Saat ini isu global yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan adalah
keselamatan pasien (patient safety), termasuk juga dalam pelayanan di Puskesmas.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga telah menegaskan pentingnya keselamatan
dalam pelayanan kepada pasien sehubungan dengan data Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD ) di Rumah Sakit di berbagai negara menunjukan angka yang tidak kecil berkisar 3-
16%. Gerakan keselamatan pasien dalam konteks pelayanan kesehatan saat ini diterima
secara luas di seluruh dunia. WHO kemudian meluncurkan program World Alliance for
Patient Safety pada tahun 2004.
Di dalam program itu dikatakan bahwa keselamatan pasien adalah prinsip
fundamental pelayanan pasien sekaligus komponen kritis dalam manajemen mutu.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra perumah sakitan. Dengan makin berkembangnya ilmu
dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit maupun puskesmas menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau
Adverse event apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Sejak awal tahun 2006 Puskesmas selalu meningkatkan mutu pelayanan dengan
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008, harus diakui bahwa program mutu
tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas. Meskipun demikian pelayanan
yang dianggap telah berkualitas tersebut, masih terjadi insiden keselamatan pasien yang
tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum, namun hal ini terjadi sebelum menerapkan
Sistem manajemen Mutu.
Oleh karena itu perlu dibuat rencana program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien (Patient Safety) untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena insiden
keselamatan pasien (selanjutnya disebut insiden), sebagian dapat merupakan kesalahan
dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang
komprehensif, dengan melibatkan pasien.
Dengan meningkatnya keselamatan pasien diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan Puskesmas dapat meningkat. Terjadinya insiden bisa berdampak
terhadap peningkatan biaya pelayanan, menimbulkan konflik antara dokter/petugas
kesehatan dan pasien, sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek,
blow-up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negatife terhadap pelayanan
Puskesmas
Di Puskesmas Sukahaji terdapat ratusan macam jenis obat, banyak alat dengan
teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien di dalam puskesmas maupun pelayanan di luar puskesmas. Keberagaman
dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Dalam rangka meningkatkan Keselamatan Pasien maka berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. maka Puskesmas
Sukahaji membuat Pedoman Keselamatan Pasien di Puskesmas mengingat Keselamatan
Pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat. Pedoman Keselamatan Pasien Puskesmas
Sukahaji, memuat langkah-langkah Penerapan Program Keselamatan Pasien di Puskesmas
Sukahaji yaitu: Standar Keselamatan Pasien Puskesmas Sukahaji dan 7 Langkah Menuju
Keselamatan Pasien yang diharapkan dapat memotivasi Puskesmas dalam melaksanakan
kegiatannya.
BAB II
MUTU KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Memberikan informasi dan acuan bagi seluruh pegawai Puskesmas Sukahaji dalam
melaksanakan Program Keselamatan Pasien, agar tidak terjadi cedera.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di Puskesmas
Sukahaji.
b. Terlaksananya Program Keselamatan Pasien di Puskesmas secara sistematis dan
terintegrasi
c. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di Puskesmas dan pelaporannya,
sehingga tersedia data untuk perbaikan keselamatan pasien
C. Batasan Operasional
Program keselamatan pasien Puskesmas Sukahaji meliputi keselamatan pasien di
pelayanan di dalam puskesmas, maupun pelaksanaan program di masyarakat diluar
puskesmas.
Kriteria:
a. Tim mutu dan manajemen risiko mensosialisasikan kepada staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
b. Tim mutu dan manajemen risiko mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan rapat rapat, dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
c. Tim mutu dan manajemen risiko melatih team work dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
a. Puskesmas Sukahaji merencanakan dan mendesign proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
PENASEHAT
KEPALA PUSKESMAS
KETUA
TIM MUTU DAN PASIEN
Keselamatan
Tim Profesi Kerja
Pemantau
C. STANDAR KOMPETENSI TIM MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Pelatihan Mutu
Ketua TIM Pelatihan Akreditasi
Mutu dan Nakes/Non Pelatihan Manajemen PNS/
1. S1 1 orang
Keselamatan Nakes Risiko & Keselamatan Non PNS
Pasien Pasien
Pelatihan Analisis
Pelatihan Manajemen
UKP dan
Risiko & Keselamatan PNS/
2. Keselamatan Nakes S1 1 orang
Pasien Non PNS
pasien
Program Keselamatan Pasien di Puskesmas Sukahaji selama ini belum terkoordinir secara
baik, walaupun selama ini sudah dilaksanakan melalui pemantauan layanan medis, monitor
dan evaluasi ketepatan diagnosa, dll. Dengan adanya Permenkes No 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas dan PMK No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. Maka, identifikasi
keselamatan pasien dan manajemen risiko, merupakan program yang harus dikembangkan di
Puskesmas Sukahaji.
Agar penerapan Program Keselamatan Pasien yang merupakan bagian dari Manajemen
Risiko Puskesmas dapat secara sistematis dan terarah maka dalam melaksanakan program
diperlukan Persiapan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi.
A. Puskesmas
1. Menyiapkan format format untuk pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan
Pasien Puskesmas:
a. Format Laporan Insiden KNC,KTC, KTD dan Kejadian Sentinel
b. Laporan Kondisi Potensia; Cedera ( KPC )
c. Rekapan Kejadian Insidendi Puskesmas Sukahaji
2. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Insiden yang meliputi :
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
- Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
- Kondisi Potensial Cedera ( KPC ).
- Kejadian Tidak Cedera (KTC),
- Kejadian sentinel
3. Pelaporan Insiden terdiri dari:
2.1. Pelaporan Internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KP Puskesmas di Internal
puskesmas
2.2. Pelaporan Eksternal yaitu pelaporan dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota
Bandung.
Pelaporan eksternal wajib dilakukan oleh Puskesmas.
4. Tim Mutu dan Keselamatan pasien (TMKP) Puskesmas melakukan pencatatan
kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Pimpinan
Puskesmas
A. Kesimpulan
Puskesmas Sukahaji dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan Program
Keselamaytan Pasien Puskesmas, dapat menekan terjadinya insiden keselamatan pasien,
sehingga dapat meningkatnya kepercayaan dari pengguna layanan Puskesmas Sukahaji.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas, maka
pelaksanaan kegiatan Keselamatan Pasien Puskesmas sangatlah penting dalam pengelolaan
layanan di Puskesmas.
Program Keselamatan Pasien Puskesmas merupakan tidak ada akhirnya, karena itu
diperlukan budaya termasuk motivasi tinggi untuk bersedia melaksanakan Program
Keselamatan Pasien secara konsisten, berkesinambungan dan berkelanjutan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Akreditasi
Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/Menkes/per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6. PMK No. 11 Tahun 2017 Keselamatan Pasien
Bandung,