Anda di halaman 1dari 4

Perancangan Alat Proses

1. May Angriani/ 1141705003


2. Siti ramadhani/ 1141705001

AMMONIA VESSEL
CASE STUDIES IN FAST FRACTURE AN FATIGUE FAILUR
Introduction ammonia vessel
Ammonia adalah zat volatile dengan titik didih normal -33°C pada tekanan atmosfer. Untuk
mempermudah dalam penyimpanan dan pengangkutan ammonia, dikondisikan dapada tekanan tinggi
pada suhu rendah melalui bantuan kompresor, sehingga gas ammonia menjadi cair. Ammonia sendiri
merupakan material toxic yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan tenggorokan. Ammonia
yang digunakan secara komersial dinamakan ammonia anhidrat, istilah ini menunjukan tidak adanya
kandungan air didalamnya. Normalnya ammonia disimpan di tangki pada tekanan 15-20 atm dan
temperature 30-40°C. Ammonia bersifat korosif pada tembaga dan timah.

Ammonia vessel merupakan tanki yang digunakan untuk tranportasi atau pengangkutan
ammonia. Untuk menjaga ammonia dalam fasa cair terdapat dua pilihan yaitu disimpan pada temperature
yang sangat rendah atau disimpan pada tekanan yang tinggi, menggunakan bantuan kompresor sehingga
taki ammonia harus tahan terhadap tekanan tinggi atau memiliki funsi seperti pressure vessel. Pada saat
melakukan bongkar muatan cairan ammonia sering terjadi fluktuasi tekanan yang akan mempengaruhi
level dan suhu didalam tanki ammonia. Sehingga dibutuhkan pengaman yang berfungsi untuk
mengkontrol jumlah uap dan level dimana instrument terpasang pada tanki akan mengkompresi uap yang
terbentuk menjadi cairan ammonia kembali dan akan diumpankan ke dalam tanki lagi. Kenaikan tekanan
didalam tanki secara terus menerus akan membahayakan dan akan memicu terjadinya ledakan. Oleh
sebab itu uap yang terbentuk akan masuk kedalah unit kompresor untuk dikompresi dan sekanjutnya akan
didinginkan didalam condenser, bertujuan untuk menurunkan suhu ammonia kemudian ammonia akan
dirubah fasa menjadi liquid pada expansion valve dan akan dikembalikan ke tanki ammonia lagi. Adapun
bagan tanki penyimpanan ammonia adalah:
Perancangan Alat Proses
1. May Angriani/ 1141705003
2. Siti ramadhani/ 1141705001

Gambar 1. Amonia vessel

CASE STUDY: FAST FRACTURE OF AN AMMONIA TANK


Dari case terdapat sebuah tanki dengan panjang 6 m disambungkan dengan tutup berbentuk
setengah bola dikedua ujungnya. Dimana tanki akan digunakan untuk mengangkut ammonia. Tekanan
dikondisikan pada tekanan saturasi (yaitu tekanan liquid dan vapour berada pada tekanan ekuilibrium)
pada temperature 20°C tekanan absolutenya 8,57 bar pada temperature 50°C tekanannya 19,33 bar atau
1,9 MN/m2. Karena tanki berfungsi seperti pressure vessel maka tekanan maksimum adalah 2,0 MN/m2
gauge hal ini memungkinkan tanki aman pada suhu 50°C. saat unloaded cairan ammonia dari tanki fast
fracture terjadi disalah satu sambungan las tutup tanki sehingga menyebabkan tutup tanki terlepas dari
ujung shell. Agar menjaga ammonia pada fase cairan pada tekanan tinggi digunakan kompresor. Tekanan
operasi normal kompresor adalah 1,83 MN/m2. Coba bayangkan efeknya pada orang disekitar pelepasan
dasyat ini dengan volume vapour beracun yang sangat besar.

DETAIL OF FAILURE
Celah awal berada sedalam 2,5 mm, terbentuk dizona heat-effected antara shell dan dengan lasan
melingkar. Celahnya merambat mengeliulingi vessel. Korosi intergranular terjadi karena stress corrosion.
Fast fracture tejadi dengan penyebaran korosi transgranular ini menjelaskan zona yang terkena panas
memiliki ketangguhan patah yang sangat rendah.

Material Properties

Tanki terbuat dari high-strenght low-alloy steel yang memiliki kekakuan 712 MN/m2 dan
ketangguhan retakan 80 MN m-3/2. Panas dari proses pengelasan telah merubah struktur baja yang
berada pada zona heat-effected yang memiliki kekakuan 940 MN/m2 dan ketangguhan retak jauh lebih
rendah (39 MN m-3/2).
Perancangan Alat Proses
1. May Angriani/ 1141705003
2. Siti ramadhani/ 1141705001

Kesimpulan dan rekomendasi.

Studi kasus ini menjelaskan tentang ketangguhan retak yang tidak memadai. Namun, jika zona
yang terkena panas memiliki ketangguhan yang tinggi, retak akan terus menyebar dinding tankiyang
diakibatkan dari strees corrosion. Hingga akhirnya fast fracture terjadi. Satu-satunya cara untuk
menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan membuat desain yang aman dan material yang tepat.

PENYELESAIAN KASUS

Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa penyebab terjadinya fast fracture disebabkan oleh
kondisi operasi dan sifat korosif ammonia. Oleh sebab itu untuk memilih material bahan pembuatan
pressure vessel ialah dengan mempertimbangkan sifat material terhadap korosifnya ammonia dan
ketangguhan bahan terhadap kondisi operasi yang terjadi dimana proses penyimpanan gas ammonia
dalam keadaan cair menbutuhkan tekanan yang tinggi. Adapun beberapa jenis korosi yang harus
diperhatikan dari kasus tanki ammonia adalah.

a. Stress corrosion cracking


Stress Corrosion Cracking (SCC) merupakan korosi yang terjadi pada logam alloy (paduan)
dengan tensile stress yang relative konstans terekspose pada kondisi lingkungan yang korosif.
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menghilangkan salah satu factor
terjadinya SCC seperti:

1. Pemilihan material yang imun terhadap SCC. Tipe austenitic dan high chromium
content ferritic alloy rentan terhadap SCC.
2. Modifikasi lingkungan korosif dapat dilakukan.
3. Mengurangi tensile stress
b. Fast Fracture
Merupakan istilah untuk penyebaran retakan dalam material yang berkembang dengan
cepat, yang menyebabkan kegagalan material yang fatal sehingga structure akan pecah menjadi
dua.

c. Fatigue failure
Fatik atau kelelahan merupakan phenomena terjadinya kerusakan material karena pembebanan
yang berulang-ulang , diketahui jikaa suatu logam dikenai tegangan berulang maka logam
tersebut akan patah pada tegangan yang jauh lebih rendah dari tegangan yang dibutuhkan untuk
menimbulkan patahan pada beban static. Kerusakan akibat beban berulang ini disebut patah lelah
(fatigue failures). Karena umumnya patahan ini terjadi karena pemakaaian yang cukup lama.
Mekanisme terjadinya kegagalan fisik terjadi dari tiga fase
1. Awal retakan (initation crack)
2. Perambatan retak
3. Patahan akhir
d. Ammonia corrosion
Ammonia corrosion merupakan korosi yang disebabkan oleh kontak antara material
logam dengan ammonia. Ammonia korosif terhadap beberapa bahan seperti tembaga, seng dan
Perancangan Alat Proses
1. May Angriani/ 1141705003
2. Siti ramadhani/ 1141705001

kuningan. Hal yang harus diperhatikan adalah bejana bertekanan tidak dikenai korosi jenis ini.
Adapun cara penanggulanganya dapat dilakukan dengan penambahan air maupun pemilihan
bahan yang tepat.

Dari beberapa factor diatas dilakukan studi terhadap pemilihan bahan yang akan digunakan baik
dari segi ekonomi dan ketahanan direkomendasikan beberapa tipe material yang cocok digunakan yang
berasl dari alloy Stainlees Steel (SS) adapun kode SS yang digunakan berasal dari Austenitic tepatnya 304,
316 dan dari Duplex .

No Stainlees Steel (SS) Deskripsi Komposisi Kelebihan Kekurangan


1 SS 304 Mengandung nikel 8% Memiliki kekuatan, dan Harganya cukup
dan kromium 18% ketahanan pada suhu mahal namun
(baik suhu tinggi lebih murah dari
maupun suhu rendah) pada SS 316
dan memiliki ketahanan
korosi lebih kuat dari
jenis ferritik dan
martensitic.
2 SS 316 Mengandung nikel Memiliki kekuatan, dan Harganya lebih
10% dan kromium 16% ketahanan pada suhu mahan dari SS 304
(baik suhu tinggi
maupun suhu rendah)
dan memiliki ketahanan
korosi lebih kuat dari
jenis ferritik dan
martensitic.
3 SS DUPLEX SUPER Campuran logam Memiliki karakteristik
autenitic dan ferritic seperti autenitic namun
memiliki ketahanan SCC
yg lebih baik dari
autenitic dengan harga
yg lebih murah dari
autenitic

Selain materialnya kondisi proses juga dapat di rubah dengan menambahkan air pada ammonia untuk
mencegah terjadinya korosi atau keretakan karena ammonia yang dicampur dengan air tidak korosif
terhadap baja dan besi.

Anda mungkin juga menyukai