajar
setelah perlakuan diberikan. Tes yang diberikan berbentuk uraian. Tes awal
diberikan (sebelum pemberian perlakuan) sebanyak 4 butir soal, dan tes akhir (tes
hasil belajar) sebanyak 4 butir soal juga.

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan tes
hasil belajar. Tes tersebut diberikan kepada semua siswa pada kelompok
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan kelompok pembelajaran Konvensional.
Semua siswa mengisi atau menjawab sesuai dengan pedoman yang telah
ditetapkan peneliti pada awal atau lembar pertama dari tes itu untuk pengambilan
data. Teknik pengambilan data berupa soal-soal dalam bentuk uraian sebanyak 4
soal pada materi Bangun Datar Segi Empat. Adapun teknik pengambilan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

28
1. Melakukan pre-tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui sejarah kemampuan siswa pada materi bangun datar segi
empat sebelum diberi perlakuan (treatment).
2. Memberikan pos-tes untuk memperoleh data akhir hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Melakukan analisis data pos-tes yaitu uji normalitas, uji homogenitas
pada kelas Think Pair Share (TPS) dan kelas konvesional.
4. Melakukan analisis data pos-tes yaitu uji hipotesis dengan menggunakan
uji-T.

I. TEKNIK ANALISIS DATA


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian,
yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan
dengan penyajian data melalui tabel distribusi frekuensi histogram, rata-rata dan
simpangan baku. Sedangkan pada analisis inferensial digunakan pada pengujian
hipotesis statistik dan diolah dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata
Nilai rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
∑𝑋
𝑋̅ = 𝑛

Keterangan :
𝑋̅ = rata-rata
∑𝑋 = jumlah nilai x
𝑛 = jumlah individu
2. Menghitung simpangan baku atau standar deviasi
Nilai standar deviasi dapat dicari dengan rumus :
𝑛 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2
𝑆=√ 𝑛(𝑛−1)

Keterangan:
S = Standar Deviasi
∑ 𝑋2 = Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan
(∑ 𝑋)2 = Semua skor dijumlahkan lalu dikuadratkan
𝑛 = Jumlah sampel

29
3. Menghitung varians
Nilai varians dapat dicari dengan menggunakan rumus :
∑(𝑋−𝑋̅ )2
𝑆2 = 𝑛−1

Keterangan :

𝑆2 = varians

∑(𝑋 − 𝑋̅)2 = jumlah nilai x dikurang rata-rata di pangkat dua

𝑛−1 = jumlah data dikurang 1

4. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui kedua kelompok merupakan kelompok yang homogen atau
tidak, maka dapat dilakukan uji homogenitas degan rumus :
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹= 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Dengan kriteria pengujian :


 Jika 𝐹h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka varians tidak homogen.
 Jika 𝐹h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka varians homogen.

5. Uji Hipotesis
Uji-t digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) terhadap hasil belajar
Matematika siswa kelas VII.
Hipotesis yang diujikan adalah :
Ho = 𝜇1 < 𝜇2 : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar Matematika
siswa kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang
Ha = 𝜇1 > 𝜇2 : terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar Matematika siswa
kelas VII MTs Negeri 3 Deli Serdang

30
Untuk menguji hipotesis menggunakan Uji-T dengan rumus :

𝑋̅1 −𝑋̅2
𝑡=
𝑆2 𝑆 2
√ 1+ 2
𝑛1 𝑛2

Keterangan :

𝑋̅1= rata-rata sampel 1

𝑋̅2 = rata-rata sampel 2

𝑆12 = varians sampel 1

𝑆22 = varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

kriteria pengambilan keputusan adalah :

tolak Ho jika thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel

terima Ho jika thitung < ttabel atau –thitung > -ttabel

31
LAMPIRAN

32
Soal Pre Test dan Post Test

1. Perhatikan gambar persegi panjang ABCD berikut!

6 cm
D C

4 cm
A B

Tentukan:

a) Luas persegi panjang


b) Keliling persegipanjang
2.

Gambar ABCD di atas ini adalah belah ketupat, dengan AB = 10 cm, AE = 8


cm, dan DE = 6 cm. Tentukanlah keliling dan luasnya.
3. Ada sebuah jajar genjang ABCD dengan sudut AB yaitu alasnya = 12 cm,
dan tinggi = 6 cm. Cari dan hitunglah keliling dan luas jajar genjang tersebut!

4. Perhatikan bangun trapesium ABCF dan layang-layang EFCD.

Jika panjang DE = 2 cm, tentukan keliling dari bangun di atas!

33

Anda mungkin juga menyukai