Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Birokrasi sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi pada semester 6 di Institut Pemerintahan
Dalam Negeri dan sebagai bahan pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak . Dalam penyusunan tugas ini, tidak
sedikit hambatan yang dihadapi penulis. Kelancaran dalam penyusunan tugas ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua sehingga kendala-
kendala yang dihadapi dapat teratasi.Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu, orangtua, dan dosen Teori Birokrasi telah memberikan pembelajaran
yang sangat bermanfaat.
Semoga laporan ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
serta memberikan informasi bagi masyarakat. Apabila ada saran dan kritik
terhadap tugas ini, penulis terima dengan senang hati.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN................................................................... 7
2.1 Perizinan......................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pendapat dari salah satu tokoh perancang UUD 1945 tersebut,
bahwa Indonesia sebagai Negara kesatuan yang memiliki jumlah penduduk yang
besar dan dengan keanekaragaman daerah memang membutuhkan pengelolaan
dan pengaturan khusus di tingkat daerah. Hal ini kemudian dijelaskan dalam pasal
18 UUD 1945 mengenai pembagian daerah dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi daerah provinsi dan dalam daerah provinsi terdapat
daerah kabupaten dan kabupaten.
1
Sejak tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa undang-
undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
menetapkan peraturan daerah (perda) sebagai salah satu instrumen yuridisnya.
2
Selain itu juga diatur lebih jelas dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Perindustrian, yang merupakan undang-undang pokok yang
mengatur tentang pelaksanaan dan pembangunan industri.
Kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh Negara, yang kesemuanya itu
memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam pemanfaatannya harus diatur dan
dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, sehingga tidak akan
adanya perusakan dalam lingkungan hidup.
3
Setiap pendirian perusahaan industri baru maupun setiap perluasannya
wajib memperoleh perizinan . Perizinan terkait dengan pengaturan, pembinaan
dan pengembangan industri. Sedangkan kewajiban memperoleh izin dapat
dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.
Pengecualian untuk mempunyai perizinan ini ditujukan terhadap jenis industri
tertentu dalam kelompok industri kecil yang karena sifat usahanya serta
investigasinya kecil lebih merupakan mata pencaharian dari golongan masyarakat
berpenghasilan usaha industri rumah tangga dan industri kerajinan.
Izin yang diberikan tentu saja memiliki dampak dan akibat terhadap
pemerintah daerah serta masyarakat daerah tersebut. Dampak dapat berupa
dampak negatif dan positif. Dampak positif dapat berupa meningkatnya ekonomi
di suatu daerah. Pemerintah yang bekerja sama dengan pengusaha dan
memberikan izin usaha akan membuat terbukanya lapangan pekerjaan baru yang
dapat mensejahterakan masyarakat setempat. Dampak negatifnya adalah
perusahaan yang diberikan izin seringkali merugikan masyarakat setempat.
Perusahaan hanya ingin mencari keuntungan untuk diriny sendiri. Setelah
perusahaan didirikan masyarakat banyak yang tidak mendapatkan hak-haknya
sedangkan hasil alam diambil sepuasnya oleh perusahaan.
4
Perusahaan industri wajib melaksanaan upaya keseimbangan dan
kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan
pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang
dilakukannya. Perusahaan industri yang didirikan pada suatu tempat, wajib
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang
dipergunakan dalam proses industrinya serta pencegahan timbulnya kerusakan
dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat usaha dan proses industri yang
dilakukan. Dampak negatif dapat berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat di sekelilingnya yang
ditimbulkan karena pencemaran tanah, air, dan udara termasuk kebisingan suara
oleh kegiatan industri. Dalam hal ini, Pemerintah perlu mengadakan pengaturan
dan pembinaan untuk menanggulanginya.
5
bidang usaha industri di antara instansi-instansi pemerintah, dan terutama dalam
upaya untuk mendapatkan hasil guna yang sebesar-sebesarnya dalam
pembangunan industri. Penyerahan urusan dan penarikannya kembali mengenai
bidang usaha industri tertentu dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah yang nyata, dinamis dan
bertanggung jawab, dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perizinan
Perizinan berasal dari kata izin, Izin menurut definisi yaitu perkenan atau
pernyataan mengabulkan. Sedangkan menuru tistilah mengizinkan memiliki arti
memperkenakan, memperbolehkan, tidak melarang. izin memiliki arti sempit dan
luas.
Dalam arti sempit izin adalah tindakan atau aksi yang dilarang, kecuali
jika diperbolehkan, tujuannya agar segala sesuatu yang berkaitan dengan
diperbolehkannya dapat diteliti. Pembuat undang-undang biasanya berkeinginan
untuk mencapai sesuatu untuk menghalangi situasi keadaan buruk yang menjadi
dasar suatu izin, tujuannya yaitu untuk mengatur tindakan yang dianggap
terlarang oleh hukum. Hal yang utama pada izin dalam arti sempit ialah suatu aksi
tindakan dilarang, kecuali jika diperbolehkan dan tujuannya agar dalam ketentuan
yang berkaitan bisa dengan teliti diberikan batas- batas tertentu bagi tiap kasus.
Dalam arti luas izin adalah alatt yang sering dipakai dalam hukum
administrasi. Untuk mengatur tingkah laku masyarakat, pemerintah menggunakan
izin sebagai alat hukum. Izin didefisinikan sebagai suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang
dari ketentuan perundangan. Pemerintah berarti memperbolehkan yang meminta
izin untuk melakukan tindakan yang seharusnya dilarangoleh hukum dengan
memberikan izin. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi
kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.Dalam arti luas
izin adalah semua yang menimbulkan akibat, yang dalam bentuk tertentu
diperbolehkan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilarang.
1. Larangan
2. Persetujuan
3. Ketentuan yang berhubungan dengan izin
7
Terdapat istilah lain yang memiliki kesejajaran dengan izin yaitu:
8
sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang
mengharuskan adanya pengawasan. (Andrian Sutedi).
4. Izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan suatu
tindakan atau perbuatan tertentu yang selama ini dilarang (Bagir Manan).
5. Perizinan dapat didefenisikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Dalam arti luas yakni merupakan salah satu instrumen yang paling banyak
digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin
sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin
ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau
peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Dengan
memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini
menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum
mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Sedangkan dalam arti sempit
yakni pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya
didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu
tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk.
Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-
undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun di mana ia
menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Hal pokok pada
izin dalam arti sempit adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali
diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang
disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas
tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi
perkenaan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar
tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu/
dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan (N.M. Spelt dan J.B.J.M Ten
Berge).
6. Instrumen perizinan digunakan untuk mengarahkan/ mengendalikan
(aturan) aktifitas tertentu, mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
aktifitas tertentu, melindungi objek-objek tertentu, mengatur distribusi
benda langka, Seleksi orang dan/atau aktifitas tertentu. Dengan tujuan
yang demikian maka setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan
individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak
melanggar prinsip dasar negara hukum, yaitu asas legalitas (Philipus M.
Hadjon).
7. Perizinan terbagi dalam tiga pengertian: Dispensasi-izin-konsesi. Yang
dimaksud dengan dispensasi adalah keputusan negara yang membebaskan
9
suatu perbuatan dari kekuasaan suatu peraturan yang menolak perbuatan
itu. Sebuah contoh : Pasal 29 KUHPerdata menerangkan bahwa seorang
lelaki yang umurnya belum 18 tahun dan seorang perempuan yang belum
berumur 15 tahun tidak boleh menikah. Tetapi karena alasan-alasan
penting, Menteri Kehakiman (dalam sistem pemerintahan kabinet
presidentil, presiden yang bertanggung jawab) dapat memberi dispensasi
terhadap larangan tersebut. Bila mana pembuat peraturan tidak umumnya
melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja
diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka
keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut
bersifat suatu izin (Van der Poot).
8. Izin itu sebagai suatu perbuatan hukum yang bersegi satu yang dilakukan
oleh pemerintah, sedangkan konsesi adalah suatu perbuatan hukum yang
bersegi dua, yakni suatu perjanjian yang diadakan antara yang memberi
konsesi dan yang diberi konsesi (Kranenburg-Vegting).
9. Izin atau vergunning adalah “dispensasi dari suatu larangan”. Rumusan
yang demikian menumbuhkan dispensasi dengan izin. Dispensasi beranjak
dari ketentuan yang dasarnya “melarang” suatu perbuatan, sebaliknya
“izin” beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak melarang suatu
perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya disyaratkan prosedur tertentu
harus dilalui (Prajudi Atmosoedirdjo).
10. Bahwa istilah izin dapat diartikan tampaknya dalam arti memberikan
dispensasi dari sebuah larangan dan pemakaiannya dalam arti itu pula
(WF. Prins).
11. Bilamana pembuatan peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan
tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang
ditentukan untuk masing-masing hal konkrit maka perbuatan administrasi
Negara memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (Uthrecht).
12. Suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan oleh
undang-undang yang kemudian larangan tersebut diikuti dengan perincian
dari pada syarat-syarat , kriteria dan lainnya yang perlu dipenuhi oleh
pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut disertai
dengan penetapan prosedur dan juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada
pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan (Prajudi
Atmosoedirdjo).
13. Perbuatan hukum Negara yang bersegi satu yang mengaplikasikan
peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana diteapakan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku
(Syahran Basah).
10
14. Merupakan bagian dari hubungan hukum antara pemerintah administrasi
dengan warga masyarakat dalam rangka menjaga keseimbangan
kepentingan antara masyarakat dengan lingkungannya dan kepentingan
individu serta upaya mewujudkan kepastian hukum bagi anggota
masyarakat yang berkepentingan (Ateng Syafruddin).
Secara umum tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian dari
aktivitas aktivitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman
yang harus dilaksanakan baik oleh yang berkepentingan ataupun oleh pejabatyang
diberi kewenangan. Tujuan dari perizinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
Adapun dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut.
11
e) Mengarahkan aktivitas
a) Instrumen yuridis
b) Peraturan perundang-undangan
c) Organ pemerintah
d) Peristiwa konkret
Izin merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan yang digunakan oleh
pemerintah dalam menghadapi peristiwa kongkret dan individual, peristiwa
kongkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu ,tempat
tertentu dan fakta hukum tertentu.
Prosedur Perizinan
12
pemerintah atatu pemberi izin.prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-
beda tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Menurut
Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan
kondisional,konstitutif,karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku
tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi,kondisional, karena penilaian
tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau
tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.
Inti dari regulasi dan deregulasi proses perizinan adalah pada tata cara
dan prosedur perizinan. Untuk itu, isi regulasi dan deregulasi haruslah memenuhi
nilai - nilai berikut : sederhana, jelas, tidak melibatkan banyak pihak,
meminimalkan kontak fisik antarpihak yang melayani dengan yang dilayani,
memiliki prosedur operasional standar, dan wajib dikomunikasikan secara luas.
1. Persyaratan Perizinan
13
a. Tertulis dengan jelas, regulasi sulit terlaksana dengan baik tanpa tertulis
dengan jelas. Oleh karena itu, regulasi perizinan pun harus dituliskan dengan
jelas.
Waktu penhelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Waktu
penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan
penyelesaian pelayanan.
3. Biaya Perizinan
Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses
pemberian izin. Penetapan besaran biaya pelayanan izin perlu memperhatikan hal
- hal sebagai berikut.
a. Rincian biaya harus jelas untuk stiap perizinan, khususnya yang memerlukan
tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan.
2. Penerimaan, bahwa wewenang seseorang muncul hanya bila hal itu diterima
oleh kelompok/individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan.
14
Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
15
Selain menyatakan bahwa penyalahgunaan wewenang seringkali berhubungan
dengan tindak kejahatan pada organisasi pemerintahan (governmental crime).
Pada kasus ini, penyalahgunaan wewenang akan terlihat apabila seseorang atau
badan di lingkungan pemerintahan melanggar ketentuan perundang-undangan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan wewenang
merupakan suatu tindakan yang melibatkan seseorang atau badan terutama di
lingkungan pemerintahan yang dapat menimbulkan kerugian atau memberikan
keuntungan secara sepihak. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu
batasan, aturan dan norma untuk meminimalisir tindakan penyalahgunaan
wewenang pada sektor publik. Salah satu batasan untuk meminimalisir tindakan
penyalahgunaan wewenang publik adalah dengan menerapkan etika administrasi
Negara.
16
harus sesuai dengan “tujuan dan maksud” diberikannya kewenangan tersebut.
Dalam hal penggunaan kewenangan oleh suatu badan atau pejabat
administrasi negara tersebut tidak sesuai dengan “tujuan dan maksud” dari
pemberian kewenangan, maka pejabat administrasi Negara tersebut telah
melakukan penyalahgunaan kewenangan.
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar
dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam sisitem hukum
kontinental. Pada negara demokrasi tindakan pemerintah harus mendapatkan
legitimasi dari rakyat yang secara formal tertuang dalam undang-undang.
17
Penyuapan (atau suap saja) adalah tindakan memberikan uang, barang atau
bentuk lain dari pembalasan dari pemberi suap kepada penerima suap yang
dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat si pemberi,
walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima. Dalam kamus hukum
Black's Law Dictionary, penyuapan diartikan sebagai tindakan menawarkan,
memberikan, menerima, atau meminta nilai dari suatu barang untuk
mempengaruhi tindakan pegawai lembaga atau sejenisnya yang bertanggung
jawab atas kebijakan umum atau peraturan hukum. Penyuapan juga didefinisikan
dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1980 sebagai tindakan "memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya
orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum"; juga "menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui
atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan
supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum".
Untuk tindak pidana korupsi suap ini, diatur dalam Pasal 5 dengan ancaman
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
atau pidana denda paling sedikit Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah), baik terhadap
pemberi suap maupun terhadap penerima suap.
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang
tambahan (fee), hadiah uang, barang, rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi dapat diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan dapat
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik [1]
18
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan
denda paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah.
19
Jika dilihat pada penanganan kasus pejabat yang menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, hampir
terjadi pada setiap Kementerian dan Lembaga, termasuk pada Kementerian
Agama juga tidak luput dari adanya pejabat yang menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Melihat dari wewenang yang mereka dapatkan, mungkin kita berpikir akan
jarang ada terjadinya penyelewengan. Namun disamping itu banyak hal bisa
menjadi faktor-faktor penyelewengan wewenang mereka. Faktor-faktor tersebut
adalah :
Padangan yang salah ini dapat berwujud dengan, perlakuan kepala daerah
yang sewenang-wenang menggunakan segala fasilitas yang didapatkannya,
20
misalkan : ia dengan modus meminta dana yang besar untuk membangun
infrastruktur, namun ternyata dana tersebut tidak 100% digunakan untuk
membangun infrastruktur daerah tersebut, malah digunakan untuk mengidupi
dirinya dan keluarganya sendiri.
Seperti kasus yang dilakukan oleh Wali kota Madiun, Bambang Irianto. Ia
terjerat kasus korupsi pembangunan pasar besar Madiun tahun 2009-2012. Selain
korupsi, Bambang juga diduga menerima gratifikasi terkait perkara yang sama
senilai Rp 50 miliar.
e) Tuntutan Ekonomi
21
f) Moral dan Mental yang Lemah
2. Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak
transparan sehingga terbuka peluang untuk terjadinya pungutan liar.
3. Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian. Hal ini
yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah
berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan
kualitas dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin
mendirikan usaha.
4. Pemberian izin yang tidak sesuai dengan wewenang. Izin yang menjadi
wewenang pemerintah daerah provinsi diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten. Dan izin yang diberikan melanggar aturan hukum yang telah
dibuat sehingga merugikan masryarakat setempat.
Masalah pertama yang sering terjadi yaitu pengurusan izin yang lama.
Prosedur perizinan berbelit-belit bukan masalah baru bagi dunia usaha di
Indonesia. Mulai dari persoalan duplikasi aturan hingga lambatnya proses
perizinan masih menjadi kendala yang kerap dihadapi investor. Meski ada
komitmen dari pemerintah untuk mempermudah proses perizinan usaha di
Indonesia, ternyata praktiknya masih belum optimal.
22
kegiatan usaha mulai berjalan. Di bidang usaha sektoral berbagai masalah lebih
banyak ditemukan. Mulai dari proses yang seringkali melebihi batas waktu
normatif, dokumen persyaratan yang diminta berulang-ulang, dan banyaknya
perizinan berjenjang
23
Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan
publik, pertama kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan
dalam pemberian pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk
kepentingan masyarakat; kedua, kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang
dibentuk pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau hanya
berdasar pada kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar tidak
dilakukan likuidasi lembaganya termasuk juga kepentingan-kepentingan politis
yang sangat kental terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif;
ketiga, sumber daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan
pelayanan juga memerlukan kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah
terjadi berbagai perubahan dimana masyarakat juga memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik, maka administrasi negara tidak bisa
bertindak hanya berdasar pada perintah atasan, namun tuntutan masyarakat juga
menjadi bagian penting. Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya
bidang perizinan bisa berjalan sesuai Undang-Undang yang berlaku maka dapat
menunjang perekonomian di Negara Indonesia sendiri.
24
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung menjatuhi hukuman penjara
selama 6 tahun kepada Bupati Bekasi nonaktif Neneng Hasanah Yasin. Neneng
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi dengan
menerima suap dari pengembang proyek Meikarta.
Selain dijatuhi hukuman penjara, hak politik Neneng untuk dipilih pun dicabut
oleh majelis hakim. Hal tersebut sesuai dengan tuntutan jaksa penuntut umum
yang menuntut hak politik Neneng
Putusan untuk Bupati Bekasi nonaktif Neneng Hasanah Yasin jadi salah satu
bekal Komisi Pemberantasan Korupsi mengejar pelaku lain dalam kasus suap
perizinan proyek Meikarta. pada 14 Oktober 2018, sekitar pukul 10.58 WIB, tim
Satgas KPK mengidentifikasi penyerahan uang dari konsultan Lippo Group
bernama Taryadi kepada Kabid Tata Ruang Dinas PUPR Bekasi Neneng Rahmi.
Tim langsung mengamankan Taryadi di area Perumahan Cluster Bahama,
Cikarang pada pukul 11.05 WIB. Tim KPK menemukan uang SGD 90 ribu dan
Rp 23 juta. Secara paralel, tim KPK juga mengamankan Fitra Djaja yang juga
konsultan Lippo Group di kediamannya di Surabaya. Fitra langsung digelandang
ke Jakarta untuk pemeriksaan awal.
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Sofyan Djalil ikut angkat bicara
mengenai kasus suap proyek Meikarta. Menurutnya, izin lahan proyek Meikarta
sebetulnya sudah tidak ada masalah. Meikarta sudah mengantongi izin resmi luas
lahan seluas 84,6 hektar dan sisanya masih dalam proses. dirjen pengendalian
menyampaikan surat kepada bupati (Bekasi) bahwa yang sudah selesai dan sesuai
tata ruang itu adalah 84 hektare. Dan itu supaya diselesaikan sesuai peraturan
perizinan yang berlaku.
Sisa lahan sekitar 300 hektare lebih belum mendapat izin resmi sebab masih
dalam proses. Sofyan menilai pihak Meikarta tidak mau melalui proses yang lama
25
dan panjang sehingga memilih melakukan suap untuk mempercepat proses
tersebut. Karena izinnya lama dan apa itu makanya mereka cari jalan pintas dan
akhirnya ketangkap KPK.
Oleh karena itu, dia meminta kepada Pemda untuk memperbaiki sistem
perizinan seperti proses perizinan yang cepat melalui 'satu pintu' atau sistem
daring.
inas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bekasi
mencatat, baru 24 tower dari 53 tower di kawasan Meikarta yang mengantongi
izin mendirikan bangunan (IMB). Izin itu baru dikeluarkan tiga bulan terakhir.
Sebagian besar (sisa 29 IMB) tinggal tanda tangan, tapi keburu ada permasalahan
ini (OTT KPK).
Dia mengatakan, proses keluarnya IMB di Meikarta cukup lama dan memakan
waktu panjang. Awalnya Meikarta mengajukan permohonan IMB 26 tower.
Namun, ada perubahan menjadi 53 tower. Yang membuat lama kan ada perubahan
jumlah unit yang mau dibikin, itu berkonsekuensi dengan izin amdal.
26
Dia mengatakan, selaku pihak yang mengerjakan proyek Meikarta, PT MSU
akan bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan yang
berkaitan dengan pembangunan di Meikarta. Ini agar semua prosesnya berjalan
baik dan lancar sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
27
Dikatakan hakim, MKP terbukti melakukan korupsi suap perizinan menara
telekomunikasi dimana MKP merekomendasikan untuk mengeluarkan izin tower
dua perusahaan. Majelis juga menyatakan terdakwa menerima uang secara sadar.
Sementara itu, usai mendengar putusan tersebut, Jaksa KPK Tri Anggoro
Mukti mengatakan akan berkordinasi internal terlebih dahulu sebelum
memutusakan untuk melakukan banding.
Kasus suap Bupati Mojokerto dua periode itu bermula saat Satpol PP
Pemerintah Kabupaten Mojokerto menyegel 22 menara telekomunikasi yang tak
berizin. MKP kemudian meminta fee atau pungli sebesar Rp 200 juta sebagai
biaya perizinan. Total fee untuk perizinan 22 menara itu sebesar Rp 4,4 miliar,
namun baru diberikan Rp 2,75 miliar.
28
2.5 Cara Mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Pemerintah Daerah Dalam
Perizinan
29
Pembatasan kedua berkaitan dengan wilayah berlakunya. Seorang gubernur
hanya memiliki kewenangan yang ber laku di wilayah provinsi yang di
pimpinnya. Demikian pula bupati atau wali kota hanya berwenang di wilayah
kabu pa ten atau kota madya. Dari beberapa kasus perizinan tambang dan hutan
terungkap bahwa pejabat yang berwenang mem beri izin acapkali mengabaikan
batas-batas wi layah kewenangan nya sehingga menimbulkan konflik horizontal.
Potensi penyalahgunaan wewenang sangat besar jika pe nyeleng gara
pemerintahan menjalankan kewenangannya melewati batas wilayah.
30
terbatas, mustahil meng awasi seluruh penyelengga ra pemerintahan di level
provinsi dan kabupaten/kota. Indonesia pada dasarnya memiliki lembaga
pengawas internal dan eksternal, punya payung hukum sebagai rambu bertindak
yang cukup banyak, dan punya mekanisme pengawasan yang relatif jelas.
Namun, ada elemen pengawasan yang kurang berjalan maksimal, yakni aparat
pengawas internal pemerintah (APIP). Ada sikap sungkan, ewuh pakewuh, dari
APIP untuk memeriksa pejabat yang secara struktural adalah atasan, bah kan yang
mengangkatnya. Pe merintah juga menyadari per soalan ini, dan pernah men dis
kusikan dengan parlemen ten tang perlunya Undang-Undang tentang APIP.
Hingga kini nasib RUU-nya tak jelas. Pada pelaksanaan Rapat Koordinasi
Pengawasan dan Penyelenggraan Pemerintahan Daerah 2018 pada Mei lalu
efektivitas dan penguatan APIP kembali disinggung.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perizinan adalah pemberian izin atau legalitas kepada pemilik pelaku usaha,
dalam bentuk izin ataupun lisensi usaha. Salah satu alat atau instrumen yang
banyak digunakan dalam hukum administrasi adalah izin. Izin juga bisa diartikan
sebagai dispensasi atau pembebasan suatu larangan.
Secara umum tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian
dari aktivitas aktivitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan yang berisi
pedoman yang harus dilaksanakan baik oleh yang berkepentingan ataupun oleh
pejabatyang diberi kewenangan.
1. Waktu pengurusan izin relatif lama, karena proses yang berbelit-belit dan
menyangkut banyak lembaga teknis.
2. Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak transparan
sehingga terbuka peluang untuk terjadinya pungutan liar.
3. Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian. Hal ini yang
kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah berhasil,
karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam
pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.
32
4. Pemberian izin yang tidak sesuai dengan wewenang. Izin yang menjadi
wewenang pemerintah daerah provinsi diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten. Dan izin yang diberikan melanggar aturan hukum yang telah
dibuat sehingga merugikan masryarakat setempat.
Dari beberapa masalah diatas contoh kasus yang terjadi di Indonesia yaitu
kasus suap Meikarta yang terjadi di Bekasi oleh Bupati Bekasi serta kasus suap
mantan Bupati Mojokerto dalam pembangunan tower di Mojokerto.
33