Tujuan Pembelajaran
a. Definisi
Kasus malaria Adalah penderita dengan demam atau riwayat demam
pada 48 jam terakhir (dengan atau tanpa gejala seperti mual, muntah &
diare, sakit kepala, sakit punggung, menggigil, sakit otot) dengan hasil
positif pada pemeriksaan laboratorium parasit malaria dengan
menggunakan sediaan apus darah (tebal atau tipis) atau Rapid
Diagnostic Test (WHO)
15
Prinsip Pengendalian Vektor Malaria sebaiknya menggunakan
prinsip à REESAA yaitu:
• Rational:pelaksanaan pemberantasan vektor pd daerah kasus malaria
tinggi, daerah potensial KLB atau lokasi tertentu yang diprioritaskan
• Efektif :Kombinasi dua atau lebih metoda dapat dilakukankan apabila
dengann cara tersebut mampu menurunkan penularan.
• Efisien :biaya operasionalnya paling murah
• Sustainable:dpt dilaksanakan dengan berkesinambungan sp mencapai
tingkat penularan yang rendah
• Acceptable :kegiatan pemberantasan vektor harus diterima masyarakat
hingga masy.setempat mendukung & ikut berpartisipasi dlm kegiatan tsb.
• Affordable :mampu melaksanakan kegiatan pemberantasan vektor: à
pd lokasi yang mudah terjangkau, sarana transportasi relatif baik
sehingga bahan & alat serta keperluan logistik lainnya dpt dibawa ke
lokasi tsb.
16
D. Pelatihan SDM
17
2. Pemetaan Tempat Perindukan Vektor
Kegiatan pemetaan perindukan nyamuk penting dilakukan dalam rangka
untuk mengetahui tempat perindukan vektor nyamuk malaria di setiap
wilayah desa / dusun. Kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Letak tempat perindukan jentik nyamuk yang positif dan yang potensial
- Jumlah tempat perindukan
- Tipe tempat perindukan
- Luas tempat perindukan
18
Peta Tempat Perindukan Nyamuk dibuat atau direvisi pada saat TP
potensial tersebut diperiksa/ diperkirakan dengan:
- Grafik median data klinis/kasus positif selama 3-5 tahun terakhir di
Puskesmas
setempat. Pemetaan dilakukan 1-2 bulan sebelum puncak grafik
tersebut
- Grafik median indeks curah hujan 3 tahun terakhir. Melihat kondisi
lingkungan TP di pantai antara lain terdapat ganggang / lumut di
permukaan air.
- Dalam satu wilayah desa/dusun, bila terdapat 2 tipe TP yang
potensial pada musim berbeda, harus dilakukan 2 kali pemetaan yaitu
pada musim kemarau dan musim hujan.
19
• Desa dengann angka positif malaria >5 per seribu
penduduk
• Adanya bayi positif malaria
2. Penggunaan Kelambu
Penggunaan kelambu dalam program pengendalian malaria adalah
dalam rangka :
- melindungi pemakai kelambu dari gigitan &
20
- membunuh nyamuk yang hinggap pd kelambu untuk mencegah
terjadinya
penularan
Satu kelambu sebaiknya digunakan maksimal untuk 2 orang dewasa
Sasaran penggunaan dan pembagian kelambu adalah di lokasi
tertentu sebagai
berikut:
– Daerah atau desa endemis tinggi malaria
– Desa terpencil (remote)
– Desa / dusun terjadi kLB
– Di daerah yang penyemprotan rumah tidak efektif
Sasaran penduduk yang merupakan terget penggunaan dan
pembagian kelambu
Adalah sebagai berikut:
• Ibu hamil
• Bayi dan anak balita
• Keluarga miskin
Agar Program Penggunaan Kelambu ini efektif perlu dipertimbangkan hal –hal
berikut:
• Masyarakat mau menerima pemakaian kelambu
• Dari hasil pengamatan entomologi menunjukan adanya kebiasaan
menggigit & istirahat di dalam rumah (endofilik dan endofagik)
• Daerah tsb memiliki angka malaria tahun terakhir masih tetap tinggi
• Pelaksanaan penyemprotan rumah tidak mungkin dilakukan karena
transportasi yang sulit / daerah sulit dijangkau
• Konstruksi rumah yang tidak cukup melindungi penghuninya dari gigitan
nyamuk
• Kebiasaan tidur masyarakat lebih malam
• Kegiatan awal sebelum kelambu dibagikan:
Sebelum kelambu dipakai, terlebih dahulu hrs dilakukan sensus untuk
mengetahui jumlah kepala keluarga serta anggota keluarga sasaran, agar
dapat menghitung jumlah kebutuhan kelambu yag akan dibagikan.
3. Larviciding
• Larviciding adalah aplikasi larvisida pd tempat perindukan potensial
vektor guna membunuh / memberantas larva nyamuk dengann
21
menggunakan bahan kimia seperti Diflubenzuron (Andalin / Dimilin) atau
agen biologis Bacillus thuringiensis H-14 (Bti H-14).
• Diflubenzuron adalah suatu zat penghambat pembentukan chitin. Apabila
larva nyamuk terkena dosis yang cukup, maka larva akan mati pada
waktu menjadi pupa atau dapat menetas menjadi nyamuk tidak normal
yang tidak dapat terbang.
• Bacillus thuringiensis H-14 ( Bti H-14) adalah sejenis bakteri yang
sporanya bersifat racun / toksin terhadap larva nyamuk. Larva nyamuk
akan mati apabila memakan / menelan toksin ini. Jadi racunnya
merupakan racun perut, karena itu tidak berpengaruh terhadap larva
instar IV akhir dan pupa yang istirahat makan
• Waktu Aplikasi Larvaciding ditentukan tergantung kondisi sebagai berikut:
a. Lagun yang terbentuk dari muara sungai yang tertutup pasir, waktu
aplikasinya adalah: - Awal kemarau sampai awal musim hujan atau
- Sejak menutup sampai terbuka kembali karena banjir diwaktu hujan
• Genangan air asin di pantai yang terbentuk oleh air laut pasang, waktu
aplikasi adalah
- Sejak awal hingga akhir musim hujan atau
- Sejak air mulai menjadi payau
Sesuai dengan jenis larvasida yang dipakai, interval aplikasi dihitung menurut
minggu atau bulan, sedangkan jumlah aplikasi tergantung pada lamanya
genangan air potensial menjadi tempat perindukan.
22
b. Tempat/lokasi penebaran ikan pemakan larva nyamuk yaitu:
- Mata air - Saluran air di persawahan bertingkat
- Anak sungai - Bendungan untuk sawah / pengairan
- Rawa-rawa daerah pedalaman - Rawa daerah pantai dengan air payau
c. Waktu penebaran
Pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau atau selama musim
kemarau pada saat luas tempat perindukan minimum
5. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan dalam pengendalian malaria menyangkut berbagai
tindakan anti
larva meliputi:
a. Modifikasi lingkungan, terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1. Penimbunan daerah genangan air
2. Pengeringan daerah yang digenangi air
b. Manipulasi Lingkungan, terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1. Pembuatan saluran penghubung
2. Pengaturan pengairan dan penanaman / pencegahan penebangan pohon
bakau di tempat perindukan nyamuk
23
24