Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Paru


2.1.1 Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.
Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker.
Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya
silia.
2.1.2 Anatomi
Pulmo merupakan organ yang terletak di cavum thoraks. Masing-
masing pulmo memiliki puncak (apex), tiga permukaan (facies costalis, facies
mediastinalis, facies diaphragmatica) dan tiga tepi (margo anterior, margo
inferior, margo posterior).

Gambar.1 Pulmo

Apex pulmonalis ialah ujung cranial yang tumpul dan tertutup oleh
pleura servikalis. Apex pulmonalis dan pleura servikalis menonjol ke cranial
melalui apertura thoracis superior ke dalam pangkal leher.
Permukaan paru-paru. Masing-masing paru memiliki permukaan
berikut:
 Facies costalis, terhampar pada sternum, cartilage costalis dan costa
 Facies mediastinalis, ke medial berhubungan dengan mediastinum dan
ke dorsal dengan sisi vertebra
 Facies diaphragmatica, bertumpu pada kubah diaphragma yang
cembung, cekungan terdalam terdapat pada paru-paru kanan, karena
letak kubah sebelah kanan lebih tinggi
Tepi paru-paru. Masing-masing paru memiliki tepi berikut:
 Margo anterior adalah tepi pertemuan facies costalis dengan facies
mediastinalis di sebelah ventral yang bertumpang pada jantung
 Margo inferior membentuk batas lingkar facies diaphragmatica paru-
paru dan memisahkan facies diaphragmatica dari facies costalis dan
facies mediastinalis
 Margo posterior ialah tepi pertemuan facies costalis dengan facies
mediastinalis di dorsal.

Gambar.2 Segmentasi pulmo


Gambar.3 Lobus dan fissure pulmo

Masing-masing pulmo memperoleh perdarahan dari satu a.pulmonalis


yang besar dan darah venosa disalurkan keluar melalui dua v.pulmonalis. A.
pulmonalis dextra dan a. pulmonalis sinistra berasal dari satu truncus
pulmonalis setinggi angulus sterni.
Saraf pulmo berasal dari plexus pulmonalis ventral dan dorsal dari
radix pulmonis dexter dan radix pulmonis sinister.3

Gambar.4 Vaskularisasi pulmo

Bagian tengah cavitas thoracis, yakni ruang antara kedua kantong


pleura, dikenal sebagai mediastinum. Struktur dalam mediastinum diliputi
oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan limfe. Jarangnya jaringan ikat, dan
elastisitas paru-paru dan pleura parietalis memungkinkan mediastinum
menyesuaikan diri kepada perubahan gerak dan volume dalam cavitas
thoracis.
Gambar.5 Pembagian mediastinum

Gambar.6 Posisi mediastinum diantara paru

Batas Ruang mediastinum, adalah:


Superior : Pintu masuk torak
Inferior : Diafragma
Lateral : Pleura Mediastinalis
Posterior : Tulang belakang
Anterior : Sternum4
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas toraks (apertura thoracis superior)
sampai ke batas garis yang menghubungkan manubrium sterni dengan
diskus intervertebra Th IV-V.
Dari ventral ke dorsal struktur utama dalam medistinum superior ialah:
 Thymus
 Pembuluh besar yang berhubungan dengan jantung dan
pericardium: v. brachiocephalica, v. cava superior dan arcus aortae
 N. phrenicus dan n. vagus kedua sisi
 Plexus cardiacus
 Trachea
 N. laryngeus recurrens sinister
 Oesophagus
 Ductus thoracicus
 Otot-otot pravertebral

Gambar.7 Mediastinum Superior

2. Mediastinum anterior, dari dinding belakang sternum sampai dinding


depan perikardium. Dalam mediastinum anterior terdapat jaringan ikat
jarang, lemak, pembuluh limfe, beberapa kelenjar limfe dan cabang
pembuluh thoracica interna.
Gambar.8 Mediastinum Anterior

3. Mediastinum posterior, dari dinding belakang perikardium sampai dinding


depan corpus vertebrae torakalis. Mediastinum posterior berisi pars
thoracica aortae, ductus thoracicus, nodi lymphatici mediastinales
posteriors, v. azygos, oesophagus, plexus oesophagealis, kedua truncus
sympathicus torakal dan nn. Splanchnici thoracici.

Gambar.9 Mediastinum Posterior

4. Mediastinum medial, dari dinding depan perikardium ke dinding belakang


perikardium. Dalam mediastinum medial terdapat jantung dan pembuluh
besar.
2.1.3. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti dari kanker
paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping
adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.3
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker
paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering
(1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok
dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata
jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru.
Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru.3
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok
yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.7
Laporan beberapa penelitian terakhir ini mengatakan bahwa perokok
pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap
rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua
kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang
hidup dengan suami atau pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-
3 kali lipat. Diperkirakan 25 % kanker paru dari bukan perokok adalah berasal
dari perokok pasif.3
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.8
Insiden yang tinggi juga terjadi pada pekerja yang terpapar karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite dan
orang–orang yang bekerja dengan asbestos dan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.5 Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker
paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun
telah diketahui adanya karsinogen dari dan uap diesel dalam atmosfer di kota.8
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.3,9,10 Pemberian
Nutrisi dan supplement dapat mengurang gejala yang disebabkan oleh kanker
paru. Vitamin D dan Fe sangat baik untuk diberikan oleh penderita penyakit
kanker paru, Begitu pula dengan makanan antioxidant seperti cherri, dan buah
tomat.9,10 Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru, yakni: Proto oncogen, Tumor suppressor gene, Gene encoding
enzyme. 3,8

2.1.4 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya akan
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.11
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi.11
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.11
2.1.5 Manifestasi Klinis
Kebanyakan kanker paru adalah Simtomatik saat didiagnosis dan
presentasi kliniknya bermacam-macam dari tipe tumor, lokasi tumor, tingkat
tumor (lokal atau menyebar)1
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala maka pasien tersebut dalam stadium
lanjut. Gejala-gejala tersebut dapat berupa Hemoptisis, wheezing karena ada
obstruksi saluran nafas, atelektasis, sindrom vena cava superior, sindrom horner,
suara serak karena penekanan pada nervus laryngeal superior, sindrom pancoast 2
Empat puluh persen pasien yang didiagnosis kanker paru pada awalnya
datang dengan gejala dan tanda penyebaran intrathorak. Penyebaran intrathorak
disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor maupun penyebaran limfangitik.6,8
Suara serak yang terjadi karena paralisis nervus laringeus rekurens terjadi
pada 2 – _18% pasien. Paralisis nervus frenikus mungkin ditunjukkan dengan
adanya dispnea atau hemidiafragma yang terangkat pada foto thoraks. Tumor
sulkus pulmonalis superior (tumor Pancoast) mungkin datang dengan sindroma
Horner dan ditandai dengan pleksopati brakhial serta rasa nyeri sepanjang serabut
saraf yang terlibat. Invasi dinding dada seringkali ditandai dengan nyeri pleuritis
yang menetap. Efusi pleura mungkin datang dengan dispnea, suara nafas
melemah, dan pekak pada perkusi. Obstruksi esofagus mungkin menyebabkan
disfagia. Obstruksi vena kava superior ditandai dengan edema pada wajah dan
plethora serta dilatasi vena pada tubuh bagian atas, bahu, dan lengan. Meskipun
keterlibatan perikardial seringkali ditemukan saat otopsi, pasien jarang datang
dengan efusi perikardium simptomatik atau tamponade.8,9 10
Gejala-gejala dapat bersifat 3:
1. Lokal (tumor tumbuh setempat)
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Batuk darah
c. Mengi karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Atelektasis
2. Invasi lokal
a. Nyeri dada
b. Sesak karena cairan pada rongga pleura
c. Invasi ke perikardium  terjadi tamponade atau aritmia
d. Sindrom vena cara superior
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis
3. Gejala Penyakit Metastasis
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
4. Sindrom Para neoplastik (10% pada Ca Paru), dengan gejala:
a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c. Hipertrofi osteoartropati
d. Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e. Neuromiopati
f. Endoktrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
g. Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
h. Renal: Syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologi
2.1.6 Klasifikasi
Berdasarkan level penyebarannya penyakit kanker paru-paru terbagi
dalam dua kriteria:
1. Kanker paru primer
Memiliki 2 tipe utama, yaitu:
a. Small cell lung cancer (SCLC)
SCLC adalah jenis sel yang kecil-kecil (banyak) dan memiliki daya
pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya disebut
“oat cell carcinomas” (karsinoma sel gandum). Tipe ini sangat erat
kaitannya dengan perokok, Penanganan cukup berespon baik melalui
tindakan kemoterapi dan radioterapi.10 Stadium (Stage) SCLC ada 2
yaitu13:
 Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru
(hemitoraks)
 Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau
menyebar ke organ lain
b. Non-small cell lung cancer (NSCLC).
NSCLC adalah merupakan pertumbuhan sel tunggal, tetapi seringkali
menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru,10 mencakup
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar (Large
Cell Ca) dan karsinoma adenoskuamosa.13
Stage NSLCLC dibagi atas : Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan
IV yang ditentukan menurut International Staging System for Lung
Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM. 13

Stadium TNM

Occult carcinoma
Tx N0 M0
0
Tis N0 M0
IA
T1 N0 M0
IB
T2 N0 M0
IIA
T1 N1 M0
IIB
T2 N1 M0, T3 N0 M0
IIIA
T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3
N2 M0
IIIB
berapapun T N3 M0, T4 berapapun N M0
berapapun T berapapun N M1
IV

Kategori TNM untuk Kanker Paru 13:


T : Tumor Primer
To : Tidak ada bukti ada tumor primer
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan
sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak
secara radiologis atau bronkoskopis.
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi
oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi
tidak lebih proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus
utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas
pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.
T2 : Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut: :
- Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm
- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina,
dapat mengenai pleura visceral
- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang
meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
T3 : Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding
dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura
mediastinum atau tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang
dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan dengan
atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,
pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor
yang disertai dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul
ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.
N : Kelenjar getah bening regional (KGB)
Nx : Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
No : Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening
N1 : Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus
ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung
N2 : Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau
KGB subkarina
N3 : Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB
skalenus atau supraklavikula ipsilateral/kontralateral
M : Metastasis (anak sebar) jauh
Mx : Metastasis tak dapat dinilai
Mo : Tak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor
primer dianggap sebagai M1

2. Kanker paru sekunder


Merupakan penyakit kanker paru yang timbul sebagai dampak penyebaran
kanker dari bagian organ tubuh lainnya, yang paling sering adalah kanker
payudara dan kanker usus (perut). Kanker menyebar melalui darah, sistem
limpa atau karena kedekatan organ.10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan
metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM.
Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin
CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan
metastasis.6
 Foto toraks :
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa
tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung
keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor
satelit tumor, dll. Massa opak homogen bisa di sentral di bronkus
primer, bisa di perifer dari alveolus , Gambaran membulat dengan
tepi irregular. Dari massa tersebut bisa terjadi spinasi (pertumbuhan
radier ke arah jaringan yang sehat) menyerupai kaki (pseudopodia)
seperti kepiting. Dapat terjadi perbercakan, kavitas, efusi pleura,
pembesaran KGB hili, kalsifikasiPada foto tumor juga dapat
ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar
dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk
menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.
Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada
seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas
untuk keganasan penting diingatkan. Seorang penderita yang
tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis
penyakit paru, harus disertai difollowup yang teliti. Pemberian OAT
yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1
bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain
masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah
pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan
dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut. Bila foto
toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti
dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau
pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer
dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat
produktif, dan/atau cairan serohemoragik.7

Gambar.11 Tumor paru

Gambar.12 Paru normal dan tumor paru


Gambar.13 Tumor ganas paru

 CT-Scan toraks :
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih
baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan
ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-
tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila
terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi
dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk
menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d
N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi
kemungkinan metastasis intrapulmoner.
 Pemeriksaan radiologik lain :
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu
mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan
pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi
metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone
survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh.
USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar
adrenal dan organ lain dalam rongga perut.8
b. Bronkoskopi
Bertujuan diagnostik sekaligus dapat mengambil jaringan atau bahan agar
dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa
intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat
kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau
stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya
di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan
atau kerokan bronkus.5
c. Biopsi Aspirasi Jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena
amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka
sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi
bronkus saja sering memberikan hasil negatif.5
d. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan
murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer,
penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum
yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk
merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan yang
diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi.
Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat
sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal alkohol
90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin 4%.5
e. Pemeriksaan Cairan Pleura (Kalau ditemukan efusi pleura)
Cairan efusi dapat bersifat transudat maupun eksudat, dan juga bersifat
hemoragik karena dapat dilewati sel-sel darah terutama eritrosit, kadar
glukosa rendah.
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-
modaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya
diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi
juga kondisi non-medis seperti fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan
ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.5
Adapun penanganan Kanker paru yang dapat dilakukan adalah:
 Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk NSCLC stadium I
dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality
therapy”, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA.
Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi
bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror berat.5
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap
berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun
pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika
faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan
potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas
tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta
diperiksa secara patologi anatomis. Hal penting lain yang penting dingat
sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui toleransi penderita
terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita
yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak
memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas darah (AGD).5
 Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap
pembuluh darah bronkus. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian
dari kemoterapi neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Pada kondisi
tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. 5,15
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror,
nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di
tulang atau otak. 5,15
 Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien SCLC atau dengan metastase luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi dapat diberikan pada
semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis
tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dari 60 menurut
skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan
dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen
kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker
dapat dilakukan.5
Geftinib dapat digunakan untuk terapi lini pertama pada pasien NSCLC,
yang dipilih berdasarkan mutasi EGFR yang mampu meningkat angka
kelangsungan hidup, dengan toksisitas yang dapat diterima, dibandingkan
dengan kemoterapi laiinya. 2
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen
kemoterapi adalah5:
a. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
b. Respons obyektif satu obat antikanker sebesar 15%
c. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
d. Terapi harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus
pada penilaian terjadi tumor progresif.
 Photodynamic Therapy (PDT)
Satu terapi yang lebih baru yang digunakan untuk beberapa tipe dan
tingkatan dari kanker paru (begitu juga beberapa kanker-kanker lain)
adalah photodynamic therapy. Pada perawatan photodynamic, suatu
18ocal18 photosynthesizing (seperti suatu porphyrin, suatu 18ocal18
yang terjadi secara alami di tubuh) disuntikkan kedalam aliran darah
beberapa jam sebelum operasi.16
Selama waktu ini, 19ocal19 ini menempatkan dirinya secara selektif pada
sel-sel yang tumbuh dengan cepat seperti sel-sel kanker. Suatu prosedur
kemudian mengikutinya dimana dokter menggunakan suatu sinar dengan
panjang gelombang tertentu melalui suatu tongkat yang dipegang tangan
langsung ke tempat dari kanker dan jaringan-jaringan sekitarnya. Energi
dari sinar mengaktifkan photosensitizing, menyebabkan produksi dari
suatu racun yang menghancurkan sel-sel tumor.16
PDT mempunyai keuntungan-keuntungan yang mana ia dapat secara tepat
mengenai sasaran dari lokasi kanker, dan dapat diulang pada tempat yang
sama jika diperlukan. Kelemahan-kelemahan dari PDT adalah bahwa ia
hanya bermanfaat dalam merawat kanker-kanker yang dapat dicapai
dengan suatu sumber sinar dan tidak cocok untuk perawatan kanker-
kanker yang luas atau ekstensif. Penelitian sedang berlangsung untuk
lebih jauh menentukan keefektivitasan PDT pada kanker paru.16
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa15 :
1. Kuratif, yaitu untuk memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif , untuk mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas
hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal, untuk mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Suportif, untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti
nyeri dan anti infeksi
2.1.9 Prognosis
Prognosis dari kanker paru merujuk pada kesempatan untuk
penyembuhan dan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-
gejala, tipe kanker paru, dan keadaan kesehatan secara keseluruhan dari
pasien.16
SCLC mempunyai pertumbuhan paling agresif, dengan suatu waktu
kelangsungan hidup median (angka yang ditengah-tengah) hanya dua sampai
empat bulan setelah didiagnosis jika tidak dirawat. (Itu adalah pada dua
sampai empat bulan separuh dari semua pasien-pasien telah meninggal).
Bagaimanapun, SCLC adalah juga tipe kanker paru yang paling responsive
pada terapi radiasi dan kemoterapi. Karena SCLC menyebar sangat cepat dan
biasanya berhamburan pada saat diagnosis, metode-metode seperti
pengangkatan secara operasi atau terapi radiasi 20ocal berkurang efektif
dalam merawat tipe tumor ini. Bagaimanapun, ketika kemoterapi digunakan
sendiri atau dalam kombinasi dengan metode-metode lain, waktu
kelangsungan hidup dapat diperpanjang empat sampai lima kali.16 Namun,
kelangsungan hidup secara keseluruhan rata-rata pasien dengan pengobatan
kombinasi hanya 12 bulan saja.1
Dari semua pasien-pasien dengan SCLC, hanya 5%-10% masih hidup
lima tahun setelah diagnosis. Kebanyakan dari mereka yang selamat (hidup
lebih lama) mempunyai tingkat yang terbatas dari SCLC.16 Pada non-small cell
lung cancer (NSCLC), hasil-hasil dari perawatan standar biasanya
keseluruhannya jelek namun kebanyakan kanker yang terlokalisir dapat
diangkat secara operasi. Bagaimanapun, pada tingkat I kanker dapat diangkat
sepenuhnya, angka kelangsungan hidup lima tahun dapat mendekati 75%.
Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada suatu minoritas
dari pasien-pasien dengan NSCLC dan menjurus pada pembebasan gejala-
gejala pada kebanyakan pasien-pasien.16
Prognosis keseluruhan untuk kanker paru adalah jelek jika
dibandingkan dengan beberapa kanker-kanker lain. Angka-angka
kelangsungan hidup untuk kanker paru umumnya lebih rendah daripada yang
untuk kebanyakan kanker-kanker, dengan suatu angka keseluruhan
kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16% dibandingkan
dengan 65% untuk kanker kolon, 89% untuk kanker payudara, dan lebih dari
99% untuk kanker prostat.16
2.2 Adenokarsinoma
Insiden adenokarsinoma meningkat dan saat ini merupakan tipe sel
paling banyak, dengan angka kejadian sekitar 35-50% dari seluruh karsinma
paru. Metastasis dini lebih umum terjadi dari pada karsinoma epidermoid,
terutama pada kelenjar adrenal dan system saraf pusat. Secara mikroskopik
tampak kelompok-kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih
penghasil mucus, dan terdapat banyak mucus mukoid.7,12,13
Secara histology tampak bentuk kelenjar dengan atau tanpa sekresi
musin. Kadang-kadang ditemukan pertumbuhan papiler, sehingga mirip
dengan karsinoma bronkhioles. Tumoe jenis ini kadang-kadang- tumbuh pada
daerah parut, sehingga diduga proses radang menagun merangsang
pembentukannya. Waktu yang dibutuhkan tumor pimer untuk mencapai
ukuran 2 cm ialah lebih kurang 25 tahun.17,12
Pada pemeriksaan CT Scan, tampak sebagai nodul soliter berbentuk
round atau lobulated. Tepinya ireguler dan berspikula, sebagai akibat adanya
invasi ke parenkim disertai respon fibrosis. Lokasinya 75% diperifer paru,
sebagian besar didapatkan pada lobus superior, namun sering didapatkan pada
bagian paru dengn jaringan parut lokal atau fibrosis intertitital konik yang
sudah ada sebelumnya. Massa di subpleura dapat memberikan gambaran lesi
linier tipis yang merupakan perluasan ke pleura. Air bronchogram dapat
terlihat dalam nodul, selain itu dapat terjadi nekrosis sentral, namun lesi
bentuk kavitas tidak ditemukan.7,12,13
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini, dan secara klinis tetap tidak menunjuukan gejala-gejala sampai terjadi
metastasis yang jauh. Prognosis butuk kecuali dilakukan pembuangan lobus
yang terserang pada saat masih stadium dini. Adenokarsinoma dalah satu-
satunya tipe histologi kanker paru yang tidak mempunyai ikatan jelas dengan
merokok.7,12,13

Anda mungkin juga menyukai