TINJAUAN PUSTAKA
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
balingbing bulu (Madura); Bali: blingbing buloh (Bali); Nusa Tenggara: limbi
6
(ambon); balibi (halmatera); Papua: oteke (Papua) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2006).
sedikit, arahnya condong ke atas, pada cabang yang muda berbulu halus seperti
beludru, warna coklat muda. Daunnya tersusun daun majemuk, terdiri atas 21-45
pasang daun. Bentuk daun lonjong, ujungnya lancip sampai luncip, permukaan
daun bagian atas berbulu jarang sedangkan pada bagian bawah berbulu padat
seperti beludru, panjang 2-10 cm, lebar 1,25-3 cm. Perbungaan berupa malai,
5-20 cm; helaian mahkota bunga berbentuk elips; panjang 13-20 mm, berwarna
ungu gelap dan bagian pangkalnya ungu muda; benang sari semuanya subur. Buah
bentuk lonjong sampai bentuk galah, panjang 4-6,5 cm, berwarna hijau
kekuningan, rasanya asam sekali. Bijinya berbentuk bulat telur agak gepeng.
Masa berbunga sepanjang tahun (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006).
buahnya antara lain: saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam
tanin, glukosida, kalsium oksalat, dan kalium sitrat (Permadi, 2006). Pada bagian
daun mengandung flavonoid, tanin, kumarin, saponin dan asam- asam organik
7
2.1.5 Manfaat Tanaman
untuk penderita nyeri sendi, kencing manis, demam, darah tinggi dan salesma
Organ hati sebagian besar terletak di perut bagian kanan atas, yakni
dibelakang iga. Hati, dinamakan juga liver atau hepar merupakan kelenjar tubuh
dengan berat sekitar 1/36 berat badan orang dewasa, yaitu berkisar 1.200-1.600 g.
Ukuran hati yang normal adalah selebar telapak tangan orang itu sendiri atau kira-
Hati terdiri dari dua lobus utama, yakni lobus kanan dan kiri. Lobus kanan
merupakan bagian terbesar sementara lobus kiri lebih kecil (Gambar 1). Setiap
8
lobus terdiri dari ribuan lobulus yang merupakan unit fungsional. Setiap lobules
terdiri dari sel-sel hati yang berbentuk kubus, tersusun melingkar mengelilingi
vena sentralis. Diantara lobules (interlobular) terdapat saluran empedu dan kapiler
bernama sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika
mencapai garis cartilage costalis tetapi tepi hati yang sehat tidak dapat teraba
(Gibson, 2002).
Pada orang dewasa, darah yang mengalir setiap menit melalui hati
diperkirakan sekitar 1.200-1.500 mL. Darah yang mengalir tersebut didapat dari
dua sumber yaitu vena porta dan arteria hepatika. Vena porta membawa zat
makanan karena alian darah dari saluran cerna, selain dari limpa dan pankreas
(Dalimartha, 2006).
Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks yang penting
a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu. Hal ini merupakan fungsi utama
hati. Hati mengekskresikan sekitar satu liter empedu setiap hari. Garam
empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus.
9
melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang kemungkinan
aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupfer yang terdapat di dinding
sinusoid hati.
d. Fungsi vaskuler hati pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati
penampung dan bekerja sebagai filter karena letaknya antara usus dan
sirkulasi umum.
Enzim ini terdapat dalam sel-sel jaringan tubuh tetapi yang terbanyak
dan sebagai sumber utamanya adalah sel-sel hati. Enzim ini sebagian besar
kerusakan sel hati. Namun, kadar SGPT tidak sensitif dalam mendeteksi
SGPT adalah 35 U/L. Sedangkan pada hewan mencit memiliki rentang kadar
10
b. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)/ AST (Aspartat Amino
Transaminase)
Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan
di hati. Enzim ini juga terdapat di otot rangka, otak dan ginjal. Kadar normal
dalam darah 10-40 U/L. Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati (Rathis,
et al., 2013). Pada hewan mencit memiliki rentang kadar normal SGOT
yakni SGOT dan SGPT. Bila sel-sel hati rusak atau mengalami nekrosis,
meningkat dalam darah. Tetapi sebagai ukuran adanya nekrosis sel-sel hati
yang paling sering digunakan ialah SGPT. Enzim SGPT adalah enzim yang
dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati
sedangkan dalam jantung dan otot- otot skelet kurang jika dibandingkan
dengan SGOT. Apabila kerusakan yang timbul oleh radang hati hanya kecil,
kadar SGPT lebih dini dan cepat meningkat dari kadar SGOT (Sibuea, et al.,
2005).
c. Alkalin fosfatase
terdapat dalam banyak jaringan, terutama berasal dari hati, tulang, mukosa
usus, dan plasenta. Alkalin fosfatase meningkat bila terjadi sumbatan aliran
11
empedu (kolestasis). Pada penyakit hati infiltratif termasuk TBC
kenaikan Alkalin fosfatase dapat mencapai 2-10 kali nilai normal. Angka
Alkalin fosfatase normal untuk orang dewasa adalah 1,5-4,0 U Bodansky atau
d. Bilirubin
penghancuran sel darah merah) melalui biliverdin. Ini terjadi di limpa, hati,
dan sumsum tulang. Bilirubin di angkut ke hati dalam serum melekat pada
albumin, dan pada tahap tidak berubah yaitu tidak larut dalam air. Hepatosit
mengubah bilirubin tadi menjadi bentuk konjugasi larut air yang di ekresikan
melalui empedu ke dalam usus. Angka normal bilirubin pada orang sehat yaitu
Hepar memiliki sangat sedikit jaringan ikat untuk organ yang demikian
besar. Terdapat selapis jaringan ikat fibrosa yang menutupinya setebal 70-100 μm
yang disebut kapsula Glisson. Komponen struktur utama dari hepar adalah sel
berbentuk polihedral, intinya bulat terletak ditengah, nukleolus dapat satu atau
lebih dengan kromatin yang menyebar. Sering adanya dua inti, sebagai hasil
pembagian yang tidak sempurna dari sitoplasma setelah terjadi pembelahan inti.
12
Sitoplasmanya agak berbutir, tetapi tergantung pada perubahan nutrisi serta fungsi
seluler. Diantara hepatosit terdapat saluran sempit yaitu kanalikuli biliaris, yang
Hepar mendapat aliran darah ganda. Vena porta membawa darah dari usus
dan organ tertentu, sedangkan arteri hepatika (dari aorta) membawa darah bersih
yang mengandung oksigen. Terlihat pada (Gambar. 2) vena porta dan arteri
asinus hati. Venula pendek berasal dari vena pembagi dan berakhir langsung pada
daerah portal dan diserap oleh cabang-cabang vena portal. Hanya sebagian kecil
darah mencapai sinusoid secara langsung melalui arteriol yang merupakan cabang
mengisi lobulus, yang membawa darah dari arteri dan vena interlobularis, masuk
13
sinusoid dan menuju vena sentralis. Arteri dan vena interlobularis didalam lobulus
histopatologi. Pada penderita kerusakan hati perubahan pada hati dapat terjadi
secara kuantitatif (pengurangan jumlah atau ukuran sel) dan kualitatif (nekrosis,
perubahan inti sel menjadi lebih kecil (piknosis) bahkan mulai menghilang hanya
terlihat sitoplasma yang kosong berisi deposit glikogen dan membesar tanpa inti
serta bentuk sitoplasma yang mengalami hiperkromatik. Selain itu juga terlihat
jaringan granulasi dan akhirnya terbentuk jaringan parut. Hal ini menjelaskan
bahwa pemberian karbon tetraklorida dapat merusak selhati. Pada hati, umumnya
beberapa sel beta menunjukkan degranulasi lengkap dan sitoplasma yang kosong
karena terjadinya nekrosis atau kematian sel yang disebabkan adanya pengerutan
yang ditimbulkan oleh zat-zat yang mempunyai efek sitotoksik seperti karbon
CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP 2E1) menjadi radikal
14
radikal triklorometil peroksil (CCl3O2*) yang dapat menyerang lipid membran
kematian sel. Sebelum terjadinya kematian sel, terlebih dahulu diawali dengan
dapat menyebabkan kerusakan pada hati yang disebabkan oleh radikal bebas.
hati. Aktivasi tersebut akan mengubah CC14 menjadi metabolit yang lebih
toksik, sehingga dapat menyebabkan kerusakan hati pada hewan coba dan
oksidatif, yang dapat menimbulkan gangguan pada hati. Stres oksidatif yang
berlebihan dalam tubuh perlu tambahan antioksidan dari luar (Rohmatin, et al.,
2015).
hepatitis virus pada manusia. Cedera hepar akibat toksis CC14 diantaranya
15
2.4 Ekstraksi Dan Fraksinasi
2.4.1 Ekstraksi
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara
ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel tertentu dan menggunakan medium
ekstraksi:
1. Cara Dingin
a. Maserasi
penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,
16
maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
b. Perkolasi
2. Cara Panas
a. Refluks
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
b. Sokletasi
c. Digesti
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
17
d. Infus
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30˚C) dan
Indonesia, 2000).
mentah obat tertentu berdasarkan pada daya larut zat aktif dan zat tidak aktif serta
zat yang tidak diinginkan juga tergantung pada tipe preparat farmasi yang
Walaupun air dan alkohol serta gliserin (dalam jumlah yang lebih sedikit),
mungkin yang paling sering digunakan sebagai pelarut dalam ekstrak obat, asam
asetat dan palarut-pelarut organik seperti eter dapat digunakan untuk tujuan
dll.
Indonesia, 1979).
18
2.4.2 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair.
yaitu dari non polar, semi polar, dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non
polar akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam
pelarut semi polar, dan yang bersifat polar akan larut ke dalam pelarut polar.
19