Anda di halaman 1dari 34

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1 LINGKUNGAN

2.1.1 Data Wilayah

2.1.1.1 Batas Wilayah Puskesmas Bandongan

Utara : Kecamatan Windusari

Selatan : Kecamatan Tempuran

Barat : Kecamatan Kaliangkrik

Timur : Kota Magelang

Peta Wilayah Puskesmas Bandongan

Ngepanrejo
Rejosari

Kalegen Gandusari
Siderejo
Tonoboyo
Kebonagung

Bandongan
Trasan

Sukodadi
Banyuwangi

Salamkanci

Kedungsari
Sukosari N

W E

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Bandongan

Kabupaten Magelang

7
8

2.1.1.2 Luas Wilayah Kerja

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Bandongan seluas 45,79 km2.

2.1.1.3 Pembagian Wilayah

Kecamatan Bandongan secara administrasi meliputi 14 desa

terdiri dari 115 dusun. Luas wilayah menurut desa di Kecamatan

Bandongan disajikan pada grafik sebagai berikut (dalam km2).

7
6.02
6
5.25 5.05
5
4.04
4 3.62 3.41

3 2.75 2.69
2.5 2.45
2.25 2.19 2.03
2 1.54

Gambar 2. Grafik Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan

Bandongan Kabupaten Magelang tahun 2014

Sumber data : Data Statistik Kecamatan Bandongan tahun 2011

Luas wilayah Desa di Kecamatan Bandongan yang paling luas

adalah Desa Gandusari seluas 6.02 km2 sedangkan yang paling kecil

adalah Desa Kedungsari seluas 1,54 km2


9

2.1.1.4 Keadaan Geografis

Wilayah Kerja Puskesmas Bandongan terdiri dari : Daerah

pegunungan (100%).

2.1.1.5 Transportasi

a. Jarak puskesmas – kota Magelang (RSU Tidar) : 25 km

b. Jarak puskesmas – kantor Dinas kabupaten : 18 km

c. Jarak puskesmas – RSU kabupaten : 40 km

d. Jarak puskesmas – desa terjauh : 13 km

e. Tidak semua daerah dapat terjangkau dengan dengan mobil (roda

4)

f. Angkutan umum : ojek, angkudes, bis umum

2.1.1.6 Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar: telepon, radio, TV,

surat kabar, pengumuman Masjid.

2.1.2 Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk : 54.533 jiwa

Laki-laki : 27.418 jiwa ( 50,36 % )

Perempuan : 27.024 jiwa ( 49,63 % )

Kepala keluarga : 14.184 KK


10

Jumlah pasangan usia subur : 11.919 pasang

Data penduduk berdasarkan umur tampak pada grafik sebagai berikut:

75+ 2.1 2.8


70-74 1.8 2.4
65-69 2.4 2.6
60-64 3.3 3.4
55-59 4.7 4.5
50-54 5.9 6.0
45-49 6.7 7.1
40-44 7.2 7.8 perempuan
35-39 7.1 7.5
30-34 7.5 7.3 laki-2
25-29 7.2 6.9
20-24 8.0 7.1
15-19 9.6 9.2
10-14 9.1 9.0
5-9 8.7 8.3
0-4 8.6 8.1
15.0 10.0 5.0 0.0 5.0 10.0 15.0

Gambar 3. Grafik Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis

Kelamin di Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Tahun 2014

Sumber data : Data Statistik Kecamatan Bandongan tahun 2014

Jumlah penduduk di Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang

pada tahun 2013 yang paling banyak yaitu kelompok usia 15 – 19 tahun baik

untuk laki-laki maupun perempuan. Sedangkan jumlah yang paling sedikit

adalah kelompok umur kurang dari 70-74 tahun baik untuk laki-laki maupun

perempuan.

Sedangkan proporsi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten

Magelang Tahun 2013 dapat dilihat pada grafik 3 sebagai berikut:


11

Laki-laki
49.72% 50.28%
Perempuan

Gambar 4. Grafik Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di

Kabupaten Magelang Tahun 2014

Sumber data : Data Statistik Kecamatan Bandongan tahun 2011

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa proporsi penduduk

menurut jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki lebih banyak yaitu sejumlah

28.294 jiwa (50,28%) dibandingkan penduduk perempuan yaitu sejumlah

27.833 jiwa (49,72%).

2.1.3 Sosial Budaya

 Sarana Peribadatan (2012)

1) Masjid : 77 buah

2) Surau/langgar : 118 buah

3) Gereja : -

4) Pura : -

5) Wihara : -
12

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana peribadatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Bandongan hanya ada masjid sebanyak 77 buah

dan surau/langgar 118.

 Agama dan Kepercayaan Penduduk

Tabel 1. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas

Bandongan

Agama Jumlah %

Islam 31428 99,92

Kristen Protestan 11 0,04

Katolik 14 0,04

Budha 0 0

Hindu 6 0

Total 31459 100

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa penduduk di Wilayah

Kerja Puskesmas Bandongan dominan memeluk agama Islam sebesar

31428 jiwa.

 Tingkat Pendidikan
13

Tabel 2. Data Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas

Bandongan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Tidak / belum pernah sekolah 924 15,1

Tidak/belum tamat SD/MI 697 11,3

SD/MI 2.572 41,9

SMP/MTs 1.165 18,9

SMA/SMK/MA 679 11,1

AK/Diploma 53 0,9

Universitas 52 0,8

JUMLAH 6.142 100

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa urutan terbesar

penduduk adalah SD/MI sebesar 41,9 %.

 Sarana Pendidikan

a. TK & PAUD : 16 buah

b. SD/MI : 27 buah

c. SLTP/MTS : 7 buah

d. SLTA/MA : 2 buah

e. Pesantren : 4 buah

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah fasilitas

pendidikan terbanyak adalah SD / MI yaitu sebesar 27 buah.


14

2.1.4 Sosial Ekonomi

 Mata pencaharian

Tabel 3. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja

Puskesmas Bandongan

Mata Pencaharian Jumlah %

Petani 6142 22.93

Buruh tani 9347 34.90

Pengusaha 82 0.31

Buruh Industri 317 1.18

Buruh Bangunan 609 2.27

Pedagang 1409 5.26

Angkutan 191 0.71

PNS/ABRI 291 1.10

Pensiunan 126 0.47

Lain-lain 8270 30.87

TOTAL 26784 100

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa komposisi penduduk

terbanyak bermata pencaharian buruh tani yaitu sebesar 9347 orang (34.90

%).

 Sarana perekonomian
15

1. KUD : 1 buah

2. Bank : 3 buah

3. Pasar Umum : 3 buah

4. Home Industry : 170 buah

5. Warung / toko/ kios : 191 buah

6. Terminal : -

7. Produksi tahu tempe : 52 buah

8. Anyaman bambu : 20 buah

2.1.5 Kesehatan Lingkungan

 Sarana penyediaan air bersih

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Pemakai Sarana Air Bersih di Wilayah

Kerja Puskesmas Bandongan Tahun 2014

Jumlah
Sarana Air Bersih Jumlah Pemakai % Pemakai
Sasaran

PAH 136 755 2.3

AMDK 465 2282 7.3

Perlindungan mata air 72 3474 11.1

Sumur umum/keluarga 5959 18001 57.9

PDAM 0 0 0

Lain-lain (sungai,
128 6512 32.5
kolam)

Total 6760 31024 100


16

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis sarana air bersih

yang terbanyak adalah pipa sambungan rumah yaitu sebesar 5959 buah

dengan 18001 orang pemakai (57.9 %).

 Sarana jamban

Tabel 5. Sarana dan Cakupan Pelayanan Jamban Keluarga di

Wilayah Kerja Puskesmas Bandongan Tahun 2014

Jenis Jamban Jumlah Sarana

Cemplung leher angsa 2600

Cemplung non- leher angsa 263

MCK/jamban umum 38

Total 2901

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis jamban yang

paling banyak digunakan penduduk adalah cemplung leher angsa yaitu

sebesar 2600.
17

2.2 VISI DAN MISI PUSKESMAS

2.2.1 Visi Puskesmas Bondangan

“Menjadi Puskesmas terpercaya dan terdepan dalam pelayanan kesehatan

dasar di Kecamatan Bandongan”.

2.2.2 Misi Puskesmas Bandongan

 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

 Pemberdayaan sumber dana, tenaga, sarana dan teknologi yang

tepat guna

 Meningkatkan penampilan fisik puskesmas yang “sehat” (sejuk, elok,

higienis, tertib)

2.3 MASUKAN

2.3.1 Sarana Fisik

Puskesmas Bandongan merupakan puskesmas rawat jalan. Puskesmas

ini pertama kali berdiri tahun 1986. Luas tanah 897 m2, luas gedung 350 m2.

Ruang pelayanan :

Loket pendaftaran : 1 ruang

KIA : 1 ruang

UGD : 1 ruang

KB : 1 ruang

BP Umum : 2 ruang

MTBS : 1 ruang
18

Ruang EKG : 1 ruang\

Imunisasi : 1 ruang

Ruang tensi : 1 ruang

Konseling Gizi : 1 ruang

BP Gigi : 1 ruang

Konseling Sanitasi : 1 ruang

Konseling TBC : 1 ruang

Apotik : 1 ruang

Laboratorium : 1 ruang

Gudang Obat : 1 orang

Ruang Kapusk : 1 ruang

Ruang dokter : 1 ruang

Ruang staf : 1 ruang

Ruang komputer : 1 ruang

Aula : 1 ruang

Ruang lokmin : 1 ruang

Mushola : 1 ruang

Gudang barang : 1 ruang

Kamar mandi/ WC : 4 buah

Garasi ambulance : 1 ruang

Dapur : 1 ruang

Parkir sepeda motor

Ruang tunggu
19

Sarana kesehatan lain yang ada berupa :

A. Pemerintah

Puskesmas induk : 1 buah

Pustu : 2 buah

PKD : 11 buah

Polindes : 2 buah

Posyandu Balita : 73 pos

Posyandu Lansia : 50 pos

UKS : 36 sekolah

B. Swasta

Jumlah BP swasta :-

Jumlah Dokter Praktek : 1 orang

Jumlah Toko Obat :-

Jumlah Apotek :-

2.3.2 Sarana, Dana dan Tenaga kerja

2.3.2.1 Sarana

a. Sarana pelayanan kesehatan

 Puskesmas induk : 1 buah

 Puskesmas pembantu : 4 buah

 Puskesmas keliling : 1 buah

 Polindes : 1 buah

 PKD : 7 buah
20

 Posyandu : 115 buah

 Praktik dokter umum : 3 buah

 Praktik dokter gigi : 2 buah

 BP/klinik : 1 buah

b. Sarana penunjang

 Penunjang medis

- Sarana perlengkapan seperti immunization kit, poliklinik

set, general equipment, diagnostic and surgical

equipment, physician kit, alat penyuluhan kesehatan

masyarakat, alat laboratorium, dental unit, alat-alat

perawatan gigi.

- Obat, jumlah dan macam-macam obat tersedia dalam

jumlah yang cukup.

 Penunjang non-medis

- Puskesmas Bandongan mempunyai 1 puskesmas induk

dan 3 puskesmas pembantu.

- Puskesmas induk :

Luas tanah : 500 m2

Luas gedung : 400 m2

- Terdiri atas ruang pimpinan, ruang dokter, ruang bidan

dan perawat, ruang pendaftaran, ruang IGD, ruang tunggu,


21

ruang pengobatan gigi, ruang obat, ruang pengobatan

umum, ruang KIA/KB, ruang KB, ruang laboratorium,

ruang imunisasi, ruang administrasi dan data, ruang staf,

gedung obat, mushola, dapur, kamar mandi dan WC, serta

tempat parkir.

- Mebelair terdiri dari lemari obat, kursi Ginekologi, kursi

gigi, meja periksa, meja tulis dan bangku.

- Alat transportasi berupa 1 mobil ambulan dan 1 sepeda

motor.

- Perlengkapan mesin ketik, stempel, printer dan komputer.

- Alat komunikasi : radio, telepon, dan alat-alat penyuluhan

2.3.2.2 Sumber Dana

a. Dana puskesmas diperoleh dari :

 APBD II

 ASKES

 Jamkesmas

 Retribusi

b. Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

 Yankes dasar

 Pelayanan gizi

 P2M
22

2.3.2.3 Ketenagaan

Ketenagaan/Sumber Daya Manusia

 Kepala puskesmas : 1 orang

 Medis (dokter) : 3 orang

 Perawat dan bidan : 15 orang

 Farmasi : 2 orang

 Gizi : 1 orang

 Teknisi medis : 1 orang

 Sanitarian : 1 orang

 Kesmas : tidak ada

Tabel 6. Data ketenagakerjaan Puskesmas Bandongan

Kategori
No Nama
Pendidikan Jabatan

1 Drg. Maya Christanti FKG Kepala Puskesmas

Endang Wening
2 SPK Perawat Penyelia
Supriyati

3 Siti Solichah,A.Md,Keb D III Kebidanan Bidan Penyelia

Tuji Haryanti,
4 D IIIKebidanan Bidan Penyelia
A.Md.Keb

5 Tri Astuti SPRG Perawat Gigi Penyelia


23

6 Emmi Kusumawati SPK Perawat Penyelia

Afifatu Bidan Pelaksana


7 D III Kebidanan
Solikhah,A.Md,Keb Lanjutan

Bidan Pelaksana
8 Zubaidah,A.Md,Keb D III Kebidanan
Lanjutan

9 S. Haryadi SPK Perawat Penyelia

Pengadministrasi
10 Suhermanta SPPPU
Keuangan

11 Sudiati SMEA Promosi Kesehatan

Pengadministrasi
12 Hesti Indraswari SMEA
Keuangan

Pengadministrasi
13 Juliarti SMA
Keuangan

Pengadministrasi
14 Sugiyarti SMKK
Umum

Bidan Pelaksana
15 Murniyati,A.Md,Keb D III Kebidanan
Lanjutan

16 dr. Siti Sarifah Dokter Umum Dokter Pertama

Bidan Pelaksana
17 Istiqomah, A.Md,Keb D III Kebidanan
Lanjutan

Bidan Pelaksana
18 Dwi Ambarini D I Kebidanan
Lanjutan

19 Dr. Evi Restu Dokter Umum Dokter Muda


24

20 Drg. Ika Dokter Gigi Dokter Gigi Pertama

21 Wahyu Indriyani SMF AA PelaksanaLanjutan

Perawat Pelaksana
22 Sri Wuryani SPK
Lanjutan

Arum
23 D III Kebidanan Bidan Pelaksana
Limawati,A.Md,Keb

Aribudi
24 D III Gizi Nutrisionis Pelaksana
Wahyuni,A.Md.Gizi

Sulis
25 D III Fisioterapi Fisioterapis
Setyowati,A.Md.FT

D III Analis
26 Nur Farikah, A.Md. Gizi Pranata Laboratorium
Kesehatan

27 Mudiyat SMP Pengemudi

Novita Setiyaningrum,
28 D III Sanitarian
A.Md

29 Sajid Kamil, A.Md D III Rekam Medis

Mintoningsih, A.Md.
30 D I Kebidanan Bidan Pelaksana
Keb

31 Tri Diana D I Kebidanan Bidan Pelaksana

32 Eming Susanti DI Kebidanan Bidan Pelaksana

33 Surahmi Jayanegara D I Kebidanan Bidan Pelaksana

34 Wasminah SMA IPS Pengadaan Pelayanan

35 Slamet Romadion SMP Penjaga Kantor


25

Susanti Wulandari,
36 D III Kebidanan Bidan PTT
A.Md. Keb

37 Laili AnisaA.Md. Keb D III Kebidanan Bidan PTT

Istinganatul Khairiyah,
38 D III Kebidanan Bidan PTT
A.Md. Keb

Fatlachul Laila A.,


39 D III Kebidanan Bidan PTT
A.Md. Keb

40 Septy Wulandari SMA Honorer K2

2.4 PROSES

2.4.1 Perencanaan (P1)

Tim perencana terdiri dari Kepala puskesmas dan para pemegang

program, dimana sumber data didapat dari laporan bulanan Puskesmas, yang

direkapitulasi pada akhir tahun. Laporan memuat hasil kegiatan dari enam

upaya kesehatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas Bandongan. Laporan

akhir tahun di Puskesmas Bandongan disajikan dalam bentuk tabel yang

didokumentasi secara rapi dan grafik untuk dapat lebih menilai naik turunnya

perjalanan kegiatan dalam 12 bulan. Kemudian data dianalisa dibandingkan

dengan target.Masalah timbul jika pencapaian kegiatan tidak memenuhi target

yang ditetapkan. Jadwal pelaksanaan dilakukan akhir bulan desember, dan

cara mendapatkannya dengan lokmin.


26

2.4.2 Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2)

Dalam manajemen penggerakan dan pelaksanaan terdapat komponen-

komponen yang merupakan bagian terpenting dari manajemen tersebut.

Komponen tersebut meliputi :

 Pengorganisasian

Penentuan para penanggung jawab dan para pelaksana untuk setiap

kegiatan dengan pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan (mini

lokakarya) yaitu pesertanya meliputi, kepala puskesmas, dan seluruh staf

puskesmas. Penggalangan kerjasama lintas sektoral, antara dua sektor

maupun antara berbagai sektor yang terkait, antara lain :

1) Pendidikan nasional (UKS)

2) Kantor Urusan Agama (TT calon pengantin)

3) Pertanian (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga)

4) Kependudukan dan catatan sipil (KB)

5) Perekonomian dan kesra (ASKESKIN)

6) Pembangunan desa (pemugaran perumahan)

 Penyelenggaraan

Penyelenggaraan kegiatan dari upaya enam kesehatan wajib dilakukan

dengan jadwal kegiatan yang disusun oleh masing-masing penanggung jawab

dengan koordinasi dengan kepala Puskesmas agar penyelenggaraan kegiatan

di Puskesmas Bandongan tetap memperhatikan azas penyelenggaraan


27

puskesmas, berbagai standar dan pedoman pelayanan puskesmas, kendali

mutu dan biaya. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan dengan kerjasama

lintas program maupun lintas sektoral.

 Pemantauan

Pengkajian internal lintas program dilakukan dalam bentuk pertemuan

rutin bulanan yang membahas mengenai kinerja Puskesmas Bandongan,

bagaimana kendali mutu dan kendali biaya. Pengkajian eksternal secara

Triwulanan (lokakarya mini triwulanan) bersama lintas sektoral tentang

penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai.

Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan

pencapaian kinerja puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan

dalam telaah bulanan dan triwulanan.

 Penilaian

Penilaian dilakukan pada akhir tahun menggunakan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) meliputi penilaian terhadap penyelenggaraan

kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan

standar pelayanan. Untuk program KIA dan Imunisasi, penilaian hasil

kegiatan adalah dengan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) yaitu pemantauan

adanya kenaikan kasus.


28

2.4.3 Pengawasan dan Pertanggung Jawaban (P3)

Adalah proses memperoleh kepastian, kesesuaian penyelenggaraan dan

pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan undang-undang yang

berlaku. Pengawasan terdiri atas pengawasan internal dari atasan langsung

(Kepala Puskesmas) terhadap seluruh staf dan pengawasan eksternal yang

dilakukan sebagian masyarakat dan dinas kesehatan terhadap kegiatan yang

dilaksanakan puskesmas, dengan ruang lingkup administratif, keuangan,

teknis pelayanan yang dilakukan di Puskesmas Bandongan.

Pertanggungjawaban dilakukan melalui laporan pertanggungjawaban

tahunan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan, perolehan sumber dana

(keuangan) dan penggunaan sumberdaya. Laporan pertanggungjawaban

dibuat oleh kepala Puskesmas pada setiap lokakarya mini yang mencakup di

dalamnya pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan penggunaan berbagai

sumber daya termasuk keuangan, disampaikan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota serta pihak–pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat.

2.5 KELUARAN

Keluaran berupa hasil kegiatan yang tercantum dalam standard pelayanan

minimal (SPM) periode Januar i – Oktober 2014 yang terlampir pada lampiran 1.

2.6 DAMPAK

2.6.1 Data kematian

- Jumlah kematian ibu pada periode Januari – Oktober 2014: 0 jiwa


29

- Jumlah kematian bayi pada peri0de Januari – Oktober 2014: 0 jiwa

2.6.2 Data kelahiran

- Jumlah kelahiran total pada periode Januari – Oktober 2014: 765

jiwa

- Jumlah kelahiran hidup pada periode Januari – Oktober 2014: 765

jiwa

2.7 DESKRIPSI PELAYANAN PUSKESMAS BANDONGAN

2.7.1 Promosi Kesehatan

Kegiatan yang dilakukan oleh promkes berhubungan dengan hal-hal

promosi kesehatan yang dilakukan dengan cara penyuluhan, dengan sasaran

masyarakat, siswa sekolah, dan bumil. Materi yang diberikan tergantung

masalah yang sedang berkembang di masyarakat. Penyuluhan di posyandu

dilakukan rutin setiap bulan, sedangkan untuk penyuluhan masyarakat dan

sekolah tergantung dari agenda masyarakat dan sekolah. Sudah ada SOP

pelaksanaan penyuluhan. Permasalahan di bidang promkes adalah peserta

yang kurang aktif dan tidak tepat waktu dalam mengikuti penyuluhan.

Program UKS dan dokter kecil baru akan dikoordinasikan dengan

dinas pendidikan tingkat kecamatan. Tidak ada kegiatan pelatihan untuk

kader posyandu, kader hanya mengikuti kegiatan posyandu. Pendanaan untuk

kegiatan promkes berasal dari bantuan operasional kesehatan.


30

2.7.2 Kesehatan Lingkungan

Petugas kesehatan lingkungan di puskesmas Bandongan berjumlah 1

orang, yang bekerja mulai pukul 09.00 sampai 13.30. Kegiatan yang

dilakukan oleh kesling berupa sampling, penyuluhan, survey industri rumah

tangga, survey tempat-tempat umum, lingkungan kerja, penyelidikan

epidemologi dan survey air minum isi ulang. Kegiatan- kegiatan ini dibantu

oleh kader kesling.

Kegiatan pada survey industri rumah tangga juga meliputi

pengurusan perijinan industri rumah tangga, yang mana harus dilakukan

sampling makanan dan pemeriksaan ke laboratorium (laboratorium kesmas di

Tanjung).

Survey kesehatan lingkungan dilakukan setiap hari, dengan

menggunakan checklist yang memiliki komponen rumah yang dinilai dengan

kriteria tertentu lalu diberi skor. Dari seluruh jumlah rumah yang ada tidak

semua di survey, hanya rumah tertentu digunakan sebagai sampel. Kegiatan

lain dari kesling berupa penyuluhan dan pengadaan air bersih dengan

meggunakan PAMSIMAS. Terdapat beberapa rencana kegiatan yang ingin

dilakukan oleh kesling, namun tidak terlaksana karena tidak adanya dana.

Standar Pelayanan Minimal untuk kesehatan lingkungan menggunakan

SPM dari dinas kesehatan kabupaten/kota.


31

2.7.3 Kesehatan Ibu Anak dan KB

Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh 16 orang bidan dengan

konsultan seorang dokter umum. Konsultasi dilakukan minimal 2 kali setiap

minggu, untuk mendeteksi ibu hamil resiko tinggi dan penanganan lebih

lanjut seperti rujukan. Salah satu program KIA/ KB adalah kelas ibu yang

merupakan salah satu usaha deteksi dini kasus resiko tinggi dengan cara

pengenalan tanda dan gejala kehamilan yang beresiko tinggi serta tanda-tanda

melahirkan. Terdapat program kunjungan rumah untuk ibu hamil yang tidak

melakukan K4.

Apabila didapatkan curiga berat bayi lahir rendah pada saat

pemeriksaan tafsiran berat janin, maka dilakukan rujukan pada saat akan

melakukan persalinan, yang dilakukan oleh dokter puskesmas. Pada kasus

kehamilan kurang bulan yang akan melakukan persalinan, dilakukan rujukan

oleh dokter puskesmas ke rumah sakit tipe A/B.

Untuk pengadaan tablet penambah darah Fe dan vitamin A diberikan

secara gratis oleh pemerintah dari dana APBD dan BOK. Pemberian tablet Fe

dan vitamin A diberi setiap kunjungan kehamilan.

Tatalaksana pada kasus anak bawah garis merah (BGM) lebih

dikhususkan pada perbaikan gizi, dan akan ditangani oleh bagian gizi

puskesmas.

KB pada Puskesmas Bandongan memiliki 16 orang petugas yang

semuanya merupakan bidan yang sudah memiliki sertifikat CTU

(Contraceptive Technology Up to Date), yang merangkap juga dalam


32

kegiatan KIA. Seluruh pelayanan KB dilakukan oleh para bidan. Puskesmas

Bandongan memiliki poliklinik KB tersendiri namun belum digunakan secara

optimal karena kurangnya tenaga. Pelayanan KB selain implan dan IUD

diberikan di poliklinik KIA, pemasangan implan atau IUD dilakukan di

poliklinik KB, sedangkan metode operatif dirujuk ke rumah sakit.

Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan KB dilakukan oleh pihak

BKKBN. Bidan di puskesmas ini hanya sebagai tenaga pelaksana pelayanan

KB untuk masyarakat dan mengedukasi di poliklinik. Tidak ada kegiatan

khusus untuk sosialisasi KB dari puskesmas. Namun, bidan di puskesmas ini

tetap memberikan pembekalan tentang KB pada kader-kader kesehatan di

desa di kecamatan Bandongan.

Peserta KB aktif di Puskesmas Bandongan berjumlah 7.047 keluarga,

yang sasarannya adalah 9.498 pasangan usia subur. Hal ini berarti pencapaian

dari program KB di puskesmas ini sebesar 92,74 %.

Metode kontrasepsi yang paling diminati adalah suntik per tiga bulan,

yang kedua adalah implan. Masyarakat belum meyakini IUD ataupun metode

operatif. Pengaruh agama yang masih kuat pada masyarakat menyebabkan

beberapa tidak mau menggunakan KB.

Pengadaan alat kontrasepsi, spuit, dan safety box diberikan oleh

BKKBN sesuai permintaan puskesmas. Obat dan alat kontrasepsi disimpan di

lemari obat khusus yang berbeda dengan obat-obatan lain dalam suhu kamar.

Pelayanan KB dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional.


33

2.7.4 Imunisasi

Petugas imunisasi di Puskesmas Bandongan berjumlah 1 orang. Bekerja

dari pukul 07.30 - 13.30 WIB. Pemberian vaksin berupa campak, DPT,

HBV, Polio, TT, DT dan TD. Khusus untuk vaksin DT dan TD diberikan bila

ada BIAS, sedangkan vaksin lainnya diberikan rutin tiap bulan. Pemberian

vaksin DPT dan HBV dahulu diberikan secara kombo namun saat ini

pemberian vaksin DPT, HBV dan HiB dengan vaksin Pentavalen yang

diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan. Untuk vaksin BCG diberikan usia kurang

dari 1 bulan. Vaksin disimpan dalam kulkas khusus penyimpanan pada suhu

2-8 °C.

Syarat imunisasi adalah anak sehat, tidak BGM, dan cukup bulan.

Untuk bisa mendapatkan imunisasi di puskesmas pertama kali ibu

mendaftarkan anak kemudian dilakukan pemeriksaan fisik anak di MTBS bila

dinyatakan sehat dan cukup bulan maka dilakukan imunisasi, bila anak sakit

maka imunisasi ditunda dan dirujuk ke dokter di Puskesmas Bandongan

kurang lebih 1 minggu setelah sehat anak dapat diimunisasi. Anak dengan

status gizi BGM, imunisasi ditunda dan dilakukan rujukan ke dokter spesialis

anak terlebih dahulu, setelah status gizi membaik dan anak dinyatakan sehat

maka imunisasi segera dilaksanakan.

Pemberian imunisasi di luar puskesmas dilakukan di posyandu oleh

petugas imunisasi Puskesmas Bandongan dan kader kesehatan setiap dusun.

Vaksin yang dilakukan di puskesmas ataupun di posyandu diberikan secara

gratis. Pelaksanaan imunisasi berdasarkan SOP dari Dinas Kesehatan dan


34

Puskesmas tahun 2014. Pengadaan vaksin diperoleh dari dinas kesehatan

secara komplit dan gratis sesuai permintaan (berdasarkan jumlah sasaran

bayi lahir di puskesmas).

2.7.5 Perbaikan Gizi Masyarakat

Badan pelayanan gizi terdiri dari satu orang pegawai dengan sasaran

seluruh elemen masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan minimal,

kegiatan mencangkupi standar pelayanan minimal ditambah dengan

penjaringan anak sekolah, penentuan status gizi balita, pola konsumsi gizi,

palpasi kelenjar gondok, neonatal hipertiroid index, pendataan kretinisme,

pendataan kadarsi, dan konseling gizi. Alur pelayanan pada bagian pelayanan

gizi adalah pasien datang dari balai pengobatan umum,KIA, dan fisioterapi

kemudian dirujuk ke bagian badan pelayanan gizi . Kegiatan kadarsi

dilaksanakan setahun sekali menggunakan sample dari masyarakat dengan

dana dari APBD. Pengadaan vit A,tablet fe dan MP ASI diberikan oleh dinas

dan puskesmas berfungsi sebagai tempat distribusinya dan penyimpanan.

Penatalaksanaan bayi BGM dilakukan oleh puskesmas setempat dan

dilakukan program pengadaan MP ASI, mineral kit, vit taburia, apabila dana

berlebih dapat dilakukan pengadaan susu. Apabila terdapat bayi gizi buruk

akan segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah setempat. Data bayi

berasal dari data posyandu yang kemudian didistribusikan ke puskesmas,

kriteria bayi berat badan naik berdasar pada peningkatan pada grafik KMS,

kerjasama KIA dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,


35

peralatan berasal dari pengadaan dinas kota setempat. Penyuluhan gizi sejalan

dengan program kerja promkes dan juga turun ke antar sekolah.

2.7.6 Pengobatan dan Pengendalian Penyakit

Terdiri dari poli umum, poli gigi dan IGD. Alur

pemeriksaan adalah pasien datang dan mengambil nomor pendaftaran,

kemudian setelah mendapatkan rekam medis pasien masuk ke poli diperiksa

oleh dokter, apabila pasien memerlukan obat dapat diambil di apotik,

kemudian pasien pulang.

Poli umum terdiri dari 2 poli, dengan petugas terdiri dari 2 dokter

umum dan 2 perawat. Untuk penatalaksaan penyakit mengacu pada SOP dari

dinas kesehatan, seperti SOP penatalaksanaan ISPA, TB, penyakit tidak

menular, KLB dan bencana. Penyakit-penyakit yang tidak dapat ditangani

dipuskesmas dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, pada kasus

gawat garurat pasien dirujuk menggunakan mobil ambulan, sedangkan

penyakit yang tidak darurat hanya diberikan surat rujukan. Apabila dokter

menemukan kasus baru penyakit menular, maka dilakukan pelaporan dan

penyelidikan epidemiologi bekerjasama dengan tim pengendalian penyakit

tersebut.

Ada satu poli gigi di Puskesmas Bandongan dengan dua orang dokter

gigi dan satu orang perawat. Semua tindakan di poli gigi ditanggung oleh

BPJS. Kasus yang tidak dapat ditangani di puskesmas seperti gigi impaksi,

dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menangani. Pengadaan alat di poli


36

gigi mendapatkan dana dari APBD Kabupaten Magelang, sedangkan apabila

ada kerusakan alat maka harus mengajukan usulan Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK). Poli gigi memiliki kegiatan luar gedung yaitu UKSG yang

dilaksanakan setiap hari Selasa dan Rabu setiap minggunya di sekolah-

sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bandongan.

2.7.7 Laboratorium

Puskesmas Bandongan merupakan Puskesmas Pemeriksa Mandiri atau

(PPM), yaitu pembuatan spesimen sampai pembacaan hasil dilakukan sendiri.

Laboratorium buka setiap hari kerja, melayani pelayanan laboratorium untuk

spesimen dalam gedung dan luar gedung. Spesimen dalam gedung berasal

dari pelayanan rawat jalan sedangkan spesimen luar gedung berasal dari

pelayanan kunjungan rumah. Laboratorium dapat memeriksa tes darah rutin,

urin rutin, HbsAg, asam urat, dan gula darah. Untuk mikrobiologi yang dapat

diperiksa adalah BTA dan kusta. Sedangkan untuk parasit tidak dapat

dilakukan pemeriksaan karena tidak tersedia reagen.

Penanganan spesimen di laboratorium belum dilakukan dengan baik

karena ada alat yang rusak. Sehingga untuk sementara penanganan spesimen

dilakukan dengan cara desinfeksi kemudian dibakar.

Mikroskop yang ada di laboratorium Puskesmas Bandongan didapatkan

dari program Kelengkapan Pemeriksaan TB. Pengadaan reagen dan object

glass melalui permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang sesuai


37

dengan hasil PTP. Apabila ada alat laboratorium yang rusak, maka

dipertimbangkan dari sisi biaya, untuk mengganti atau membeli yang baru.

Pemeriksaan laboratorium yang ditanggung oleh BPJS antara lain

adalah darah rutin, urin rutin, gula darah satu kali perbulan, malaria, dan

BTA. Pemeriksaan lain menggunakan dana mandiri sesuai perda Kabupaten

Magelang.

2.7.8 Rekam Medis

Pelaksanaan upaya kesehatan tidak hanya berupa pemeliharaan,

pemeriksaan, dan pegobatan namun sistem pancatatan yang baik turut

berperan penting didalamnya. Pencatatan yang ada tidak hanya berfungsi

sebagai kelengkapan administrasi dan data diri namun juga merupakan media

rekaman dan riwayat kesehatan seseorang. Sehingga sistem rekam medis

yang terstruktur dengan baik sangatlah penting.

Sistem rekam medis di Puskesmas Bandongan di pimpin oleh seorang

pemegang program yang berkompeten dibidangnya dibantu oleh seorang

pembantu program. Ruang rekam medis menjadi 1ruang dengan loket

pendaftaran, hal ini dilakukan guna mempermudah dalam pelayanan pada

pasien sebelum menuju ke ruang periksa. Pasien yang telah mengambil

nomor antrian yng terdiri dari 3 macam warna yang berbeda : biru ( untuk

gigi/KB/ KIA), kuning (lansia), dan merah (poli umum) diberikan pada

petugas pada loket pendaftaran.


38

Di loket pendaftaran pasien akan dibedakan berdasarkan pasien baru,

dan pasien lama. Selain itu pasien juga akan didata untuk sistem pembiayaan

kesehatan yang digunakan. Untuk pasien BPJS/JAMKESMAS akan di catat

dan menandatangani pada laporan laporan pelayanan kunjungan dan rujukan

rawat jalan ( RJTP ) dan juga diinput dalam komputer primary care BPJS

guna sebagai laporan yang akan diberikan pada BPJS. Sedangkan untuk

pasien umum tanpa jaminan kesehatan akan dilakukan pembayaran retribusi

10.000.

Setelah proses pendaftaran dan pencatatan pembiayaan, petugas akan

meyediakan rekam medis pasien. Untuk pasien baru akan diberikan nomor

urut berwarna merah jambu untuk diberikan nomor indeks ( setelah

kunjungan ke tiga ) pada rekam medis pasien. Sedangkan untuk pasien lama

rekam medis yang telah tersimpan akan dicari oleh petugas.

Pasiejn yang telah tersedia rekam medisnya, akan membawa rekam

medis tersebut menuju ruang perikasa maupun lokasi yang akan dituju.

Pengisian rekam medis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang

sebagai pelaksanaan tertib pencatatan riwayat kesehatan pasien. Rekam medis

yang telah terisi akan dikembalikan lagi pada petugas rekam medis.

Penyimpanan rekam medis pasien diklasifikasikan berdasarkan nama

desa atau alamat dan kemuadian sesuai nama kepala keluarga dan diurutkan

berdasarkan abjad. Dalam penyimpanan catatan rekam medis pasien terdapat

batas kadaluarsa selama 2 tahun. Rekam medis yang telah lebih dari masa

kadaluarsanya akan dilakukan pemusnahan dokumen.


39

2.7.9 Pengadaan Obat

Puskesmas Bandongan sebagai unit kerja kesehatan di tingkat primer di

wilayah kerjanya, memiliki berbagai program tidak hanya program promotif,

prefentif, namun juga kuratif dan rehabilitatif. Upaya kuratif dan rehabilitatif

dilakukan oleh tenaga kerja yang profesional dibidangnya dalam hal deteksi

gejala penyakit dari hasil wawancara dengan pasien, menentukan diagnosa

penyakit, hingga pemilihan obat yang sesuai dan rasional.

Pemilihan obat yang ada disesuaikan dengan ketersediaan obat yang

ada di puskesmas. Pengadaan obat disusun baik jumlah, harga dan jenisnya

yang disusun dan direncanakan setiap awal tahun dalam PTP (perencanaan

Tingkat Puskesmas). Perencanaan ini akan diajukan kepada dinas kesehatan

kota untuk dikaji dan diwujudkan dalam perwujudan obat yang baik jenis

maupun jumlah telah disesuaikan dengan alokasi dana yang ada.

Obat yang telah ada , dikelola oleh seorang penanggung jawab yang

kompeten dibidangnya dan dibantu oleh seorang pembantu program.

Penanggung jawab program bekerja berdasarkan SOP yang ada baik dalam

pengelolaan, penyimpanan, pendistribusian dan pencatatan dari obat obatan

yang tersedia.

Obat obatan yang datang akan ditinjau ulang baik jenis, dan jumlah

yang ada, dan kemuadian akan disimpan dalam ruang obat yang telah di

design khusus sesuai standart berdasarkan jenis dan masa kadaluarsanya

sehingga obat obatan yang ada tetap dalam kondisi baik dan terkontrol. Obat

obatan akan di distribusikan sesuai kebutuhan seperti ruang obat umum,


40

puskesling, imunisasi di KIA dimana tetap sesuai dengan SOP yang ada dan

dalam pengawaan serta pencatatan yang baik.

Obat obatan khusus (obat TB, obat HIV, obat untuk gangguan jiwa, dll)

tidak tersedia di puskesmas, melainkan akan diadakan berdasarkan kebutuhan

dan dari hasil temuan kasus yang ada dilapangan. Temuan kasus ini akan

dikonfirmasi dengan serangkaian teknik dan alat diagnosis guna melengkapi

persyaratan yang ada guna pengadaan obat yang diperlukan.

Obat obatan yang diperuntukkkan dalam pemenuhan kegiatan kuratif

dan rehabilitatif yang berlangsung di puskesmas disimpan dalam ruang obat

umum dimana akan didistribusikan kepasien sesuai dengan formularium

resep obat yang ditulis oleh dokter dan dokter gigi dimana disesuaikan

seseuai kebutuhan dan diganosa pasien.

Terdapat 2 petugas peracik obat yang berkompeten dibidangnya,

bertugas menyediakan obat yang diminta. Setelah siap petugas akan

menjelaskan kembali cara aturan pakai dan informasi yang dinbutuhkan

kepada setiap pasien yang ada.

Pencatatan segala kegiatan yang ada baik jumlah obat yang terlah

terdistribusikan dan jenisnya dilakukan setiap hari sebagai pertanggung

jawaban dan ketertiban administrasi. Penghitungan ulang serta pendataan

jenis dan jumlah obat secara keseluruhan dilakukan secara berkala setiap 3

bulan .

Anda mungkin juga menyukai