Anda di halaman 1dari 17

Pendahuluan

Modul ini berisi tentang struktur atas bangunan gedung meliputi pokok bahasan
Kolom, Balok, Pelat, Rangka Atap, dan Tangga. Struktur atas merupakan bagian penting
dari berdirinya suatu bangunan gedung. Komponen-komponen struktur atas tentunya harus
direncanakan sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan teknik sipil dan sesuai dengan standar
dan ketentuan yang berlaku. Dengan berdirinya struktur atas yang merupakan rangkaian
dari struktur bawah, maka pekerjaan-pekerjaan lainnya sebagai sub-sistem bangunan
gedung baru dapat dilaksanakan.
Modul 2 (dua) ini merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya, sajian ini
mengikuti urutan capaian kompetensi yang harus dilalui oleh pembelajar. Merujuk dari
capaian kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa mempelajari modul ini, maka sub
capaian kompetensi dapat dicapai oleh mahasiswa bilamana mempelajari modul secara
runut sebagai berikut: struktur kolom yang terbuat dari bahan baja dan beton bertulang,
struktur balok, pelat, rangka atap, dan tangga. Dengan belajar secara runut materi-materi
dalam modul ini dan adanya pengayakan dari sumber-sumber belajar yang ada, diharapkan
kompetensi mahasiswa PPG terkait dengan struktur atas bangunan gedung dapat
meningkat.

Capain Pembelajaran
Mahasiswa setelah mempelajari modul ini mampu mengaplikasikan pembelajaran
terkini, mengidentifikasi, dan menganalisis struktur atas konstruksi bangunan gedung
meliputi struktur kolom, balok, pelat, rangka atap, dan tangga.

Sub Capaian Pembelajaran

Mahasiswa setelah mendalami kegiatan belajar struktur atas ini, mahasiswa dapat
lebih mendalami:
1. Konstruksi kolom dari bahan baja
2. Konstruksi kolom dari beton bertulang
3. Konstruksi balok yang terbuat dari bahan baja
4. Konstruksi balok yang terbuat dari bahan beton.
5. Konstruksi pelat beton bertulang.
6. Konstruksi rangka atap.
7. Konstruksi tangga.

MODUL STRUKTUR ATAS 1


Petunjuk Penggunaan Modul

Pelajarilah modul ini tentang Struktur Atas Bangunan Gedung yang meliputi
struktur kolom, balok, pelat, dan tangga. Masing-masing materi pokok bahasan
diuraian secara umum yang rinciannya juga bisa anda pelajari dalam media ataupun
tautan link-internet yang sudah ada alamat lamannya.
Langkah-langkah untuk mempelajari modul ini dapat dilakukan secara runut
sebagai berikut:
1. Bacalah dan pahamilah modul ini secara berurutan masing-masing kegiatan
pembelajaran mulai dari uraian materi, deskripsi masing-masing materi, test
formatif dan tugas yang harus dikerjakan sebagai latihan.
2. Pada saat mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari uraian materi,
mahasiswa bisa konsultasi dan diskusi dengan dosen pembimbing melalui
sarana yang ada.
3. Silakan berdiskusi dengan teman sejawat untuk menyelesaikan permasalahan
yang anda hadapi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan sarana
pembelajaran hybrid ini.
Tetaplah bersemangat untuk meningkatkan kompetensi anda melalui

pembelajaran sepanjang hayat dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia

secara online.

Uraian Materi

A. Struktur Rangka Atap

Konstruksi rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi untuk
menyangga penutup atap yang terletak di atas kuda-kuda. Fungsi rangka atap yang
lebih spesifik adalah menerima beban dari penutup atap dan beban sendiri
komponen rangka atap. Beban-beban tersebut disalurkan melalui kolom hingga ke
pondasi bangunan. Ditinjau dari bahan rangka atap dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Struktur Rangka Atap Kayu
Komponen konstruksi kuda-kuda kayu tampak seperti Gambar 2.31, kaki
kuda-kuda menerima gaya tekan dan menyalurkan beban gaya dari penutup atap

MODUL STRUKTUR ATAS 2


dan rangka gording kearah tumpuan kuda-kuda. Batang horizontal menerima gaya
tarik yang disebut sebagai batang tarik akibat dari adanya gaya tekan yang menekan
pada kedua tumpuan kuda-kuda. Batang sokong menerima gaya netral, sedangkan
balok gapit dan balok kunci sebagai stabilitas rangka kuda-kuda dan sambungan.

Gambar 2.31. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda Kayu


Keterangan:
a. Balok tarik
b. Balok kunci
c. Kaki kuda-kuda
d. Tiang gantung
e. Batang Sokong
f. Balok Gapit
g. Balok Bubungan / nok
h. Balok Gording
i. Balok Tembok

Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda


konstruksi kayu berdasarkan bentang kaki kuda-kuda berikut.
1) Bentang 3-4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya
dari kayu, atau beton bertulang.

Gambar 4.32. Kuda-kuda bentang 3 – 4 meter


2) Bentang 4-8 Mater
Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.

MODUL STRUKTUR ATAS 3


Gambar 4.11. Kuda-kuda bentang 4 – 8 meter
b. Struktur Rangka Atap Baja
1) Struktur Rangka Atap Truss
Bentuk struktur rangka batang (truss) dipilih karena mampu menerima
beban struktur relatif besar dan dapat melayani kebutuhan bentang struktur
yang panjang. Bentuk struktur ini dimaksudkan menghindari lenturan pada
batang struktur seperti terjadi pada balok. Pada struktur rangka batang ini
batang struktur dimaksudkan hanya menerima beban normal baik tarikan
maupun beban tekan. Bentuk paling sederhana dari struktur ini adalah
rangkaian batang yang dirangkai membentuk bangun segitiga. Titik rangkai
disebut sebagai simpul/buhul atau titik sambung. Struktur rangka statis
umumnya memiliki dua dudukan yang prinsipnya sama dengan dudukan
pada struktur balok, yakni dudukan sendi dan dudukan gelinding atau
gelincir. Berdasarkan persyaratan tersebut kestabilan rangka batang dapat
ditulis:
n=2J–R
dimana: n = batang struktur (member)
J = titik sambung atau simpul
R = jumlah komponen reaksi perletakan
Untuk dapat menentukan gaya dengan prinsip perhitungan gaya sesuai
hukum Newton, persyaratan kestabilan tersebut harus dipenuhi lebih
dahulu. Jika suatu struktur rangka tidak memenuhi persyaratan kestabilan
tersebut, struktur rangka tersebut disebut sebagai struktur rangka statis tak
tentu. Metoda yang banyak digunakan dalam perhitungan rangka sederhana
adalah metoda kesetimbangan titik simpul dan metoda potongan (Ritter).
Struktur rangka adalah jenis struktur yang tidak efisien apabila
digunakan untuk beban lateral yang sangat besar. Untuk memikul beban
yang demikian akan lebih efisien menambahkan dinding geser (shear wall)
atau pengekang diagonal (diagonal bracing) pada struktur rangka. Apabila
persyaratan fungsional gedung mengharuskan penggunaan rangka, maka

MODUL STRUKTUR ATAS 4


dimensi dan geometri umum rangka yang akan didesain sebenarnya sudah
dipastikan. Masalah desain yang utama adalah pada penentuan titik hubung,
jenis material dan ukuran penampang struktur.
Derajat kekakuan struktur rangka tergantung antara lain pada banyak
dan lokasi titik-titik hubung sendi dan jepit (kaku). Titik hubung sendi dan
jepit seringkali diperlukan untuk maksud-maksud tertentu, meminimumkan
momen rencana dan memperbesar kekakuan adalah tujuan-tujuan desain
umum dalam memilih jenis rangka. Tinjauan lain meliputi kondisi pondasi
dan kemudahan pelaksanaan. Gambar 3.32 menunjukan beberapa jenis
struktur rangka yang mempunyai bentuk berdasarkan pada momen lentur
yang terjadi padanya.

Gambar 3.32. Bentuk Kuda-kuda Tuss

2) Konstruksi Rangka Atap Truss Baja Ringan


Konstruksi rangka atap baja ringan, adalah konstruksi yang terbuat dari
bahan baja ringan (truss), saat ini sudah menjadi solusi bagi rangka atap
rumah biasa yang masih menggunakan bahan kayu sebagai bahan dasar.
Konstruksi rangka atap dengan menggunakan baja ringan yang disusun
untuk dapat menopang beban di atasnya. R angka atap baja ringan ini telah
banyak digunakan karena lebih effisien, sehingga biaya perawatan lebih
murah, serta memiliki keunggulan lain dengan menggunakan baja ringan
untuk atap rumah yaitu tahan lama dengan bahan baja ringan tersebut.
Rangka atap baja ringan dipasang dengan sistem konstruksi baja ringan
yang stabil dan kokoh dengan keunggulan baja ringan yang tahan terhadap

MODUL STRUKTUR ATAS 5


segala cuaca, tidak berkarat, anti rayap, kuat untuk puluhan tahun, atap
rumah akan semakin kokoh dengan menggunakan rangka atap baja ringan
dan memiliki kelebihan kelebihan.
Berikut ini adalah bentuk, dan fungsi dari baja ringan yang akan
dijadikan rangka atap pada bangunan. Spesifikasi teknis baja ringan,
masing-masing produk akan berbeda sesuai dengan tipe dan jenis yang
diproduksi oleh pabrik, namun spesifikasi itu tidak jauh dari bentuk dan
ukuran.

Tabel 5.1 Material Utama Bahan Rangka Atap baja Ringan

Gambar 2.33. rangka atap baja ringan

MODUL STRUKTUR ATAS 6


Gambar 2.34. Bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan

Bagian-bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan:


1) Bearing/ Support point: Titik simpul pada suatu kuda-kuda yang
difungsikan sebagai tumpuan/perletakan kuda-kuda. Tumpuan kuda-
kuda minimal berjumlah dua buah, dan dipilih dari panel point yang
berada di atas struktur penopang kuda-kuda (kolom atau ringbalk).
2) Pitch: Sudut kemiringan atap (dalam derajat).
3) Overhang: Perpanjangan dari batang utama atas, yang melewati posisi
tumpuan rangka atap.
4) Clear span: Jarak horisontal antara dua sisi dalam pada tumpuan kuda-
kuda
5) Apex: Titik simpul yang berada di puncak kuda-kuda (truss).
6) Heel joint: Titik simpul yang merupakan pertemuan antara batang
utama atas dan bawah
7) Panel point: Titik simpul yang merupakan pertemuan beberapa
elemen batang pada suatu struktur kuda-kuda.
8) Span: Jarak horisontal antara as/sumbu ke as/sumbu tumpuan kuda-
kuda.
9) Top chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian atas dari
kuda-kuda
10) Bottom chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian bawah
dari kuda-kuda

MODUL STRUKTUR ATAS 7


11) Webb: Batang-batang yang terletak di bagian dalam dari kuda-kuda

Beberapa kelebihan rangka atap baja ringan, antara lain yaitu;

 Lebih awet, tidak dimakan rayap


 Tahan terhadap api materialnya ringan dan mudah dirakit, bila
dibandingkan rangka kayu
 Dapat dirancnag dan dibuat dalam bentangan yang panjang dan lebar
 Struktur dengan sistem plat Buhul di setiap tumpuan sendi (seperti
jembatan) lebih kokoh dari kuda-kuda baja lainnya.
 Struktur menggunakan sistem tumpuan sendi dan roll

Beberapa kekurangan rangka atap baja ringan, antara lain yaitu;

 Membutuhan tukang yang ahli


 Strukturnya seperti jaring, maka bila ada salah satu bagian struktur
yang salah hitung ia akan menyeret bagian lainnya.
 Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dipotong
dan dibentuk berbagai bentuk.

3) Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam

Zakariya (2013:6) menyatakan bahwa konstruksi gable frame


merupakan konstruksi statis tidak tentu. Konstruksi ini bisa diselesaikan
dengan cara cross, clapeyron, slope deflection, tabel dan sebagainya. Gaya
yang pada batang-batangnya adalah momen, gaya lintang, dan gaya normal.
Gable frame pada gambar 2.29 terdiri dari berbagai komponen
penyusunnya antara lain base plate, kolom, rafter, haunch, dan stiffener.
Komponen ini merupakan komponen yang menunjang kekuatan stukturnya.
Namun dalam perhitungan beberapa komponen ini sering tidak dihitung.
Zakariya (2013;6) mengemukakan bahwa pengaku (haunch) pada gable
frame berfungsi untuk mencukupi kekuatan sambungan. Jika dalam
perhitungan haunch diikutsertakan maka diharapkan adanya penurunan
tegangan dan lendutan. Haunch mempunyai pengaruh terhadap kekuatan
struktur gable frame.

MODUL STRUKTUR ATAS 8


Gambar 2.35. Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam (Gagble Fame)

Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I dengan sumbu


simetri ganda, yang dihasilkan dari proses canai panas (Hot rolling mill)
atau profil tersusun buatan. Baja Profil WF-beam memiliki dimensi tinggi
badan (H), lebar sayap (B), tebal badan (t1), tebal sayap (t2) merata dari
ujung hingga pangkal radius (r) dengan penjelasan seperti pada Gambar
4.30 berikut ini.

Gambar 2.36. Profil Wide Flange


c. Komponen Rangka Atap
Komponen rangka atap mengikuti jenis penutup atap, untuk penutup atap
jenis genting komponen rangka atap meliputi.
1) Reng, merupakan bilah/batang (kayu) yang melintang di atas kasau
dan berfungsi sebagai tempat menempatkan posisi genting. Reng dari
batang kayu yang ada di lapangan berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm
dengan panjang sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup
atap dan menerus-kannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup
dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan.
2) Kaso, berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan
meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran
5/7cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d.

MODUL STRUKTUR ATAS 9


50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk
akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada
kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk
menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
3) Gording, merupakan elemen rangka atap yang membagi bentangan
atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal.
Gording meneruskan beban dari penutupatap, reng, usuk, orang,
beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhulkuda-kuda. Gording
berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-
kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording
harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus
berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda
sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording
kayu biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm
dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d.2,5 m.
4) Listplank, Listplank tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang
pada ujung bawah kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank
harus dilindungi terhadap cucuran air ujan dan terhadap panas
matahari agar tidak cepat lapuk.
5) Kaki kuda-kuda, merupakan batang miring yang membentuk sudut
kemiringan atap, berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan
menopang beban gaya-gaya yang timbul. Seperti pada kaki kuda-kuda
bagian bawah akan timbul gaya horizontal dan gaya vertikal yang
harus ditahan oleh tembok pendukungnya.
6) Jurai dan Sagord, pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau
kayu atau framework yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai
dalam dan jurai luar. Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari
tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut
sehingga posisi bisa digeser.

MODUL STRUKTUR ATAS 10


B. Konstruksi Tangga

Tangga merupakan sarana sirkulasi vertical pergerakan manusia dan barang


yang berfungsi untuk menghubungkan dua tempat atau lebih yang memiliki
ketinggian berbeda. Fungsi utama tangga adalah untuk mendukung aktifitas
manusia yang berlangsung dalam dua tempat yang memiliki ketinggian berbeda,
terutama pada bangunan-bangunan bertingkat.
Tangga sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi bangunan bertingkat,
akan tetapi terdapat juga pada tempat-tempat yang memiliki beda tinggi. Beda
tinggi suatu tempat bersifat relatif ada yang cukup tinggi, sedang dan ada yang
rendah. Perbedaan tinggi lantai dalam suatu bangunan bertingkat termasuk cukup
tinggi, sehingga perlu disain yang ideal untuk dapat memenuhi kebutuhan aktifitas
manusia.
Konstruksi tangga bila ditinjau dari bahan yang digunakan dapat dibedakan
menjadi tangga kayu, beton, dan baja. Masing-masing bahan yang digunakan untuk
konstruksi tangga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tangga
kayu memiliki kelebihan mudah dibentuk sesuai desain arsitekturnya, sedangkan
kelemahannya adalah mudah terbakar dan kekuatan lebih rendah dibandingkan
tangga yang dibuat dari bahan beton atau tangga. Tangga yang dibuat dari beton
dan baja sama-sama memiliki kemudahan dibentuk dan memiliki kekuatan yang
lebih tinggi dibandingkan bahan dari kayu.
Sarana lain yang memiliki fungsi yang sama dengan tangga adalah:
 Eskalator (tangga berjalan) dipakai untuk bangunan pertokoan, mall.
 Elevator (lift) dipakai untuk bangunan perhotelan, perkantoran, ramph (tangga
landai), untuk perbedaan tempat atau lantai yang tidak terlalu tinggi.
 Dogleg (tangga menggantung) dipakai pada bangunan menara atau mercu suar.

Persyaratan Teknis Konstruksi Tangga secara umum sebagai berikut.


 Memenuhi syarat konstruksi: awet, dapat bertahan dalam waktu yang cukup
lama, stabil dan kokoh.
 Memiliki keamanan yang cukup tinggi, disamping kokoh dilengkapi dengan
sarana pengaman tangga.

MODUL STRUKTUR ATAS 11


 Kemiringan tangga tidak terlalu tajam, kurang dari 450 sehingga manusia
tidak perlu merangkak dalam menaiki tangga dan tidak terlalu landai karena
akan memperbanyak kenaikan dan melelahkan disamping memakan tempat
yang bayak.
 Dilengkapi tempat pemberhentian sementara (bordes) pada setiap 12
kenaikan anak tangga.
 Diberi tinggi bebas ke atas sebesar 2,00 m yang ditentukan dari permukaan
antrede.
 Memiliki nilai estetika, karena tangga biasanya terletak pada ruang-ruang
utama.
 Perletakan tangga harus cukup representatif, mudah dijangkau dan tidak
tersembunyi.
 Lebar tangga: Lebar tangga harus sesuai dengan fungsi tangga sebagai sarana
sirkulasi.
 Ukuran lebar tangga ditentukan dari jarak tepi sandaran dalam. Untuk
sirkulasi satu arah minimal memiliki lebar 60 cm, sedangkan untuk dua
arah minimal 80 cm.

a. Komponen-komponen Konstruksi Tangga

Komponen konstruksi tangga secara umum sebagai berikut:


1) Boom atau ibu tangga: merupakan konstruksi utama yang menahan beban
tangga, membentang dari bawah ke atas. Apabila boom tangga menempel
pada dinding/tembok maka disebut boom tembok, bila tidak menempel
disebut boom bebas. Tangga dengan bahan kayu, komponen boom
menggunakan papan dengan tebal minimal 4 cm. Konstruksi tangga dari
bahan beton, komponen boon dalam bentuk balok ataupun plat beton
bertulang. Sedangkan konstruksi tangga baja menggunakan profil H atau C
yang menumpu pada dinding.
2) Tiang sandaran tangga: Pada konstruksi tangga dari bahan kayu terdapat
komponen tiang sandaran tangga yang ada pada bagian tangga atas dan
bagian tangga bawah.

MODUL STRUKTUR ATAS 12


3) Anak tangga: ada dua macam anak tangga yaitu anak tangga datar
(langkah datar) dan anak tangga tegak/papan sentuh (langkah naik). Kedua
anak tangga ini menempel pada boom tangga dengan menggunakan
sambungan takikan.
4) Pegangan/sandaran/relling tangga: yang berfungsi sebagai konstruksi
pengaman pengguna jalan, dan sebagai tempat berpegang pada waktu
menaiki atau menuruni tangga. Pada bagian boom bebas pegangan tangga
ini pada kedua ujungnya berhubungan dengan tiang sandaran tangga atas
dan tiang sandaran tangga bawah. Pada bagian boom tembok pegangan
ini menempel pada dinding dengan menggunakan penggantung baut viser
dan klos. Pegangan tangga harus terbuat dari kayu/besi yang kuat dan
permukaannya harus halus. Minimal menggunakan kayu 5/7 cm.
5) Baluster atau balustrade : adalah merupakan konstruksi pengaman dan
berfungsi sebagai pendukung pegangan tangga (relling tangga) agar tidak
melentur pada waktu dipakai sebagai pegangan. Jarak baluster satu dengan
yang lain maksimum 30 cm. Bentuk penampang baluster dapat bervariasi
bisa bulat,persegi, empat persegi panjang dsb. Kayu untuk baluster harus
kaku dan cukup kuat.
6) Stepnoursing /hidung tangga/juluran : Untuk memperluas bidang injakan
(anak tangga datar) dan melindungi papan sentuh pada tangga kayu supaya
tidak mudah aus dapat diberi pelindung dari karet pada ujungnya.. Untuk
tangga dari bahan beton komponen stepnoursing dibuat dari keramik yang
dikasarkan atau vynil.
7) Papan sentuh: Pada konstruksi tangga dari bahan kayu terdapat komponen
Papan Sentuh yang dipasang pada anak tangga tegak, papan sentuh
berfungsi sebagai pengaku anak tangga datar dan penyalur beban tangga.
Papan ini berfungsi juga untuk mengurangi bunyi berderit pada waktu anak
tangga diinjak. Tangga dari bahan beton bertulang dan baja tidak dijumpai
adanya papan sentuh.
8) Balok Ravil: Konstruksi tangga dari bahan Kayu berbentuk balok yang
berfungsi sebagai pendukung boom dan tiang sandaran tangga atas, Balok
ravil ini tertopang pada tembok. Balok ravil menggunakan ukuran kayu 8/12

MODUL STRUKTUR ATAS 13


atau 8/14. Hubungan tiang sandaran dengan ravil dengan menggunakan baut
½ “. Sedangkan konstruksi tangga dari bahan beton dan baja, boom
menopang pada balok anak/induk di lantai atasnya.
9) Bordes tangga: Konstruksi tangga yang memiliki jumlah anak tangga lebih
dari 12 langkah naik atau tangga yang dibuat lebih dari satu tanjakan, maka
harus dipasang tempat istirahat atau yang sering disebut dengan bordes.
Bordes ditopang oleh balok bordes dan papan bordes.
10) Pondasi Tangga: menahan konstruksi tangga bawah dan meneruskan beban
ke tanah. Biasanya konstruksi pondasi tangga menggunakan plat setempat.

b. Macam-macam bentuk tangga.

Bentuk tangga ditentukan oleh besarnya ruang tangga dan perbedaan


tinggi lantai (floor to floor). Untuk ruang yang cukup luas disain tangga dapat
lebih leluasa. Untuk ruang yang terbatas sulit untuk membuat tangga yang ideal.
Pada ruang yang cukup luas, tangga tidak hanya berfungsi sebagai sarana
sirkulasi dari lantai yang satu kelantai berikutnya, tapi dapat berfungsi sebagai
tempat bersantai duduk menikmati lingkungan. Atau dapat juga merupakan titik
pandang dari suatu ruang bila tangga memiliki disain yang cukup indah. Tangga
yang paling menghemat ruang adalah tangga putar. Dari kondisi ruang yang
ada terdapat beberapa macam tangga:

1) Tangga tusuk lurus.


2) Tangga tusuk serong.
3) Tangga serong tunggal bagian bawah.
4) Tangga serong tunggal bagian atas.
5) Tangga serong ganda
6) Tangga bordes 90
7) Tangga bordes dengan dua bordes antara.
8) Tangga bordes 180
9) Tangga tusuk dengan perempatan bawah.
10) Tangga tusuk dengan perempatan atas.
11) Tangga tusuk dengan perempatan antara.
12) Tangga Tangga seperempat tusuk seperempat putaran.
13) Tangga poros dengan seperempat putaran 90
14) Tangga poros dengan setengah putaran 180
15) Tangga poros dengan tiga perempat putaran 270

MODUL STRUKTUR ATAS 14


16) Tangga bordes dengan lengan-lengan sejajar belokan dan lubang antara.
17) Tangga poros dengan putaran penuh 360
18) Tangga Inggris.

c. Merencanakan Anak Tangga

1) Menghitung Jumlah Anak Tangga.

a). Perhitungan berdasarkan perbedaan tinggi lantai.


Jumlah anak tangga dari satu lantai ke lantai berikutnya dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
A + 2 O = 63 cm
Keterangan A : antrede (anak tangga datar)
O : optrede (anak tangga tegak)
Cara yang paling mudah adalah berdasarkan pada beda tinggi lantai.
Lebar langkah datar (A) yang ideal adalah antara 25 cm – 30 cm. Sedangkan
tinggi langkah naik (O) yang ideal adalah antara 15cm – 20 cm.
Kemiringan tangga yang ideal adalah kurang dari 45o.
Contoh hitungan:
Beda tinggi lantai satu dan lantai dua telah ditentukan = 350 Cm (H).
ditentukan optrede ideal = 17,5 cm ( supaya mudah membaginya).
Maka lebar antrede dapat dihitung dengan persamaan :
A + 2 (17,5) = 63 cm
A + 35 = 63 cm
A = 28 cm ------------ cukup ideal
Sedangkan jumlah kenaikan dapat dihitung :
H / O = 350 / 17,5 = 20 kenaikan.
Satu tanjakan maksimum 12 kenaikan, jadi minimal dibuat 2 tanjakan, bila
setiap tanjakan dibuat sama, maka satu tanjakan = 10 kenaikan, jadi ada satu
bordes. Bentuk tangga = tangga bordes 180o.
Dalam perhitungan, bordes dihitung satu kenaikan. Jadi pada tanjakan
pertama jumlah kenaikan ada 10 termasuk bordes.
b). Perhitungan berdasarkan sudut kemiringan tangga
Untuk menghitung jumlah kenaikan dan jumlah anak tangga dapat
menggunakan sudut kemiringan tangga sebagai dasar perhitungan.

MODUL STRUKTUR ATAS 15


Penentuan ukuran langkah datar (antrede) dan langkah naik (optrede)
dengan menggunakan perbandingan berdasarkan besarnya sudut
kemiringan tangga.
Besar sudut kemiringan tangga paling landai adalah 25 dan paling
curam adalah 50. Jumlah anak tangga ditentukan berdasarkan perbedaan
tinggi lantai, sehingga perbandingan langkah datar dan langkah naik serta
jumlah kenaikan sangat menentukan ukuran panjang tangga dan panjang
ruang tangga.
Untuk memudahkan perhitungan, maka dapat dilihat pada grafik 1,
Pada grafik dapat terlihat besarnya kemiringan sudut tangga dari 25 sampai
50. Ukuran langkah datar dari 0 sampai 400 (dalam mm), ukuran langkah
naik dari 0 sampai 250 (dalam mm).
Dari grafik 1 dapat diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
Apabila menggunakan sudut kemiringan tangga 30 pada grafik, kemudian
memilih langkah datar 250 (dalam mm) maka akan diperoleh langkah naik
sebesar 145 (dalam mm).
Apabila kita ingin menggunakan tangga tusuk lurus, maka panjang
tangga dapat dihitung sebagai berikut : Misal beda tinggi lantai 2900 mm,
maka diperoleh jumlah kenaikan sebanyak : 2900/145 = 20 kali.
Panjang tangga = 2900/ sin 25o = 6904 mm atau = 6,904 m
Panjang ruang tangga = 250 x 20 = 5000 mm atau = 5 m
Bila ditentukan lebar tangga = 1000 mm, maka ruang tangga yang
dibutuhkan berukuran 5 m x 1 m.
Link hitungan tangga dapat di lihat pada laman berikut:
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14661-3107030411-
Presentation2.pdf
Daftar Pustaka

Ariestadi, Dian. 2008. Teknik Struktur Bangunan. Jakarta: Direktorat Pendidikan


Menengah Kejuruan.
C. de Weert , 1980, Ilmu Bangunan 3, terjemahan, Penerbit Erlangga; Jakarta.
Dado. 2014. Konstruksi Bangunan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.
Heinz Frick , 1991, Ilmu Konstruksi Bangunan 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

MODUL STRUKTUR ATAS 16


Mannes, Willibald, 1971, Designing Staircases, Van Nostrand Reinhold, Company,
New York.
Tamrin, A.G. 2008. Teknik Konstruksi Bangunan Gedung. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan.
Tapubolon, W.I. Hubungan Variasi Bentang Dengan Luasan Profil Pada Gudang
Baja Gable Frame Secara Teoritis Dan Penerapan Di Lapangan
Menggunakan Analisis Regresi. Skripsi diterbitkan. Jember: Universitas
Negeri Jember.

MODUL STRUKTUR ATAS 17

Anda mungkin juga menyukai