Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH : PANCASILA (2 SKS)

DOSEN PENGAMPU : Sri Martini, S.S, M.Hum

Nama : Safina Zahira


NRM : 1304618066
Prodi : Pendidikan Biologi A

Soal

1. Pancasila adalah hasil perenungan para pendiri bangsa Indonesia yang digali dari
tradisi dan nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa Indonesia. Jelaskan maksudnya!
2. Apa yang dimaksud susunan Pancasila bersifat hierarkis berbentuk piramida?
3. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi Indonesia pada masa Orde Lama, Orde Baru,
dan Reformasi?
4. Menjelang tahun politik 2019 situasi dan kondisi politik mulai memanas saling
menjelekkan, saling menyindir, saling mencari kelemahan menjadi konsumsi publik.
Bagaimana anda mensikapi hal tersebut dari sudut pandang etika politik? Jelaskan!

JAWAB

1. Pancasila terdiri dari 5 nilai penting yaitu, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,


kerakyakatan, dan keadilan. Semua nilai-nilai tersebut telah diajarkan oleh leluhur
bangsa Indonesia semenjak dahulu. Seperti ketuhanna, ketika agama-agama mulai
masuk ke dalam Nusantara, setiap pengikutnya akan mengikuti kegiatan ibadah
sesuai dengan agama yang dianutnya. Kemudian nilai kemanusiaan dan persatuan,
bangsa Indonesia sangat menentang kejahatan kemanusiaan karena itu bangsa
Indonesia berjuang keras melepaskan diri dari penjajahan melalui persatuan seluruh
lapisan masyarakat tanpa memandang suku, agama, dan ras. Nilai kerakyatan ada
dalam diri bangsa Indonesia semenjak zaman kerajaan. Para raja haruslah
mendahulukan kepetingan rakyatnya dibanding kepentingan pribadi. Oleh karena itu,
biasanya dalam setiap kerjaan terdapat raja yang terkenal karena pada masa
kepimpinannya rakyat mengalami kemakmuran. Dan begitu pula pada nilai keadilan
yang sudah ada sejak dahulu kala.
2. Hierarkis berarti tingkat, sedangkan yang dimaksud bentuk Piramid dari kesatuan
Pancasila ialah bahwa tiap-tiap sila bagi sila berikutnya adalah menjadi dasar dan
tiap-tiap sila berikutnya itu merupakan penjelmaan atau pengkhususan dari sila yang
mendahuluinya. Notonegoro menyatakan bahwa bentuk susunan hierarkis-piramidal
Pancasila ialah: Kesatuan bertingkat yang tiap sila di muka sila lainnya merupakan
basis atau pokok pangkalnya, dan tiap sila merupakan pengkhususan dari sila di
mukanya. Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan
menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, begitu pula sila- sila berikutnya saling berkaitan erat
dan menjiwai satu dengan yang lain.

Bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila, dapat digambarkan dalam bentuk


diagram yang disebut dengan diagram hierarkis-piramidal Pancasila. Dengan adanya
bentuk diagram ini, terlebih dahulu dapat diuraikan sebagai pengantar bahwa Tuhan
Pencipta segala makhluk, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, asal segala sesuatu dan
sekaligus sebagai dasar semua hal yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu
Tuhan sebagai dasar dari penciptaannya, yang di dalam diagram digambarkan sebagai
dasar terbentuknya diagram itu, dan salah satu ciptaan Tuhan adalah manusia.
Diagram hierarkis-piramidal Pancasila menunjukkan sekelompok himpunan manusia
yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Adapun himpunan yang merupakan dasar adalah
adanya sekelompok manusia yang dalam kehidupannya selalu mengakui dan
meyakini adanya Tuhan baik dengan pernyataan maupun perbuatannya. Selanjutnya
sebagai pengkhususan diikuti suatu himpunan manusia yang saling menghargai dan
mencintai sesama manusia, memberikan dan memperlakukan sesuatu hal sebagai-
mana mestinya. Dalam kehidupan manusia, secara kodrati terbentuk adanya suatu
kelompok-kelompok atau perserikatan-perserikatan persatuan sebagai penjelmaan
makhluk sosial. Dan salah satu perserikatan adalah Persatuan Indonesia. Di dalam
persatuan itu membutuhkan pimpinan serta kekuasaan untuk mengatur kehidupan
sehari-hari sebagai warga persatuan, dan karena persatuan dibentuk dari warga rakyat,
maka pimpinan harus di tangan rakyat secara kekeluargaan, yang disebut dengan
istilah kerakyatan, sering juga disebut dengan kedaulatan rakyat, dalam arti rakyatlah
yang berkuasa, rakyat yang berdaulat.
3. Orde Lama
Pada era orde lama yaitu di bawah pemerintahan Presiden Soekarno dilaksanakan 2
jenis demokrasi, yaitu demokrasi liberal (1950-1959) dan demokrasi terpimpin (1959-
1966). Penerapan sistem demokrasi liberal pada saat itu menyebabkan masa kerja
rata-rata cabinet pendek sehingga kebijaksanaan jangka panjang pemerintah tidak
dapat terlaksana dengan baik. Namun, pada masa demokrasi liberal-lah terlaksana
pemilu yang dinilai paling LUBER dan JURDIL. Selain itu pada masa demokrasi
liberal, pers bebas sehingga kemerdekaan berpendapat sangat dihargai. Sedangkan
pada pelaksanaan demokrasi terpimpin di era Orde lama mengakibatkan pengekangan
hak-hak asasi warga Negara dalam bidang politik. Saat itu banyak media massa yang
dibatasi dan tidak boleh menentang kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, pada era
Orde lama dikatakan bahwa pelaksanaan demokrasi gagal.

Orde Baru
Era Orde Baru dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pelaksanaan
demokrasi pada era Orde Baru adalah demokrasi Pancasila yang memiliki tekad untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Pada masa
Orde Baru ini berhasil diadakan Pemilihan Umum sebanyak enam kali. Namun, pada
pelaksanaannya pemilu ini tidak menerapkan asas LUBER dan JURDIL. Dimana
partai politik yang menjadi pemenang sama pada setiap pemilu. Sehingga tidak terjadi
pergantian presiden selama 32 tahun. Pada masa ini juga, hak pers sangatlah terbatas.
Tidak hanya pers, namun ormas-ormas yang ada juga tidak dapat melakukan kegiatan
seperti sediakala. Oleh karena itu, pelaksanaan demokrasi pada era ini dinyatakan
gagal.

Reformasi
Masa reformasi ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke
wakil presiden B. J. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Masa reformasi ini berusaha
membangun kembali kehidupan yang demokratis. Pada era Reformasi, kebebasan
dalam berpendapat dan berserikat jauh meningkat dari masa Orde Baru dimana
kebebasan sangat dibatasi oleh penguasa. Selain itu, adanya pemilihan umum secara
langsung oleh rakyat, yakni pemilihan presiden dan wakilnya, pemilihan anggota
DPR, DPD, DPRD, dan juga pemilihan kepala daerah. Hal tersebut merupakan modal
awal yang teramat penting dalam meningkatkan proses perkembangan demokrasi
dimasa mendatang. Kemudian, pada masa reformasi ini telah berkembang kesadaran
masyarakat mengenai partisipasinya dalam perpolitikan nasional. Yang dapat
meningkatkan kehidupan politik di masyarakat. Demokrasi pada masa reformasi
merupakan demokrasi yang membawa sebuah perubahan, dengan tetap berpegang
pada Pancasila, yang diharapkan membawa bangsa dan Negara kesebuah perubahan
dan kemajuan yang telah lama dicita-citakan.

4. Sikap saya mengenai kondisi tersebut adalah tetap tenang tidak terbawa fenomena
saling sindir tersebut. Selain itu, ketika mendengar suatu berita yang tidak baik
tentang salah satu kandidat maka tidak langsung mencela melainkan mencari
kebenaran tentang berita tersebut. Jikapun berita tersebut benar, tidak langsung
mengutarakan ketidaksukaan pada suatu media terutama media sosial, melainkan
jadikan sebagai pertimbangan mengenai kandidat tersebut. Fungsi etika politik
terbatas pada penyediaan pemikiran –pemikiran teoretis untuk mempertanyakan dan
menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab, rasional, objektif, dan
argumentatif. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan pilihan kandidat harus
secara rasional dan objektif.

Anda mungkin juga menyukai