Anda di halaman 1dari 6

Antibiotik bagaikan pisau bermata 2 terhadap ayam

ferry bun on Tue Mar 16, 2010 10:10 pm

Antibiotik telah menjadi salah satu bagian yang mendukung produktivitas ayam
petarung dan pertumbuhan. Penggunaan antibiotik telah menjadi suatu kebutuhan
dalam menjaga maupun memulihkan kesehatan ayam kesayangan kita.

Kompleksitas penyakit yang menyerang menuntut kita menggunakan antibiotik secara


tepat. Pemahaman kita mengenai antibiotik, baik karakter atau sifatnya sampai hal-hal
yang berpengaruh terhadap daya kerja antibiotik haruslah kita optimalkan.

Penggunaan antibiotik bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua. Disatu sisi
antibiotik ini akan memberikan manfaat dikala diberikan secara tepat, namun bukan
hal yang tidak mungkin pemakaiannya juga akan menimbulkan efek negatif, misalnya
saja keracunan, disaat antibiotik diberikan secara kurang tepat.

Makna Antibiotik

Antibiotik bisa berarti zat aktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun sintesis
(buatan) yang dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk menghambat atau
membunuh organisme, baik bakteri, Mycoplasma maupun protozoa. Secara khusus
antibiotik digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik bekerja dengan
cara menekan atau memutus mata rantai metabolisme dalam tubuh mikroorganisme.
Berbeda dengan desinfektan yang membasmi bibit penyakit dengan menciptakan
lingkungan yang tidak sesuai bagi bibit penyakit tersebut.

Karakteristik suatu antibiotik yaitu memiliki aktivitas menghambat (bakteriostatik)


atau membunuh (bakterisid) mikroorganisme patogen. Toksisitas antibiotik juga
bersifat selektif, dimana antibiotik ini aman bagi ayam petarung namun bersifat racun
(toksik) bagi mikroorganisme patogen.

Antibiotik dalam dosis tepat akan mampu secara aktif membunuh bibit penyakit dan
mempunyai indeks terapi yang relatif aman. Indeks terapi diperoleh dari perbandingan
dosis yang mengakibatkan kematian atau membahayakan (lethal dose) dibandingkan
dosis yang efektif untuk membasmi penyakit (effective dose). Nilai indeks terapi yang
semakin tinggi menunjukkan antibiotik semakin aman bagi ayam. Hal ini dapat
diartikan antibiotik memiliki dosis membahayakan yang sangat tinggi dan dengan
dosis yang kecil antibiotik telah efektif membasmi bibit penyakit.
Dalam dunia perayaman antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan atau
pencegahan penyakit.

Kelompok Antibiotik

Antibiotik-antibiotik itu bisa diklasifikasikan ke dalam setidaknya tiga kelompok


antibiotik berdasarkan spektrum kerja, sifat maupun struktur kimia.
Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Berspektrum sempit
Kelompok antibiotik ini hanya bekerja aktif terhadap bakteri tertentu, yaitu Gram (+)
atau Gram (-) saja.
Sebagai contohnya golongan peptida yang hanya bekerja aktif pada bakteri Gram (-).
Golongan makrolida juga memiliki spektrum kerja sempit, hanya efektif untuk bakteri
Gram (+) dan Mycoplasma. Sediaan antibiotik ini relatif jarang ditemukan, biasanya
antibiotik ini diformulasikan berkombinasi dengan antibiotik lain sehingga memiliki
spektrum yang lebih luas. Tysinol dan Tyfural merupakan contoh sediaan yang
mengandung antibiotik dengan spektrum kerja sempit.
Antibiotik dengan spektrum kerja sempit hendaknya digunakan saat diagnosa
penyakit telah dipastikan. Dan daya kerja antibiotik ini akan lebih optimal jika
penyakit disebabkan oleh satu jenis bakteri.

Berspektrum luas
Antibiotik ini memiliki kemampuan membunuh beberapa macam bakteri, yaitu Gram
(+) sekaligus Gram (-) dan juga Mycoplasma serta protozoa. Antibiotik golongan ini
biasanya digunakan pada saat gejala ayam sakit belum spesifik atau sebagai upaya
pencegahan serangan penyakit pada saat kondisi kandang tidak nyaman. Ayam yang
terserang komplikasi beberapa jenis bakteri juga bisa diatasi dengan pemberian
antibiotik dengan spektrum luas ini.
Fluoroquinolon, tetrasiklin dan sulfonamida merupakan golongan antibiotik yang
memiliki spektrum kerja luas. Produk Medion yang memiliki spektrum kerja luas
antara lain Proxan-C, Proxan-S, Neo Meditril, Trimezyn, Sulfamix atau Vita Tetra
Chlor.

Berdasarkan sifatnya, antibiotik dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisid.


Antibiotik yang bersifat bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri melalui mekanisme hambatan sintesis protein. Pemberian antibiotik ini akan
menekan konsentrasi atau jumlah bakteri yang menginfeksi sehingga berada dibawah
batas konsentrasi untuk menimbulkan gejala klinis.
Lain halnya dengan antibiotik bakterisid yang bekerja membunuh bakteri. Mekanisme
kerjanya dengan menghambat pembentukan dinding sel dan membran sel maupun
menghambat pembentukan DNA atau inti sel.
Antibiotik yang bersifat bakteriostatik antara lain golongan makrolida, tetrasiklin,
sulfonamida dan diaminopirimidin yang terdapat pada Tyfural, Coxy atau Doxyvet.
Aminoglikosida, fluoroquinolon, penisilin dan peptida merupakan golongan antibiotik
yang bersifat bakterisid. Contoh produknya antara lain Gentamin, Vet Strep, Proxan-C
dan Neo Meditril.

Penisilin

Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid (membunuh). Turunan terbaru


dari antibiotik yang ditemukan pertama kali pada tahun 1928 tersebut efektif
membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini
mudah diserap oleh tubuh melalui usus dan cepat masuk ke darah.
Antibiotik -laktam ini bekerja pada dinding sel bakteri yang termasuk antibiotik dan
berikatan dengan penicillin binding protein. Mekanisme ini akan mengakibatkan
bakteri mati. Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik ini.

Aminoglikosida
Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja secara langsung pada
ribosom bakteri, membran sel dan menghambat sintesa protein sehingga bakteri akan
mati (bakterisid). Antibiotik ini tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan
pengobatan yang bersifat sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan),
baik subkutan (bawah kulit) maupun intramuskuler (tembus dinding atau otot).
Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi bakteri Gram (+) dan
Gram (-). Hanya saja saat terjadi gangguan ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro
maupun infectious bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari
karena akan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang
mengandung antibiotik golongan aminoglikosida adalah Gentamin, Kanamin dan Vet
Strep.

Fluoroquinolon
Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada aplikasinya, sediaan obat
yang mengandung antibiotik golongan fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S,
Proxan-C, Neo Meditril, Doctril dan Coliquin merupakan contoh sediaan antibiotik
dari golongan fluoroquinolon.
Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang inti sel (DNA)
bakteri dengan menghambat enzim DNA gyrase. Mekanisme ini akan mengakibatkan
bakteri mati (bakterisid). Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik
terhadap bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.
Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui saluran pencernaan)
maupun injeksi, baik subkutan atau intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari
adanya mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang
digunakan untuk melarutkan obat karena bisa menurunkan penyerapan obat di saluran
pencernaan.

Peptida
Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram (-) dengan cara
merusak atau menghambat membran sel. Antibiotik golongan ini tidak diserap oleh
usus sehingga lokasi kerjanya bersifat lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik
golongan peptida relatif jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk
meningkatkan potensi dan spektrum kerjanya, seperti Amoxitin dan Tycotil.

Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis protein dengan berikatan
pada ribosom 30S. Antibiotik yang ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini
memiliki spektrum kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+),
Gram (-) dan Mycoplasma.
Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui oral maupun
suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika diberikan melalui oral
sebaiknya memperhatikan kandungan logam Ca2+, Mg2+ dan Al3+ karena dapat
menurunkan daya serap saat berada di usus. Feed supplement yang mengandung
mineral sebaiknya diberikan pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik
fluoroquinolon dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore
hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan berakhir.
Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari golongan
tetrasiklin, diantaranya Doxyvet, Koleridin maupun Vita Tetra Chlor.
Sulfonamida
Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk Medion yang mengandung
antibiotik dari golongan sulfonamida. Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini
telah dikenal luas oleh masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.
Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat pertumbuhan bakteri.
Mekanismenya melalui hambatan pada sintesis asam folat sehingga mengganggu
perkembangan bakteri. Saat diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan
(subkutan, intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak 1933 ini akan
mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan protozoa. Agar daya kerja
lebih optimal, saat pemberian obat dengan kandungan antibiotik ini sebaiknya tidak
diberikan suplemen berupa vitamin B dan atau asam amino. Selain itu, saat ayam
mengalami gangguan ginjal sebaiknya penggunaan antibiotik ini dihindari.

Diaminopirimidin
Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari antibiotik ini
ialah menghambat sistesis (pembentukan) asam folat. Pemberiannya efektif untuk
mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-). Aplikasinya dapat dilakukan
secara oral maupun suntikan, baik subkutan maupun injeksi.

Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan sulfonamida untuk


meningkatkan daya kerjanya dan menurunkan tingkat resistensi bakteri terhadap
kedua antibiotik ini. Kedua antibiotik ini memiliki mekanisme kerja yang sinergis,
saling menguatkan. Trimezyn, Respiratrek, Erysuprim dan Antikoksi ialah produk
Medion yang mengandung kombinasi kedua antibiotik tersebut.

Golongan antibiotik yang telah disebutkan sebelumnya bisa diformulasikan dalam


bentuk tunggal maupun kombinasi. Tujuan kombinasi ini antara lain meningkatkan
daya kerja dan spektrum kerja, menurunkan efek samping serta meminimalkan
terjadinya resistensi. Hanya saja kombinasi ini tidak serta merta bisa dilakukan, alih-
alih kombinasi yang tidak sesuai akan menurunkan daya kerjanya. Syarat kombinasi
antibiotik ini haruslah dapat tercampur secara fisik, kimia dan farmakologi.
Tercampur secara fisik artinya kedua antibiotik dapat tercampur homogen
Tercampur secara kimia : saat antibiotik dicampurkan tidak terjadi reaksi kimia yang
merugikan diantara keduanya, yang biasanya ditandai dengan perubahan warna yang
berbeda dari kedua warna produk, adanya endapan atau terbentuknya gas
Tercampur secara farmakologi yaitu tidak terjadi interaksi antara kedua antibiotik
yang menyebabkan turunnya potensi atau meningkatnya efek samping atau toksisitas
Melihat persyaratan tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita membatasi
pencampuran antibiotik yang dilakukan sendiri, tanpa pengetahuan yang lengkap.
Bukan sebuah keniscayaan jika kombinasi antibiotik tidak tepat malah akan
menurunkan potensi atau daya kerjanya. Sebagian besar produk obat Medion telah
tersedia dalam bentuk kombinasi sehingga kita bisa menggunakan produk yang sudah
ada.

Aplikasi Antibiotik

Pengetahuan kita mengenai antibiotik menjadi dasar kita untuk memilih obat yang
tepat. Agar antibiotik ini bekerja secara optimal kita hendaknya memahami mengenai
prinsip pengobatan, yaitu :

Obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang


Setiap obat memiliki efek yang berbeda dan spesifik untuk setiap penyakit.
Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam memilih
jenis obat, maka tidak akan diperoleh efek pengobatan yang diinginkan. Contoh :
Pengobatan dengan Ampicol atau Amoxitin untuk mengatasi penyakit CRD tidak
akan berhasil karena bakteri penyebab CRD, yaitu Mycoplasma gallisepticum tidak
punya dinding sel sebagai reseptor Ampicol atau Amoxitin. Sebaiknya obat yang
diberikan dari golongan tetrasiklin seperti Doxyvet karena kemampuannya
menghambat sintesis protein pada reseptor M. gallisepticum (ribosom 30S)

Obat bisa mencapai organ sakit atau lokasi kerja


Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting untuk memastikan obat dapat
mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan. Untuk mengobati penyakit infeksi
pernapasan yang parah dan diinginkan efek segera, maka rute parenteral (injeksi atau
suntikan) menjadi pilihan utama. Bila tidak tersedia sediaan parenteral, maka sediaan
oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang mempunyai efek
sistemik dapat menjadi alternatif pilihan. Dengan memilih dan mengaplikasikan rute
pengobatan yang benar, maka kemungkinan obat rusak atau tereliminasi sebelum
mencapai organ target dapat diminimalisasi

Obat mencapai kadar yang cukup


Untuk menghasilkan efek pengobatan, obat harus mencapai kadar efektif minimum
atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Sebelum obat mencapai MIC, obat
tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan.
Kadar obat di dalam tubuh dipengaruhi oleh kondisi alamiah tubuh ayam sendiri,
dimana ayam mempunyai respon yang berbeda terhadap obat yang dimasukkan ke
dalam tubuhnya. “Nasib” obat di dalam tubuh ayam dapat diketahui melalui uji
farmakokinetik. Para apoteker dan dokter hewan menggunakan hasil uji
farmakokinetik tersebut sebagai dasar penentuan dosis sehingga obat dapat mencapai
organ target dalam jumlah yang cukup melalui rute pengobatan tertentu

Obat mampu bertahan dalam waktu yang cukup


Secara alami, kadar obat di dalam tubuh ayam akan berkurang dalam jangka waktu
tertentu (dieliminasi dari tubuh). Ada parameter penting yang berhubungan dengan
kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2
merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50%
dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih
singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang. Pada aplikasinya, obat
dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya
diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah.

Oleh karena itu, saat melakukan pengobatan kita harus tepat dalam mendiagnosa
penyakit, memilih jenis obat, menentukan rute pemberian obat (oral, suntikan)
maupun dosis dan lama pemberian obat sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang
tercantum pada etiket atau leaflet.
Beberapa hal yang harus dihindari saat proses pengobatan agar daya kerja atau
keampuhan obat tetap optimal diantaranya mencampur obat dengan desinfektan
karena dapat menurunkan potensi bahkan merusak obat. Hindari pula penggunaan air
dengan kualitas rendah. Air minum dengan kesadahan tinggi akan mengakibatkan
terbentuknya senyawa kompleks dengan tetrasiklin. pH air minum yang tinggi dapat
menyebabkan Doxyvet, Amoxitin maupun Trimezyn mengendap sedangkan pH yang
rendah akan mengendapkan Respiratrek.
Antibiotik bisa diibaratkan pisau bermata dua. Aplikasi yang tepat akan menghasilkan
efek menekan atau membasmi bibit penyakit, namun diberikan sembarangan akan
merugikan ayam kesayangan kita , Antibiotik harus diberikan secara tepat agar daya
kerjanya optimal.
bersumber dari Info Medio

Anda mungkin juga menyukai