FETAL DISTRESS
Ansietas
Cairan amnion merembes dari jalan lahir
Infeksi menyebar ke
pembuluh darah Risiko Gangguan
Gangguan Pertukaran
(kardiovaskulitis)/melalui Hubungan Ibu/Janin
Gas
amnion (amnionitis) ke
dalam amnion
Pneumonia congenital
7. Tanda dan gejala Fetal Distres
a. Gerakan janin menurun DJJ abnormal :
1) Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan
adanya kegawatan janin.
2) Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang
dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu
tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya
anval hipoksia
b. Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak
bertambah besar. Uterus yang lebih kecil daripada umur kehamilan yang
diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atau
oligohidramnion.
c. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor risiko tinggi, masalah-masalah obstetri,
persalinan prematur atau lahir mati dapat memberi kesan suatu peningkatan risiko
gawat janin. Faktor-faktor risiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, isoimunisasi Rh
dan penyakit ginjal.
d. Mekoneum: Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban
yang sedikit (Prawiroharjo, 2010).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi: hipertensi, terdapat perdarahan vagina
b. Integritas ego: dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
c. Makanan cairan: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, dan edema sebagai
tanda-tanda hipertensi karena kehamilan
d. Nyeri/ketidaknyamanan: distosia, persalinan lama/disfungsional, kegagalan
induksi, terdapat nyeri tekan uterus.
e. Keamanan: penyakit hubungan seksual aktif, prolaps tali pusat, distres janin,
ancaman kelahiran janin yang prematur, presentasi bokong dengan versi sefalik
eksternal yang tidak berhasil, ketuban pecah selama 24 jam atau lebih lama,
adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau jantung serta
infeksi asendens.
f. Seksualitas: disproporsi sefalopelvik, kehamilan multiple atau gestasi, melahirkan
secara bedah uterus atau servik sebelumnya, tumor yang menghambat pelvis.
g. Penyuluhan/pembelajaran: kelahiran caesar yang tidak direncanakan, dapat
memengaruhi kesiapan dan pemahaman ibu terhadap prosedur (Mitayani, 2011).
2. Diagnosis keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, harapan, regimen pasca-
operasi yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak mengenal informasi,
kesalahan interpretasi
b. Ansietas yang berhubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri, ancaman
yang dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi
interpesonal.
c. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketubah,
kerusakan kulit, penurunan HB (Mitayani, 2011).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kriris situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi interpersonal
Tujuan: ansietas pada ibu dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin
2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesar
3) Klien tampak benar-benar rileks
4) Menggunakan sumber pendukung dengan efektif
Intervensi:
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan
3) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati
4) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin
5) Anjurkan ibu pasangan mengungkapkan perasaan
6) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
b. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan HB
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Klien bebas dari infeksi
2) Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi:
1) Tinjau ulang kondisi faktor risiko yang ada sebelumnya
2) Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah
3) Catat HB dan HT catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
4) Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada pra-operasi
5) Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (mitayani, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. (2011). Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Manuaba, I.B.G. 2010. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit
EGC
Manuaba, I.B. 2011. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Muctar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. 3rd. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba medika
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2010. Ilmu Kandungan Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC