Anda di halaman 1dari 9

185

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian pada Ny.F selama masa kehamilan,

persalinan, nifas, BBL dan KB dengan menggunakan pendekatan Manajemen

Langkah Varney sebagai pola pikir dan SOAP sebagai pendokumentasiannya,

maka didapatkan ibu GII PI A0 dengan kehamilan trimester III dan ibu melakukan

antenatal care pada trimester I, II dan III. Namun yang penulis dapatkan dalam

melakukan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny. F, keadaan ibu dan bayi

sehat dan berjalan normal serta tidak ada keluhan yang berarti. Ibu dapat menjalani

masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan aman, lancar dan bayi yang

dilahirkan sehat.

A. Kehamilan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada kunjungan tanggal 18

Mei 2019 didapat data pada masa kehamilan Ny.F yaitu tidak ditemukan

kesenjangan dengan teori yang ada, pada saat penulis melakukan pengkajian

ibu sudah 6 kali melakukan pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan dilakukan

pada trimester I, II dan III. Ny.F juga sudah mendapatkan imunisasi Tetanus

Toxoid sebanyak 2 kali hal ini sudah sesuai dengan program yang ada. Umur

ibu pada saat hamil adalah 34 tahun dan hamil anak kedua.

Menurut (Hani, 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan

Fisiologis) untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali selama

kehamilan :

1. Satu kali pada trimester I (Sebelum usia kehamilan minggu ke 14).

2. Satu kali pada trimester II (Sebelum usia kehamilan minggu ke 28).

3. Tiga kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu).

185
186

Menurut Ika (2017) dalam buku asuhan kebidanan I, standar pelayanan

dan asuhan pada masa kehamilan terdiri dari 10 T. Dari 10 T tersebut hanya 10

yang didapat Ny. F pada masa kehamilannya. Maka dari itu didapat

kesenjangan dengan teori yang ada, yaitu pada saat hamil ibu tidak melakukan

tes terhadap penyakit menular seksual karena tidak ada indikasi PMS pada ibu,

ibu tidak melakukan senam hamil karena tidak pernah mengetahui adanya

kelas senam hamil dipuskesmas atau PMB, ibu tidak mendapat terapi kapsul

yodium karena didaerah Kalimantan Tengah tidak endemik penyakit gondok

dan ibu tidak mendapat terapi obat malaria karena tidak ada indikasi malaria

pada ibu.

Pada saat pemeriksaan ibu mendapatkan asuhan yang sesuai dengan

teori yang ada dan pemberian asuhan disesuaikan dengan dengan kebutuhan

ibu pada saat itu.

B. Persalinan

Menurut APN (2016), proses persalinan kala I pada primigravida

berlangsung selama 12 jam dan pada multigravida berlangsung selama 8 jam

dan kala II berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis ditemukan proses

persalinan tidak terjadi gangguan his dan kontraksi uterus dan persalinan

berjalan dengan aman dan lancer . Pada Ny. F berlangsung di kala II selama 1

jam 25 menit.

Menurut APN (2016), tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat


187

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan

darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III. Pada saat kala III plasenta

lahir spontan, kotiledon lengkap, selaput lengkap. Selama kala IV petugas

memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta

dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

Menurut Sujiyatini (2017), pemantauan ibu dilakukan setiap 15 menit

pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam

kedua setelah persalinan.

Dari penatalaksanaan kasus Ny.F diatas penulis melihat proses

persalinan Ny. F sesuai dengan teori.

C. Nifas

Dari hasil pengkajian pada waktu nifas Ny. F dilakukan asuhan nifas

pada 2 jam setelah persalinan, 6 jam setelah persalinan dan asuhan nifas pada

saat kunjungan rumah sampai hari keenam. Proses masa nifas selama diklinik

berlangsung dengan normal.

Sedangkan menurut Vivian (2017), pada masa nifas dilakukan 4 kali

kunjungan yaitu 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu

setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan.

Terdapat kesenjangan dengan teori pada kunjungan masa nifas yang

seharusnya dilakukan 4 kali kunjungan yaitu 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari

setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu setelah

persalinan. Tapi justru hanya dilakukan pada waktu 2 jam setelah persalinan, 6

jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan dan 12 hari setelah persalinan.

Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis. Namun,
188

penulis sudah mengkonfirmasi ke PMB R untuk kelanjutan kunjungan pada ibu

masa nifas.

Selama kunjungan penulis melakukan penilaian pada kontraksi rahim,

tinggi fundus uteri, perdarahan dan lochea yang keluar dari hari pertama

sampai hari ketujuh, mengajarkan cara menyusui yang benar, menganjurkan

ibu untuk tidak berpantangan pada makanan dan mengkonsumsi makanan

dengan menu seimbang dan bervariasi, menganjurkan ibu istirahat yang cukup

dan mengajarkan ibu cara menjaga personal hygiene yang baik pasca

melahirkan.

Ibu telah mendapat pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penulis

yaitu cara menyusui yang benar serta saran untuk pemilihan metode

kontrasepsi pasca melahirkan yang cocok untuk ibu yang aktif menyusui.

D. Bayi Baru Lahir

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, didapat penanganan bayi baru

lahir dimulai setelah bayi lahir dengan menghangatkan dan melakukan

boonding attachment diteruskan IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Hal ini merupakan

tindakan asuhan sayang bayi agar bayi lebih dulu beradaptasi dengan

lingkungan sekitar dengan bantuan tubuh ibu yang menjaga suhu bayi agar

tetap normal. Bayi Ny. F dilahirkan dalam kondisi normal dengan BB 2600 gram

dan PB 43 cm. Setelah dilakukan jepit, potong dan ikat tali pusat , kemudian

dilakukan pencegahan kehilangan panas pada bayi dengan membiarkan kulit

bayi kontak dengan kulit ibu dan menyelimuti ibu dan bayi, melakukan IMD

yaitu sampai bayi bertemu putting susu ibu yaitu berlangsung sekitar kurang

lebih satu jam, bayi juga diberikan asuhan seperti pemberian salep mata untuk
189

mencegah penyakit menular seksual yang kemungkinan diderita ibu, kemudian

injeksi Vit K sebanyak 0,1 ml secara IM dipaha kiri bayi untuk profilaksis

perdarahan pada bayi setelah melalui proses yang sangat berbahaya dengan

melewati panggul ibu dalam proses persalinan serta pemberian imunisasi HB0

dipaha kanan bayi 1 jam setelah pemberian Vit K untuk memberikan kekebalan

pada bayi dari infeksi penyakit hepatitis B. Penulis juga memberikan dukungan

kepada ibu untuk selalu memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan tanpa

tambahan makanan apapun (ASI Eksklusif).

Menurut teori Wafi (2017), penatalaksanaan awal dimulai sejak proses

persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal

yang meliputi persalinan bersih dan aman, memulai pernafasan spontan, ASI

dini atau IMD dan eksklusif, pencegahan infeksi (pemberian salep mata),

pemberian injeksi Vit K, pemberian imunisasi HB0 dan perawatan tali pusat

hanya dengan kassa steril tanpa dibubuhkan apapun.

Semua asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir sudah berdasarkan

teori dan tidak ada kesenjangan.

Evaluasi tetap dilakukan untuk menilai keefektifan rencana asuhan yang

diberikan dimana bayi dalam keadaan baik dan sehat tidak ada kelainan atau

komplikasi yang menyertai.

E. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dilakukan penulis selama 6 hari meliputi asuhan nifas

pada ibu dan asuhan pada bayi baru lahir dirumah.

Menurut Vivian (2017), pada masa nifas dilakukan 4 kali kunjungan yaitu

6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah

persalinan dan 6 minggu setelah persalinan. Namun, penulis hanya melakukan


190

kunjungan sampai 6 hari setelah persalinan. Hal ini terjadi karena keterbatasan

waktu yang dimiliki oleh penulis, sehingga asuhan yang diberikan pada

kunjungan rumah hanya sampai hari ke 6 setelah persalinan.

Selama kunjungan rumah, pada masa nifas dilakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital ibu meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan ibu,

menilai kontraksi dan involusi uterus atau TFU dan menilai perdarahan,

konseling tentang kebutuhan nutrisi, mengajarkan cara menyusui yang benar

dan cara menjaga personal hygiene yang baik.

Pada bayi baru lahir dilakukan kunjungan pada hari pertama sampai

kelima dengan memandikan bayi, melakukan perawatan tali pusat sampai tali

pusat puput dihari kelima dan konseling kepada ibu tentang perawatan bayi

baru lahir. Selama kunjungan rumah pada masa nifas dan bayi baru lahir, tidak

ditemukan masalah atau komplikasi yang menyertai.

F. Konseling KB

Konseling KB dilakukan pada kunjungan rumah hari keenam. Penulis

melakukan konseling dengan memberikan penjelasan tentang macam-macam

alat kontrasepsi serta keuntungan dan efek sampingnya. Ny.F memilih metode

kontrasepsi Kb pil progestin (mini pil). Menurut penulis kontrasepsi yang dipilih

Ny. F cukup baik karena metode kontrasepsi yang dipilih ibu tersebut tidak

mempengaruhi produksi ASI ibu karena ibu sedang aktif menyusui bayinya dan

berencana untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan.

Penulis sudah memberikan konseling KB yang cocok bagi ibu

disesuaikan dengan kondisinya. Ny. F memilih kontrasepsi Kb pil progestin

(mini pil)..
191

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan informasi serta temuan kasus selama

pelaksanaan kegiatan studi kasus Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir dan KB, dapat disimpulkan:

1. Pengkajian terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan

menggunakan Manajemen 7 langkah Varney sebagai pola pikir dan SOAP

sebagai pendokumentasiannya.

2. Mampu menegakkan diagnosa kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

3. Mampu menentukan diagnosa potensial asuhan kebidanan komprehensif

pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas pada Ny. F.

4. Mampu menentukan tindakan segera pada asuhan kebidanan komprehensif

pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. F

5. Mampu membuat rencana asuhan, melaksanakan asuhan dan

mengevaluasi hasil asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas sehingga ibu bisa melaluinya dengan

aman, selamat serta bayi yang dilahirkan sehat.

191
192

B. Saran

Sebagai usaha perbaikan dan upaya untuk meningkatkan pelayanan

yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan maka penulis menyarankan :

1. Bagi Penulis

Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari

kasus-kasus pada saat praktek dalam bentuk manajemen SOAP serta

menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah

ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan ke profesi

bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa

dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung

peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan

yang berkualitas.

3. Bagi Lahan Praktek

Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan

hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan

asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta

dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat

menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori dari mulai

kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB.


193

4. Bagi Pasien

Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman

karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat

hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan melakukan pemeriksaan rutin di

pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai