4. Perlawanan Diplomatik:
a. Linggarjati (15 November 1946)
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
- Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah
Republik Indonesia
- Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni
- Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda sebelum tanggal 1 Januari
1949
b. Konferensi MalinoBFO, inisiatif Van Mook membentuk pemerintahan federasi
c. Agresi Militer I
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang
berisi:
Pergolakan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga hal yaitu Ideologi, Kepentingan, dan Sistem Pemerintahan.
1. Ideologi
➤Latar Belakang
7 November 1945 PKI didirikan, dipimpin oleh Muso mulai mengecam kebijakan politik dan pertahanan nasional.
PKI memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.
➤Jalannya Pemberontkan
September 48 terjadi pertempuran bersenjata antara pro PKI dan pro pemerintah. Pasukan PKI terpukul mundur
sampai di Madiun dan membentuk basis disana.
➤Penumpasan
Pasukan pemerintah mengirim operasi militer melalui Divisi Siliwangi I dan II dibawah pimpinan Kolonel
Sungkono dan Kolonel Gatot Subroto.
Beberapa tokoh PKI seperti D.N. Aidit dan M.H. Lukman meloloskan diri ke Tiongkok dan Vietnam.
Muso berhasil terbunuh dan Amir Sjarifudin tertangkap dan di hukum mati.
b. DI/TII
1. Di Jawa Barat
2. Di Jawa Tengah
3. Di Aceh
Tanggal : Pemberontakan di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh
merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September
1953.
Tokoh : Daud Beureuh
Sebab : 1.Persoalan otonomi daerah
2. Pertentangan antar golongan
3. Tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi daerah
Cara mengatasi : Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral
Makarawong.
4. Di Sulawesi Selatan
Tanggal : 17 Agustus 1951
Tokoh : KaharMuzakar
Sebab : Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya
yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
Cara mengatasi : 1. Operasi Militer
2. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga
pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
5. Di Kalimantan Selatan
➤Latar Belakang
1) Perkembangan politik pada saat itu didasarkan pada Nasakom ( Nasionalisme Agama dan Komunis)
2) Kondisi Ekonomi menurun
3) Keputusan pemerintah membubarkan Masyumi dan PSI
4) PKI dengan menyusupkan Ir. Surachman, seorang tokoh PNI, kedalam PNI.
5) PKI menyebarkan fitnah bahwa pimpinan AD membentuk Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta.
➤Jalannya Pemberontakan
PKI membentuk komando-komando yaitu :
Komando Pasopati
Komando Bima Sakti
Komando Gatot Kaca
Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak menculik dan membunuh para
jenderal dan perwira tanggal 1 Oktober 1965. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang
Buaya Jakarta. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor
Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos, namun
putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan
pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaitu : Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.
Pada berita RRI pagi harinya, Letkol Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, sebuah pengumuman
yang membingungkan masyarakat.
➤Penumpasan
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan mengambil
alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana.
Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak
terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia.
➤Latar Belakang
Terbentuknya APRA dilatarbelakangi ketidak puasan beberapa pejuang terhadap kebijakan pemerintah RIS. APRA
dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling pada tahun 1949 dengan dalih sebagai Ratu Adil. APRA beranggotakan
tentara KNIL yang tidak setuju dibentuknya APRIS di wilayah Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi
Siliwangi. APRA ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara
negara federal di Jawa Barat.
➤Jalannya Pemberontakan
Pada bulan Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah RIS. Pasukan APRA mendapatkan dukungan dari tokoh
KNIL Belanda. APRA menyerang Kota Bandung dan dapat menguasai beberapa tempat penting. Setelah itu, Westerling
berusaha menggulingkan kabinet RIS.
➤Penumpasan
Untuk mengatasi kekacauan pemerintah RIS mengirim pasukannya ke Bandung. Perdana Menteri Moh. Hatta
mengadakan perundingan dengan Komesaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil perundingan mendesak agar Westerling
meninggalkan Bandung. Akhirnya Westerling dan pasukannya meninggalkan Badung dan sisa pasukannya berhasil
dihancurkan.
Awal peristiwa : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan
salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang
dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958.
Tokoh : Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Sebab : Tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda. Hal ini juga mempengaruhi hubungan
pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada
daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang
pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah provinsi
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa
kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer
untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hoesain memproklamasikan berdirinya PRRI (Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia) di Padang Sumatra Barat.
Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara Bagian (BFO/ Bijeenkomst Federal Overleg) mau tidak mau
menimbulkan potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah kemerdekaan. Persaingan yang timbul
terutama adalah antara golongan federalis yang ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris
yang ingin Indonesia menjadi negara kesatuan. Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946 misalnya,
pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu, ternyata
mendapat reaksi keras dari para politisi pro RI yang ikut serta.
Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO
telah terpecah ke dalam dua kubu.
1. Menolak kerjasama dengan Belanda dan lebih memilih RI untuk diajak bekerjasama membentuk Negara
Indonesia Serikat.
- Pelopor: Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) & R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan).
2. Ingin agar garis kebijakan bekerjasama dengan Belanda tetap dipertahankan BFO.
- Pelopor: Sultan Hamid II (Pontianak) & dr. T. Mansur (Sumatera Timur).
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua kubu ini kian sengit.
Dikemudian hari, Sultan Hamid II ternyata bekerjasama dengan APRA Westerling mempersiapkan
pemberontakan terhadap pemerintah RIS. Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan antara
golongan federalis dan unitaris makin lama makin mengarah pada konflik terbuka di bidang militer,
pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan masalah psikologis. Salah
satu ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil
dari personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerjasama dengan bekas musuhnya,
yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan
mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara bagian (Taufik Abdullah dan AB Lapian,2012.). Kasus APRA
Westerling dan mantan pasukan KNIL Andi Aziz sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah cermin dari
pertentangan ini.
KD 3.3.2 Peran dan Nilai Perjuangan Tokoh Nasional Mempertahankan
Keutuhan Negara
Sama dengan KD 3.9
KD 3.3.3 Demokrasi Parlementer/Liberal
DEMOKRASI LIBERAL
1. Kehidupan Politik
Menganut sistem multipartai yang memicu persaingan antarfraksi politik di parlemen untuk saling
menjatuhkan.
a. Sistem Pemerintahan
Presiden hanya bertugas sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala pemeritahan.
Kegiatan pemerintahan dijalankan oleh Menteri.
Perdana menteri dan kabinet bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR)
Sistem pemerintahan yang berlaku adalah Parlementer.
b. Kabinet
Program:
a) Membentuk Dewan Nasional, yaitu badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
aspirasi dari kekuatan-kekuatan nonpartai yang ada dalam masyarakat.
b) Normalisasi situasi RI.
c) Memperjuangkan pengembalian Irian Barat.
d) Mempercepat proses pembangunan.
Dalam memimpin pemerintahan, Djuanda dibantu oleh Hardi, K.H. idham Chalid, dan J.
Leimena.
Prestasi:
a) Menentukan garis kontinental batas wilayah laut Indonesia melalui Deklarasi Djuanda.
Akibatnya, tercipta wilayah daratan dan lautan Indonesia menjadi satu kesatuan bulat
dan utuh.
Hasil Deklarasi Djuanda diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan
Indonesia.
b) Menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di
berbagai daerah.
c. Sistem Kepartaian
Diawali dengan Presiden Soekarno mendirikan PNI pada tanggal 23 Agustus 1945.
Wapres Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dan
terbentuklah 10 parpol, yaitu Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo, PRS, Permai, PKRI.
Sistem kepartaian yang dianut adalah sistem multipartai.
d. Pemilu 1955
Dilaksanakan dalam 2 tahap:
a) Tahap pertama (29 September 1955) Memilih anggota DPR (parlemen)
b) Tahap kedua (15 Desember 1955) Memilih anggota konstituante
5 partai besar pada Pemilu 1955 PNI, Masyumi, NU, PKI, PSII.
Nilai positif yang dapat diambil:
a) Tingkat partisipasi masyarakat tinggi.
b) Jumlah orang yang tidak memilih (golput) sedikit.
c) Kesadaran berdemokrasi
2. Kehidupan Ekonomi
1) Gerakan Benteng
Dicetuskan oleh Soemitro Djojohadikusumo.
Kebijakan dimulai pada April 1950, yaitu:
a) Memberikan bantuan kepada pengusaha Pribumi agar mereka ikut berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional. Bantuan tersebut berupa bimbingan konkret atau
bantuan kredit.
b) Membangun kewirausahaan Pribumi agar mampu membentengi perekonomian
Indonesia yang baru merdeka.
2) Gunting Syafruddin
Dicetuskan oleh Syafruddin Prawiranegara.
Kebijakan dimulai pada 15 Maret 1950, yaitu:
a) Pemotongan nilai uang (senering) yang bernilai Rp2,5 ke atas hingga nilai setengahnya.
Dampak Positif
a. Menyelamatkan negara dari perpecahan akibat dari krisis politik berkepanjangan (1950-1959)
b. Mulai dirintisnya lembaga-lembag tinggi negara
e.g MPRS, DPRS
c. Memberi kejelasan arah bagi bangsa dan negara dengan berlakunya UUD 1945
Dampak Negatif
2. DInamika Ekonomi
a. Devaluasi mata uang rupiah
e.g. Rp5.000Rp500 (in naik eks turun)
Untuk menekan laju inflasi, menarik uang dari masyarakat
b. Deklarasi EkonomiEkonomi nasional bebas imperialis
c. Sentralisasi Ekonomi/Ekonomi Terpmpin
6. Produktivitas Indonesia rendah, neraca perdagangan tidak seimbang
7. Indonesia susah bersaing, stagnant
8. Sumber pendapatan masyarakat rendah
9. Indonesia masih belum stabil ekonominya (miskin)
Dari perspektif politik:
DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Kehidupan Politik
2) Politik Mercusuar
Adalah politik untuk mencari kemegahan/keindahan dalam pergaulan antarbangsa di dunia. Politik
mercusuar dijalankan Presiden Soekarno karena menganggap Indonesia sebagai mercusuar yang
mampu menerangi jalan negara-negara Nefo. Hal ini diwujudkan dengan:
Membuat bangunan-banguna fenomenal yang menelan biaya miliaran rupiah,
Menyelenggarakan Games of the New Emerging Forces (Ganefo), yaitu pesta olahraga negara-
negara Nefo.
Sebab:
a) PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
b) PBB tidak merombak struktur organisasi PBB.
Dampak:
a) Sebagian besar negara Asia dan Afrika mengecam tindakan Indonesia.
b) Indonesia kehilangan satu forum untuk menyelesaikan sengketa dengan Malaysia secara damai.
1) Perjuangan Diplomasi
Pemerintah Indonesia mengirim para diplomat untuk memperjuangkan Irian Barat melalui forum
internasional. Para diplomat: Soebandrio, Mukarto Notowidagdo, Zairin Zain, Adam Malik, Ganis
Harsono, Alex Alatas, dan A.H. Nasution.
Beberapa upaya yang dilakukan:
a) Konferensi Colombo pada April 1954.
b) Konferensi Asia Afrika pada April 1955.
c) Siding Umum PBB pada 1954-1957.
2) Konfrontasi Politik
Pada 1956 Indonesia secara sepihak membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan dalam UU
No. 13 Tahun 1956.
Pada 17 Agustus 1956, Kabinet Ali Sastroamidjojo membentuk pemerintahan sementara
Irian Barat. Tujuannya untuk mendeklarasikan pembentukan Provinsi Irian Barat sebagai
bagian dari RI
3) Konfrontasi Ekonomi
Dilakukan dengan:
Pembatalan utang-utang Indonesia kepada Belanda senilai F 3.661 juta.
Melarang maskapai penerbangan Belanda melakukan penerbangan dan pendaratan di
wilayah Indonesia.
Memberhentikan semua perwakilan konsuler Belanda di Indonesia mulai tanggal 5
Desember 1957.
Melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia sejak Desember 1958.
4) Konfrontasi Militer
Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat
(Trikora) di Yogyakarta pada acara peringatan Agresi Militer II Belanda.
Isi Trikora:
a) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.
b) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
c) Melaksanakan mobilisasi umum.
Pada 15 januari 1962, terjadi pertempuran di Laut Aru antara kapal jenis motor torpedo
boat (MTB) ALRI dengan dua kapal perusak Belanda.
Persetujuan New York
Ellsworth Bunker (penengah konfrontasi Indonesia-Belanda, dari Amerika Serikat)
mengusulkan:
a) Agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dengan perantara PBB yaitu
United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA) dalam jangka waktu 2 tahun.
b) Agar rakyat Irian Barat diberi kesempatan menentukan pendapatnya agar tetap berada
dalam wilayah RI atau memisahkan diri.
Ellsworth Bunker mengajak Indonesia-Belanda bertemu dalam meja perundingan. Delegasi
Indonesia (Adam Malik) dan Delegasi Belanda (Dr. Van Royen).
Isi Persetujuan New York Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962 Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA).
Pada 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera PBB dan
selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 UNTEA atas nama PBB menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia.
Setelah penyerahan Irian Barat, pemerintah Indonesia diwajibkan melaksanakan Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera).
2. Kehidupan Ekonomi