Anda di halaman 1dari 10

RESUME RESIKO HAZARD YANG DAPAT TERJADI

DALAM PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

Di susun Oleh :
Nama : NURUL FAJRIAH
Nim : 70300117044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2018
1. Pengkajian Hazard dan Risiko Dalam Asuan Keperawatan

1.Pengkajian

Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah – masalah, kebutuhan

kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan

(Effendy, 1995 dalam Fitriyanti, 2012).

2. Contoh Risiko dan Hazard bagi Perawat saat Melakukan Pengkajian

a. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.

b. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.

c. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat.

d. Risiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan

fisik.

e. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Dalam mengkaji pasien, perawat harus menyadari akan adanya risiko dan

hazard yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perlu

dilakukan sebagai tindakan pencegaha. Upaya – upaya tersebut dapat

dilakukan baik dari pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya

yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan

verbal pada perawat saat melakukan pengkajian :

a. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam

bentukapapun kepada pihak rumah sakit.

b. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan

sesamamanusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.

c. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya

menjadi pendengar yang baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada
pengkajian adalah wawancara. Saat melakukan wawancara,

perawat harusmampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien

sebaik mungkin.

d. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang

caramenghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik.

e. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan

susahuntuk didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada

keluarga pasien terlebih dahulu.

f. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata – kata yang

menyinggung pasien dan keluarganya.

g. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus

meminta persetujuan dari pasien terlebih dahulu.

h. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri

untuk menghadapi risiko dan hazard.

i. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap

laporan – laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.

j. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli,

ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif

untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.

3. Upaya mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam

Tahap Pengkajian Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja :

a. Batasi akses ke tempat isolasi.

b. Menggunakan APD dengan benar.

c. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup

APD.

d. Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri.


e. Membatasi sentuhan langsung ke pasien.

f. Cuci tangan dengan air dan sabun.

g. Bersihkan kaki dengan di semprot ketika meninggalkan ruangan tempat

melepas APD.

h. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.

i. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

4. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko:

 Metode proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak

yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan:

 Bersifat preventif karena bahaya di kendalikan sebelum menimbulkan

kecelakaan atau cedera

 Bersifat peningkatan berkelanjutan(continual improvement) karena

dengan mengenal bahaya dapat di lakukan upaya perbaikan

 Meningkatkan “awareness” semua pekerja setelah mengetahui dana

mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya,dan

 Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat

menimbulkan kerugian.misalanya ada katub yang bocor tanpa di ketahui

maka akan terus menerus mengeluarkan bahan /bocoran sehinggga dapat

mrnimbulkan kerugian.

Terdapat berbagai teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif anatara

lain:

 Data kejadian

 Daftar periksa
 Brainstorming

 What is analysis

 Hazops (Hazard and Operability Study)

 Analisa Moda Kegagalan dan Efek (Falure Mode and Effect Analysis)

 Task Analysis

 Event Tree Analysis

 Analisa Pohon Kegagalan (faul Tree Analysis)

 Analisa Keselamatan Pekerja (Job Safety Analysis)

Masih banyak teknik lainya yang di kembangkan oleh para ahli

K3.Berbagai teknik ini dapat di terapkan sepanjang daur hidup organisasi mulai

dari tahap pengembangan sampai ke operasi

 Metode semi proaktif

 Teknik ini di sebut juga teknik belajar dari pengalaman orang lain karena

kita tidak perlu mengalaminya sendiri.Teknik ini lebih baik karena tidak

perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya.

Namun tekni ini juga kurang efektif karena:

 Tidak semua bahaya telah di ketahui atau pernah menimbulkan dampak

kejadian kecelakaan

 Tidak semua kejadian di laporkan atau di informasikan kepada pihak lain

untuk di ambil sebagai bahan pelajaaran

 Kecelakaaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,

walaupun menimpa pihak lain

2. Intervensi Hazard dan Risk dalam Asuhan Keperawatan Upaya Pencegahan Kecelakaan

Kerja Secara Umum

1. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya di tempat

kerja : pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman di tempat kerja.


2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan :

pelatihan dan pendidikan, konseling dan konsultasi,

pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang

penerapan K3.

3. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen : prosedur

danaturan K3, penyedian sarana dan prasarana K3 dan

pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

3. Implementasi Hazard dan Risk dalam Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping.

Metode Implementasi Keperawatan

 Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-sehari.

 Konseling

 Penyuluhan

 Memberikan asuhan keperawatan langsung.

 Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.

 Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien

untuk prosedur.

 Mencapai tujuan perawatan.

 Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain


Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di

Tempat Kerja :

1. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman ditempat kerja.

2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :

Pelatihan dan pendidikan, konseling dan konsultasi, pengembangan sumber

daya atau teknologi terhdap tenaga kerja tentang penerapan K3.

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui sistem manajemen : Prosedur

dan aturan K3, pnyediaan sarana dan prasaran K3, dan pendukugnya,

penghargaan dan sangsi terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

4. Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain : Pelayanan

Kesehatan kerja di selenggarakan secara paripurnna, terdiri dari pelayanan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan dalam satu

sistem yang terpadu.

4. Evaluasi Bahaya dan Risiko

Evaluasi risiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis

risikountuk memutuskan tindakan selanjutnya (Pengendalian Risiko)

Tindak lanjut dapat berupa:

1. Apakah risiko yang ada memerlukan pengendalian.

2. Tindakan apa saja yang harus dilakukan

3. Prioritas risiko yang akan dikendalikan.

4. Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan dengan kriteria

yang ditetapkan tentang batasan risiko yang bisaditolerir dan tidak.

Tujuan Evaluasi Bahaya dan Risiko

1. Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja.

2. Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang diperlukan.


3. The purpose of risk evaluation is to make decisions,based on the outcomes ofrisk

analysis, about which risks need treatment and treatment priorities.

Dalam melakukan evaluasi terhadap bahaya dan risiko diperlukan kriteria

untukmenentukan prioritasTingkat risiko yang bisa di terima (tolerable risk)

merupakansalah satu kriteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi bahaya

dan risiko. Evaluasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk

dapatmenetapkan seberapa besar risiko bahaya kerja yang ditemukan di tempat

kerja.

Pengukuran objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh pekerja

merupakankomponan penting pada manajemen evaluasi bahaya kerja. Akan tetapi

sebaiknya pada awal tahap ini, tindakan pengendalian pada bahaya kerja serius,

yang ditemukan pada tahap identifikasi bahaya kerja, sudah harus dilaksanakan

tanpamenunggu hasil pengukuran yang objektif.

Evaluasi dan pengelolaan risiko adalah langkah lebih lanjut dari

prosesmanajemen risiko. Dimana tahapan manajemen risiko sesungguhnya mulai

dariidentifikasi risiko yang terdiri dari pembuatan daftar kategorisasi risiko,lalu

mendeskripsikan risiko.

Berdasarkan hasil pengukuran objektif yang telah disimpulkan, pada

tahap berikutnya dapat diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja

yang ditemukan, besarnya kemungkinan dan frekuensi terjadinya ganguan

kesehatan. kecelakaan kerja, serta derajat pajanan bahaya kerja yang terjadi.

Selanjutnya adalah pengelolaan risiko yang terdiri dari estimasi awal risiko,

yaitu mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi bila risiko terjadi dengan

menggunakan system scoring misalnya cara NHS.

Langkah berikutnya memutuskan tindakan untuk mengelola risiko. Dengan

cara memilih dan menerapkan kegiatan yang sesuai lalu mengontrol atau
memodifikasi risiko. Pilihan kegiatannya dapat berupa : mengambil kesempatan

untuk kondisi ada kemungkinan keuntungan lebih besar di banding kerugiannya,

mentoleransi risiko secukupnya dalam level yang masih dapat ditoleransi,. Eskalasi

risiko terjadi bila pada proses mendefinisikan dan memasukkan kedalam register

membuat terjadinya perubahan level risiko. Hal ini akan menekan manajemen

untuk mengambil tindakan yang memungkinkan, diantaranya; menerima risiko apa

adanya, merubah atau memodifikasi risiko atau menolak eskalasi risiko.

Beberapa kejadian yang mungkin menjadi risiko dalam kegiatan sehari-hari

dirumah sakit adalah adverse event dan risiko klinis. Adverse insident adalah

kejadian atau kondisi yang dapat membawa kerugian yang tidak disengaja dan tidak

diharapkan pada orang, property atau organisasi. Risiko klinis adalah kejadian yang

tidak pasti atau sekelompok kejadian yang bila itu terjadi akan memberikan efek

negative kepada layanan pasien.


DAFTAR PUSTAKA
Fitriyanti,Umi.2012. Hubungan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dengan
Pengkajian pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang. Skripsi Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang.

HENDRA.2010. identifikasi dan evaluasi bahaya dan


risiko.http://staff.ui.ac.id/internal/132255817material/Sesi5Identifikasidan
EvaluasiBahayadanRisiko.pdf. Diakses pada tanggal 5 Desember 2018
pukul 13:35 WIB

John ridley. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 2008. Jakarta : Erlangga.


Notoatmojo, Prof Dr. Soekidjo.2010.Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Anda mungkin juga menyukai