Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Pengantar
Manajemen
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Fakultas Ekonomi & Manajemen W311700016 Christian Kuswibowo, M.Sc
Bisnis

Abstract Kompetensi
Bahan kajian/Materi Pembelajaran Kemampuan akhir yang diharapkan
mengenai pengambilan keputusan agar mahasiswa mampu menjelaskan
tentang pengambilan keputusan
Pendahuluan
Setiap orang dalam organisasi membuat keputusan, tetapi pengambilan keputusan
khususnya penting bagi pekerjaan manajer. Pengambilan keputusan adalah bagian dari
keempat fungsi manajerial, sehingga kita bisa mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah inti dari manajemen. Karena ketika manajer merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengontrol, semua aktivitas ini membutuhkan pengambilan keputusan.
Membuat keputusan yang baik adalah sesuatu yang setiap manajer usahakan untuk
melakukannya karena mereka dinilai berdasarkan hasil dari keputusan yang mereka buat.
Seluruh kualitas keputusan manajerial memiliki pengaruh besar pada apakah suatu
organisasi berhasil atau gagal.

Manajer adalah Pembuat Keputusan


Pekerjaan seorang manajer dapat dilihat dari empat fungsi yang dijalankannya yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Dalam menjalankan
keempat fungsi manajemen tersebut, manajer selalu dihadapkan pada pengambilan
keputusan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Oleh karena
itu pengambilan keputusan merupakan inti dari manajemen.

Adapun keputusan yang mungkin diambil oleh manajer untuk keempat fungsi manajemen
adalah sbb :

Perencanaan

1. Apakah tujuan jangka panjang organisasi ?


2. Strategi terbaik apakah untuk mencapai tujuan tersebut ?
3. Apa tujuan jangka pendek perusahaan ?
4. Seberapa sulitkah tujuan individual ?

Pengorganisasian

1. Berapa banyak karyawan yang harus melapor secara langsung ke saya ?


2. Seberapa besar sentralisasi yang harus ada pada organisasi ?
3. Bagaimana pekerjaan harus didesain ?
4. Kapankah organisasi harus mengimplementasikan struktur yang berbeda ?

Kepemimpinan

‘18 Pengantar Manajemen


2 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Bagaimana saya mengatasi karyawan yang terlihat memiliki motivasi yang rendah ?
2. Gaya kepemimpinan apa yang efektif dalam situasi tertentu ?
3. Bagaimana perubahan tertentu akan mempengaruhi produktivitas pekerja ?
4. Kapankah waktu yang tepat untuk menstimulasi konflik ?

Pengendalian

1. Aktivitas apa di dalam organisasi yang perlu dikendalikan ?


2. Bagaimana aktivitas tersebut harus dikendalikan ?
3. Kapankah deviasi kinerja sangat menonjol ?
4. Jenis sistem informasi manajemen apa yang harus dimiliki organisasi ?

Definisi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan sering didefinisikan secara sederhana sebagai memilih diantara
alternatif. Pandangan tersebut terlalu menyederhanakan karena sebenarnya pengambilan
keputusan adalah sebuah proses, bukan hanya tindakan sederhana memilih di antara
alternative. Griffin (2011) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai suatu aktivitas
untuk mengenali dan mendefinisikan sifat dari situasi keputusan, mengidentifikasi alternatif,
memilih alternaif terbaik, dan menerapkannya. Kata terbaik di sini mengisyaratkan
efektivitas. Pengambilan keputusan yang efektif mensyaratkan bahwa pengambilan
keputusan memahami situasi yang mendorong keputusan.

Manajer pada setiap tingkat dan dalam semua bidang organisasi membuat keputusan,
dan ini berarti mereka membuat sebuah pilihan. Sebagai contoh, manajer tingkat puncak
membuat keputusan tentang tujuan organisasi, dimana meletakkan lokasi fasilitas pabrik
mereka, menentukkan pasar baru yang akan dimasuki, dan produk atau jasa apa yang akan
ditawarkan. Manajer tingkat menengah dan tingkat bawah membuat keputusan tentang
jadwal produksi, masalah kualitas, menaikkan harga, dan mendisiplinkan karyawan.
Membuat keputusan tidak hanya dilakukan oleh manajer, seluruh anggota organisasi
membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka dan organisasi dimana mereka
bekerja.

Proses Pengambilan Keputusan


Menurut Robbins & Coulter (2012), proses pengambilan keputusan adalah serangkaian
delapan tahap yang dimulai dari mengenali masalah, mengenali kriteria keputusan dan

‘18 Pengantar Manajemen


3 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengalokasikan bobot untuk setiap kriteria, mengembangkan, menganalisa, dan memilih
alternatif yang dapat menyelesaikan masalah ; melaksanakan alternatif ; dan diakhiri dengan
mengevaluasi efektivitas keputusan. Proses ini dapat digunakan baik untuk keputusan
perorangan maupun kelompok.

Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 249.

Langkah 1 : Mengidentifikasi (Mengenali) Masalah

Proses pengambilan keputusan dimulai dengan menyadari adanya masalah. Masalah adalah
kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Manager harus berhati-hati dan tidak bingung
membedakan antara masalah dan gejala masalah. Contoh : penurunan sebesar 5% dalam
penjualan adalah gejala masalah. Sedangkan produk bermutu rendah, harga terlalu mahal,
atau iklan yang buruk merupakan masalah yang sesungguhnya. Juga perlu diingat bahwa
mengenali masalah bersifat subyektif. Apa yang dianggap sebagai suatu masalah oleh
seorang manager, mungkin tidak dianggap sebagai suatu masalah bagi manager lainnya.
Manager yang melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah, biasanya disebabkan
karena tidak dapat mengenali masalah dengan tepat. Mengidentifikasi masalah tidaklah

‘18 Pengantar Manajemen


4 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mudah. Manager akan lebih baik jika mereka memahami 3 karakteristik (ciri-ciri) masalah :
(1) manager menyadari adanya masalah, dengan melihat kondisi aktual dengan kondisi yang
diharapkan, (2) di bawah tekanan untuk bertindak (tidak bisa ditunda), (3) manager melihat
sesuatu sebagai masalah jika mereka memiliki wewenang, informasi, atau sumber daya yang
diperlukan untuk mengambil tindakan.

Langkah 2 : Mengidentifikasi Kriteria Keputusan

Sekali manager telah mengenali masalah, kriteria keputusan harus ditentukan untuk
memecahkan masalah. Manager harus menentukan faktor –faktor apa yang relevan dalam
pengambilan keputusan. Setiap pengambil keputusan memiliki kriteria yang memandu
mereka untuk mengambil keputusannya.

Langkah 3 : Mengalokasikan Bobot Untuk Setiap Kriteria

Tidak semua kriteria yang ada adalah penting, pengambil keputusan harus memberi bobot
kepada setiap kriteria berdasarkan urutan prioritas dalam pengambilan keputusan. Bobot
tertinggi (yang paling penting) biasanya diberi bobot 10, atau 100, atau bisa juga 1.000.

Langkah 4 : Mengembangkan Alternatif

Membuat daftar alternatif yang mungkin yang dapat memecahkan masalah.

Langkah 5 : Menganalisa Alternatif

Jika semua alternatif sudah diidentifikasi, pengambil keputusan harus menganalisa masing-
masing alternatif. Pertama-tama, kita memberi penilaian lebih dahulu untuk setiap kriteria
keputusan dari masing-masing alternatif. Dalam contoh pemilihan computer laptop,
penilaian yang diberikan adalah berdasarkan hasil perbincangan dengan para ahli, dari
majalah-majalah terkait, atau dari Web. Selanjutnya, kita dapat mengalikan hasil penilaian
untuk kriteria keputusan dari setiap alternatif dengan bobotnya. Penilaian ada yang
dilakukan secara subyektif (penilaian pribadi) seperti penilaian kualitas display, tetapi ada
juga yang dilakukan secara obyektif seperti berat laptop yaitu dengan melihat penjelasan
secara on line atau dengan melihat penjelasan di majalah komputer.

Langkah 6 : Memilih Alternatif

‘18 Pengantar Manajemen


5 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tahap keenam adalah memilih alternatif terbaik diantara semua pertimbangan. Kita memilih
alternatif dengan nilai total yang paling tinggi.

Langkah 7 : Melaksanakan Alternatif

Tahap ketujuh adalah melakukan tindakan atas keputusan yang telah diambil. Orang yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan, pada umumnya lebih bersemangat untuk
melaksanakannya dibandingkan mereka yang tidak terlibat dalam proses pengambilan
keputusan. Selama proses pelaksanaan keputusan, manager juga perlu untuk mengamati
perubahan-perubahan pada lingkungan, khususnya jika jarak waktu antara pengambilan
keputusan dan pelaksanaannya memiliki rentang yang lama.

Langkah 8 : Mengevaluasi Efektivitas Keputusan

Tahap terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah mengevaluasi hasil atau akibat
dari keputusan yang telah dibuat, untuk melihat apakah ada masalah yang harus
dipecahkan. Jika masih ada masalah, pengambil keputusan harus melihat kembali di mana
kesalahan dibuat. Apakah karena masalah belum dikenali dengan tepat? Apakah kesalahan
dibuat ketika mengevaluasi berbagai alternatif? Dengan demikian, manager harus
mengulang kembali proses pengambilan keputusan dari awal.

Empat Perspektif dalam Pengambilan


Keputusan
Fakta menunjukkan bahwa hampir semua manajer terlibat dalam pengambilan keputusan
tidak berarti keputusan selalu membutuhkan banyak waktu, kompleks, atau pengamatan
dari luar. Hampir semua pembuat keputusan bersifat rutin. Namun, walaupun sebuah
keputusan terlihat mudah atau telah dihadapi manajer berulang kali sebelumnya, ini tetap
merupakan satu keputusan.

Ada empat perspektif tentang bagaimana manajer membuat keputusan Rationality


(Rasionalitas), Bounded Rationality (Rasionalitas Terikat), The Role of Intuition (Peranan
Intuisi), dan Evidance-Based Management.

1. Pengambilan Keputusan : Rasionalitas

‘18 Pengantar Manajemen


6 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kita mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan manager biasanya bersifat rasional
artinya manager secara konsisten membuat pilihan yang memaksimumkan nilai dengan
batasan (kendala) tertentu. Pengambil keputusan yang rasional bersifat obyektif dan logika.
Masalah yang dihadapi jelas dan tidak membingungkan dan pengambil keputusan memiliki
tujuan yang jelas dan khusus dan mengetahui semua kemungkinan alternatif dan hasilnya.
Membuat keputusan yang rasional artinya pengambil keputusan akan memilih alternatif
yang memaksimalkan tujuan. Pengambilan keputusan managerial dapat rasional jika kondisi
berikut terpenuhi : manager dihadapkan oleh masalah yang sederhana, tujuannya jelas dan
alternatifnya terbatas, tekanan waktunya minimal dan biaya untuk mencari dan
mengevaluasi alternatif adalah rendah. Namun, kebanyakan keputusan yang dihadapi
manager tidak memenuhi persyaratan tersebut.

Asumsi rasionalitas :

- Pengambil keputusan yang rasional akan sangat obyektif dan logis.


- Masalah yang dihadapi akan menjadi jernih dan tidak mendua.
- Mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik.
- Mengetahui semua alternatif.

2. Pengambilan Keputusan : Bounded Rationality (Rasionalitas Terbatas)


Meskipun terdapat keterbatasan untuk rasionalitas yang sempurna, manager diharapkan
untuk tetap rasional ketika mengambil keputusan. Manager cenderung untuk membuat
keputusan dibawah asumsi bounded rationality : mereka membuat keputusan secara
rasional, tetapi terbatas kemampuannya dalam memproses informasi. Karena mereka tidak
mungkin menganalisa semua informasi pada semua alternatif, manager berusaha
“memuaskan” (lumayan baik) dari pada “memaksimumkan”.
Kebanyakan keputusan yang dibuat manager tidak sesuai dengan asumsi rasionalitas yang
sempurna sehingga mereka membuat keputusan berdasarkan alternatif yang dapat
memuaskan. Bagaimanapun juga, pengambilan keputusan dipengaruhi oleh budaya
organisasi, politik internal, kekuasaan, dan fenomena yang disebut escalation of
commitment yaitu meningkatkan komitmen pada keputusan yang sebelumnya meskipun
peristiwa menunjukkan bahwa suatu kesalahan telah terjadi. Dari pada mencari alternatif
baru, mereka secara sederhana meningkatkan komitmennya pada solusi awal.
3. Pengambilan Keputusan : Peran Intuisi
Intuitive decision making (pengambilan keputusan berdasarkan intuisi) adalah pengambilan
keputusan yang didasarkan pada pengalaman, perasaan, dan akumulasi pertimbangan.

‘18 Pengantar Manajemen


7 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seorang manager yang memiliki pengalaman dengan masalah atau situasi yang sama
seringkali dapat bertindak cepat untuk mengatasinya walaupun informasinya terbatas.
Sehingga dalam hal ini manager tidak bergantung pada analisis masalah atau identifikasi
masalah dan evaluasi alternatif, tetapi lebih menggunakan pengalamannya dan
pertimbangannya (intuisi) ketika mengambil keputusan.

4. Pengambilan Keputusan : The Role of Evidence-Based Management atau EBMgt (Peran


Management Berdasarkan Bukti)

Evidence-Based Management adalah penggunaan secara sistematis bukti terbaik yang ada
untuk memperbaiki praktek-praktek management. Empat elemen penting dari EBMgt
adalah keahlian dan pertimbangan pembuat keputusan ; bukti eksternal yang dievaluasi oleh
pembuat keputusan ; opini, preferensi, dan nilai-nilai dari orang yang berkepentingan dalam
keputusan tersebut ; faktor organisasi yang relevan (internal) seperti konteks, keadaan, dan
anggota organisasi.

Jenis Keputusan dan Kondisi Pengambilan


Keputusan
JENIS KEPUTUSAN
Manager di semua jenis organisasi akan menghadapi jenis masalah dan keputusan yang
berbeda saat mereka melakukan pekerjaan. Berdasarkan ciri khas masalah, manager dapat
menggunakan jenis keputusan yang berbeda.
1. Structured Problems (Masalah Terstruktur) dan Programmed Decisions (Keputusan
Terprogram)
- Structured Problems (Masalah Terstruktur) : Masalah yang lugas, akrab, dan mudah
dikenali. Informasi tentang masalah mudah dikenali dan lengkap. Contoh :
pelanggan mengembalikan kembali barang yang sudah dibeli ke toko, keterlambatan
supplier dalam pengiriman barang yang penting, pelayan restoran tanpa sengaja
menumpahkan minuman ke baju pelanggan.
- Programmed Decisions (Keputusan Terprogram) : keputusan berulang yang dapat
ditangani melalui pendekatan rutin. Dalam hal ini tidak memerlukan semua tahap
proses pengambilan keputusan. Tahap mengembangkan alternatif tidak diperlukan
karena solusi biasanya sudah diketahui, yang sudah jelas terbukti kesuksesannya di
masa lalu.

‘18 Pengantar Manajemen


8 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ada 3 jenis keputusan terprogram :

 Prosedur :
o Suatu rangkaian tahap yang saling berkaitan dan berurutan yang dapat
manager gunakan untuk menanggapi masalah terstruktur.
o Contoh : Prosedur pembelian barang dari supplier.
 Peraturan
o Pernyataan eksplisit yang menyatakan apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan oleh manager.
o Contoh : Peraturan tentang keterlambatan dan kehadiran.
 Kebijakan
o Panduan untuk membuat keputusan.
o Contoh : Pelanggan harus didahulukan dan harus selalu dipuaskan.
2. Unstructured Problems (Masalah Tidak Terstruktur) dan Nonprogrammed Decision
(Keputusan Tidak Terprogram)
- Unstructured Problems (masalah tak terstruktur) : masalah yang baru dan tidak
biasa dan informasinya tidak jelas dan tidak lengkap. Contoh : Apakah akan
membangun fasilitas pabrik baru di China.
- Nonprogrammed Decisions (keputusan tak terprogram) : keputusan yang unik dan
jarang terjadi dan membutuhkan solusi yang khusus (custom-made solutions)

Masalah yang dihadapi manager biasanya semakin tidak terstruktur jika semakin tinggi
hirarki organisasinya. Manager tingkat rendah menangani keputusan rutin dan manager
tingkat yang lebih tinggi menangani keputusan yang tidak biasa atau sulit.

KONDISI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ada 3 kondisi yang manager hadapi ketika mengambil keputusan : Certainty (Kepastian), Risk
(Resiko), dan Uncertainty (Ketidakpastian).
1. Certainty (Kepastian)
Situasi dimana manager dapat membuat keputusan yang akurat karena hasil dari setiap
alternatif diketahui. Contoh : Ketika manager mau memutuskan Bank mana yang akan
digunakan untuk mendepositkan kelebihan dana perusahaan, manager mengetahui dengan
pasti tingkat bunga yang diberikan masing-masing bank, sehingga ia mengetahui jumlah
yang akan diperoleh dari dana tersebut. Ia mengetahui dengan pasti hasil dari setiap
alternatif.
2. Risk (Resiko)
Kondisi dimana pengambil keputusan mampu untuk memperkirakan kemungkinan hasil.
Kemampuan untuk menentukan probabilitas (kemungkinan) adalah berdasarkan

‘18 Pengantar Manajemen


9 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengalaman pribadi di masa lalu atau informasi pihak kedua. Di bawah kondisi resiko,
manager memiliki data historis yang memungkinkan mereka menentukan probabilitas untuk
berbagai alternatif yang berbeda.

Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 198.

3. Uncertainty (Ketidakpastian)
Kondisi dimana pengambil keputusan tidak merasa yakin tentang hasil-hasilnya dan bahkan
tidak dapat membuat perkiraan probabilitas yang masuk akal. Di bawah kondisi ini, pilihan
alternatif dipengaruhi oleh jumlah informasi yang terbatas yang tersedia bagi pengambil
keputusan dan oleh orientasi psikologis dari pengambil keputusan. Manager yang optimis
akan mengikuti pilihan maximax (memaksimalkan hasil maksimum yang mungkin) ;
manager yang pesimis akan mengikuti pilihan maximin (memaksimalkan hasil minimum
yang mungkin) ; dan manager yang berkeinginan untuk meminimalkan “penyesalan” (regret)
maksimum akan optimal dengan mengikuti pilihan minimax.
Contoh :
Manager pemasaran pada Visa Internasional menetapkan 4 kemungkinan strategi (S1, S2,
S3, dan S4) untuk mempromosikan kartu Visa di seluruh wilayah west coast di United States.
Manager pemsaran juga mengetahui pesaing utama MasterCard memiliki tiga tindakan
bersaing (CA1, CA2, CA3) untuk mempromosikan kartunya di wilayah yang sama. Dalam
contoh ini, kita mengasumsikan bahwa manager Visa sebelumnya tidak memiliki
pengetahuan yang memungkinkannya untuk menentukan kemungkinan hasil dari keempat
strateginya. Ia merumuskan matrix yang menunjukkan berbagai strategi Visa dan hasil
keuntungannya berdasarkan pada tindakan kompetitif yang digunakan MasterCard (seperti
terlihat dalam payoff matrix berikut ini).

Payoff Matrix

‘18 Pengantar Manajemen


10 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 198.

- Dalam contoh ini, jika manager Visa optimis, ia akan memilih strategi 4 (S4) karena dapat
memproduksi keuntungan terbesar yang mungkin diperoleh yaitu $28 juta (pilihan
maximax).
- Jika manager Visa pesimis, ia mengasumsikan bahwa hanya yang terburuk yang dapat
terjadi. Hasil yang terburuk dari setiap strategi adalah S1 = $11 juta ; S2 = $9 juta ; S3 = $15
juta ; S4 = $14 juta. Dengan mengikuti pilihan maximin, ia akan memaksimalkan hasil yang
minimum, sehingga memilih S3.
- Dalam pendekatan yang ketiga, manager menyadari bahwa sekali keputusan dibuat, akan
ada penyesalan (regret) atas keuntungan yang hilang yaitu jumlah uang yang mungkin dapat
dihasilkan bila strategi yang berbeda digunakan. Manager menghitung regret dengan
mengurangkan semua kemungkinan hasil dalam setiap kategori dari hasil maksimum yang
mungkin dari setiap peristiwa, regret matrix berikut ini. Maksimum regret adalah S1 = $17
juta ; S2 = $15 juta ; S3 = $13 juta ; dan S4 = $7 juta. Jadi berdasarkan pilihan minimax,
manager Visa akan memilih S4, karena nilai regret-nya paling kecil.
Regret Matrix

Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 199

Gaya Pengambilan Keputusan

‘18 Pengantar Manajemen


11 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penelitian terakhir yang dilakukan terhadap 4 kelompok orang yang berbeda menunjukkan
bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh gaya berpikirnya.

Gaya berpikir manager dapat dilihat dari 2 hal :

1. Sumber informasi yang digunakannya (data dan fakta eksternal atau sumber internal
seperti perasaan dan intuisi).
2. Apakah manager memproses informasi dengan cara linear (rasional, logika, analitikal)
atau dengan cara nonlinear (intuisi, kreatif, berkemampuan untuk mengerti).
Empat dimensi gaya pengambilan keputusan dipersempit menjadi 2 gaya :
1. Gaya berpikir linear
Preferensi seseorang untuk menggunakan data data dan fakta eksternal dan pemrosesan
informasi ini melalui pemikiran rasional, logika untuk memandu keputusan dan tindakan.

2. Gaya berpikir nonlinear


Preferensi seseorang untuk menggunakan sumber informasi internal (perasaan dan
intuisi) dan memproses informasi ini dengan pengertian, perasaan, dan prasangka untuk
memandu keputusan dan tindakan.
Manager perlu menyadari bahwa karyawan mereka mungkin menggunakan gaya
pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Perbedaan ini tidak berarti bahwa pendekatan
seseorang lebih baik dari pada yang lainnya, tetapi ini hanya menunjukkan gaya pengambilan
keputusannya saja yang berbeda.

Pengambilan Keputusan Yang Bias dan Error


Ketika manager membuat keputusan, mereka tidak hanya menggunakan gaya tertentu,
tetapi kebanyakan juga menggunakan “rule of thumb” ( aturan umum) atau heuristics
(pengambilan keputusan yang praktis) terutama apabila menghadapi situasi yang kompleks,
tidak pasti, dan informasi yang membingungkan. Namun, meskipun manager menggunakan
rule of thumb, bukan berarti cara ini dapat dipercaya, karena cara ini dapat menyebabkan
errors dan bias dalam mengevaluasi informasi, yaitu :

- Anchoring effect (Efek jangkar)


Pengambil keputusan menetapkan informasi awal sebagai pedoman untuk mengambil
keputusan, sehingga mengabaikan informasi yang datang kemudian.
- Selective perception bias (Bias persepsi selektif)

‘18 Pengantar Manajemen


12 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengambil keputusan secara selektif mengorganisir dan mengartikan peristiwa
berdasarkan persepsi yang salah.
- Confirmation bias (Bias konfirmasi)
Pengambil keputusan mencari informasi yang merujuk pada pilihan di masa lalu dan
mengabaikan informasi yang menentang penilaiannya di masa lalu.
- Framing bias (Bias pembingkaian)
Pengambil keputusan memilih dan lebih memperhatikan aspek tertentu dari situasi dan
mengabaikan yang lain.
- Availability bias (Bias ketersediaan)
Pengambil keputusan cenderung untuk mengingat peristiwa yang terbaru dan tertanam
dalam ingatannya.
- Representation bias (Bias representasi)
Pengambil keputusan menilai kemungkinan suatu peristiwa berdasarkan pada seberapa
dekatnya (kesamaan) peristiwa itu dari peristiwa lainnya atau sekumpulan peristiwa
lainnya.
- Randomness bias (Bias ketidakteraturan)
Pengambil keputusan berusaha untuk mengartikan peristiwa yang acak.
- Sunk cost error (biaya tertanam)
Pengambil keputusan lupa bahwa pilihan saat ini tidak dapat memperbaiki masa lalu.
- Self serving bias (melayani diri sendiri)
Pengambil keputusan menganggap keberhasilan adalah karena dirinya dan kegagalan
karena faktor-faktor lain di luar dirinya.
- Hindsight bias (pengamatan)
Kecenderungan pengambil keputusan untuk secara keliru mempercayai bahwa mereka
dapat memperkirakan hasil dari suatu peristiwa yang hasilnya telah diketahui secara
nyata.

Aspek-aspek Perilaku dalam Pengambilan Keputusan


Keputusan seringkali dibuat dengan sedikit pertimbangan logika dan rasio. Satu faktor
penting dalam masalah mengenai bagaimana kekuatan ini dapat bekerja adalah aspek
perilaku dari pengambilan keputusan. Griffin (2011), menjelaskan beberapa aspek perilaku
dalam pengambilan keputusan adalah model administratif, kekuatan politik, intuisi dan
peningkatan komitmen, kecenderungan resiko, dan etika.

Model Administratif

‘18 Pengantar Manajemen


13 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adalah model pengambilan keputusan yang menunjukkan bahwa manajer (1) memiliki
informasi yang tidak lengkap, (2) dibatasi oleh rasionalitas yang terbatas, dan (3) cenderung
untuk merasa puas ketika membuat keputusan. Karena ketidaksempurnaan yang melekat
pada informasi, rasionalitas yang terbatas dan pemuasan, keputusan yang diambil oleh
seorang manajer mungkin tidak benar-benar merupakan kepentingan terbaik organisasi.
Jika model klasik menjelaskan bagaimana manajer dapat setidaknya berusaha untuk lebih
rasional dan logis dalam pendekatan mereka terhaap keputusan, maka model administrative
dapat digunakan oleh manajer untuk mengembangkan suatu pemahaman yang lebih baik
mengenai ketidakjelasan dan keterbatasan mereka yang melekat.

Kekuatan Politik dalam Pengambilan Keputusan

Kekuatan politik adalah elemen penting lain yang berkontribusi pada sifat perilaku dari
pengambilan keputusan. Elemen utama dari politik, koalisi, memiliki relevansi yang khusus
dengan pengambilan keputusan. Sebuah koalisi merupakan aliansi informasi dari individu
atau kelompok yang dibentuk untuk mencapai suatu tujuan bersama. Tujuan bersama ini
seringkali merupakan alternative keputusan yang dipilih.

Intuisi dan Peningkatan Komitmen

Intuisi adalah suatu kepercayaan yang melekat di dalam diri seseorang mengenai sesuatu hal
tanpa pertimbangan sadar. Sedangkan peningkatan komitmen pada tindakan terpilih adalah
bila seorang pengambil keputusan tetap bertahan pada suatu keputusan bahkan ketika
keputusan itu tampak salah.

Kecenderungan Risiko dan Pengambilan Keputusan

Kecenderungan risiko adalah sejauh mana pengambil keputusan bersedia untuk bertaruh
ketika membuat keputusan. Beberapa manajer berhati-hati mengenai setiap keputusan
yang mereka buat, merujuk pada model rasional dan bersikap konservatif ketika mereka
melakukan hal tersebut, berusaha menghindari kesalahan, dan jarang membuat keputusan
yang mengarah pada kerugian besar. Manajer lain sangat agresif dalam membuat keputusan
dan bersedia untuk mengambil risiko. Manajer seperti ini sangat bergantung pada intuisi,
mengambil keputusan dengan cepat, dan sering kali mempertaruhkan investasi besar dalam
keputusan mereka.

‘18 Pengantar Manajemen


14 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika dan Pengambilan Keputusan

Etika secara jelas terkait dengan pengambilan keputusan dalam sejumlah cara. Setiap
komponen dari etika manajerial (hubungan perusahaan dengan karyawan, karyawan dengan
perusahaan, dan perusahaan dengan agen ekonomi lainnya) melibatkan serangkaian
keputusan yang beragam, dan semua keputusan tersebut tampak memiliki komponen
etikanya.

Pengambilan Keputusan Yang Efektif Untuk


Kondisi Saat Ini
Bisnis saat ini mengambil keputusan yang sering kali beresiko, biasanya dengan informasi
yang tidak lengkap dan dibawah tekanan waktu.

Berikut adalah pedoman yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang efektif di dunia
saat ini yang berubah dengan sangat cepat :

- Memahami perbedaan budaya


- Mengetahui kapan waktu untuk membatalkan keputusan yang salah
- Menggunakan proses pengambilan keputusan yang efektif :
1. Fokus pada apa yang penting.
2. Logis dan konsisten.
3. Menyelaraskan pandangan subyektif dan obyektif dan menggabungkan cara berpikir
analisis dan intuitif.
4. Membutuhkan informasi yang cukup dan analisis yang diperlukan untuk
memecahkan dilema khusus.
5. Mendorong dan memandu mengumpulkan informasi yang relevan.
6. Lugas, dapat dipercaya, mudah untuk digunakan, dan fleksibel.

Daftar Pustaka
1. Pearce J.A & Robinson, Strategic Management, Formulation, Implementation and
Control, irwin Mc Graw-Hill Inc., Singapore, 2013

‘18 Pengantar Manajemen


15 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Daft, Richard (2010), New Era of Management, 9 Edition, Vanderbilt
University,South-Western, Cengage Learning.

3. Thompson, A.A & Strickland, Strategic Manegemnt, Concepts and Cases, 11th
Edition, Irwin Mc Graw-Hill Inc., Singapore, 2008

4. Hanafi, Mamduh, Manajemen, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta

5. Hitt, Michael A, Strategic Management : Competitiveness and Globalzation, South


Western College Publishing, 1999.

6. Heijden, Kees Van Der, Scenarios : The Art of Strategic Conversation, John Wiley &
Sons, 1996.

7. Kay, Neil M, Patern In Corporate Evolution, Oxford University Press, 1997.

8. Mintzberg, Henry, Structure In five : Designing Effective Organization, Prentice


Hall, 1983.

9. Porter, Michel E, Strategy Bersaing : Tekhnik Menganalisis Industri dan Pesaing,


Terjemahan, Erlangga, 1996.

10. Prahalad, CK ; Hammel, Gary, Competing for The Future: Breakthrough Strategies
for Seizing Controle of Your Industry and Creating The Market of Tomorrow, Harvard
Business School Press, 1994.

11. Wheelen, Thomas L ; Hunger, J David, Strategic Management : Business Policy,


Prentice Hall, 2000.

‘18 Pengantar Manajemen


16 Christian Kuswibowo, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai