BAB I DATA
PROYEK
Pasal 1 : Nama pekerjaan: Pembangunan Pagar dan Lanskape Gedung Pelayanan Satu
Atap
Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Penyedia Jasa
sesuai gambar rencana dan Dokumen kontrak.
1
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
3. Tugas dan kegiatan Penyedia Jasa adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Konstruksi
atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Pengguna
Jasa dalam Kontrak Kerja Fisik.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan
bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
lapangan proyek yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
2
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa dan
diketahui oleh Konsultan Pengawas jika hendak meninggalkan lokasi
pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Penyedia Jasa harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di
lokasi pekerjaan.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Penyedia Jasa tidak
dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi
kewajibannya tanpa persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
7. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Sub
Kontraktor.
3
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Gambar Rencana, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
4. Instruksi Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Penyedia Jasa minimal
Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.
4
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Penyedia Jasa juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi
pekerjaan harus terdata dan mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh
Penyedia Jasa.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus diperiksa oleh
Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.
4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang
baik pada bangunan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.
5
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang
diberikan kepada Penyedia Jasa karena alasan-alasan seperti yang
disebutkan pada poin 6, poin 7 dan poin 8 adalah menurut keputusan
Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
2. Request for Work yang diajukan Penyedia Jasa harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
3. Persetujuan Request for Work yang diajukan oleh Penyedia Jasa dianggap sah
dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Pengawas.
6
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
4. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material
yang telah disetujui kepada Konsultan Pengawas.
7. Request for Work yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
8. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request for Work
atau jika Request for Work yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada di lokasi pekerjaan.
7
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat
oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia
Jasa tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada
Konsultan Pengawas.
2. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal
oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
5. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Penyedia Jasa menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Penyedia
Jasa harus memberikan jaminan agar supaya Pengguna Jasa dan para
9
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
3. Progress Payment Penyedia Jasa baru dapat dibayar oleh Pengguna Jasa jika
telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
10
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
4. Konsultan Manajemen atau Pengguna Jasa harus membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa memperbaikinya
dengan biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Pengawas tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain
tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa
pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
11
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
4. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan As-built Drawing dan Buku Petunjuk
Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum Berita Acara
Serah Terima Pertama ditandatangani.
12
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
13
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Pengawas adalah berdasarkan
hasil diskusi dan konsultasi dengan Pengguna Jasa.
14
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Penyedia Jasa dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan pada
Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan
Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana.
15
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Pengawas,
jika terjadi perbedaan antara Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut:
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Rencana serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada
posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet (Kantor Konsultan
Pengawas) dan Kantor Penyedia Jasa.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa walaupun hal tersebut tidak
16
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis
dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah
aturan yang terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana
dengan persetujuan Pengguna Jasa dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan
menjadi satu ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Penyedia Jasa.
17
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Rencana adalah muka
tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah
humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali diitentukan lain
dalam Gambar Rencana.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh
dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai
material bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh
berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.
18
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Pengguna Jasa atau pemilik
bangunan. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap keamanan,
kehilangan dan pemanfaatan hasil bongkaran bangunan lama oleh pihak-pihak
ketiga tanpa seizin Pengguna Jasa atau pemilik bangunan.
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus diketahui dan
didampingi oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, Pengguna Jasa
dan Pemilik Bangunan
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang
pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan
batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus
direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-patok sementara dari kayu
ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya ditandai
dengan cat minyak
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan
yang ada dalam Gambar Rencana kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan
existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan
Perencana atau Konsultan Pengawas
7. Penyedia Jasa harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
19
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam
tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter.
Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran
2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm
20
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB IV PEKERJAAN
TANAH
3. Dibawah pondasi, dan dibawah saluran air diurug dengan pasir pasangan
setebal 5 cm dan dipadatkan.
21
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai
kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas atau jenuh air sebelum
dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
22
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB V PEKERJAAN
PONDASI
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 10 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak
beton.
23
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton struktural maupun beton non struktural.
24
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
Pasal 5 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
25
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
6. Besi tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Rencana.
7. Besi ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan
langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.
26
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan lantai dirakit langsung diatas bekisting yang telebih dahulu
telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-
zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.
27
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .
28
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika
hal ini terjadi Penyedia Jasa harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian
beton.
2. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
7. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
29
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas .
30
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Penyedia Jasa harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
31
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Penyedia
Jasa harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air
semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai
dengan yang direncanakan.
32
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB VI PEKERJAAN
PILE CAP
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
7. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
33
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton struktural maupun beton non struktural.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
Pasal 5 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum digunakan.
34
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Besi tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Rencana.
6. Besi ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda
uji.
3. Dibawah didasari dengan pasir pasang setebal 10 cm dan dipadatkan,
sebagai lantai kerja K-100. Diatas pasir, dipasang aanstamping terdiri dari
batu kali dan pasir pasang (pasangan batu kosong).
5. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton
yang diakui oleh Pemerintah.
6. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah
material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan
material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan
sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
35
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas harus diikuti dan dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Penyedia Jasa harus membuat media standar berupa bak-bak dari kayu atau
timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material
berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
6. Penyedia Jasa harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix Formula
dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal 5 benda
uji.
36
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan lantai dirakit langsung diatas bekisting yang telebih dahulu
telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan alat
ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-
zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.
37
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas
38
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Penyedia Jasa harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian
beton.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
39
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Penyedia Jasa harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Penyedia
Jasa harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air
semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai
dengan yang direncanakan.
40
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Penyedia Jasa tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada
Konsultan Pengawas terhadap semua mutu beton structural yang
menggunakan Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.
41
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam
satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling
antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang
sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji, dan
tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x
20 x 20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang
dari 95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah
42
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Penyedia
Jasa untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan
oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Penyedia Jasa kegagalan kuat
tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan
bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana
untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
43
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
44
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB VII
PEKERJAAN BETON BERTULANG
Pasal 1 : Umum
1. Beton bertulang digunakan pada beberapa item pekerjaan seperti Sloof,
Kolom, Balok , Box Culver.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
45
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat alkali.
8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi
merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui
proses pemeriksaan di Laboratorium beton.
10. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau
beton dengan mutu K-250.
46
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton struktural maupun beton non struktural.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
Pasal 6 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum digunakan.
3. Penyedia Jasa harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
47
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Semua Besi tulangan ulir mempunyai tegangan tarik/luluh besi minimal 3200
kg/cm2 atau 320 MPa, sedangkan besi tulangan polos mempunyai tegangan
tarik/luluh besi minimal 2400 kg/cm2 atau 240 MPa.
7. Besi tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Rencana.
8. Besi ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan
langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.
48
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
9. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-
zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.
10. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Rencana, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI 2847:2013 harus
diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
12. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika
tidak ditentukan lain dalam Gambar Rencana maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK
SNI 2847:2013.
49
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
14. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof
dan plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada
posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .
50
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika
hal ini terjadi Penyedia Jasa harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian
beton.
2. Lantai Kerja Beton setebal 7cm dibuat dari beton mutu K-150.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
51
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Penyedia Jasa harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Penyedia
Jasa harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air
semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai
dengan yang direncanakan.
52
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
53
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB VIII
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
54
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu
bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata
½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.
9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
55
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas .
1. Relief beton dibuat dari campuran semen dan air dengan penjangkaran
sederhana kepasangan dinding bata serta beton.
2. Relief beton adalah motif timbul dari permukaaan bata dan beton dengan
ketebalan sesuai gambar rencana.
56
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB IX
PEKERJAAN CAT
Pasal 1 : Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai
berikut :
b. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
c. NI-3 1970
d. NI-4
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat yang dipakai adalah dari Merk DULUX Standar ICI atau merk lain yang
setara dengannya baik dari segi harga dan kualitas.
4. Penyedia Jasa harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua
merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa dalam
masa pelaksanaan atau dalam Gambar Rencana adalah seperti dalam tabel
berikut ini :
Dulux
Ditentukan
1. Plamur Tembok atau Wallfiler
Kemudian
setara
Dulux
Alkali Resisting Ditentukan
2. Cat Dasar Tembok atau
Prime Sealer Kemudian
setara
57
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
Dulux
Wheathershield Ditentukan
3. Dinding Luar atau
Max Kemudian
setara
Dulux
Permukaan Beton Wheathershield Ditentukan
4. atau
Luar Max Kemudian
setara
Dulux
Red Oxide Ditentukan
1. Cat Minie Kayu atau
Primer Kemudian
setara
Dulux
Ditentukan
2. Cat Dasar Kayu atau Undercoat
Kemudian
setara
Dulux
Thinner / Minyak Ditentukan
3. atau Thinner
Cat Kemudian
setara
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Pengguna Jasa dalam masa pelaksanaan.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada
dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar
58
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
Pasal 3 : Pelaksanaan
1. Penyedia Jasa harus membersihkan permukaan dinding pasangan bata,
Partisi, GRC dan beton, kotoran dan lumut. Hasil pekerjaan pembersihan ini
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecatan
dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan
beton benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan
Konsultan Pengawas tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
4. Dinding dan permukaan beton serta GRC Board harus didempul atau
diplamur terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam
Bill of Quantity atau Konsultan Pengawas :
a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna type Weather Shield
b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna.
c. Cat Plafond Dalam : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat
Warna.
d. Cat Permukaan Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat
Dasar dan 2 Kali Cat Warna
59
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
BAB X
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan kemudian
oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Pengawas dalam masa
pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Pengguna Jasa dan menjadi suatu
ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa. Hal-hal
yang ditentukan kemudian tersebut harus tetap didasarkan pada Kontrak Kerja.
Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar
Rencana, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap
item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan Pengawas
dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.
Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut
penjelasan Konsultan Pengawas dengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Pengguna Jasa.
ERMANSYAH, S.St.Pi
NIP. 19820915 200604 1 005
60