Limbah lumpur minyak bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon yang merupakan polialifatik
hidrokarbon seperti alkana (n-normal, iso dan siklo) dan poliaromatik hidrokarbon (PAH)
seperti naftaeno, benzena, naftalena, benzo(a)pirena, air, unsur logam (As, Cd, Cr, Hg, Pb,
Zn, Ni, Cu) serta non hidrokarbon seperti senyawa nitrogen, sulfur, oksigen dan aspal.
Limbah tersebut termasuk dalam kategori limbah B3 yaitu Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun karena sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Oleh karena itu sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan
Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3), tertera bahwa limbah lumpur minyak termasuk kedalam daftar limbah B3 dari sumber
spesifik dengan kode kegiatan 2320, maka pengelolaannya diperlukan penanganan secara
baik sehingga tidak mencemari lingkungan.
Hal inilah yang dibahas dalam makalah ini yaitu bagaimana mengolah limbah minyak bumi
baik melalui pendekatan secara biologis atau dikenal dengan istilah bioremediasi, melalui
pendekatan secara kimiawi maupun dengan cara lain yang bermanfaat dalam menangani
masalah pencemaran akibat limbah minyak bumi.
- Pasal 1 Angka 11 :
- Pasal 191 :
Limbah industri minyak bumi (Oil sludge) yang berupa cairan dan padatan merupakan
limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Detoksifikasi dan degradasi limbah tersebut dapat
dilakukan secara biologis yang aman dan ramah lingkungan dengan menggunakan 3 jenis
bakteri dan tumbuhan yang dikenal dengan Fitoremediasi. Penggunaan eceng gondok untuk
limbah cair dan sengon bermikoriza untuk pengolahan dan penurunan zat organik dalam
limbah padat dapat menunjang pengelelolaan limbah secara terpadu dan berkelanjutan.
Tanaman meremediasi polutan organik melalui tiga cara, yaitu menyerap secara langsung
bahan kontaminan, mengakumulasi metabolisme non fitotoksik ke sel-sel tanaman, dan
melepaskan eksudat dan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas mikroba, serta menyerap
mineral pada daerah rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan sejumlah uap air. Penguapan
ini dapat mengakibatkan migrasi bahan kimia
- emisi udara;
- efisiensi pembakaran dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99% (sembilan
puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan per seratus); dan
- efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa Principle Organic Hazardous
Constituents (POHCs) dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99% (sembilan
puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan per seratus).
- berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.
- Kemasan Limbah B3 wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah
B3.
- Label Limbah B3 paling sedikit meliputi keterangan mengenai:
1. Nama Limbah B3
4. tanggal Pengemasan
5. Limbah B3.
Gambar 4.2 Contoh pemberian label pada tangki penyimpanan limbah B3
Gambar 4.3 SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013
Gambar 4.4 Contoh pemberian simbol pada tempat penyimpanan limbah B3 yang
menyimpan lebih dari 1 karakteristik limbah B3
Gambar 4.5 Contoh pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum
antar blok
Catatan:
• Jumlah 50 (lima puluh) kilogram per hari merupakan jumlah kumulatif dari 1 (satu) atau
lebih nama limbah B3
• Jika melebihi jangka waktu penyimpanan, lakukan pemanfaatan dan/atau pengolahan
dan/atau penimbunan dan/atau menyerahkan kepada pengumpul dan/atau pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
Fasilitas tambahan yang wajib dimiliki dalam melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3:
- Laboratorium
- Fasilitas Pencucian
- Fasilitas Bongkar – Muat
- Kolam Penampungan Darurat