Pengantar
Manajemen
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
05
Fakultas Ekonomi & Manajemen W311700016 Christian Kuswibowo, M.Sc
Bisnis
Abstract Kompetensi
Bahan kajian/Materi Pembelajaran Kemampuan akhir yang diharapkan
mengenai pengambilan keputusan agar mahasiswa mampu menjelaskan
tentang pengambilan keputusan
Pendahuluan
Setiap orang dalam organisasi membuat keputusan, tetapi pengambilan keputusan
khususnya penting bagi pekerjaan manajer. Pengambilan keputusan adalah bagian dari
keempat fungsi manajerial, sehingga kita bisa mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah inti dari manajemen. Karena ketika manajer merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengontrol, semua aktivitas ini membutuhkan pengambilan keputusan.
Membuat keputusan yang baik adalah sesuatu yang setiap manajer usahakan untuk
melakukannya karena mereka dinilai berdasarkan hasil dari keputusan yang mereka buat.
Seluruh kualitas keputusan manajerial memiliki pengaruh besar pada apakah suatu
organisasi berhasil atau gagal.
Adapun keputusan yang mungkin diambil oleh manajer untuk keempat fungsi manajemen
adalah sbb :
Perencanaan
Pengorganisasian
Kepemimpinan
Pengendalian
Manajer pada setiap tingkat dan dalam semua bidang organisasi membuat keputusan,
dan ini berarti mereka membuat sebuah pilihan. Sebagai contoh, manajer tingkat puncak
membuat keputusan tentang tujuan organisasi, dimana meletakkan lokasi fasilitas pabrik
mereka, menentukkan pasar baru yang akan dimasuki, dan produk atau jasa apa yang akan
ditawarkan. Manajer tingkat menengah dan tingkat bawah membuat keputusan tentang
jadwal produksi, masalah kualitas, menaikkan harga, dan mendisiplinkan karyawan.
Membuat keputusan tidak hanya dilakukan oleh manajer, seluruh anggota organisasi
membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka dan organisasi dimana mereka
bekerja.
Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 249.
Proses pengambilan keputusan dimulai dengan menyadari adanya masalah. Masalah adalah
kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Manager harus berhati-hati dan tidak bingung
membedakan antara masalah dan gejala masalah. Contoh : penurunan sebesar 5% dalam
penjualan adalah gejala masalah. Sedangkan produk bermutu rendah, harga terlalu mahal,
atau iklan yang buruk merupakan masalah yang sesungguhnya. Juga perlu diingat bahwa
mengenali masalah bersifat subyektif. Apa yang dianggap sebagai suatu masalah oleh
seorang manager, mungkin tidak dianggap sebagai suatu masalah bagi manager lainnya.
Manager yang melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah, biasanya disebabkan
karena tidak dapat mengenali masalah dengan tepat. Mengidentifikasi masalah tidaklah
Sekali manager telah mengenali masalah, kriteria keputusan harus ditentukan untuk
memecahkan masalah. Manager harus menentukan faktor –faktor apa yang relevan dalam
pengambilan keputusan. Setiap pengambil keputusan memiliki kriteria yang memandu
mereka untuk mengambil keputusannya.
Tidak semua kriteria yang ada adalah penting, pengambil keputusan harus memberi bobot
kepada setiap kriteria berdasarkan urutan prioritas dalam pengambilan keputusan. Bobot
tertinggi (yang paling penting) biasanya diberi bobot 10, atau 100, atau bisa juga 1.000.
Jika semua alternatif sudah diidentifikasi, pengambil keputusan harus menganalisa masing-
masing alternatif. Pertama-tama, kita memberi penilaian lebih dahulu untuk setiap kriteria
keputusan dari masing-masing alternatif. Dalam contoh pemilihan computer laptop,
penilaian yang diberikan adalah berdasarkan hasil perbincangan dengan para ahli, dari
majalah-majalah terkait, atau dari Web. Selanjutnya, kita dapat mengalikan hasil penilaian
untuk kriteria keputusan dari setiap alternatif dengan bobotnya. Penilaian ada yang
dilakukan secara subyektif (penilaian pribadi) seperti penilaian kualitas display, tetapi ada
juga yang dilakukan secara obyektif seperti berat laptop yaitu dengan melihat penjelasan
secara on line atau dengan melihat penjelasan di majalah komputer.
Tahap ketujuh adalah melakukan tindakan atas keputusan yang telah diambil. Orang yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan, pada umumnya lebih bersemangat untuk
melaksanakannya dibandingkan mereka yang tidak terlibat dalam proses pengambilan
keputusan. Selama proses pelaksanaan keputusan, manager juga perlu untuk mengamati
perubahan-perubahan pada lingkungan, khususnya jika jarak waktu antara pengambilan
keputusan dan pelaksanaannya memiliki rentang yang lama.
Tahap terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah mengevaluasi hasil atau akibat
dari keputusan yang telah dibuat, untuk melihat apakah ada masalah yang harus
dipecahkan. Jika masih ada masalah, pengambil keputusan harus melihat kembali di mana
kesalahan dibuat. Apakah karena masalah belum dikenali dengan tepat? Apakah kesalahan
dibuat ketika mengevaluasi berbagai alternatif? Dengan demikian, manager harus
mengulang kembali proses pengambilan keputusan dari awal.
Asumsi rasionalitas :
Evidence-Based Management adalah penggunaan secara sistematis bukti terbaik yang ada
untuk memperbaiki praktek-praktek management. Empat elemen penting dari EBMgt
adalah keahlian dan pertimbangan pembuat keputusan ; bukti eksternal yang dievaluasi oleh
pembuat keputusan ; opini, preferensi, dan nilai-nilai dari orang yang berkepentingan dalam
keputusan tersebut ; faktor organisasi yang relevan (internal) seperti konteks, keadaan, dan
anggota organisasi.
Prosedur :
o Suatu rangkaian tahap yang saling berkaitan dan berurutan yang dapat
manager gunakan untuk menanggapi masalah terstruktur.
o Contoh : Prosedur pembelian barang dari supplier.
Peraturan
o Pernyataan eksplisit yang menyatakan apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan oleh manager.
o Contoh : Peraturan tentang keterlambatan dan kehadiran.
Kebijakan
o Panduan untuk membuat keputusan.
o Contoh : Pelanggan harus didahulukan dan harus selalu dipuaskan.
2. Unstructured Problems (Masalah Tidak Terstruktur) dan Nonprogrammed Decision
(Keputusan Tidak Terprogram)
- Unstructured Problems (masalah tak terstruktur) : masalah yang baru dan tidak
biasa dan informasinya tidak jelas dan tidak lengkap. Contoh : Apakah akan
membangun fasilitas pabrik baru di China.
- Nonprogrammed Decisions (keputusan tak terprogram) : keputusan yang unik dan
jarang terjadi dan membutuhkan solusi yang khusus (custom-made solutions)
Masalah yang dihadapi manager biasanya semakin tidak terstruktur jika semakin tinggi
hirarki organisasinya. Manager tingkat rendah menangani keputusan rutin dan manager
tingkat yang lebih tinggi menangani keputusan yang tidak biasa atau sulit.
Ada 3 kondisi yang manager hadapi ketika mengambil keputusan : Certainty (Kepastian), Risk
(Resiko), dan Uncertainty (Ketidakpastian).
1. Certainty (Kepastian)
Situasi dimana manager dapat membuat keputusan yang akurat karena hasil dari setiap
alternatif diketahui. Contoh : Ketika manager mau memutuskan Bank mana yang akan
digunakan untuk mendepositkan kelebihan dana perusahaan, manager mengetahui dengan
pasti tingkat bunga yang diberikan masing-masing bank, sehingga ia mengetahui jumlah
yang akan diperoleh dari dana tersebut. Ia mengetahui dengan pasti hasil dari setiap
alternatif.
2. Risk (Resiko)
Kondisi dimana pengambil keputusan mampu untuk memperkirakan kemungkinan hasil.
Kemampuan untuk menentukan probabilitas (kemungkinan) adalah berdasarkan
Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 198.
3. Uncertainty (Ketidakpastian)
Kondisi dimana pengambil keputusan tidak merasa yakin tentang hasil-hasilnya dan bahkan
tidak dapat membuat perkiraan probabilitas yang masuk akal. Di bawah kondisi ini, pilihan
alternatif dipengaruhi oleh jumlah informasi yang terbatas yang tersedia bagi pengambil
keputusan dan oleh orientasi psikologis dari pengambil keputusan. Manager yang optimis
akan mengikuti pilihan maximax (memaksimalkan hasil maksimum yang mungkin) ;
manager yang pesimis akan mengikuti pilihan maximin (memaksimalkan hasil minimum
yang mungkin) ; dan manager yang berkeinginan untuk meminimalkan “penyesalan” (regret)
maksimum akan optimal dengan mengikuti pilihan minimax.
Contoh :
Manager pemasaran pada Visa Internasional menetapkan 4 kemungkinan strategi (S1, S2,
S3, dan S4) untuk mempromosikan kartu Visa di seluruh wilayah west coast di United States.
Manager pemsaran juga mengetahui pesaing utama MasterCard memiliki tiga tindakan
bersaing (CA1, CA2, CA3) untuk mempromosikan kartunya di wilayah yang sama. Dalam
contoh ini, kita mengasumsikan bahwa manager Visa sebelumnya tidak memiliki
pengetahuan yang memungkinkannya untuk menentukan kemungkinan hasil dari keempat
strateginya. Ia merumuskan matrix yang menunjukkan berbagai strategi Visa dan hasil
keuntungannya berdasarkan pada tindakan kompetitif yang digunakan MasterCard (seperti
terlihat dalam payoff matrix berikut ini).
Payoff Matrix
- Dalam contoh ini, jika manager Visa optimis, ia akan memilih strategi 4 (S4) karena dapat
memproduksi keuntungan terbesar yang mungkin diperoleh yaitu $28 juta (pilihan
maximax).
- Jika manager Visa pesimis, ia mengasumsikan bahwa hanya yang terburuk yang dapat
terjadi. Hasil yang terburuk dari setiap strategi adalah S1 = $11 juta ; S2 = $9 juta ; S3 = $15
juta ; S4 = $14 juta. Dengan mengikuti pilihan maximin, ia akan memaksimalkan hasil yang
minimum, sehingga memilih S3.
- Dalam pendekatan yang ketiga, manager menyadari bahwa sekali keputusan dibuat, akan
ada penyesalan (regret) atas keuntungan yang hilang yaitu jumlah uang yang mungkin dapat
dihasilkan bila strategi yang berbeda digunakan. Manager menghitung regret dengan
mengurangkan semua kemungkinan hasil dalam setiap kategori dari hasil maksimum yang
mungkin dari setiap peristiwa, regret matrix berikut ini. Maksimum regret adalah S1 = $17
juta ; S2 = $15 juta ; S3 = $13 juta ; dan S4 = $7 juta. Jadi berdasarkan pilihan minimax,
manager Visa akan memilih S4, karena nilai regret-nya paling kecil.
Regret Matrix
Sumber : Robbins, S dan Coulter, M (2014), Management 12 th, Prentice Hall, hal 199
1. Sumber informasi yang digunakannya (data dan fakta eksternal atau sumber internal
seperti perasaan dan intuisi).
2. Apakah manager memproses informasi dengan cara linear (rasional, logika, analitikal)
atau dengan cara nonlinear (intuisi, kreatif, berkemampuan untuk mengerti).
Empat dimensi gaya pengambilan keputusan dipersempit menjadi 2 gaya :
1. Gaya berpikir linear
Preferensi seseorang untuk menggunakan data data dan fakta eksternal dan pemrosesan
informasi ini melalui pemikiran rasional, logika untuk memandu keputusan dan tindakan.
Model Administratif
Kekuatan politik adalah elemen penting lain yang berkontribusi pada sifat perilaku dari
pengambilan keputusan. Elemen utama dari politik, koalisi, memiliki relevansi yang khusus
dengan pengambilan keputusan. Sebuah koalisi merupakan aliansi informasi dari individu
atau kelompok yang dibentuk untuk mencapai suatu tujuan bersama. Tujuan bersama ini
seringkali merupakan alternative keputusan yang dipilih.
Intuisi adalah suatu kepercayaan yang melekat di dalam diri seseorang mengenai sesuatu hal
tanpa pertimbangan sadar. Sedangkan peningkatan komitmen pada tindakan terpilih adalah
bila seorang pengambil keputusan tetap bertahan pada suatu keputusan bahkan ketika
keputusan itu tampak salah.
Kecenderungan risiko adalah sejauh mana pengambil keputusan bersedia untuk bertaruh
ketika membuat keputusan. Beberapa manajer berhati-hati mengenai setiap keputusan
yang mereka buat, merujuk pada model rasional dan bersikap konservatif ketika mereka
melakukan hal tersebut, berusaha menghindari kesalahan, dan jarang membuat keputusan
yang mengarah pada kerugian besar. Manajer lain sangat agresif dalam membuat keputusan
dan bersedia untuk mengambil risiko. Manajer seperti ini sangat bergantung pada intuisi,
mengambil keputusan dengan cepat, dan sering kali mempertaruhkan investasi besar dalam
keputusan mereka.
Etika secara jelas terkait dengan pengambilan keputusan dalam sejumlah cara. Setiap
komponen dari etika manajerial (hubungan perusahaan dengan karyawan, karyawan dengan
perusahaan, dan perusahaan dengan agen ekonomi lainnya) melibatkan serangkaian
keputusan yang beragam, dan semua keputusan tersebut tampak memiliki komponen
etikanya.
Berikut adalah pedoman yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang efektif di dunia
saat ini yang berubah dengan sangat cepat :
Daftar Pustaka
1. Pearce J.A & Robinson, Strategic Management, Formulation, Implementation and
Control, irwin Mc Graw-Hill Inc., Singapore, 2013
3. Thompson, A.A & Strickland, Strategic Manegemnt, Concepts and Cases, 11th
Edition, Irwin Mc Graw-Hill Inc., Singapore, 2008
6. Heijden, Kees Van Der, Scenarios : The Art of Strategic Conversation, John Wiley &
Sons, 1996.
10. Prahalad, CK ; Hammel, Gary, Competing for The Future: Breakthrough Strategies
for Seizing Controle of Your Industry and Creating The Market of Tomorrow, Harvard
Business School Press, 1994.