Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI

TREND DAN ISU DALAM KOMUNIKASI KEPERAWATAN

TELENURSING

Disusun Oleh :

Nama : Nia Mediawati


NIM : 041STYC18
Kelas : A2
Tingkat/Semester : I/2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan
tugas makalah ini. Solawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi untuki para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Mataram,16 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4

2.1 Pengertian Telenursing .............................................................. 4


2.2 Dampak Telenursing.................................................................. 5

BAB III PENUTUP ................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 8


3.2 Saran ........................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan yang sangat pesat dibidang teknologi informasi berdampak terhadap


dunia kesehatan, dimana penggunaan teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai sarana
dalam mendukung perkembangan pelayanan kesehatan.
Kompilasi data estimasi pengguna Internet di Indonesia dari berbagai sumber
mencapai sedikitnya 45 juta pada akhir tahun 2010 dan menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) optimistik akan mencapai 60 juta terutama karena didorong oleh
trend mobile access. Kompilasi data survey pasar menunjukkan Indonesia memiliki rasio
kepemilikan perangkat akses internet tertinggi, kenaikan jumlah gadget paling banyak dan
penurunan tarif layanan (termasuk paket data Internet) paling tajam di kawasan ASEAN
walau di tengah isu resesi ekonomi (Salahuddien, 2011).
Pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Perawat
semakin dituntut untuk professional dan mengedepankan perkembangan teknologi dibidang
kesehatan, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi dibidang kesehatan terutama
pelayanan keperawatan, dimana pasien/klien yang membutuhkan asuhan keperawatan dapat
berasal dari berbagai kalangan dalam “dunia maya” (cybernet), dapat terakses pelayanan
keperawatan jarak jauh (Telenursing) dimanapun ia berada. Telenursing adalah suatu model
sistem pelayanan keperawatan yang diberikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan
teknologi dibidang informasi karena keterbatasan fasilitas maupun geografis atau karena
tujuan efektifitas dan efisiensi yang memungkinkan pasien untuk tidak harus datang ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan. Trend keperawatan Indonesia di Tahun 2020 diharapkan
sudah mampu mengaplikasikan inovasi ini nantinya. Pada kesempatan ini penulis mencoba
menggali lebih mendalam mengenai informasi dan hasil-hasil riset seputar Telenursing
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Telenursing?

2. Apa saja dampak Telenursing didunia kesehatan?


1.3 Tujuan

1.Mengetahui apa itu Telenursing

2. Mengetahui dampak Telenursing di dunia kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Telenursing

Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan


teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).
Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang
mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk
mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek
keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan
pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan
keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson,
2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang
pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh.
Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain : 1) mengurangi waktu tunggu dan
mengurangi kunjungan yang tidak perlu, 2) mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya
perawatan, 3) membantu memenuhi kebutuhan kesehatan, 4) memudahkan akses petugas
kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi, 5) berguna dalam kasus-kasus kronis atau
kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan
kesehatan, dan 6) mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk
mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet
(American Nurse Assosiation, 1999).
Sebagai suatu sistem tentunya tidak luput dari kekurangan, antara lain : tidak adanya
interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.
Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat
penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. Sedangkan kekurangan
lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi
internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan
risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
2.2 Dampak Telenursing

Prinsip dalam pemberian asuhan keperawatan salah satunya adalah efektifitas dan
efisiensi sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak penelitian yang
mendukung bahwa inovasi telenursing sangat berdampak positif bagi pelayanan keperawatan,
berikut dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-
jurnal kesehatan sebagai berikut :
1. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen,
Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan
pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19
orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam
manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadi manfaat besar bagi perawat
komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini
akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih
efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.

2. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatan
yang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena
kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar informasi-
informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan
bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan
mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang bertugas di daerah
terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain pembelajaran, yaitu : 1)
pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).
3. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a
randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam
artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker prostat
menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan,
sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi
terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu melakukan
perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat
mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode
pasca-operasi. Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95
pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan adalah TC
tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap yang
diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan medis dan
kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan perbedaan dalam keberhasilan
keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan pasca-operasi.
Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di rumah sakit
sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien cukup
terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi
dan rasa aman pada periode pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena
itu, TC tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan kesadaran
dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.

4. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1
(Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian
perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan
perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan
perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi
terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima
bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah
satu contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis
dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya
meningkatkan hasil yang diharapkan.
5. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan
dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan
kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum
terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptis meskipun rasio
biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan
berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan
dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis. Konsep tele-ICU memberikan manfaat
bagi tim perawatan untuk memperoleh kemudahan dalam pengawasan pasien jarak jauh,
tidak untuk mengendalikan atau mengganggu, tetapi untuk mendukung dan meningkatkan
kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga, tim ICU dan tele-ICU dapat berbagi
pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan solusi, dan pemahaman melalui tele-ICU, serta
belajar bagaimana bersama tim dapat meningkatkan perawatan pasien.

6. Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with trauma tic brain
injury and stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010). Dalam arikel ini dijelaskan
Ketersediaan lingkungan virtual di Web untuk mengembangkan aplikasi baru realitas virtual
dalam beberapa bidang, termasuk beberapa aplikasi therapeutical. Disini disajikan aplikasi
virtual reality diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien dengan cedera otak traumatis dan
stroke. Sistem ini berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D, meningkatkan kemungkinan
untuk membuat latihan tele-rehabilitasi ditujukan pada pemulihan dari penyakit neurologis.
Sistem, yang disebut Nu! RehaVR ini, telah dirancang untuk mengintegrasikan aktivitas yang
dilakukan pada sistem tele-rehabilitasi, Nu Reha (Nu!Reha adalah merek dagang dari produk
virtual web ini.(Lihat http://www.nureha.eu). Sistem ini dirancang untuk memungkinkan
pemantauan dan penilaian kegiatan pasien oleh staf medis di rumah sakit menggunakan
fasilitas komunikasi sistem tele-rehabilitasi.

7. Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health implementation. Chronic


Respiratory Disease (Vitacca, Mazzù, & Scalvini, 2009). Kemajuan terbaru dalam teknologi
informasi dan komunikasi memungkinkan kontak dengan pasien dirumah melalui e-Health
layanan. Artikel ini memberikan wawasan tentang seni e-Health dan telemedicine untuk
penggunaan klinis yang lebih luas di masa depan. Peluang telemedicine dirangkum sebagai
tele home care, teleconsulting antara dokter umum dan spesialis dan kegiatan kesehatan
online.
Saat ini prioritas Uni Eropa adalah Inisiatif pada Telemediciene (TM) untuk manajemen
penyakit kronis seperti pemantauan kesehatan di rumah dan Visi masa depan untuk Eropa
2020 didasarkan pada pengembangan Pelayanan Terpadu Telemedicine, meskipun masih ada
pro dan kontra. Kualitas, akses dan efisiensi adalah isu-isu kunci utama untuk keberhasilan e-
Health dan implementasi telemedicine. Teknologi sebenarnya adalah sumber daya manusia
yang tersedia ke dalam organisasi. Untuk e-Health dan telemedicine agar lebih berkembang,
maka akan diperlukan riset yang lebih luas lagi, seperti efektivitas biaya, manfaatnya
terhadap perbaikan kualitas hidup pasien dan dampak pada kualitas kesehatan masyarakat.

8. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa
secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang
harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu datang ke
tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi melalui
Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang
muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai
moral maupun implikasi etis dari penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna
metode ini hendaknya petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki
pemahaman yang luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing
yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai sumber hasil penelitian maupun kajian literatur diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode pelayanan keperawatan yang menggukana model Telenursing
efektif digunakan dalam aktifitas pelayanan kesehatan, sebagaimana berikut ini :
1. Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi petugas
kesehatan khususnya tenaga keperawatan yang berada dimasyarakat maupun dipelosok yang
secara geografis sulit diakses, dengan mengembangkan model Tele-edu atau Telecosulting
yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun konsultasi asuhan keperawatan dari perawat
primer kepada perawat spesialis, atau model Tele-ICU dimana pelayanan intensive care
dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat yang terisolasi namun memiliki fasilitas
ICU yang memadai serta mempunyai care giver.
2. Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta memandirikan pasien atau
keluarga untuk merawat diri sendiri melalui metode Telenursing. Pasien yang sudah bisa
pulang dan harus menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di folow up melalui
metode ini.
3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi pasien pasca dirawat
di rumah sakit. Dengan metode Telenursing ini petugas dapat memantau dan memandu
langkah-langkah rehabilitasi yang harus dijalani pasien-pasien dengan masalah tertentu pada
fase out pation. Dalam memulai suatu sistem tentu saja terdapat kendala, baik dari segi
SDMnya, fasilitas infrasutruktur maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung
berjalannya suatu sistem, oleh sebab itu sistem perlu dirancang secara matang dengan
pendekatan pengembangan sistem, diantaranya : 1) analisa sistem, 2) rancangan sistem, 3)
implementasi sistem, 4) pemeliharaan sistem dan 4) peningkatan sistem (Sabarguna, 2011).

3.2 Saran

Dengan segala kekurangan pada makalah ini kami berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran sekiramya makalah ini kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA

Ameen, J., Coll, A. M., & Peters, M. (2005). Impact of tele-advice on community nurses'
knowledge of venous leg ulcer care. Journal of Advanced Nursing, 50(6), 583-594.

Bauer, K. (2001). Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues. Cambridge


Quarterly of Healthcare Ethics, 10(2), 137-146.

Binks, S., & Benger, J. (2007). Tele-education in emergency care. Emergency Medicine
Journal, 24(11), 782-784.

Gervasi, O., Magni, R., & Zampolini, M. (2010). Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-
rehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke. Virtual Reality, 14(2),
131-141.

Goran, S. F. (2010). A second set of eyes: an introduction to tele-ICU. Critical Care Nurse,
30(4), 46-56.

Greenberg M. Elisabeth (2000). The Domain of Telenursing : Issues and Prospects. Nursing
Economic Jurnal, 18(4) 221-222.

Jensen, B. T., Kristensen, S. A., Christensen, S. V., & Borre, M. (2011). Efficacy of tele-
nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a randomised
controlled trial study. International Journal of Urological Nursing, 5(3), 123-130.

Rufo, R. (2011). Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1. Critical Care Nursing Quarterly, 34(3), 177-181.

Sabarguna (2011). Sistem informasi manajemen kesehatn: Tahap-tahap pengembangan


sistem. Materi kuliah Program magister ilmu keperawatan FIK UI. (Tidak
dipublikasikan).
Salahuddien (2011). Trend Keamanan Internet Indonesia di 2011. Diperoleh di
http://idsirtii.or.id/content/files/artikel/TREN%20KEAMANAN%20INTERNET%20I
NDONESIA%202011.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai