Anda di halaman 1dari 21

Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara

Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Relokasi Bandara Selaparang di Kota Mataram ke Bandara Internasional


Lombok (BIL) di Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Tengahadalah sebuah solusi atas tuntutan penerbangan Internasional. Relokasi
tersebut merupakan suatu keharusan dikarenakan Selaparang1 berada di tengah-
tengah kota yang tidak memungkinkan lagi bagi perluasan bandara. Perluasan
areal bandara tersebut sangat diperlukan dan penting bagi peningkatan taraf
perekonomian di Kabupaten Lombok Tengah.Beroperasinya BIL pada tanggal 1
Oktober 2011 mendapat sambutan yang luar biasa dari segenap masyarakat
Lombok. Beroperasinya bandara adalah momen yang ditunggu-tunggu sekian
lama oleh masyarakat lingkar bandara2.

Semula reaksi masyarakat lokal menyambut beroperasinya BILoleh


beberapa pihak dianggap sebagai euforia sesaat saja. Euforia tersebut kemudian
berbuntut panjang, pasalnya mereka tidak hanya sekedar melihat aktivitas sebuah
bandara baru.Mereka justru beramai-ramai menggelar lapak dagangan yang
tersebar di seluruh areal parkir bahkan sampai ke terminal bandara yang
semestinya bersih dari Pedagang Kaki Lima (PKL). Masyarakat lokal khususnya
masyarakat lingkar bandarayang sebelum pembangunan bandara bermata
pencaharian sebagai petani menaruh harapan besar atas beroperasinya BIL. Hal ini
dikarenakan mereka yang kehilangan lapangan pekerjaan setelah terkonversinya
lahan sawah menjadi kawasan bandaraseakan tidak mempunyai pilihan lain selain
berjualan di dalam bandara.

1
Selaparang adalah sebuah Bandar Udara yang berada di daerah Rembige Kecamatan
Ampenan Kota Mataram. Diresmikan pada tahun 1957 dengan nama Pelabuhan Udara
Rembige. Kemudian berubah nama menjadi Bandar Udara Selaparang pada tahun 1994.
2
Masyarakat lingkar bandara adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan bandara,
yang terkena baik secara langsung maupun tidak langsung dampak keberadaan bandara.

1
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pandangan masyarakat lokal tersebut terhadap keberadaan BIL yakni


sebagai tempat mencari penghidupan mengakibatkan bandara terkesan tidak tertib
dan tidak rapi.Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pandangan PT AP-I terhadap
keberadaan BIL yakni ingin menyediakan fasilitas pelayanan jasa penerbangan
yang nyaman, aman, tertib dan rapi sesuai dengan standar pelayanan jasa
penerbangan bertaraf Internasional. Disamping itu permasalahan PKLdi bandara
pada akhirnya akan menjadi penghambat kepentingan PT AP-I terutama dalam
mewujudkan visi dan misi perusahaanyang ingin menjadi satu dari sepuluh
perusahaan pengelola bandara terbaik di Asia.

PT AP-I sebagai satu-satunya perusahaan yang bertanggung jawab atas


pengelolaan bandara menyadari bahwa aktivitas PKL akan mengancam
kredibilitas BIL sebagai bandara bertaraf internasionalserta menciptakan
imagenegatif, jika tidak dikelola dengan baik.Berbagai upaya telah dilakukan oleh
PT AP-I untuk menertibkan PKLbaik melalui pendekatan komunikasi maupun
pendekatan non komunikasi, hal ini berdasarkan pernyataan General Manager
(GM) PT AP-I Cabang BIL. Permasalahan PKL di BIL telah menyita perhatian
berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat. Sehingga
sangat wajar jika perhatian perusahaan saat ini tertuju pada aktivitas PKL di
bandara dan upaya-upaya penertibannya.

Kompleksnya permasalahan PKL di BIL berhubungan dengan sejarah


masa lalu berdirinya BIL itu sendiri. Mulai dari pembebasan lahan yang menuai
kontroversi sampai menimbulkan konflik antara masyarakat eks pemilik lahan
dengan pemerintah. Kemudian pada proses pembangunan juga diwarnai suasana
pro dan kontra atas pembangunan bandara itu sendiri. Berdasarkan sejarah
panjang keberadaan BIL tersebut menuntut pihak Angkasa Pura untuk lebih
berhati-hati terkait berbagai upaya yang dilakukan agar jangan sampai
menimbulkan konflik seperti yang terjadi pada masa lalu. Belajar dari pengalaman
pahit tersebut maka PT AP-I lebih mengutamakan upaya-upaya persuasif dalam
melakukan penertiban PKL di bandara dibandingkan dengan upaya-upaya koersif.

2
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Fakta bahwa jumlah PKL terus bertambah dari hari ke hari yang
awalnyahanya terdaftar sebanyak 43 orang,kemudian membengkak menjadi 180
orang merupakan permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan
berbagai program kegiatan mengenai penertiban PKL yang telah
direncanakan.Kenyataan membengkaknya jumlah PKL ditambah dengan masih
adanya PKL yang tersebar di areal parkir menyebabkan upaya persuasi yang
dilakukan perlu ditinjau ulang.Mengingat baik petugas maupun kelompok lokal
yang direkrut perusahaan belum bisa mengendalikan jumlah PKL yang terus
berdatangan. Sehingga PT AP-I terus mengevaluasi program yang dilakukan
untuk menyusun strategi berikutnya.

Berbagai upaya yang dilakukan PT AP-I berdasarkan evaluasi yang


dilakukan secara terus menerus oleh pihak manajemen atas berbagai dinamika
penerimaan para PKL menyebabkan penelitian ini menarik untuk ditelitiyakni
melihat bagaimana proses perubahan strategi yang digunakan serta perubahan
sikap para PKL dari sikap yang tidak peduli menjadi lebih peduli dengan program
perusahaan. Perubahan sikap para PKL tersebut dapat dilihat dari duapendekatan
yang dilakukan yakni pendekatan komunikasi dan pendekatan non komunikasi.
Dengan demikian penelitian ini penting untuk melihat perubahan sikap para PKL
yang semula menolak sampai akhirnya menerima program relokasiPKL.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan


permasalahan berikut: ―Bagaimana strategi komunikasiPT Angkasa Pura-I
(Persero) Cabang BIL dalam penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional Lombok?‖

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk menganalisis strategi komunikasi yang telah dilakukan PT Angkasa
Pura I (Persero) cabang BIL dalam penertiban Pedagang Kaki Lima di
Bandara Internasional Lombok.
2. Untuk mengetahui sejauh mana komunikasi persuasi mampu mengubah
pendapat, sikap dan perilaku Pedagang Kaki Lima.

3
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

D. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat berguna bagi ilmu komunikasi,
selain itu dapat menjadi acuan dan memperdalam teori-teori
komunikasi organisasi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian-
penelitian tentang komunikasi organisasi berikutnya khususnya yang
berkaitan dengan lingkungan eksternalnya.
b. Secara Praktis
1. Mampu memberikan dan menjelaskan secara praktis dan logis tentang
bagaimana organisasi berkomunikasi secara strategis dengan
lingkungan eksternalnya.
2. Mampu memberikan wawasan baru bagi masyarakat lokal tentang
pentingnya sebuah reputasi terhadap kelangsungan hidup suatu
perusahaan.
3. Sebagai suatu bentuk dukungan untuk PT Angkasa Pura I (Persero)
cabang Bandara Internasional Lombok (BIL) dalam upaya
menciptakan bandara yang tertib dan rapi sesuai standar Bandara
Internasional.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran berikut akan menjelaskan bagaimana perusahaan


berkomunikasi dengan lingkungan eksternalnya. Strategi komunikasi PT AP-I
cabang BILdalam menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan penertiban PKL
bandara diilustrasikan dengan mengadaptasi Model Kontingensi Strategis
Komunikasi Organisasi dari Garnett.

1. Komunikasi Organisasi

Keberadaan sebuah perusahaan atau organisasi tidak akan pernah lepas


dari lingkungan eksternalnya. Suatu organisasi dalam tumbuh dan berkembangnya
akan mengalami evolusi secara terus menerus disertai dengan upayanya untuk
memahami diri dan lingkungannya. Pada beberapa perusahaan menyerahkan
segala permasalahan komunikasi pada humas atau praktisi Public

4
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Relations.Berbeda dengan kasus pada penelitian ini dimana General Manajer


(GM) sebagai manajer puncak perusahaan memegang kendali dalam penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan lingkungan eksternalnya.Jika pada umumnya
kebanyakan perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas komunikasi dengan cara
yang sangat terdesentralisasi disini terlihat adanya sebuah fungsi yang terintegrasi
di bawah komando manajer puncaknya. Meski dalam praktiknya menggunakan
teori-teori komunikasi terbuka Public Relations (PR).

Argenti menawarkan konsep baru dari perluasan fungsi dan peran PR


dalam perusahaan yakni satu fungsi komunikasi yang terintegrasi secara
total.Yang mana, pada banyak perusahaan biasanya menggunakan sistem
komunikasiterdesentralisasi pada bidang-bidang fungsional yang tidak
terintegrasi.Komunikasi korporat hendaknya berkaitan dengan keseluruhan visi
dan strategi dari suatu perusahaan (Argenti, 2010: 17). Namun kenyataannya
adalah banyak perusahaan tidak mempekerjakan staf ahli di bidang komunikasi
untuk melaksanakan fungsi komunikasi korporat. Tim komunikasi korporat suatu
perusahaan berperan dalam mendefinisikan misi korporat—landasan dan strategi
menyeluruh sebuah perusahaan—dan mengomunikasikan misi tersebut kepada
konstituensi internal dan eksternal (Argenti, 2010: 18).

2. Strategi Komunikasi

Upaya PT AP-I (Persero) cabang BIL dalam penertiban PKL di bandara


sesuai pernyataan General Manager (GM) Angkasa Pura bahwa sebelum
menyusun suatu strategi terlebih dahulu Ia menganalisis situasi lingkungan
eksternalnya untuk mengetahui latar belakang dan motivasi audiensnya. Sehingga
kerangka pemikiran berikut, untuk membantu analisis strategi komunikasi yang
dilakukan PT AP-I dalam penertiban PKL yakni dengan menggunakan teori
Kontingensi Strategis Komunikasi Organisasi dari Garnett. Dalam teorinya
Garnett mengungkapkan bahwa suatu komunikasi organisasi yang efektif
dipengaruhi oleh faktor analisis situasi dan faktor mendesain strategi dengan tepat
seperti terlihat pada Gambar 1.1 (Garnett, 1992: 35).

5
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dalam menyusun strategi komunikasi perlu memperhatikan komponen


komunikasi yang menjadi kajian penting untuk membingkai serta
menginterpretasikan dan mendukung berbagai program aksi. Adapun strategi
komunikasi yang mendukung program aksi seperti dikutip dalam Cutlip dkk
(2006:389) dibagi menjadi tiga yakni:pertama memberikan informasi kepada
publik internal dan eksternal tentang tindakan tersebut. Berikutnya membujuk
publik untuk mendukung dan menerima tindakan tersebut;dan yang terakhir
memberikan petunjuk kepada publik cara menterjemahkan rencana ke dalam aksi.

Sejalan dengan hal tersebut, Garnett mengungkapkan pentingnya


berkomunikasi strategis yakni: pertamamengintegrasikan pengetahuan tentang
perilaku manusia; teknologi komunikasi; politik manajerial dan organisasi;
keterampilan komunikasi; serta ilmu sosial dan perilaku secara sistematis.Seiring
dengan pengetahuan tentang manajemen publik dan subyek teknis yang
dikomunikasikan.Kedua komunikasi perlu mempertimbangkan faktor
administratif, politik, ekonomi, dan personal.Berikutnya menganalisa tujuan
komunikasi, audiens, pengirim, dan situasi manajemen. Yang terakhir
menciptakan strategi yang tepat untuk keseluruhan situasi komunikasi.

Strategi komunikasi dalam tulisan ini adalah berbagai upaya yang


dilakukan PT AP-I untuk mencapai tujuan organisasi melalui cara-cara persuasi
dan mediasi. Upaya tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan komponen-
komponen komunikasiseperti telah dijelaskan di atas. Strategi yang dibuat oleh
sebuah perusahaan tidak akan lepas dari faktor-faktor situasional perusahaan itu
sendiri. Garnett menggambarkannya dalam sebuah model kontingensi strategis
untuk komunikasi organisasi.Model Kontingensi Strategi menerangkan
pentingnya keahlian manajerial, pengambilan keputusan, motivasi dan
pengorganisasian dalam komunikasi strategi seperti pada gambar berikut.

6
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1.1
Model Kontingensi Strategi untuk Komunikasi Organsisasi

Faktor-Faktor situasional Faktor Mendesain Strategi

Tujuan Komunikasi
- Menginformasikan Pemilihan Media
- Mempengaruhi Sikap
- Merubah kebiasaan/perilaku - Surat
- Catatan
- Laporan
- Cable
Audiens
- Release
- Posisi - Pertemuan
- Latar belakang - Briefing
- Peranan - Telepon
- Kepentingan - Bahasa tubuh Hasil Komunikasi dan
- Pengetahuan Manajemen: Program
- Kebutuhan dan Kebijakan
- Dampak
Pesan

Situasi Manajemen - Isi Pesan


- Pengorganisasian
- Strategi Organisasi - Penekanan
- SOP Perusahaan - Analisis
- Iklim Organisasi - Tipe pesan
- Tipe Kepemimpinan - Rentang waktu dalam
- Misi dan Budaya penyampaian pesan
- Komunikasi Organisasi

Pengirim Pesan

- Posisi
- Kemampuan
Menyampaikan informasi
- Memiliki Kredibilitas
- Memiliki daya tarik
- Mampu mempengaruhi
audience
- Latar belakang
- Pilihan pesan

Sumber: Diadaptasi dari A Strategic Contingency Model for Government


Communication(Garnett, 1992:36)

Lebih lanjut Garnett menguraikan tentang bagaimana konsep strategis


tersebut serta pendekatan yang digunakanmeliputi pengintegrasian informasi
secara sistematis informasi-informasi dari bermacam-macam kasus, departemen,
organisasi; lebih dari aspek teknik manajemen dan berfikir situasional—dengan
mempertimbangkan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, hukum, dan faktor-
faktor personal; serta merencanakan strategi yang tepat untuk kekuatan,
kelemahan dan persaingan organisasi(Garnett, 1992:38).

7
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Berikutnya Garnett menerangkan empat faktor untuk menganalisis situasi


yakni:tujuan komunikasi; penerima pesan; manajemen situasi; pengirim pesan
yang mempengaruhi dua desain strategiyakni menentukan saluran/medium dan
keahlian menyusun pesan. Faktor-faktor situasional tersebut saling mempengaruhi
dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan akhir
komunikasi yang efektif. Maka dalam menyusunkomunikasi strategis perlu
memperhatikan komponen-komponen berikut: pertama—
menetapkantujuankomunikasi—sebelum melakukan komunikasi terlebih dahulu
harus menetapkan tujuan dilakukannya komunikasi yakni untuk mengedukasi
masyarakat lokal untuk tertib.

Kedua—audiens—PT AP-I (Persero) Cabang BIL memandang audiens


sebagai salah satu unsur penting terhadap berhasil tidaknya program penertiban
yang dilakukan. Untuk menjalin komunikasi yang efektif maka perusahaan
berusaha mencari tahu bagaimana latar belakang audiens-nya, siapa saja yang
mempunyai peran dalam kelompoknya,serta kepentingannya terhadap perusahaan.
Mengingat komunitas PKL berasal dari masyarakat lokal yang masih awam
tentang perusahaan.Maka pengkomunikasian program-program perusahaan sangat
diperlukan. Tujuannya yakni: (a) untuk menginformasikan segala hal yang
berkenaan dengan kepentingan perusahaan, termasuk mengenai aturan dan bisnis
angkasa pura;(b) informasi yang diberikan mampu mengubah perilaku masyarakat
lokal dan komunitas PKL;dan (c) untuk mempengaruhi kebiasaan dalam
masyarakat lokal khususnya PKL.

Ketiga—situasimanajemen—suatu komunikasi yang efektif dipengaruhi


juga oleh situasi manajemen yang berdampak pada bagaimana pesan dikirim,
diterima, dan diinterpretasikan. Adapun faktor situasi manajemen seperti:aturan
dan tata tertib bandara; tipe kepemimpinan; misi dan budaya; serta komunikasi
organisasi. Dengan demikian segala kebijakan yang diambil terkait penertiban
PKL selalu disesuaikan dengan faktor situasional tersebut.Keempat—
komunikator—kredibilitas pengirim pesan sangat berpengaruh pada berhasil

8
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tidaknya strategi komunikasi yang dilakukan. Selain itu dipengaruhi juga oleh
status, realibilitas, dan keahlian sumber atau pengirim pesan. Adapun tujuan
komunikator adalahagar pesan dapat diterima dan mempengaruhi audien.Untuk
maksud tersebut maka pengirim pesan berasal dari unsur internal dan eksternal
perusahaan. Misalnyaperusahaan menggandeng kepala desa dan Tim Tiga Belas,
sebagai mediator dalam menyampaikan informasi kepada para PKL.

Kelima—media/saluran—dalam suatu komunikasi strategis pemilihan


media atau saluran menjadi keputusan yang penting.Pemilihan media hendaknya
disesuaikan dengan penerima pesan dan jangkauan dari penerima.
Misalnyapenerima pesan merupakan masyarakat agraris tradisional yang masih
bisa dijangkau dengan menggunakan komunikasi secara langsung sehingga tidak
membutuhkan saluran komunikasi massa seperti media cetak dan elektronik.
Media yang digunakan berupa; surat, catatan-catatan, pertemuan, briefing,
telepon, dan bahasa tubuh.Keenam—pesan—karakteristikpesan mempengaruhi
proses komunikasi, seperti isi pesan lebih banyak mengandung unsur persuasi
seperti membujuk dan merayu. Penekanan pesan diusahakan sebisa mungkin
memperlihatkan kepedulian perusahaan seperti masih memberikan kesempatan
PKL untuk berjualan. Rentang waktu penyampaian pesan diupayakan secepat
mungkin,agar pesan yang disampaikan tidak menjadi basi. Kesalahan dalam
pengemasan pesan menyebabkan masalah dalam berkomunikasi.

Analisis Garnett senada dengan Grunig melalui Teori Situasional Publik


yang menjelaskan bahwa pesan harus disusun dan disesuaikan untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh publik yang berbeda-beda. Efektif tidaknya pesan
yang dikirim tergantung seberapa pasif dan aktifkah perilaku komunikasi mereka
serta isu yang penting bagi mereka. Penjelasan Grunig juga diperkuat oleh Dewey
yang mengatakan publik muncul dari isu dan situasi tertentu bukan dari situasi
yang saling bersinggungan (Cutlipdkk, 2009:243).

9
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

F. Model Penelitian

Berdasarkan kerangka penelitian di atas, maka model penelitian berikut


mengambarkan strategi komunikasi yang dilakukan oleh PT AP-I (Persero)
Cabang BILmerupakan hasil interaksi yang dilakukan dengan berbagai
stakeholder perusahaan dengan mempertimbangkan aspek-aspek lokal untuk
menyelesaikan kasus penertiban PKL melalui solusi yang sama-sama
menguntungkan sepertiterlihat pada model penelitian berikut.

Gambar 1.2
Model Penelitian
komunikasi
Pemerintah Daerah komunikasi

Proses pemahaman
dan pemaknaan
Strategi
I. Sasaran
Relokasi PKL
KomunikasiP
II. Komunikasi
sebagai win-
T.AP-I
III. win solution (PKL)
IV.
Proses pemahaman
dan pemaknaan

komunikasi KSU BIL Lokal Transport komunikasi

Model penelitian di atassebagai pedoman berfikir dalam penelitian dan


pembahasan bab-bab berikutnya. Gambar di atas menunjukkan alur komunikasi
PT AP-I yang memperlihatkan pentingnya pengidentifikasian stakeholder agar
pesan yang disampaikan tidak salah sasaran. Sejalan dengan Garnett, Mitchell
(1997:853) mengungkapkan bahwa pengidentifikasian terhadap stakeholder
digunakan sebagai pedoman dalam membuat strategi komunikasi.Mulai dari
penentuan tujuan komunikasi, khalayak penerima informasi (audience), sampai
pada pengirim informasi (sender).Hasil akhir komunikasi yang diharapkan pada
gambar di atas adalah tercapainya kesepakatan antara pihak perusahaan dengan
PKL atas dasar sama-sama untung, yakni pihak perusahaan menyiapkan ruang
bagi PKL untuk berjualantanpa mengurangi esensi bandara yang harus terkondisi
tertib dan rapi.

10
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

G. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka pemikiran dan model penelitian di atas, maka


konsep penelitian ini mengacu pada teori kontingensi strategi dari Garnett dan
pendapat beberapa ahli mengenai perlunya rencana aksi yang mendukung strategi
komunikasi kemudian dijadikan pedoman dalam membuat kerangka konsep
berikut.
Gambar 1.3
Model Strategi Komunikasi yang Terintegrasi PT Angkasa Pura I Cabang BIL

Faktor-Faktor situasional Faktor Mendesain Strategi Faktor-Faktor lain yang


mempengaruhi strategi
Tujuan Komunikasi komunikasi
Pemilihan Media
- Mempengaruhi Sikap - Lokasi dan Luas lahan
- Merubah kebiasaan/perilaku - Surat perusahaan
- Catatan - Kondisi sosial budaya dan
- Laporan ekonomi masyarakat lokal
- Cable - Adat istiadat dan tradisi
Audiens
- Release masyarakat lokal
- Posisi - Pertemuan - Dukungan Pemerintah dan
- Latar belakang - Briefing stakeholder lainnya
- Peranan - Telepon
- Kepentingan - Bahasa tubuh
- Pengetahuan
- Kebutuhan
- Dampak
Pesan

Situasi Manajemen - Isi Pesan


- Pengorganisasian
- Strategi Organisasi - Penekanan
- SOP Perusahaan - Analisis
- Iklim Organisasi - Tipe pesan Hasil Komunikasi dan
- Tipe Kepemimpinan - Rentang waktu dalam Manajemen: Program
- Misi dan Budaya penyampaian pesan
- Komunikasi Organisasi dan Kebijakan

Pengirim Pesan

- Posisi
- Kemampuan
Menyampaikan informasi
- Memiliki Kredibilitas
- Memiliki daya tarik
- Mampu mempengaruhi
audience
- Latar belakang
- Pilihan pesan

Sumber: Diadaptasi dan dikembangkan dari Model Kontingensi Strategis Komunikasi


Organisasi seperti dikutip dalam Garnett (1992:36)

11
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Modeldi atas untuk menggambarkan bagaimana PT AP-I (Persero)


Kantor Cabang BIL berkomunikasi dengan para komunitas PKL dalam upaya
penertiban PKL.Komunikasi yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan fisik non fisik perusahaan baik yang berasal dari dalam maupun luar
perusahaan. Strategi komunikasi yang dibuat bertujuan menginformasikan,
mempengaruhi pendapat dan mengubah perilaku masyarakat lokal yang tidak
sesuai dengan bisnis dan aturan Angkasa Pura.

H. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatifdeskriptif. Sifat deskriptif diarahkan


untuk memberikan gambaran secara cermat dan tepat dari setiap individu-
individu, keadaan, gejala atau frekuensi,serta adanya hubungan antara gejala
dengan faktor-faktor lain dalam masyarakat. Penelitian kualitatif berakar pada
latar belakang alamiah yang bersifat subyektif dengan mengandalkan manusia
sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif dari khusus ke
umum dengan mengarah pada usaha menemukan teori dasar (Moleong, 1998:3).
Penggunaan metode kualitatifdeskriptif agar peneliti memperoleh pemahaman
yang komprehensif mengenai fenomena yang ditelitiuntuk menjelaskan fenomena
yang sedalam-dalamnya (Mulyana, 2007:5).

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (field observation)


yang merujuk pada studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Studi kasus
menurut Robert Stake seperti dikutip dalam Denzim & Lincoln (1994: 236-238)
adalah bentuk penelitian (inquiry) atau study tentang suatu masalah yang memiliki
sifat kekhususan (particularity) dapat dilakukan melalui pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif dengan sasaran perorangan maupun kelompok masyarakat
luas.

Definisi yang paling sering dijumpai tentang studi kasus yakni yang
diungkapkan oleh Schramm sebagaimana dikutip dalam Yin (2006: 17) adalah
sebagai berikut: ―Esensi studi kasus yakni kecenderungan utama dari semua studi

12
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kasus adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi


tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya‖.Lebih
jauh Yin (2006:18) mendefinisikan studi kasus secara lebih teknis:―sebagai suatu
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata
bilamana: batas-batas antara fenomena dan konteks tidakterlihat dengan tegas;
serta multi sumber bukti dimanfaatkan.‖

Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah


satu kasus secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.Oleh karena
itu tujuan dan fokus utama dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang
menjadi obyek penelitian. Untuk itu segala hal yang berkaitan dengan kasus dan
yang mempengaruhinya harus diteliti. Studi kasus dipilih karena penelitian ini
diharapkan akan fokus pada persoalan dan mampu menggali masalah secara lebih
mendalam. Pemilihan studi kasus adalah untuk mengatahui ‗bagaimana‘PT AP-I
(Persero) Cabang BIL berinteraksi dengan lingkungannya terutama pada kasus
penertiban PKL bandara. Selanjutnya untuk mengetahui ‗mengapa‘PT AP-I
(Persero) Cabang BILlebih memilih menggunakan komunikasi persuasif dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dengan lingkungan
eksternalnya khususnya para PKL. Kasus penertiban PKL dapat dianalisis dengan
lebih baik sehingga didapat kesimpulan yang lebih baik.

Adapun alasan pemilihan kasus yakni karena penertiban PKL di bandara


merupakan fenomena yang jarang terjadi, dan mengenai upaya yang dilakukan
dengan mengutamakan aspek-aspek lokal menjadikan kasus ini khas dan berbeda.
PT AP-I (Persero)Cabang BIL berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya,
menyerap informasi dari konstituen untuk menyusun strategi komunikasi dan
rencana aksi. Penelitian ini menarik karena adanya dinamika penerimaan publik
dari menolak relokasi menjadi menerima relokasi.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha menemukan semua variabel


penting dan berusaha menghindari bias yang ditemui di dalam pengumpulan data.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian studi kasus menurut Yin
(2006: 103) adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung,

13
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

observasi partisipan, dan perangkat fisik. Untuk menghindari bias dalam


penelitian studi kasus peneliti berusaha tetap fokus pada penelitian yang
direncanakan yakni maraknya PKL dan upaya penertibannya. Adapun kajian studi
kasus dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan
PT AP-I dalam upaya menertibkan PKL di bandara.

Untuk meneliti lebih jauh mengenai strategi komunikasi PT AP-I


(Persero) Cabang BIL penulis menggunakan Model Kontingensi Strategis
Komunikasi Organisasi dari Garnett. Teori ini digunakan untuk menganalisa
strategi yang digunakan perusahaan, melihat bagaimana reaksi para PKL terhadap
strategi yang dijalankan lalu bagaimana pula perusahaan menanggapi respon
negatif dari para PKL tersebut yang kemudian dijadikan peluang dalam menyusun
strategi berikutnya. Adapun replika desain studi kasus rencana penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.4di bawah ini.
Gambar 1.4
Desain Studi Kasus Tunggal
Desain Pengumpulan dan Analisis Data Kasus
Tunggal

Studi Kasus Tulis Laporan Kasus


Kembangkan Teori Pemilihan Kasus
Tunggal

- Penjodohan Pola
*Hubungkan panel ke teori * Tentukan proses secara - Implikasi Kebijakan
operasional
* Tentukan hasil proses
(tidak hanya dampak akhir)
* Gunakan teknik
pengumpulan data formal

Sumber: Diadaptasi dari Yin, Bateman & Moore (2006)

Pada gambardi atasmenunjukkan bahwa langkah awal dalam mendesain


penelitian perpijak pada pengembangan teori yang menunjukkan bahwa pemilihan
kasus dan definisi ukuran yang spesifik merupakan langkah penting.Dalam desain
dan proses pemilihan data sampai pada penulisan laporan kasus dan melakukan
analisa terhadap kasus yang diteliti dilakukan dengan melakukan penjodohan pola
dan implikasi kebijakan.

14
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penetapan kualitas desain studi kasus dapat dilakukan melalui empat


teknik seperti dijelaskan Kidder seperti dikutip dalamYin (2006: 38) antara lain:
pertama—validitaskonstruk yakni menetapkan ukuran operasional yang benar
untuk konsep-konsep yang akan diteliti.Kedua—validitasinternal (hanya untuk
peneliti eksplanatoris dan klausal tidak untuk peneliti deskriptif maupun
eksploratoris) yakni dengan menetapkan hubungan klausal dimana kondisi-
kondisi tertentu diperlihatkan guna mengarahkan kondisi-kondisi yang
lainsebagaimana dibedakan dari hubungan semu.Ketiga—validitaseksternal yakni
menetapkan ranah dimana temuan suatu penelitian dapat divisualisasikan. Yang
terakhirrealibilitas yakni menunjukkan bahwa pelaksanaan suatu penelitian—
seperti prosedur pengumpulan data—dapat diinterpretasikan dengan hasil yang
sama.

2. Lokasi Penelitian dan Durasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bagian Sekretariat PT AP-I (Persero)


Cabang BIL untuk menggali informasi langsung dari pimpinan selaku pengambil
kebijakan.Sedangkan untuk melihat perubahan sikap para PKL dari yang tidak
setuju atas program Angkasa Pura dilakukan observasi langsung ke lokasi PKL di
BIL.Penelitian ini bermula sejak maraknya fenomena PKL di bandara yakni pada
Oktober 2011 dan berakhir sampai adanya kesediaan PKL untuk direlokasi pada
Bulan Mei Tahun 2014.

3. Fokus Penelitian

Untuk menghindari bias dalam tulisan ini maka tulisan ini hanya akan
fokus pada fenomena PKL dan berbagai upaya penertibannya, yaknibagaimana
strategi komunikasi yang ditempuhPTAP-I (Persero) Cabang BIL dalam
penertiban PKL di Bandara Internasional Lombok.

15
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Sumber Data

Sumber data menurut cara memperolehnya dibagi menjadi dua yakni data
primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.Data primer ini merupakan data utama
yang berkaitan dengan masalah pokok penelitian.Peneliti memperoleh data primer
yang berkaitan dengan kebijakan dan program aksi perusahaan.Kemudian untuk
mengetahui strategi komunikasi yang ditempuh PT AP-I (persero) kantor cabang
BIL dalam menyelesaikan kasus penertiban PKL di dalam areal bandara.
Pertanyaan ‗bagaimana‘ dan ‗mengapa‘ digunakan peneliti untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dari nara sumber penelitian ini. Data primer ini
diperoleh melalui wawancara mendalam dan wawancara kelompok.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari buku, jurnal serta materi
tertulis yang relevan dengan tujuan penelitian.Data sekunder yang digunakan
peneliti adalah melalui studi dokumentasi, baik berupa dokumen internal
maupunarsip tertulis lainnya.Dokumen internal perusahaan seperti laporan, memo
internal, transkip pertemuan dan lain-lain. Data sekunder peneliti gunakan sebagai
bukti untuk mendukung pernyataan dan keterangan yang diperoleh melalui
wawancara.

16
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian


ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam (intensive/depth interview)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan


penelitian dengan cara tanya jawab dengan menggunakan interview guide
(panduan wawancara). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang
lengkap dan mendalam. Wawancara mendalam dilakukan kepada:

1. Bapak Pudjiono selaku GM PT AP-I (Persero) Cabang BIL dengan


maksud untuk menggali informasi mengenai bagaimana strategi
komunikasi yang dilakukan.
2. Bapak Sudjud Muljadi sebagaiketua Tim Penertiban PKL dengan maksud
untuk menggali informasi tentang bagaimana upaya yang telah dilakukan
selama ini.
3. Bapak Lalu Nudiana, Kepala Desa Tanak Awu sebagai wakil dari empat
desa yang terkena dampak langsung adanya BIL sekaligus sebagai
mediator antara perusahaan dengan komunitas PKL untuk melihat sejauh
mana perannya dalam penertiban PKL di bandara.
4. Bapak Lalu Ruslan,koordinator Tim Tiga Belas selaku mediator untuk
mengatahui sejauh mana peran dan efektivitas upayanya dalam penertiban
PKL di bandara.
5. Bapak Lalu Syukri, Ketua KSU (Koperasi Serba Usaha) BIL Lokal
Transport untuk mengetahui dan menggali lebih jauh mengapa proses
penertiban terkesan lamban.

17
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Wawancara Kelompok (group interview)

Salah satu metode wawancara yang dipercaya dapat memperluas


pandangan mengenai situasi tertentu adalah dengan melakukan wawancara
dengan sekelompok orang. Patton seperti dikutip dalam Flick (2009:195)
mendefinisikan:

Wawancara kelompok sebagai wawancara yang dilakukan dengan


sekelompok kecil orang-orang dalam topik yang spesifik yang terdiri dari
enam sampai delapan orang partisipan dalam waktu satu setengah sampai
dua jam.

Wawancara kelompok dilakukan untuk merekam bagaimana tingkat


penerimaan komunitas PKL atas kebijakan PT AP-I (Persero) Cabang
BIL.Kemudian untuk mengetahui mengapa mereka bersikukuh untuk tetap
berjualan di bandara. Wawancara kelompok dilakukan di lokasi PKL kepada
beberapa PKL yang dipilih dengan metode random.

c. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang biasa digunakan


dalam riset kualitatif.Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan fenomena penelitian.Fenomena ini mencakup interaksi (perilaku) dan
percakapan yang terjadi diantara subyek yang diteliti, sehingga keunggulan
metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk yakni interaksi dan
percakapan.Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung ke
Sekretariat PT AP-I.Observasi juga dilakukan dilokasi tempat PKL
beraktivitastujuannya adalah untuk melengkapi data yang diperoleh sebelum
melakukan wawancara.

d. Dokumentasi

Adapun sumber dokumentasi ini yakni: (1) berupa tulisan dan foto-foto
yang penulis dapatkan dari Sekretariat PT AP-I (Persero) Cabang Bandara
Internasional Lombok(BIL) dan sumber lainnya; (2) bahan tertulis baik berupa,

18
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

surat, memo, pengumuman resmi, Surat Keputusan, risalah pertemuan, surat


pernyataan, danagenda; (3) berita yang disiarkan melalui media massa Lokal
maupun Nasional,misalkan berita-berita yang memuat tentang bandara dengan
PKL-nya; dan (4) foto-foto visual yang didapat secara langsung di lapangan
maupun dari sumber-sumber lain.

6. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


purposive sampling yaitu pemilihan sample (informan) berdasarkan karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan penelitian ini. Tipe dari
purposive sampling yang digunakan dalam menentukan informan penelitian ini
adalah snowball sampling. Tahapan penentuan sampel bola salju yakni: (i)
menentukan satu/ beberapa orang responden untuk diwawancarai di titik awal
penarikan sampel; (ii) responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan
pengetahuan/informasi yang diperoleh dari responden awal; (iii) demikian
seterusnya sampai peneliti memutuskan jumlah responden sudah mencukupi
(Bulaeng, 2004: 155). Pemilihan ini berhenti ketika data telah menjadi jenuh yang
berarti tidak menemukan lagi aspek baru dari fenomena yang diteliti. Informan
awal dari penelitian ini adalah Bapak Sudjud Muljadi selaku ketua Tim Penertiban
PKL di bandara.

7. Teknik Analisa Data

Tahap analisis dengan menggunakan pendekatan studi kasus


membutuhkan ketangguhan berfikir dari peneliti sendiri, penyajian bukti yang
cukup, serta pertimbangan yang seksama tentang interpretasi alternatif(Yin, 2006:
134). Analisa data digunakan untuk menjawab dan menjelaskan fenomena dan
permasalahan yang sedang diteliti. Tujuan analisis data adalah untuk menyajikan
data dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, wawancara
kelompok dan dokumentasi diolah, disederhanakan, disajikan dan diberi makna.
Maksudnya agar data yang diperoleh menjadi sebuah laporan yang utuh, menarik,
dan penuh makna, serta bersifat runtut dan logis. Sehingga keinginan penulis
untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang ditempuh PT AP-I
(Persero) Cabang BIL dapat dideskripsikan dengan baik dan jelas.

19
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Menurut Miles dan Huberman seperti dikutip dalam Ardianto (2010:223)


ada empat jenis kegiatan dalam analisis data sebagai berikut: (1) Reduksiyakni
kegiatan yang meliputi penyeleksian hasil wawancara baik wawancara mendalam
maupun wawancara kelompok kemudian hasil wawancara yang berupa transkrip
diseleksi dengan memilah-milah, mana yang harus dibuang dan mana dipakai.
Data yang dipilih yakni: pertama hal-hal yang berkaitan dengan upaya penertiban
PKL oleh PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL; kedua hal-hal yang berkaitan
dengan reaksi dan perilaku masyarakat lokal atas keberadaan bandara; ketiga hal-
hal yang berkaitan dengan penerimaan dan penolakan para PKL atas upaya
penertiban yang dilakukan.

(2) Model data (data display)yakni kegiatan ini meliputi pengumpulan


informasi-informasi yang didapat, mendeskripsikan data-data yang berbentuk
angka dan membuat kesimpulan atas informasi-informasi yang dikumpulkan.
Data-data dari wawancara mendalam dipadukan dengan wawancara kelompok,
kemudian dilakukan pengecekan balik melalui observasi lapangan yang menjadi
uraian-uraian dalam bentuk teks naratif. Selain itu sajian data bisa juga berupa
berbagai jenis foto atau Gambar, skema, dan lain sebagainya.

(3) Proses analisis yaknimelakukan analisis terhadap data-data tentang


strategi komunikasi yang ditempuh PT AP-I (Persero) Cabang BILdalam
menyelesaikan kasus penertiban PKL berdasarkan konsep dan kerangka teori
yang peneliti gunakan dalam menyajikan tulisan ini. Dengan demikian dapat
diketahui dari dua pendekatan yang digunakan tersebut pendekatan mana yang
lebih efektif.

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan terakhir sebagai kesimpulan


dari keseluruhan proses yakni dari awal pengumpulan data sampai mendapatkan
data-data yang siap diolah. Pada tahap ini peneliti memutuskan apa makna upaya
yang dilakukan oleh PTAP-I dalam menertibkan PKL. Langkah selanjutnya
mencatat keteraturan, pola-pola, menjelaskan konfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat, dan proposisi-proposisi dari keseluruhan data yang diperoleh. Yang
terakhir dari seluruh proses ini adalah penarikan kesimpulan akhir yang sesuai
dengan pertanyaan penelitian.

20
Strategi Komunikasi PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang BIL dalam Penertiban PKL di Bandara
Periode
Oktober 2011 – Mei 2014 (Studi Kasus Upaya Penertiban Pedagang Kaki Lima di Bandara
Internasional
Lombok)
Lale Fitria Ariyani
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

Metode triangulasi digunakan untuk menyelidiki validasi data dan


mengetahui validitas tafsiran peneliti terhadap datakarena itu triangulasi bersifat
reflektif. Denzim membedakan metode triangulasi menjadi empat macam yakni:
penggunaan sumber, metode, penyidikan, dan teori. Namun dalam penelitian ini,
hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Metode
triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek kembali tingkat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
Cara pengecekannya adalah sebagai berikut: pertama—membandingkandata hasil
pengamatan langsung dengan data hasil wawancara; kedua—membandingkanyang
dikatakan sumber di depan forum dan yang dikatakan secara pribadi; ketiga—
membandingkankeadaan dan perspektif Tim Penertiban PKL dengan berbagai
pendapat konstituen yang lain;yang terakhir dengan membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

9. Limitasi Penelitian

Guna membatasi ruang lingkup penelitian maka penelitian ini hanya akan
meneliti sampai pada penerimaan para PKL untuk ditertibkan yang ditandai
dengan adanya kesediaan dari pihak PKL maupun perusahaan untuk melakukan
relokasi dan menyediakan tempat relokasi. Mengingat waktu penelitian yang tidak
bisa merekam keseluruhan kasus sampai tuntas yakni sampai dengan PKL sudah
ditempatkan di tempat relokasi yang telah selesai dibangun.Salah satu tujuan
penelitian ini untuk melihat strategi komunikasi yang dilakukan perusahaan
dengan publik eksternalnya,serta menjawab pertanyaan penelitian yakni
bagaimana strategi yang dilakukan PT AP-I dalam upaya penertiban PKL di
bandara. Sehingga data yang peneliti kumpulkan hanya sampai pada bagaimana
upaya-upaya yang dilakukan PT AP-I dalam menertibkan PKL sudah dapat
menjawab pertanyaan penelitian ini.

21

Anda mungkin juga menyukai