Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN SEJIN SEM 4

KD 3.8 Pembentukan Pemerintahan Pertama RI


A. Sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945)
 Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945
“Ketuhanan dengan…”  “Ketuhanan YME”
Oleh: Ki Bagus Hadi Kusumo, Wahid Hasyim, Tengku Moh Hasan, Mr Kasman Singodimedjo
 Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Presiden.
Atas usulan Otto Iskandardinata (aklamasi pasal 3 dari aturan peralihan)
B. Sidang PPKI kedua (19 Agustus 1945)
- Menetapkan 12 departemen kementrian
a. Kementrian Dalam Negeri, g. Pengajaran,
b. Luar Negeri, h. Sosial,
c. Kehakiman, i. Pertahanan,
d. Keuangan, j. Penerangan,
e. Kemakmuran, k. Perhubungan,
f. Kesehatan, l. Pekerjaan Umum
- Membagi daerah menjadi 8 provinsi
a. Sumatra, e. Sunda Kecil,
b. Jawa Barat, f. Maluku,
c. Jawa Tengah, g. Sulawesi,
d. Jawa Timur, h. Kalimantan
C. Pembentukan Komite Nasional (+ KDIP, kini DPR dan DPRD) oleh
- Soekarno - Otto Iskandardinata
- Hatta - Mr AG Pringodigdo
- Mr Surtono - Soetardjo Hadikoesoemo
- Suwiryo - Dr Tajiludin
D. Sidang PPKI ketiga (22 Agustus 1945)
- Pembentukan KNIP di seluruh Indonesia
- Partai Nasional Indonesia
- Badan Keamanan Rakyat.
E. Sidang KNIP (16 Oktober 1945)
- Mengusulkan untuk diberi hak legislative
Diperkuat oleh maklumat wapres no. X 16 Oktober 1945
- BPKNIP mengusulkan ditindaklanjutinya maklumat wapres 3 November 1945 (multipartai)
F. Maklumat-Maklumat yang Telah dikeluarkan
a. Maklumat Pemerintah 5 Oktober 1945; Pembentukan TKR
b. Maklumat Wapres no. X 16 Oktober 1945

1) KNIP sebelum terbentuk MPR/DPR diserahi kekuasaan legeslatif


2) KNIP ikut menetapkan GBHN
3) Segera dibentuk Badan Pekerja (BP-KNIP) untuk melaksanakan tugas sehari-hari

c. Maklumat Wapres 3 November 1945


1) Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena adanya parta-partai itulah dapat
fipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyrakat
2) Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilakukan pemilihan
anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan januari 1946.
d. Maklumat Pemerintah 14 November 1945 Sukarni dan Adam Malik membentuk
Presidensil  Parlementer Komite van Aksi sebagai gerakan yang
G. Nilai-Nilai bertugas dalam pelucutan senjata
- Toleransi; perubahan konser dasar 1 Jepang dan merebut kantor-kantor yang
masih diduduki Jepang. Munculnya
- Kebersamaan; memilih secara aklamasi
Komite van aksi kemudian disusul
- Semangat nasionalisme; panggilan negara dengan lahirnya berbagai badan
- Tidak pragamatis perjuangan lainnya di bawah komite van
aksi seperti API, BARA, dan BBI.
KD 3.9 Tokoh-Tokoh Proklamator & Sekitarnya
(lengkapnya di cetak hal. 124)
1. Ir. Soekarno
Peristiwa Rengasdengklok terjadi setelah
- Pendiri PNI rapat pemuda yang dipimpin Chairil Saleh
- Ketua PUTERA pada 15 Agustus 1945. Wikana dan Darwis
- Ketua Chuo Sangi In ditunjuk sebagai penyampai hasil rapat
- Ketua PPKI tersebut. Sedangkan Jenderal Terauchi
- Anggota BPUPKI menyampaikan kemerdekaan Indoenesia
2. Moh. Hatta akan dilakukan pada 24 Agustus 1945.
- Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda
- Salah satu pemimpin PUTERA
- Wakil Ketua PPKI
- Anggota BPUPKI
3. Ahmad Soebardjo
- Pada masa pergerakan nasional aktif di PI dan PNI serta sempat menjadi kaigun
- Mempertaruhkan nyawa di Peristiwa Rengasdengklok
4. Sukarni Kartodiwiryo
- Pemimpin gerakan Pemuda Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta.
- Pelopor Rengasdengklok
- Pengusul TTD Soekarno-Hatta
- Membahas strategi penyebaran berita proklamasi (pernah bekerja di berita Domei)
5. Sayuti Melik
- Pengetik teks proklamasi
- Dulunya pemimpin Sinar Baru Semarang
6. Burhanuddin Mohammad Diah
- Saksi perumusan teks proklamasi dari gol. muda
- Membantu penyebarluasannya (ex wartawan Asia Raya)
7. Latih Hendradiningrat
- Komandan PETA
- Mengibarkan bendera bersama S. Suhud dan S. K. Trimurti
8. S. Suhud
- Ditugasi mencari tiang bendera dan bendera merah putih
9. Suwiryo
- Walikota Jakarta Raya
- Mencari mic dan pengeras suara
10. Dr. Muwardi
- Memimpin Barisan Pelopor dan PETA untuk mengamankan acara
11. Sutan Syahrir
- Salah satu pendiri Jong Indonesia
- Aktif di gerakan bawahtanah pemuda (turut mendesak suhat untuk proklamasi)
12. Frans Sumarto Mendur
- Mengabadikan peristiwa proklamasi (Indonesia Press Photos/Ipphos)
13. Syahruddin
- Wartawan Domei yang menyusup ke gedung siaran RRI dengan membawa berita proklamasi
14. Wuz dan Yusuf Ronodipuromembantu penyebaran berita walau diancam ohak Kempetai
15. Lambertus Nicodemus PalarJuru bicara RI di PBB
16. Sumitro DjojohadikusumoDiplomasi

KD 3.10 Revolusi Menegakkan Kemerdekaan


1. Keadaan Awal Indonesia Merdeka
a. HANKAM
Terdapat 3 kekuatan; NICA (Netherland Indies Civil Administration), Inggris (sekutu), dan Jepang
sehingga dibentuk TNI
b. POLITIK
- Presiden dan Wapres telah dipilih PPKI
- UUD 1945 telah disahkan
- Ibu kota di Yogyakarta (4 Agustus 1946)
c. EKONOMI
- Inflasi akibat mata uang Jepang
- Berlaku; De Javaesche Bank, mata uang Belanda, dan mata uang Jepang sehingga dibuat ORI
d. SOSBUD
- Tindakan diskriminasi berkurang
- Diangkatna menteri pendidikan dan pengajaran
2. Kedatangan Sekutu dan Belanda
- Alasan : Vacuum of Power
- Jalur : Jakarta, Semarang, Surabaya (Pusat Jepang)
- Sahnya “Civil Fairs Agreement” pada 24 Agustus 1945 yang berisi:
Sekutu mengadakan normalisasi dan pejabat NICA akan mengambil alih
- Kronologi:

WR Patterson & Van


SWPAC's Louis
der Plass ke
Perjanjian Postdam Mountbatten
Indonesia dengan
memerintah
Cumberland

Sir Philip Christison,


16 September 1945
AFNEI, dan Tentara
sampai di Tanjung
Gurkha datang ke
Perak, Surabaya
Indonesia

Tugas AFNEI adalah:


1 Oktober 1945 Christison
a. Menerima penyerahan Jepang tanpa syarat secara de facto mengakui
b. Membebaskan tawanan sekutu kemerdekaan INA, namun
c. Melucuti dan memulangkan Jepang tetap melanggar.
d. Menciptakan kestabilan
e. Menyelidiki penjahat perang untuk diadili

Divisi AFNEI adalah:

a. Divisi India 23, Jend. D. C. Hawthorn-Jawa Barat, Jakarta


b. Divisi India 5, Jend. E. C. Mansergh-Jawa Timur, Surabaya
c. DIvisi India 26, Jend. H. M. Chambers-Sumatera, Medan
3. Perlawanan Rakyat:
a. Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945) vs Jepang
Keyword: Tugu Muda
b. Pertempuran Kotabaru (26 September-7 Oktober 1945) vs Jepang
Keyword: Butaico
c. Pertempuran 10 November vs Jepang
Keyword: Soetomo
d. Pertempuran Palagan Ambarawa (19 November-19 Desember 1945) vs sekutu
Keyword: TKR, Soemarto, Gerilya Sudirman
e. Pertempuran Medan Area vs Sekutu
Keyword: Fixed Boundaries Medan Area, Letkol Gatot Subroto
f. Bandung Lautan Api vs Sekutu
Keyword: Ultimatum (21 Nov 1945 dan 23 Maret 1946)
g. Berita Proklamasi di Sulawesi vs Jepang
Keyword: A. Burhanuddin, Manai Shopian, Kantor Pewarta Celebes
h. Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali vs Sekutu
Keyword: Letjen Urip Sumohardjo, I Gusti Ngurah Rai

4. Perlawanan Diplomatik:
a. Linggarjati (15 November 1946)
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
- Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah
Republik Indonesia
- Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni
- Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda sebelum tanggal 1 Januari
1949
b. Konferensi MalinoBFO, inisiatif Van Mook membentuk pemerintahan federasi
c. Agresi Militer I

Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang
berisi:

- Membentuk pemerintahan ad interim bersama;


- Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama;
- Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerahdaerah yang diduduki Belanda;
- Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah Republik yang
memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama)
- Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
d. Komisi Tiga Negara
AS, AUS, dan Belgiamelapor ke DK PBB bahwa Belanda banyak melanggar
e. Perjanjian Renville
- Gencatan senjata & diterimanya haris demarkasi Van Mook (10 pasal)
- Penyelesaian konflik dengan damai (12 pasal)
- Kedaulatan INA di tangan Belanda selama masa peralihan (6 pasal, dari KTN)
f. Agresi Militer II (19 Desember 1948)
Diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan
beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat
Republik Indonesia
g. PDRI
- Dipimpin okeh Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatera
- Terbentuknya UNCI (United Nations Commission for Indonesia)
h. Serangan Umum 1 Maret 1949
- Latar belakang: Belanda tidak mau menerima resolusi DK PBB
- Dipimpin oleh Letkol Soeharto
i. Persetujuan Roem Royen (7 Mei 1949)
- Menghentikan gerilya, ikut serta KMB, mempercepat Negara Indonesia Serikat
- Yogyakarta dikembalikan, gerakan militer dihentikan, tahanan politik dibebaskan, mengakui RI bagian
dari NIS
j. Konferensi Inter Indonesia
- NISRIS berdasar demokrasi dan federalism
- RIS dikepalai presiden yang dibantu oleh menteri-menteri
- RIS menerima penyerahan kedaulatan dari RI dan BElanda
- Angkatan Perang RISAngkatan Perang Nasional dengan presiden sebagai pemimpin tertinggi
- Pembentukan RIS semata-mata untuk bangsa Indonesia sendiri
k. Konferensi Meja Bundar, Den Haag, 23 Agustus-2 November 1949
- Kerajaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik
Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui
Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
- Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada
Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.
- Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949

KD 3.3.1 Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa

A. Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri (1948-1965)

Pergolakan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga hal yaitu Ideologi, Kepentingan, dan Sistem Pemerintahan.

1. Ideologi

a. PKI di Madiun tanggal 1948

➤Latar Belakang

 7 November 1945 PKI didirikan, dipimpin oleh Muso mulai mengecam kebijakan politik dan pertahanan nasional.
PKI memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.

➤Jalannya Pemberontkan

 September 48 terjadi pertempuran bersenjata antara pro PKI dan pro pemerintah. Pasukan PKI terpukul mundur
sampai di Madiun dan membentuk basis disana.
➤Penumpasan

 Pasukan pemerintah mengirim operasi militer melalui Divisi Siliwangi I dan II dibawah pimpinan Kolonel
Sungkono dan Kolonel Gatot Subroto.
 Beberapa tokoh PKI seperti D.N. Aidit dan M.H. Lukman meloloskan diri ke Tiongkok dan Vietnam.
 Muso berhasil terbunuh dan Amir Sjarifudin tertangkap dan di hukum mati.

b. DI/TII

Pemberontakan terjadi di Jabar, Jateng, Aceh, Sulsel, Kalsel

1. Di Jawa Barat

 Tanggal : 7 Agustus 1949


 Tokoh : Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
 Sebab : Penolakan Kartosuwiryo terhadap perjanjian Renville yang mengharuskan TNI di daerah
kantong hijrah ke Yogyakarta.Pada waktu itu Kartosuwiryo berada di Jawa Barat,dan memproklamasikan
berdirinya negara Islam Indonesia (NII).
 Cara mengatasi : Operasi militer tanggal 27 Agustus 1949; Operasi Bharatayudha

2. Di Jawa Tengah

 Tanggal : 23 Agustus 1949


 Tokoh : Amir Fatah dan Kiai Sumolangu
 Sebab : 1.Adanya persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu
keduanya menjadi pendukung setia Ideologi Islam.
2. Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah RI dan
TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu
perjuangan umat Islam.
3. Adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai
perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah
dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepada TNI di bawah Wongsoatmojo.
4. Adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmodjo
 Cara mengatasi : Tahun 1957 ditumpas melalui operasi gerakan Banteng Nasional dari divisi Diponegoro.

3. Di Aceh

 Tanggal : Pemberontakan di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh
merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September
1953.
 Tokoh : Daud Beureuh
 Sebab : 1.Persoalan otonomi daerah
2. Pertentangan antar golongan
3. Tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi daerah
 Cara mengatasi : Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral
Makarawong.

4. Di Sulawesi Selatan
 Tanggal : 17 Agustus 1951
 Tokoh : KaharMuzakar
 Sebab : Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya
yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
 Cara mengatasi : 1. Operasi Militer
2. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga
pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.

5. Di Kalimantan Selatan

 Tanggal : Bulan oktober 1950


 Tokoh : Ibnu Hajar
 Sebab : Ketidakpuasan terhadap kebijakan mengenai TNI
 Cara mengatasi : Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan
pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota
ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan
pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu
Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.

c. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

➤Latar Belakang
1) Perkembangan politik pada saat itu didasarkan pada Nasakom ( Nasionalisme Agama dan Komunis)
2) Kondisi Ekonomi menurun
3) Keputusan pemerintah membubarkan Masyumi dan PSI
4) PKI dengan menyusupkan Ir. Surachman, seorang tokoh PNI, kedalam PNI.
5) PKI menyebarkan fitnah bahwa pimpinan AD membentuk Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta.

➤Jalannya Pemberontakan
PKI membentuk komando-komando yaitu :

 Komando Pasopati
 Komando Bima Sakti
 Komando Gatot Kaca

Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak menculik dan membunuh para
jenderal dan perwira tanggal 1 Oktober 1965. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang
Buaya Jakarta. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor
Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos, namun
putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan
pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaitu : Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.

Pada berita RRI pagi harinya, Letkol Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, sebuah pengumuman
yang membingungkan masyarakat.

➤Penumpasan
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan mengambil
alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana.
Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak
terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia.

2. Konflik dan Pergolakan Antar Kepentingan

a. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)

➤Latar Belakang
Terbentuknya APRA dilatarbelakangi ketidak puasan beberapa pejuang terhadap kebijakan pemerintah RIS. APRA
dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling pada tahun 1949 dengan dalih sebagai Ratu Adil. APRA beranggotakan
tentara KNIL yang tidak setuju dibentuknya APRIS di wilayah Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi
Siliwangi. APRA ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara
negara federal di Jawa Barat.

➤Jalannya Pemberontakan
Pada bulan Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah RIS. Pasukan APRA mendapatkan dukungan dari tokoh
KNIL Belanda. APRA menyerang Kota Bandung dan dapat menguasai beberapa tempat penting. Setelah itu, Westerling
berusaha menggulingkan kabinet RIS.

➤Penumpasan
Untuk mengatasi kekacauan pemerintah RIS mengirim pasukannya ke Bandung. Perdana Menteri Moh. Hatta
mengadakan perundingan dengan Komesaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil perundingan mendesak agar Westerling
meninggalkan Bandung. Akhirnya Westerling dan pasukannya meninggalkan Badung dan sisa pasukannya berhasil
dihancurkan.

b. Peristiwa Andi Aziz

 Tanggal : 5 April 1950


 Tokoh : Andi Azis
 Sebab :
1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia
Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
 Cara mengatasi:
1. Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus
dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan.
2. Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh
Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion di
antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis
dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan
dijatuhi hukuman.

c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

 Tanggal : 25 April 1950


 Tokoh : Soumokil, J.H. Manuhutu, Frans Tutuhatunewa
 Sebab : Mendirikan negara sendiri
 Cara mengatasi : Menggunakan pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang
3. Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem
Pemerintahan.

a. Pemberontakan PRRI dan Permesta

 Awal peristiwa : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan
salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang
dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958.
 Tokoh : Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
 Sebab : Tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda. Hal ini juga mempengaruhi hubungan
pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada
daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang
pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah provinsi
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.

Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa
kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer
untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Kekecewaan tersebut kemudian berlanjut dengan dibentuknya dewan-dewan daerah.


Terdapat empat dewan daerah yang dibentu, yaitu :
1) Dewan Banteng di Sumatra Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
2) Dewan Gajah di Sumatra Utara dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
3) Dewan Garuda di Sumatra Selatan dipimpin oleh Letkol Barlian.
4) Dewan Manguni di Sulawesi Utara dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual

Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hoesain memproklamasikan berdirinya PRRI (Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia) di Padang Sumatra Barat.

b. Persoalan Negara Federal dan BFO

Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara Bagian (BFO/ Bijeenkomst Federal Overleg) mau tidak mau
menimbulkan potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah kemerdekaan. Persaingan yang timbul
terutama adalah antara golongan federalis yang ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris
yang ingin Indonesia menjadi negara kesatuan. Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946 misalnya,
pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu, ternyata
mendapat reaksi keras dari para politisi pro RI yang ikut serta.

Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO
telah terpecah ke dalam dua kubu.

1. Menolak kerjasama dengan Belanda dan lebih memilih RI untuk diajak bekerjasama membentuk Negara
Indonesia Serikat.
- Pelopor: Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) & R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan).
2. Ingin agar garis kebijakan bekerjasama dengan Belanda tetap dipertahankan BFO.
- Pelopor: Sultan Hamid II (Pontianak) & dr. T. Mansur (Sumatera Timur).
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua kubu ini kian sengit.
Dikemudian hari, Sultan Hamid II ternyata bekerjasama dengan APRA Westerling mempersiapkan
pemberontakan terhadap pemerintah RIS. Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan antara
golongan federalis dan unitaris makin lama makin mengarah pada konflik terbuka di bidang militer,
pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan masalah psikologis. Salah
satu ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil
dari personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerjasama dengan bekas musuhnya,
yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan
mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara bagian (Taufik Abdullah dan AB Lapian,2012.). Kasus APRA
Westerling dan mantan pasukan KNIL Andi Aziz sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah cermin dari
pertentangan ini.
KD 3.3.2 Peran dan Nilai Perjuangan Tokoh Nasional Mempertahankan
Keutuhan Negara
Sama dengan KD 3.9
KD 3.3.3 Demokrasi Parlementer/Liberal
DEMOKRASI LIBERAL

1. Kehidupan Politik

Menganut sistem multipartai yang memicu persaingan antarfraksi politik di parlemen untuk saling
menjatuhkan.

a. Sistem Pemerintahan
 Presiden hanya bertugas sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala pemeritahan.
 Kegiatan pemerintahan dijalankan oleh Menteri.
 Perdana menteri dan kabinet bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR)
 Sistem pemerintahan yang berlaku adalah Parlementer.

b. Kabinet

1) Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)


 Merupakan koalisi antara Masyumi dengan Partai Indonesia Raya (PIR), Parindra, Partai
Katolik, Parkindo, dan PSII.
 Moh. Natsir  Perdana Menteri pertama Indonesia, berasal dari Partai Masyumi.
 Didukung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Moh. Roem, Assaat, Djuanda, Soemitro
Djojohadikusumo.
 Perekonomian Indonesia mengalami masa paling menguntungkan..
Karena berlangsungnya Perang Korea pada tahun 1950-an yang mendorong naiknya harga
komoditas hingga berdampak pada peningkatan pendapatan ekspor.
 Kabinet Natsir mulai goyah ketika Hadikusumo dari PNI mengeluarkan mosi tuntutan agar
pemerintah mencabut PP No. 39 Tahun 1950 tentang pemilihan anggota lembaga perwakilan
daerah.

2) Kabinet Sukiman (26 April 1951-23 Februari 1952)


 Merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi.
Soekarno menunjuk Sukiman (Masyumi) dan Suwirjo (PNI)
 Program Kabinet Sukiman:
a) Menyempurnakan alat-alat kekuasaan negara.
b) Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek dan
jangka panjang.
c) Menyelesaikan persiapan pemilu dan mempercepat pelaksanaan otonomi daerah.
d) Menyiapkan UU tentang pengakuan serikat buruh.
e) Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
f) Memasukkan Irian Barat dalam wilayah RI secepatnya.
 Keputusan kontroversial  Keputusan Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo
menandatangani perjanjian Mutual Security Act (MSA) dengan Duta Besar Amerika Serikat,
Merle Cochran.
 Sunario (PNI) menganggap Ahmad Soebardjo melanggar politik luar negeri bebas aktif. Akibat
mosi tersebut, Ahmad Soebadjo akhirnya mengundurkan diri.

3) Kabinet Wilopo (30 Maret 1952-2 Juni 1953)


 Merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi.
 Adanya penerapan sistem zaken kabinet, yaitu kabinet yang terdiri atas menteri-menteri
yang ahli di bidangnya.
 Berbagai permasalahan yang muncul:
a) Krisis ekonomi karena merosotnya ekspor impor yang semakin tidak terkendali.
b) Muncul gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan
bangsa.
c) Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu peristiwa perselisihan internal dalam lingkungan
TNI. Sumber utama ketidakkompakan TNI.
 Kedudukan Kabinet Wilopo semakin tidak stabil saat terjadi peristiwa Tanjung Morawa.
Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri, Isqak Tjokrodisurjo menyetujui perusahaan Deli
Planters Vereeniging mengelola tanahnya kembali di Tanjung Morawa. Tetapi atas hasutan
PKI, banyak petani lokal menduduki tanah-tanah tersebut.

4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-24 Juli 1955)


 Merupakan koalisi antara PNI dan NU, Masyumi memilih menjadi oposisi.
 Soekarno menunjuk Ali Sastroamidjojo (PNI) dan Wongsonegoro (Partai Indonesia Raya)
sebagai perdana menteri dan wakil perdana menteri.
 Prestasi:
a) Mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA).
b) Membentuk panitia pemilu yang diketuai Hadikusumo.
 Dalam mengatasi masalah perekonomian, Kabinet Ali berusaha meninjau ulang utang
pemerintah dan cadangan devisa negara dengan cara membatalkan hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB) berkaitan utang Indonesia kepada Belanda.

5) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)


 Program utama  Pemberantasan korupsi yang mendapat dukungan rakyat dan TNI.
 Prestasi  Berhasil menyelenggarakan pemilu pertama tahun 1955.
Pemilu dilaksanakan 2 tahap:
a) Tahap pertama (29 September 1955)  Memilih anggota DPR (parlemen)
b) Tahap kedua (15 Desember 1955)  Memilih anggota Konstituante

6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957)


 Merupakan koalisi antara PNI, Masyumi, dan NU.
 Program kerja:
a) Melaksanakan pembatalan hasil KMB.
b) Berjuang mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.
c) Memulihkan keamanan dan ketertiban serta pembangunan ekonomi, keuangan, industri,
perhubungan, pendidikan, dan pertanian.
d) Melaksanakan hasil keputusan KAA.
e) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
 Berbagai permasalahan yang muncul:
a) Sentiment anti-Tionghoa mulai berkembang dalam masyarakat.
b) Muncul kekacauan di berbagai daerah yang mengarah pada gerakan separatisme.
c) Perselisihan antara pengusaha Tionghoa dan pengusaha nasional akibat pembatalan hasil
KMB.
 Akhir masa Kabinet Ali II disebabkan oleh mundurnya sejumlah menteri.

7) Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)


 Latar belakang dibentuk:
a) Kondisi politik dan keamanan Indonesia semakin tidak menentu.
b) Pertentangan parpol semakin memanas.
 Disebut juga Kabinet Karya, karena disusun berdasarkan zaken kabinet.

 Program:
a) Membentuk Dewan Nasional, yaitu badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
aspirasi dari kekuatan-kekuatan nonpartai yang ada dalam masyarakat.
b) Normalisasi situasi RI.
c) Memperjuangkan pengembalian Irian Barat.
d) Mempercepat proses pembangunan.
 Dalam memimpin pemerintahan, Djuanda dibantu oleh Hardi, K.H. idham Chalid, dan J.
Leimena.
 Prestasi:
a) Menentukan garis kontinental batas wilayah laut Indonesia melalui Deklarasi Djuanda.
Akibatnya, tercipta wilayah daratan dan lautan Indonesia menjadi satu kesatuan bulat
dan utuh.
Hasil Deklarasi Djuanda diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan
Indonesia.
b) Menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di
berbagai daerah.

c. Sistem Kepartaian
 Diawali dengan Presiden Soekarno mendirikan PNI pada tanggal 23 Agustus 1945.
 Wapres Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dan
terbentuklah 10 parpol, yaitu Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo, PRS, Permai, PKRI.
 Sistem kepartaian yang dianut adalah sistem multipartai.

d. Pemilu 1955
 Dilaksanakan dalam 2 tahap:
a) Tahap pertama (29 September 1955)  Memilih anggota DPR (parlemen)
b) Tahap kedua (15 Desember 1955)  Memilih anggota konstituante
 5 partai besar pada Pemilu 1955  PNI, Masyumi, NU, PKI, PSII.
 Nilai positif yang dapat diambil:
a) Tingkat partisipasi masyarakat tinggi.
b) Jumlah orang yang tidak memilih (golput) sedikit.
c) Kesadaran berdemokrasi

e. Kegagalan Konstituante Menyusun UUD


 10 November 1956 Presiden Soekarno melantik 514 anggota Konstituante.
 Tugas badan Konstituante  Merumuskan UUD baru
 Masalah utama yang dihadapi  Penetapan Dasar Negara
 Kegagalah Konstituante disebabkan oleh:
a) Perdebatan yang berlarut-larut.
b) Adanya perselisihan antarpartai.
c) Munculnya desakan untuk kembali pada UUD 1945.
 30 Mei 1959 Konstituante mengadakan pemungutan suara dan hasilnya mayoritas menghendaki
kembali pada UUD 1945.
 Kedudukan Konstituante terdesak ketika A.H. Nasution mengeluarkan PEPERPU/040/1959 yang
berisi larangan adanya kegiatan politik.
 Konstituante dibubarkan pada 5 Juli 1959 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

2. Kehidupan Ekonomi

a. Permasalahan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal:


 Permasalahan jangka pendek, yaitu pemerintah harus mengurangi jumlah uang yang beredar dan
mengatasi kenaikan biaya hidup.
 Permasalahn jangka panjang, yaitu pertambahan penduduk yang tidak terkendali dan tingkat
kesejahteraan penduduk yang rendah.

b. Kebijakan Pemerintah Untuk Mengatasi Permasalahan Ekonomi

1) Gerakan Benteng
 Dicetuskan oleh Soemitro Djojohadikusumo.
 Kebijakan dimulai pada April 1950, yaitu:
a) Memberikan bantuan kepada pengusaha Pribumi agar mereka ikut berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional. Bantuan tersebut berupa bimbingan konkret atau
bantuan kredit.
b) Membangun kewirausahaan Pribumi agar mampu membentengi perekonomian
Indonesia yang baru merdeka.

2) Gunting Syafruddin
 Dicetuskan oleh Syafruddin Prawiranegara.
 Kebijakan dimulai pada 15 Maret 1950, yaitu:
a) Pemotongan nilai uang (senering) yang bernilai Rp2,5 ke atas hingga nilai setengahnya.

3) Nasionalisasi De Javasche Bank


 Kebijakan yang dilakukan yaitu, Perubahan status De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
sebagai Bank Sentral dan Banks Sirkulasi. Diumumkan pada 15 Desember 1951 berdasarkan
UU No. 24 Tahun 1951.

4) Pembentukan Biro Perancang Negara


 Dibentuk pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
 Bertugas merancang pembangunan jangka pendek sehingga hasilnya belum bia dirasakan
oleh masyarakat.
 Akibat tidak adanya stabilitas politik (masa kabinet terlalu singkat) menyebabkan
kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.

5) Sistem Ekonomi Ali-Baba


 Diprakarsai oleh Isqak Tjokroadisurjo (Menteri Perekonomian pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo I)
 Kebijakan yang dilakukan, yaitu: Mendorong berkembangnya pengusaha swasta nasional
pribumi dalam usaha merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
 Langkah yang diambil:
a) Mewajibkan pengusaha asing yang beroperasi di Indonesia untuk memberikan pelatihan
dan tanggung jawab kepada TKI agar dapat menduduki jabatan staf.
b) Mendirikan perusahaan negara.
c) Menyediakan kredit.
d) Memberikan lisensi bagi perusahaan swasta nasional.
KD 3.3.4 Demokrasi Terpimpin
1. Dinamika Politik
3. Dekrit 5 Juli 1959
a. Pembubaran Konstituante
b. UUD 1945 kembali berlaku
c. Dibentuknya MPRS dan DPRS
4. DPR tidak mampu membentuk UUD pengganti UUD 1945
5. Kondisi INA tidak pasti secara hukumrawan perpecahan karna tidak ada yang mengikat parpol dengan agenda
yang berbeda-beda

Dampak Positif
a. Menyelamatkan negara dari perpecahan akibat dari krisis politik berkepanjangan (1950-1959)
b. Mulai dirintisnya lembaga-lembag tinggi negara
e.g MPRS, DPRS
c. Memberi kejelasan arah bagi bangsa dan negara dengan berlakunya UUD 1945

Dampak Negatif

a. UUD 1945 tidak dijalankan dengan konsekuen dan murni


e.g. anggota legislative ditunjuk langsung
b. Kekuasaan presiden berlebih
e.g. pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS
c. Memberi peluang para anggota bersenjata untuk terjun ke dunia politik
e.g. dwifungsi ABRI

2. DInamika Ekonomi
a. Devaluasi mata uang rupiah
e.g. Rp5.000Rp500 (in naik eks turun)
Untuk menekan laju inflasi, menarik uang dari masyarakat
b. Deklarasi EkonomiEkonomi nasional bebas imperialis
c. Sentralisasi Ekonomi/Ekonomi Terpmpin
6. Produktivitas Indonesia rendah, neraca perdagangan tidak seimbang
7. Indonesia susah bersaing, stagnant
8. Sumber pendapatan masyarakat rendah
9. Indonesia masih belum stabil ekonominya (miskin)
Dari perspektif politik:

DEMOKRASI TERPIMPIN

1. Kehidupan Politik

a. Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Merupakan jembatan politik dari era Demokrasi Liberal menuju era Demokrasi Terpimpin.
 Latar belakang:
a) Pemberlakuan Sistem Demokrasi Terpimpin. Dilakukan untuk memperbarui struktur politik
Indonesia.
b) Pembentukan Kabinet Gotng Royong.
 Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
a) Pembubaran Konstituante.
b) Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
c) Pembentukan MPR yang terdiri atas DPR dan DPAS.

b. Sistem Pemerintahan dan Konsep Politik


 Sistem pemerintahan yang berlaku adalah Presidensial.
 Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan serta tidak bertanggung
jawab kepada parlemen (DPR).
 Dalam menjalankan pemerintahan, Presiden mendapat dukungan dari 3 kekuatan besar, yaitu
Nasionalis, Agama, Komunis (NASAKOM). Hal ini memberi peluang bagi berkembangnya ideologi
komunis.
 Presiden Soekarno mencetuskan:
a) Ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis)
 Ajaran ini dimanfaatkan oleh PKI untuk menyebarkan ideologi komunis.
 Ketua PKI, D.N. Aidit berusaha menyebarkan cuplikan-cuplikan pidato Presiden
Soekarno sehingga seolah-olah sejalan dengan gagasan dan cita-cita politik PKI.
b) Ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional)
 Tujuan  Memperkuat kedudukan Soekarno.
 Inti ajaran  Seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai
melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan
nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden Soekarno.
 Dampak  Kedudukan lembaga tinggi dan tertinggi negara ditetapkan di bawah
Presiden.
c. Politik Luar Negeri
Sejak proklamasi kemerdekaan politik luar negeri Indonesia adalah Bebas Aktif. Akan tetapi dalam
Demokrasi Terpimpin politik luar negeri Indonesia mengalami penyimpangan. Dalam Manipol-USDEK
ditegaskan bahwa politik luar negeri Indonesia bertujuan melenyapkan imperialisme dan mencapai dasar-
dasar bagi perdamaian dunia yang kekal dan abadi.

1) Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo


Presiden Soekarno memperkenalkan doktrin politik baru yang membagi dunia menjadi 2 blok, yaitu
New Emerging Forces (Nefo) dan Old Established Forces (Oldefo).
 Nefo  Negara-negara yang sedang berkembang dan negara sosialis yang dianggap
progresif, termasuk juga negara yang baru merdeka atau sedang memperjuangkan
kemerdekaanya.
 Oldefo  Negara kolonialis, imperialis, dan penghampat kemajuan bangsa-bangsa yang
sedang berkembang.

2) Politik Mercusuar
Adalah politik untuk mencari kemegahan/keindahan dalam pergaulan antarbangsa di dunia. Politik
mercusuar dijalankan Presiden Soekarno karena menganggap Indonesia sebagai mercusuar yang
mampu menerangi jalan negara-negara Nefo. Hal ini diwujudkan dengan:
 Membuat bangunan-banguna fenomenal yang menelan biaya miliaran rupiah,
 Menyelenggarakan Games of the New Emerging Forces (Ganefo), yaitu pesta olahraga negara-
negara Nefo.

3) Konfrontasi dengan Malaysia


Perselisihan Indonesia-Malaysia berawal pada 27 Mei 1961, Perdana Menteri Malaya, Tengku
Abdulrachman Putu, melontarkan ide gagasan pembentukan Federasi Malaysia. Feredasi ini meliputi,
Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah.gagasan tersebut kemudian diusulkan kepada Perdana
Menteri Inggris, Harold Mc Millan pada Oktober 1961.
Pemerintah Indonesia menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai proyek
neokolonialisme Inggris. Proyek ini dianggap membahayakn Indonesia dan negara-negara Nefo.

Kebijakan Presiden Soekarno:


a) Mengumukan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada 3 Mei 1964, yang isinya:
 Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia
 Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari Nekolim Inggris.
b) Membentuk Komando Operasi Tertinggi (Koti) dan Komando Mandala dengan tugas
menyelenggarakan operasi militer dalam rangka mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia.

4) Indonesia Keluar dari PBB


Pada 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari PBB.

Sebab:
a) PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
b) PBB tidak merombak struktur organisasi PBB.

Dampak:
a) Sebagian besar negara Asia dan Afrika mengecam tindakan Indonesia.
b) Indonesia kehilangan satu forum untuk menyelesaikan sengketa dengan Malaysia secara damai.

d. Pembebasan Irian Barat


 Latar Belakang  Bangsa Indonesia kecewa atas keputusan hasil KMB bahwa masalah Irian Barat akan
diselesaikan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan.
 Perjuangan Pembebasan Irian Barat

1) Perjuangan Diplomasi
Pemerintah Indonesia mengirim para diplomat untuk memperjuangkan Irian Barat melalui forum
internasional. Para diplomat: Soebandrio, Mukarto Notowidagdo, Zairin Zain, Adam Malik, Ganis
Harsono, Alex Alatas, dan A.H. Nasution.
Beberapa upaya yang dilakukan:
a) Konferensi Colombo pada April 1954.
b) Konferensi Asia Afrika pada April 1955.
c) Siding Umum PBB pada 1954-1957.

2) Konfrontasi Politik
 Pada 1956 Indonesia secara sepihak membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan dalam UU
No. 13 Tahun 1956.
 Pada 17 Agustus 1956, Kabinet Ali Sastroamidjojo membentuk pemerintahan sementara
Irian Barat. Tujuannya untuk mendeklarasikan pembentukan Provinsi Irian Barat sebagai
bagian dari RI

3) Konfrontasi Ekonomi
Dilakukan dengan:
 Pembatalan utang-utang Indonesia kepada Belanda senilai F 3.661 juta.
 Melarang maskapai penerbangan Belanda melakukan penerbangan dan pendaratan di
wilayah Indonesia.
 Memberhentikan semua perwakilan konsuler Belanda di Indonesia mulai tanggal 5
Desember 1957.
 Melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia sejak Desember 1958.

4) Konfrontasi Militer
 Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat
(Trikora) di Yogyakarta pada acara peringatan Agresi Militer II Belanda.
 Isi Trikora:
a) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.
b) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
c) Melaksanakan mobilisasi umum.
 Pada 15 januari 1962, terjadi pertempuran di Laut Aru antara kapal jenis motor torpedo
boat (MTB) ALRI dengan dua kapal perusak Belanda.
 Persetujuan New York
Ellsworth Bunker (penengah konfrontasi Indonesia-Belanda, dari Amerika Serikat)
mengusulkan:
a) Agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dengan perantara PBB yaitu
United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA) dalam jangka waktu 2 tahun.
b) Agar rakyat Irian Barat diberi kesempatan menentukan pendapatnya agar tetap berada
dalam wilayah RI atau memisahkan diri.
Ellsworth Bunker mengajak Indonesia-Belanda bertemu dalam meja perundingan. Delegasi
Indonesia (Adam Malik) dan Delegasi Belanda (Dr. Van Royen).
Isi Persetujuan New York  Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962 Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA).
Pada 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera PBB dan
selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 UNTEA atas nama PBB menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia.
Setelah penyerahan Irian Barat, pemerintah Indonesia diwajibkan melaksanakan Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera).

 Pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)  Act of free choice


Dilaksanakan sejak 14 Juli 1969 s.d. 4 Agustus 1969. Pelaksanaan diatur oleh Brigjen Sarwo Edhie
Wibowo dan diawasi langsung oleh perwakilan PBB yaitu Fernando Ortis Sanz.
Dewan musyawarah Pepera memutuskan bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari RI.

2. Kehidupan Ekonomi

Kekacauan politik ditandai dengan terjadinya Inflasi. Kehidupan ekonomi merosot.

Kebijakan Pemerintah untuk Mengatasi Permaslahan Ekonomi

a) Membentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas)


 Dibentuk berdasarkan UU No. 80 tahun 1958
 Pemimpin  Muh. Yamin
 Tugas  Mempersiapkan rancangan UU pembangunan nasional dan menilai penyelenggaraan
pembangunan.
 Pada 1963, berganti nama menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang
dipimpin Presiden Soekarno.

b) Menerapkan Kebijakan Devaluasi Mata Uang Rupiah


 Ditetapkan pada 24 Agustus 1959
 Tujuan  Meningkatkan nilai rupiah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil.
 Usaha  Pemerintah melakukan pembekuan terhadap semua simpanan yang melebihi
Rp25.000,00.
 Dilaksanakan oleh Panitia Penampung Operasi Keuangan (PPOK)

c) Menekan Laju Inflasi


 Pada 25 Agustus 1959, pemerintah mengeluarkan Perppu No. 2 Tahun 1959 untuk membendung
laju inflasi.
 Tujuan  Mengurangi jumlah uang yang beredar agar dapat menstabilkan keuangan dan
perekonomian negara.
 Usaha  Pemerintah menginstruksikan penghematan bagi instansi pemerintah, memperketat
pengawasan atas perusahaan-perusahaan negara.

d) Deklarasi Ekonomi (Dekon)


 Pada 28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekon.
 Tujuan:
1) Menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa
imperialisme.
2) Mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
e) Dana Revolusi
 Dikeluarkan oleh Jusuf Muda
 Diperoleh dari devisa kredit jangka panjang
 Usaha  melakukan pungutan terhadap perusahaan atau perseorangan yang mendapat fasilitas
kredit antara 250 juta hingga 1 miliar rupiah.
 Hasil pengumpulan Dana Revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris
presiden yang bersifat prestise politik dengan mengorbankan kondisi ekonomi dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai