PENDAHULUAN
Kanker paru merupakan tumor ganas di organ paru-paru yang sering menjadi
penyebab kematian terbanyak terutama di negara maju sejak 1985, namun prevalensi
di negara berkembang terus meningkat (Cruz et al 2015). Faktro predisposisi pria
lebih banyak daripada wanita. Merokok merupakan penyebab terbanyak 85% kasus
kanker paru, disamping polusi logam berat seperti nikel, krom, dan asbes. Perokok
pasif meningkatkan resiko 25% terjadi kanker paru.1,2
Non-small Cell Lung Cancer (NSCLC) merupakan 85% jenis kasus kanker
paru, dimana jenis Adenocarcinoma 38,5% kasus dan Karsinoma Sel Skuamus 20%.
Sementara jenis Small Cell Lung Cancer hanya 15%, akan tetapi prognosisnya lebih
buruk karena sel tersebut akan melepaskan neuroendokrin.2
Diagnosis kanker paru dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan penunjang radiologi yang dapat membantu penegakkan diagnosis
dapat berupa pemeriksaan X-foto thorax, CT-scan, MRI, maupun PET-scan.
Pemeriksaan penunjang non radiologik menggunakan biopsi. PET-scan adalah
modalitas yang akurat untuk menentukan staging tumor primer. Pemeriksaan MRI
dapat mengetahui adanya tumor pancoast serta curiga adanya invasi tumor ke dinding
dada, mediastinum, atau tulang belakang. X-foto thoraks dapat mengetahui adanya
metastasis tumor ke paru (tumor sekunder).3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar.1 Pulmo
Apex pulmonalis ialah ujung cranial yang tumpul dan tertutup oleh
pleura servikalis. Apex pulmonalis dan pleura servikalis menonjol ke cranial
melalui apertura thoracis superior ke dalam pangkal leher.
Permukaan paru-paru. Masing-masing paru memiliki permukaan
berikut:
Facies costalis, terhampar pada sternum, cartilage costalis dan costa
Facies mediastinalis, ke medial berhubungan dengan mediastinum dan
ke dorsal dengan sisi vertebra
Facies diaphragmatica, bertumpu pada kubah diaphragma yang
cembung, cekungan terdalam terdapat pada paru-paru kanan, karena
letak kubah sebelah kanan lebih tinggi
Tepi paru-paru. Masing-masing paru memiliki tepi berikut:
Margo anterior adalah tepi pertemuan facies costalis dengan facies
mediastinalis di sebelah ventral yang bertumpang pada jantung
Margo inferior membentuk batas lingkar facies diaphragmatica paru-
paru dan memisahkan facies diaphragmatica dari facies costalis dan
facies mediastinalis
Margo posterior ialah tepi pertemuan facies costalis dengan facies
mediastinalis di dorsal.
2.1.4 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya akan
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.11
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi.11
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.11
2.1.6 Klasifikasi
Berdasarkan level penyebarannya penyakit kanker paru-paru terbagi
dalam dua kriteria:
1. Kanker paru primer
Memiliki 2 tipe utama, yaitu:
a. Small cell lung cancer (SCLC)
SCLC adalah jenis sel yang kecil-kecil (banyak) dan memiliki daya
pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya disebut
“oat cell carcinomas” (karsinoma sel gandum). Tipe ini sangat erat
kaitannya dengan perokok, Penanganan cukup berespon baik melalui
tindakan kemoterapi dan radioterapi.10 Stadium (Stage) SCLC ada 2
yaitu13:
Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru
(hemitoraks)
Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau
menyebar ke organ lain
b. Non-small cell lung cancer (NSCLC).
NSCLC adalah merupakan pertumbuhan sel tunggal, tetapi seringkali
menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru,10 mencakup
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar (Large
Cell Ca) dan karsinoma adenoskuamosa.13
Stage NSLCLC dibagi atas : Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan
IV yang ditentukan menurut International Staging System for Lung
Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM. 13
Stadium TNM
Occult carcinoma
Tx N0 M0
0
Tis N0 M0
IA
T1 N0 M0
IB
T2 N0 M0
IIA
T1 N1 M0
IIB
T2 N1 M0, T3 N0 M0
IIIA
T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3
N2 M0
IIIB
berapapun T N3 M0, T4 berapapun N M0
berapapun T berapapun N M1
IV
CT-Scan toraks :
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih
baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan
ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-
tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila
terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi
dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk
menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d
N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi
kemungkinan metastasis intrapulmoner.
Gambar 19. NSSC pada lobus bawah paru kiri dengan efusi pleura31
Gambaran foto polos paru yang mungkin menunjukan keganasan paru
adalah sebagai berikut:
a. Golden S sign27
Golden S sign merupakan gambaran dari tumor yang terletak pada
hilus yang mengakibatkan atelektasis perifer (umumnya sumbatan berada
di lobus kanan atas). Dengan adanya atelektasi maka secara normal lobus
atas paru kanan akan kolaps dan diikuti dengan melipatnya fisura minor
ke atas yang muncul dari hilus ke aspek lateral dada. Dengan adanya
massa yang terletak di dekat hilus, lipatan tadi akan terlihat di dekat hilus
mengelilingi massa sehingga membentuk “S” sebagai batas inferior dari
paru yang kolaps.
CT scan
CT scan adalah modalitas pencitraan yang paling penting untuk staging
kanker paru. Pemeriksaan CT scan biasanya disertai kontras intravena agar
tumor, adenopati, dan pembuluh darah paru apa terlihat jelas. Analisis CT scan
harus mecakup lokasi dan ukuran tumor paru, keterlibatan dinding dada dan
pleura, serta ada/tidaknya limfadenopati hilus atau mediastinum. Akurasi CT
scan dalam menentukan keterlibatan dinding dada hanya sekitar 50%, namun
invasi tersebut ditandai dengan penebalan pleura, sudut tumpul antara tumor
dan pleura, atau peningkatan densitas lemak ekstrapleura.
Peran dari staging kanker paru adalah untuk menentukan apakah tumor
dapat direseksi atau tidak dan apakah reseksinya berupa lobektomi atau
penumonektomi. Lobektomi tidak dapat dilakukan jika terdapat pertumbuhan
transfisura, invasi pembuluh darah paru, invasi bronkus utama, dan adanya
keterlibatan bronkus lobus atas dan bawah.33
Gambar 30. Kiri: potongan aksial tumor yang dekat dengan fisura. Kanan: potongan koronal
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan transfisura
Gambar 31. Potongan koronal dan sagital menunjukkan pertumbuhan transfisura.
Lesi yang ditemukan pada CT scan sesuai dengan lesi pada foto polos,
namun pada CT scan dapat dilihat dengan lebih jelas karakteristik temuan-
temuan tersebut. Gambaran yang dapat ditemui antara lain:
Nodul soliter30,31,33
Nodul paru soliter dapat diidentifikasi lebih lanjut dengan CT scan
berdasarkan ukuran, kalsifikasi, atenuasi, batas, morfologi, dan kecepatan
pertumbuhan.
Ukuran
Lesi berukuran lebih besar dari 3 cm (massa) memiliki kecenderungan
bersifat malignan. Pada satu penelitian, 80% massa soliter bersifat
malignan, sementara hanya 20% nodul yang bersifat malignan. Penelitian
lain menggunakan CT menunjukkan bahwa lebih dari 90% lesi berukuran
lebih dari 3 cm bersifat malignan.
Lesi berukuran berapapun yang terdeteksi pada pencitraan harus dianggap
malignan sampai terbukti tidak. Namun, pemeriksaan skrining kanker
paru menunjukkan hubungan antara diameter nodul dengan kemungkinan
malignansi. Rekomendasi follow up pemeriksaan radiologi berdasarkan
ukuran nodul yaitu sebagai berikut:
Untuk nodul ≤4 mm, serial CT scan tidak perlu dilakukan jika pasien
berisiko rendah. Pasien dengan risiko tinggi sebaiknya melakukan CT
scan ulang 12 bulan kemudian dan tidak perlu diulang lagi jika nodul
tidak berubah.
Untuk nodul 4-6 mm, CT scan harus dilakukan 12 bulan kemudian jika
pasien berisiko rendah, tidak perlu diulang lagi jika nodul tidak
berubah. Pasien dengan risiko tinggi sebaiknya melakukan CT scan
ulang 6-12 bulan kemudian, lalu 18-24 bulan kemudian jika nodul
tidak berubah.
Untuk nodul 6-8 mm, CT scan ulang dilakukan 6-12 bulan dan 18-24
bulan kemudian jika nodul tidak berubah pada pasien dengan risiko
rendah. Pasien dengan risiko tinggi, CT scan dilakukan pada 3 bulan,
9-12 bulan, dan 24 bulan kemudian.
Untuk nodul lebih besar dari 8 mm, CT scan pada 3, 9, dan 24 bulan
pada pasien dengan risiko rendah maupun tinggi.
Guideline ini tidak berlaku untuk pasien muda (kurang dari 35 tahun),
pasien dengan keganasan ekstratorak, atau demam yang tidak dapat
dijelaskan.
Kalsifikasi
Beberapa pola kalsifikasi yang sugestif lesi jinak antara lain:
Gambar 34. CT tanpa kontras (kiri) dan 30 detik setelah penyuntikan kontras (kanan).
Terlihat enhancement yang merupakan tanda keganasan suatu lesi.
Batas
Batas yang beraturan memiliki kecenderungan menunjukkan nodul
maligna sebesar 20%. Kecenderungan malignansi meningkat hingga 60%
dengan batas tidak beraturan, 90% dengan spikulasi, dan 95% dengan
adanya korona radiata.
Gambar 35. Gambaran spikulae dan penebalan lokal pleura pada kanker paru
Pertumbuhan
Lesi maligna biasanya memiliki doubling time (waktu yang diperlukan
oleh lesi untuk mencapai dua kali ukurannya). Antara 30 hingga 480 hari,
sementara lesi jinak biasanya memiliki doubling time kurang dari 30 hari
atau lebih dari 480 hari. Kanker paru yang memiliki pertumbuhan yang
paling cepat yaitu small cell carcinoma memiliki rata-rata doubling time
sekitar 30 hari. Adenokarsinoma memiliki rata-rata doubling time sekitar
180 hari, sementara karsinoma sel skuamosa memiliki rata-rata doubling
time antar 90-140 hari.
Morfologi
Beberapa morfologi yang dapat ditemukan pada kanker paru antara lain:
Pleural tag dapat ditemukan pada karsinoma letak perifer
Lesi yang berhubungan dengan pembuluh darah dapat berupa massa
metastatis, diagnosis banding sekuestrasi bronkopulmonal, malformasi
arteri vena
Nodul dengan kavitas dinding tebal, diagnosis banding antara lain
abses, emfisema terinfeksi
Gambar 36. Karsinoma bronkial berkavitasi pada lobus atas paru kiri
Tumor sentral31
Berbeda dengan nodul soliter, kanker paru sentral sering kali terlihat
pada gambaran radiologi sebagai massa hilus atau kolaps dan konsolidasi paru
dengan disertai hilangnya volume. Pada CT scan dapat terlihat air
bronchogram. Untuk membedakan tumor sentral dari kolapsnya paru memang
sulit, namun dapat dibantu dengan menggunakan kontras diikuti dengan CT
scan pada level adanya abnormalitas. Pada kolaps/konsolidasi paru akan
terlihat enhancement, sedangkan enhancement tumor akan minimal dan
tertunda. Perbedaan yang paling signifikan terlihat pada 40 detik hingga menit
pasca penyuntikan kontras.
Membedakan tumor paru sentral dengan massa mediastinum juga sulit.
Sebuah penelitian ditemukan bahwa untuk membedakan keduanya adalah dari
mass-lung interface. Spikulasi marginal, nodularitas, atau iregularitas antara
massa dan paru di sekitarnya hampir selalu mengindikasikan bahwa massa
tersebut berasal dari paru. Batas yang jelas antara massa dan jaringan paru di
sekitarnya biasanya menunjukkan massa mediastinum. Pengecualian
ditemukan ada limpoma Hodgkin yang dapat juga melewati pleura,
menginvasi paru dan menyebabkan massa berbatas ireguler sehingga
menyerupai massa paru.
Pembesaran hilus sering kali ditemukan pada pasien kanker paru. Pada
sebuah penelitian didapatkan 38% pasien dengan kanker paru memiliki massa
hilar atau perihilar. Pembesaran hilus disebabkan oleh adanya massa tumor di
daerah hilus dan/atau pembesaran nodus limfe.
Gambar 37. Kiri: kolaps paru kiri dengan pergeseran mediastinum dan nodul zona kanan
tengah. Kanan: adenokarsinoma dengan atenuasi perihilar yang rendah dan enhancement pada
distal paru.
Gambar 44. N1, terdapat pembesaran KGB ipsilateral dengan lesi kanker
Gambar 45. Tumor pada lobus atas kanan dengan invasi ke mediastinum dengan pembesaran
KGB di mediastinum
Gambar 46. Gambaran N3 karena pembesaran KGB mediastinum kontralateral lesi kanker.
Untuk menentukan status metastasis, dilakukan pemeriksaan klinis dan
radiologi seperti CT scan kepala, CT scan atau USG abdomen, dan
pemindaian tulang.31 Beberapa tanda metastasis seperti nodul pleura, efusi
pleura, dan efusi perikardium dapat terlihat dari CT scan.