Anda di halaman 1dari 4

48 Media Bina Ilmiah ISSN No.

1978-3787

PERBEDAAN JUMLAH SEL LIMFOSIT PADA PENDERITA MALARIA


YANG TERINFEKSI Plasmodium falciparum DIBANDINGKAN DENGAN
YANG TERINFEKSI Plasmodium vivax

Oleh:

Fihiruddin, Nurul Inayati


Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan

Abasrak, Malaria merupakan penyakit infeksi parasit pada manusia yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium, yang terdiri dari Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan
Plasmodium ovale. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp dan dapat juga melalui
transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar Plasmodium serta dari ibu hamil yang menderita malaria ke
bayinya. Diagnosis pasti penyakit malaria dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara mikroskopis,
imunokromatografi dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan secara mikroskopis merupakan
gold standar untuk diagnosis malaria, tetapi memiliki kelemahan sehingga dibutuhkan pemeriksaan lain
sebagai penunjang diagnosis malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah
sel limfosit penderita malaria yang terinfeksi Plasmodium falciparum dibandingkan dengan yang terinfeksi
Plasmodium vivax. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif dengan desain cross sectional, sedangkan
sampel yang digunakan adalah darah penderita malaria, yang terdiri dari 45 yang terinfeksi Plasmodium
falciparum dan 45 yang terinfeksi Plasmodium vivax. Hasil penelitian menunjukkan dari 45 sampel penderita
malaria yang terinfeksi Plasmodium falciparum didapatkan 28 sampel (62,2%) mengalami peningkatan
jumlah sel limfosit diatas nilai rujukan, sedangkan yang terinfeksi Plasmodium vivax didapatkan 15 sampel
(33,3%) yang mengalami peningkatan jumlah sel limfosit diatas nilai rujukan dan secara statistik perbedaan
tersebut bermakan dengan dengan nilai p value 0,006 (p<0,05).
Kata Kunci : Jumlah sel limfosit, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax

Pendahuluan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat
pada manusia dan masih menjadi masalah kesehatan 1.700.000 kasus malaria klinis dengan 700 kematian.
masyarakat, karena dapat mempengaruhi dampak Jumlah kasus klinis malaria di Indonesia pada tahun
sosial ekonomi dan dapat menyebabkan kematian. 2009 sebanyak 1.143.024 orang dan jumlah kasus
Parasit penyebab penyakit malaria terdiri dari positif berdasarkan pemeriksaan laboratorium adalah
Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria 199.577 orang. Jumlah ini mungkin lebih kecil dari
tertiana maligna (tropika), Plasmodium vivax yang jumlah yang sebenarnya karena tidak semua kasus
menyebabkan malaria tertiana benigna, Plasmodium dilaporkan akibat hambatan transportasi dan
malariae yang menyebabkan malaria quartana dan komunikasi dari desa-desa endemis yang terpencil
Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria (Dep Kes, RI, 2006; Purwanto, 2011).
tertiana benigna (Weatheral, 2002; Soeripto dkk, Pada tahun 2008 jumlah kasus malaria di
1998). propinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 96.488
Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan kasus AMI: 22,54 per mil, jumlah malaria positif
nyamuk Anopheles sp. Selain oleh gigitan nyamuk, 22.206, API 5,08. Data ahun 2008 malaria klinis di
malaria dapat juga ditularkan melalui transfusi kabupaten Lombok Barat sebanyak 15.832, AMI
darah atau jarum suntik yang terinfeksi Plasmodium 19,89% dan API 1,85o/oo (Dikes Kab.Lombok Barat,
serta dari ibu hamil ke bayinya melalui plasenta 2009).
(Harijanto, 2000). Diagnosis pasti penyakit malaria dilakukan
Diperkirakan sebanyak 270 juta penduduk di dengan cara menemukan Plasmodium dalam darah
dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau yang diperiksa secara mikroskopis. Selain itu dapat
42% penduduk berisiko terinfeksi malaria. juga diperiksa dengan metode imunokromatografi
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga dan Polymerase Chain Reaction (PCR).
(2001), di Indonesia terdapat 424 kabupaten endemis Pemeriksaan secara imunokromatografi tidak
malaria dari 522 kabupaten yang ada dan terdapat membutuhkan keahlian khusus dan waktu
sekitar 15 juta kasus malaria dengan 38.000 pengerjaanya cepat, tetapi memiliki kelemahan

_______________________________________________
Volume 7, No. 4, Juli 2013 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 49

kerena masih terdapatnya antibodi pada penderita, Hasil Dan Pembahasan


sehingga tetap memberikan reaksi positif walaupun
a. Hasil
penderitanya sudah sembuh. Diagnosis penyakit
Hasil perhitungan jumlah sel limfosit yang
malaria dengan metode PCR harganya mahal dan
diperoleh dari pemeriksaan sediaan darah tipis
membutuhkan alat khusus sehingga tidak mungkin
penderita malaria yang terinfeksi Plasmodium
dilakukan di laboratorium-laboratorium tertentu.
falciparum dapat dilihat pada tabel 1.
Pemeriksaan malaria secara mikroskopis merupakan
gold standar diagnosis malaria, tetapi pengerjaannya Tabel 1. Hasil pemeriksaan jumlah sel limfosit pada
membutuhkan keterampilan dan ketelitian yang penderita malaria yang terinfeksi
tinggi, sehingga diperlukan pemeriksaan lain sebagai Plasmodium falciparum.
penunjang diagnosis penyakit malaria, diantaranya Nomor Jumlah sel Nomor Jumlah sel
adalah pemeriksaan sel limfosit (Gandahusada, pasien limfosit dalam pasien limfosit dalam
2000; Harijanto, 2000). 100 sel leukosit 100 sel leukosit
Pada penderita malaria yang terinfeksi (%) (%)
Plasmodium, ditemukan limfosit yang meningkat 1 50 24 32
2 67 25 60
dalam darah penderita, hali ini disebabkan adanya 3 49 26 29
sel limfosit yang diperankan oleh sel T helper 1 yang 4 29 27 34
spesifik terhadap antigen Plasmodium yang 5 32 28 50
berprolifersi berlebihan. Infeksi Plasmodium juga 6 56 29 45
menyebabkan leukositosis yang terjadi pada fase 7 10 30 73
akut infeksi, kemudian terjadi leukopeni dan 8 16 31 46
9 31 32 47
netropenia (Baratawidjaja, 2009; Wintrobe, 1974). 10 38 33 63
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut 11 12 34 45
perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk 12 41 35 55
mengetahui adanya perbedaan jumlah sel limfosit 13 15 36 59
pada penderita malaria yang terinfeksi Plasmodium 14 48 37 20
falciparum dibanding dengan yang terinfeksi 15 13 38 57
16 50 39 47
plasmodium vivax, sehingga dapat digunakan 17 79 40 44
sebagai penunjang untuk menentukan diagnosis 18 20 41 31
penyakit malaria. 19 51 42 68
20 17 43 29
Metode Penelitian 21 76 44 39
22 62 45 49
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif 23 8
dengan desain cross sectional. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli tahun 2010, sedangkan Sedangkan hasil perhitungan jumlah sel limfosit
sampel pada penelitian ini adalah darah kapiler yang diperoleh dari pemeriksaan sediaan darah tipis
pasien yang di diagnosis malaria di Puskesmas penderita malaria yang terinfeksi Plasmodium vivax
Meninting Kabupaten Lombok Barat. Untuk dapat dilihat pada tabel 2.
mengetahui apakah pasien malaria tersebut terinfeksi
Tabel 2. Hasil pemeriksaan jumlah sel limfosit pada
Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax
penderita malaria yang terinfeksi
maka darah kapiler penderita malaria tersebut dibuat
Plasmodium vivax.
sediaan darah tipis lalu dilakukan perwarnaan
dengan pewarna giemsa yang sebelumnya telah Nomor Jumlah sel Nomor Jumlah sel
diencerkan dengan larutan buffer pH 7,2 kemudian pasien limfosit pasien limfosit dalam
dalam 100 sel 100 sel leukosit
diperiksa menggunakan mikroskop dengan leukosit (%) (%)
pembesaran lensa objektif 100x dan untuk 1 26 24 42
memperjelas bayangan di mikroskop ditambahkan 2 26 25 38
dengan minyak imersi. Jika sudah dilakukan 3 28 26 28
pemeriksaan secara mikroskopis lalu diambil 45 4 60 27 36
5 23 28 34
sediaan darah tipis penderita malaria yang positif
6 35 29 40
Plasmodium falciparum dan 45 sediaan darah tipis 7 55 30 27
penderita malaria yang positif Plasmodium vivax, 8 26 31 31
kemudian masing-masing dihitung jumlah sel 9 51 32 31
limfosit dalam 100 sel leukosit. 10 29 33 34
11 35 34 18
12 24 35 14

_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 4, Juli 2013
50 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
13 52 36 32 b. Pembahasan
14 25 37 33 Berdasarkan data hasil penelitian, didapatkan
15 30 38 38
adanya perbedaan antara jumlah sel limfosit pada
16 34 39 38
17 26 40 21 penderita malaria yang terinfeksi Plasmodium
18 25 41 31 falciparum dibandingkan yang terinfeksi
19 18 42 38 Plasmodium vivax, sedangkan hasil analisis statistik
20 27 43 36 dengan uji t, diperoleh t hitung = 2,899 dengan sig
21 35 44 26 (p) = 0,006 < α = 0,05 dan 0,006 yang artinya rata-
22 28 45 34
rata jumlah sel limfosit pada penderita malaria yang
23 30
terinfeksi Plasmodium falciparum sangat berbeda
nyata dibanding dengan yang terinfeksi Plasmodium
Tabel 3. Nilai rujukan dan istilah abnormalitas
vivax. Hal ini disebabkan sampel darah yang
jumlah sel limfosit per 100 sel leukosit
digunakan diambil dari pasien dengan gejala demam
(Lefever, 1997).
sehingga Plasmodium pada saat itu sudah
Nilai rujukan Jumlah sel limfosit per 100 sel menimbulkan respon imunologi baik seluler mapun
leukosit (%) humoral. Sel limfosit terdiri atas sel T dan sel B.
Normal 25 – 35%
Limfositosis > 35%
Dengan adanya infeksi Plasmodium, sel T yang
Limfositopenia < 25% merupakan 60-80% dari keseluruhan sel limfosit
pada saat Plasmodium melewati limfa dan organ
Dari 45 sampel yang terinfeksi Plasmodium lain. Sebagian besar sel T yang terdiri dari 40-60%
falciparum didapatkan 28 sampel (62,2%) yang sel Th1 melakukan fungsi imunitas terhadap adanya
mengalami peningkatan jumlah sel limfosit diatas infeksi. Sel B akan berdiferensiasi menjadi sel
nilai rujukan, 8 sampel (17,8%) berada dalam nilai plasma yang selanjutnya melakukan fungsi
rujukan dan 9 sampel (20%) yang mengalami imunologis melalui imunoglobulin.
penurunan jumlah sel limfosit. Persentase hitung Pada pasien yang terinfeksi Plasmodium
jumlah sel limfosit pada penderita malaria yang falciparum yang mengalami peningkatan jumlah sel
terinfeksi Plasmodium falciparum dapat dilihat pada limfosit atau berada diatas nilai rujukan
tabel 4. (limfositosis) sebanyak 62,2%, hal ini disebabkan
Tabel 4. Persentase jumlah sel limfosit penderita oleh kerusakan sel eritrosit. Produk dari eritrosit
malaria yang terinfeksi Plasmodium yang rusak tersebut dapat merangsang proliferasi
falciparum. dan diferensiasi sel limfosit sehingga meningkat
dalam darah. Jumlah sel limfosit yang berada dalam
Kelompok Persentase Jumlah Persentase
nilai rujukan nilai pasien (%)
nilai rujukan (normal) sebanyak 17,8% yang
rujukan disebabkan saat Plasmodium berada dalam darah
Diatas nilai > 35% 28 62,2 tetapi jumlah sel limfosit tidak meningkat karena
rujukan terjadi peningkatan sel neutrofil, hal ini biasanya
Nilai rujukan 25 – 35% 8 17,8 terjadi pada pasien dengan infeksi malaria kronis.
Dibawah nilai < 25% 9 20,0
rujukan
Sedangkan pada malaria berat jumlah sel limfosit
Total 45 100 mengalami penurunan (limfositopenia), karena sel
Dari 45 sampel penderita malaria yang limfosit dalam limfa pada kasus splenomegali akan
terinfeksi Plasmodium vivax didapatkan 15 sampel tertahan dan menyebabkan terjadinya peningkatan
(33,3%) yang mengalami kenaikan jumlah sel volume darah dalam pembuluh perifer dan jumlah
limfosit diatas nilai rujukan, 24 sampel (53,4%) sel limfosit menjadi menurun.
berada dalam nilai rujukan dan 6 sampel (13,3%) Pada penderia malaria yang terinfeksi
yang mengalami penurunan jumlah sel limfosit, Plasmodium vivax sebagian besar (53,4%) jumlah
yang dapat dilihat pada tabel 5. sel limfosit tetap berada dalam nilai rujukan
(normal), hal ini disebabkan Plasmodium vivax
Tabel 5. Persentase jumlah sel limfosit penderita sebagian besar tidak menyebabkan kerusakan sel
malaria yang terinfeksi Plasmodium vivax. eritrosit, sehingga rangsangan respon imunologi
Kelompok Persentase Jumlah Persentase lebih kecil dibandingkan dengan penderita malaria
nilai rujukan nilai rujukan pasien (%) yang terinfeksi Plasmodium falciparum.
Diatas nilai > 35% 15 33,3
rujukan Penutup
Nilai rujukan 25 – 35% 24 53,4
Dibawah nilai < 25% 6 13,3 a. Simpulan
rujukan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
Total 45 100 terdapat perbedaan jumlah sel limfosit antara

_______________________________________________
Volume 7, No. 4, Juli 2013 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 51

penderita malaria yang terinfeksi Plasmodium Inayati, N. 2007. Uji Sensitivitas dan Spesifitas
falciparum dibandingkan dengan yang terinfeksi Pemeriksaan Malaria Dengan Metode
Plasmodium vivax, sedangkan dari hasil analisis Carik Celup. Skripsi dalam Fakultas
statistik dengan uji t, diperoleh t hitung 2,899 MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar.
dengan nilai p value 0,006 (p<0,05), hal ini berarti
Lefever, J.1997. Buku Saku Pemeriksaan
bahwa rata-rata jumlah sel limfosit penderita malaria
Laboratorium dan Diagnostik dengan
yang terinfeksi Plasmodium falciparum sangat
Implikasi Keperawatan. EGC. Jakarta.
berbeda nyata dengan jumlah sel limfosit penderita
malaria yang terinfeksi Plasmodium vivax. Purwanto, A., 2011. Faktor Risiko Kejadian
Malaraia Di Kecamaan kampong laut
b. Saran
Kabupaten Cilacap. Dalam Prosiding
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Seminar Nasional Peran Kesehatan
pemeriksaan laboratorium lain yang dapat digunakan Masyarakat Dalam pencapaian MDG’S
sebagai penunjang diagnosis penyakit malaria. Dalam Di Indonesia; Tasikmalaya:
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Daftar Pustaka
Soeripto, N., Mardihusodo, S.J., Tjokrosanto, S.,
Baratawidjaja, K.G., Rengganis, I. 2009. Imunologi
Soeyoko., Sudjadi, F.A., Sumarni, S.,
Dasar. Edisi VIII. Balai Penerbit FKUI.
Sutarti, E., Mulyaningsih, B., Umayah.,
Jakarta.
Wijayanti, M.A., 1998. Bahan Ajar
Dep Kes R.I. 2006. Pedoman Penatalaksanaan (Lecture Notes) Parasitologi-1. Fakultas
Kasus Malaria Di Indonesia. Dirjen Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Pengendalian penyakit dan Penyehatan Yogyakarta.
Lingkungan. Jakarta.
Tjitra, E., Marwoto, H., Sulaksono, S. 1991.
Dinas Kesehaan Kab. Lombok Barat. 2009. Kumpulan Makalah Simposium Malaria.
Laporan kasus Malaria. Lombok Barat. FKUI. Jakarta.
Gandahusada, S., Ilahude, H.D., Pribadi, W. 2000. Weatheral, D.J., Mller, L.H., Baruch, D., Marsh, K.,
Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Fakultas Doumbo, O.K., Robert, O. 2002. Malaria
Kesehatan Universitas Indonesia. Jakarta. and The Red Cell. The American Society
Hadidjaja, P. 2000. Malaria Epidemiologi, for Hematology. New York.
Patogenesis, Manifestasi Klinis Dan Wintrobe, M.M. 1974. Clinical Hematology. Asian
Penanganan. EGC. Jakarta. Edition. Lea & Fibringer Ugaku Shoin Ltd.
Philadelphia. Tokyo.

_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 4, Juli 2013

Anda mungkin juga menyukai