KEJANG DEMAM
c) Flektrolit : K, Na
ketidakseimbangan elektrolik merupakan predisposisi kejang
kalium (N 3,80 -5,00 mg / dl)
Natrium (N 135 -144 mg / dl)
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang
5. Skul Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak
ruang dan adanya lesi
6. Transiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi
dengan UUB masih terbuka (di bawah 2
tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
untuk transiluminasi kepala.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akuk
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui intravena atau indra vectal. Dosis
awal : 0,3 – 0, 5 mg / kg / dosis iv (perlahan-lahan). Bila kejang
belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.
b. Turunkan Panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 20 mg / kg / dosis. Kompres
air Pam / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam
yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan
fungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis,
misalnya bila gejala meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama.
d. Pengobatan Profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan diazepam secara oral
dengan dosis 0,3-0,5 Mg / Hg BB / Hari.
e. Penangan Sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan eviran dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dapat
digunakan :
- Fero barbital : 5-7 mg / kg / 24 jam dibagi 3 dosis
- Fenitorri : 2-8 mg / kg / 24 jam dibagi 2-3 dosis
- Klonazepam : (indikasi khusus)
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
e. Neurosensori
f. Kenyamanan
g. Pernapasan
h. Keamanan
i. Interaksi Sosial
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
b. Integritas ego
1) Pelebaran rentang respon emosional
c. Eliminasi
1) IKTAL : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
2) Posikal : otot relaksi yang mengakibatkan inkonmensia
d. Makan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang0
2) Hyperplasi ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Kase prodomal
2) Kejang demam
3) Fosiktal
4) Absen (patitmal)
5) Kejang parsial
f. Kenyamanan
1) Trauma pada jaringan lunak
2) penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Tarwoto dan
Wartonah, 2006). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. (Carpenito,
Lynda Juall 2012)
B. Tanda dan Gejala
1. Ketidakefektifan Kebersihan Jalan Nafas
a. Data Mayor
1) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
2) Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas
b. Data Minor
1) Bunyi nafas abnormal
2) Frekuensi, irama, kedalam pernafasan abnormal
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
a. Data Mayor
1) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai
dasar)
2) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b. Data Minor
1) Ortopnea
2) Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
3) Pernafasan distitmik
4) Pernafasan sukar atau berhati-hati
3. Gangguan Perkukaran Gas
a. Data Mayor
1) Dispnea saat nafas
b. Data Minor
1) Konfusi/agitasi
2) Letargi
3) Penurunan mobilitas lambung, pengosongan lambung lama
4) Sianosis
C. Etiologi
Adapun factor-faktor yang menyebabkan klien mengalami
gangguan oksigenasi menurut NANDA (2013) yaitu : Hiperventilasi,
Hipoventilasi, Deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas,
penurunan energy/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan
otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
D. Patosiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi,
proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi
yang mana oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut
akan direspon dalam nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mucus. Proses di fusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner
dan Suddarth, 2002).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fungsi Paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran
gas secara efisien
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran
kapiler alvalor dan keadekuatan oksigenasi
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biospsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmoral, missal : kerja
jantung dan kontraksi paru.
8. CT-SCAN
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal
F. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis :
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secrek
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisioterapi dada
DAFTAR PUSTAKA
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito-Moyet, Lynda Jvall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
Edisi 13. Jakarta : E GC.
NANDA Internasional. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.
Jakarta : E G C
NANDA NII c-Noc. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid I. Jakarta : E G C.
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah. E G C. Jakarta