Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan di
seluruh dunia terutama di negara-negara maju dan pada kelompok lansia.
Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160
mmHg atau tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2001). Hipertensi
pada lansia diharapkan bisa dikendalikan melalui pengaturan pola makan atau
diet yang tepat sehingga hipertensi dapat terkontrol dan dampak yang
ditimbulkan dapat diminimalisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Konsumsi garam tidak lebih dari 100 mEq/l (2,4 gram garam natrium atau 6
gram garam dapur) sehari dapat menurunkan tekanan sistolik 2–8 mmHg.
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis yakni mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara
nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi hipertensi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan serta berdampak pula pada penurunan
kualitas hidup. Pola makan dengan diet rendah garam dan mengurangi asupan
garam ke dalam tubuh harus memperhatikan kebiasaan penderita. Hal ini
berkaitan erat dengan perilaku penderita karena perubahan perilaku secara
drastis akan sulit dilaksanakan.
Perilaku kesehatan seseorang didasari oleh beberapa teori diantaranya
adalah TPB. TPB adalah salah satu upaya teoritis untuk mengenali hubungan
sikap seseorang dengan perilakunya. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
Ajzen (1975) menekankan pentingnya niat seseorang sebagai faktor penentu
perilaku. Niat perilaku tersebut dipengaruhi oleh sikap individu terhadap
perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan. Perilaku diet
rendah garam merupakan hasil keputusan berdasarkan niat individu yang
dibentuk melalui sikap terhadap perilaku diet rendah garam, norma subyektif
dan kontrol perilaku yang dirasakan (Ajzen, 1991). Penelitian ini dilaksanakan

1
untuk mengidentifikasi peningkatan perilaku diet rendah garam pada lansia
penderita hipertensi berbasis TPB. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dapat meningkatkan peran serta masyarakat khususnya lansia
dalam melaksanakan diet rendah garam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan pasien tentang hipertensi?
2. Bagaimana kepatuhan pasien dalam menerapkan pengobatan hipertensi ?
3. Bagaimana pengetahuan pasien tentang diet rendah garam untuk hipertensi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengetahuan pasien tentang hipertensi.
2. Mengetahui kepatuhan pasien dalam menerapkan pengobatan hipertensi.
3. Mengetahui pengetahuan pasien tentang diet rendah garam untuk hipertensi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. 1,2,3 Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 prevalensi hipertensi pada
penduduk berusia 18 tahun keatas mencapai 28%, dan akan lebih tinggi pada
usia lanjut usia. Kerena hipertensi dijuluki the silent killer atau “pembunuh
diam-diam. Hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas
sehingga banyak penderita tidak menyadarinya.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan di
seluruh dunia terutama di negara-negara maju dan pada kelompok lansia.
Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160
mmHg atau tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2001). Hipertensi
pada lansia diharapkan bisa dikendalikan melalui pengaturan pola makan atau
diet yang tepat sehingga hipertensi dapat terkontrol dan dampak yang
ditimbulkan dapat diminimalisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Konsumsi garam tidak lebih dari 100 mEq/l (2,4 gram garam natrium atau 6
gram garam dapur) sehari dapat menurunkan tekanan sistolik 2–8 mmHg.
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis yakni mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara
nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi hipertensi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan serta berdampak pula pada penurunan
kualitas hidup.

3
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90- 95% kasus tidak diketahui penyebabnya,
Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Indonesia yang menderita hipertensi
sebanyak 65 juta jiwa dari 252 penduduk. Prevalensinya 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari Peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh faktor yang
dapat diubah (obesitas, stress, kurang gerak, sensitivitas natrium, rendahnya
kadar kalium, alkohol, sindrom metabolik) dan tidak dapat diubah (ras, usia,
keturunan, gender). Dalam upaya penurunan tekanan darah dapat dilakukan
dengan monitoring tekanan darah, mengatur gaya hidup dan obat anti
hipertensi. Berkaitan dengan pengaturan gaya hidup yaitu mengurangi asupan
garam atau diet rendah garam. 5 Dalam penatalaksanaan hipertensi, diet rendah
garam sangat diperlukan. Pembatasan asupan natrium berupa diet rendah
garam merupakan salah satu terapi diet yang dilakukan untuk mengendalikan
tekanan darah
Pola makan dengan diet rendah garam dan mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh harus memperhatikan kebiasaan penderita. Hal ini berkaitan erat
dengan perilaku penderita karena perubahan perilaku secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Perilaku kesehatan seseorang didasari oleh beberapa teori
diantaranya adalah TPB. TPB adalah salah satu upaya teoritis untuk mengenali
hubungan sikap seseorang dengan perilakunya. Teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Ajzen (1975) menekankan pentingnya niat seseorang
sebagai faktor penentu perilaku. Niat perilaku tersebut dipengaruhi oleh sikap
individu terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang
dirasakan. Perilaku diet rendah garam merupakan hasil keputusan berdasarkan
niat individu yang dibentuk melalui sikap terhadap perilaku diet rendah garam,
norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan (Ajzen, 1991). Penelitian
ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi peningkatan perilaku diet rendah
garam pada lansia penderita hipertensi berbasis TPB. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan dapat meningkatkan peran serta masyarakat

4
khususnya lansia dalam melaksanakan diet rendah garam.Kebutuhan masing-
masing orang akan garam berbeda-beda. Banyak faktor yang bisa
mempengaruhi, seperti aktivitas fisik, usia, sekresi garam melalui urin,
kepekaan individu terhadap garam, adanya penyakit khusus, suhu, udara dan
sebagainya. 6 Untuk penderita hipertensi berat diet rendah garam yang
disarankan adalah 200-400 mg Na/hari sedangkan untuk penderita hipertensi
tidak terlalu berat diet rendah garam yang disarankan 600-800 mg Na/hari dan
untuk penderita hipertensi ringan diet rendah garam yang disarankan adalah
1000-1200 mg Na/hari, Sebaiknya pasien hipertensi memiliki pengetahuan
mengenai diet rendah garam karena tingkat pengetahuan yang baik tentang diet
hipertensi akan mempermudah terjadinya perubahan prilaku dengan
mengontrol tekanan darah.
Menurut Notoarmodjo (2010) menyatakan bahwa salah satu faktor penentu
terjadinya perubahan prilaku kesehatan adalah faktor predisposisi
(predisposing factor) yang didalamnya termasuk pengetahuan mengenai diet
hipertensi. Derajat Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit
darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada
diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg
untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena
penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu
lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung
dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
Peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar
garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol.
Bagi yang memiliki faktor resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini
dalam melakukan upaya-upaya preventif, contohnya yang paling sederhana
adalah rutin kontrol tekanan darah lebih dari satu kali, serta berusaha
menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi (Baradiro, 2008). Prevalensi
kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,96%
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%. Kasus tertinggi

5
penyakit tidak menular tahun 2011 pada kelompok penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah penyakit hipertensi, yaitu sebanyak 634.860 kasus
(72,13%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011)
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang mengobatinya. Kepatuhan berasal dari kata patuh yaitu suka
menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin yaitu ketaatan
melakukan sesuatu yang dianjurkan atau yang ditetapkan, kepatuhan adalah
secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan
dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai
dengan petunjuk medis (Caplan, 1997). Makanan yang dimakan secara
langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan tekanan darah.
Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki kaitan yang erat
dengan munculnya hipertensi. Pelaksaanaan diet yang teratur dapat
menormalkan hipertensi, yaitu dengan mengurangi Konsultasi gizi merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien hipertensi mengenai
diet rendah garam makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak,
mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga
(Julianti, 2005).

B. Theory Planned Behavior (TPB)


Theory of planned behavior adalah teori yang menekankan pada
rasionalitas dari tingkah laku manusia juga pada keyakinan bahwa target
tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu. Perilaku tidak
hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain
yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber
dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005)
Prinsip dalam teori ini adalah prinsip kesesuaian (principle of
compatibility) yang menjelaskan sikap dan perilaku yang dibagi dengan
empat elemen yaitu aksi, target, konteks dan waktu, dan hubungan antara
sikap dan perilaku akan maksimal jika setiap elemennya berfungsi secara
maksimal. Maka, perilaku terdiri dari (a) aksi atau perilaku yang dilakukan,
(b) performa target atau obyek, (c) konteks, dan (d) waktu spesifik, contohnya

6
seseorang yang fokus pada kebersihan mulut akan (a) menyikat (b) gigi (c)
dikamar mandi (d) setiap pagi setelah sarapan. Teori ini secara jelas
menggambarkan hubungan antara keyakinan (beliefs), sikap (attitude),
kehendak atau intense (intention), da perilaku (behavior).
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of
Reasoned Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang
terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the
behavior dan subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam
TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen,
1991). TPB sangat sesuai digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku di
dalam kewirausahaan. Sebagaimana dikatakan oleh Ajzen (1991) bahwa
TPB is suitable to explain any behavior which requires planning, such as
entrepreneurship (TPB cocok untuk menjelaskan perilaku apa pun yang
memerlukan perencanaan, seperti kewirausahaan).
Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan
dari Theory of Reasoned Action(TRA) (Ajzen dalam Jogiyanto, 2007).
Jogiyanto (2007) Mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk
yang belum ada di TRA. Konstruk ini di sebut dengan kontrol perilaku
persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan di TPB
untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh kekurangan-
kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber-
sumber daya yang digunakan untuk melekukan perilakuny (Hsu and Chiu
2002).
Apabila TPB digambarkan dalam sebuah bagan berikut :

7
1. Attitude (Sikap)
Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari untuk
memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap sesuatu yang
diberikan. Lo Choi Tung (2011) mengatakan bahwa attitude toward the
behavior is the degree to which a person has a favorable or unfavorable
evaluation of a behavior. It depends on the person’s assessment of the expected
outcomes of the behavior. Menurut Assael dalam Manda dan Iskandarsyah
(2012) sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan
respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka
maupun tidak suka. Sebagai contoh apabila seseorang menganggap sesuatu
bermanfaat bagi dirinya maka dia akan memberikan respon positif
terhadapnya, sebaliknya jika sesuatu tersebut tidak bermanfaat maka dia akan
memberikan respon negatif.

2. Subjective Norm (Norma Subjektif)


Subjective norm (norma subjektif) merupakan persepsi seseorang tentang
pemikiran orang lain yang akan mendukung atau tidak mendukungnya dalam
melakukan sesuatu. Subjective norm mengacu pada tekanan sosial yang
dihadapi oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Lo
Choi Tung (2011: 79) mengatakan bahwa “subjective norm refers to the social
pressures perceived by individuals to perform or not to perform the behavior.
It relates to the beliefs that other people encourage or discourage to carry out
a behavior” (norma subjektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan oleh
individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Hal ini terkait
dengan keyakinan bahwa orang lain mendorong atau menghambat untuk
melaksanakan perilaku). Seorang individu akan cenderung melakukan perilaku
jika termotivasi oleh orang lain yang menyetujuinya untuk melakukan perilaku
tersebut.

3. Perceived Behavioral Control (Kontrol Perilaku)


Kontrol perilaku adalah persepsi kemudahan atau kesulitan dalam
melakukan suatu perilaku. Lo Choi Tung (2011) mengemukakan bahwa
kontrol perilaku relates to the beliefs about the availability of supports and
resources or barriers to performing an entrepreneurial behavior (control
beliefs) (berkaitan dengan keyakinan tentang ketersediaan dukungan dan
sumber daya atau hambatan untuk melakukan suatu perilaku kewirausahaan).
Menurut Tony Wijaya (2007) kontrol perilaku merupakan persepi terhadap
kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit.

8
C. Kelebihan Theory of Planned Behavior
Teori ini dapat memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku
dalam item yang operasional. Hal ini memudahkan berbagai tipe pencegahan
yang dapat dipertimbangkan. Sasaran teori ini adalah prediksi perilaku yang
dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang. Teori ini juga
relative mudah diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti
rokok, narkoba, alcohol, perilaku makan, penggunaan kondon, dan lain
sebagainya.

D. Kelemahan Theory of Planned Behavior


Teori ini masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan kurang
banyak dikenal (Smet: 1994). Selain itu pemanfaatan teori ini membutuhkan
bantuan atau control dari orang lain. Orang lain sangat berpengaruh terhadap
komponen teori ini.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan hari Sabtu, 06 Juli 2019 jam 11.00 WITA.
Tempat penelitian dilakukan di Desa Sungai Bakung Rt.01 Kelurahan Sungai
Lulut Kecamatan Sungai Tabuk.

B. Sampel
Sampel yang digunakan berjumlah satu orang dengan jenis kelamin
perempuan berusia 43 tahun dengan pendidikan terakhir SMU / SMA.

C. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


Theory Planned Behavior (TPB). Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini ialah kuesioner terbuka dan tertutup, untuk kuesioner terbuka
dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung kepada pasien
dan untuk kuesioner tertutup dilakukan dengan cara pasien mengisi kuesioner
yang diberikan oleh peneliti. Dalam desain ini sebelum perlakuan sampel
diberikan terlebih dahulu pretest (tes awal) dan setelah diberikan perlakuan
sampel diberi posttest (tes akhir). Desain penelitian ini digunakan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui pengetahuan pasien
hipertensi terhadap diet rendah garam sebelum diberikan perlakuan berupa
konsultasi hipertensi dan diberikan konsultasi terkait dengan diet rendah
garam.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sikap : pandangan tentang suatu masalah atau pengobatan apakah positif


atau negative.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pasien memiliki


pengetahuan yang minim dalam hal pengobatan hipertensi, kemudian
pandangan pasien mengenai diet garam untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien adalah positif. Sikap terhadap perilaku merupakan derajat penilaian
positif atau negatif lansia penderita hipertensi terhadap perilaku diet rendah
garam. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh kombinasi antara keyakinan
lansia penderita hipertensi mengenai konsekuensi positif dan negatif dari
melakukan diet rendah garam berdasarkan penilaian subyektif lansia
penderita hipertensi. Secara umum, semakin individu memiliki penilaian
bahwa diet rendah garam akan menghasilkan konsekuensi positif, maka
individu cenderung untuk bersikap favorable terhadap perilaku diet rendah
garam. Sebaliknya semakin individu memiliki penilaian bahwa perilaku diet
rendah garam akan menghasilkan konsekuensi negatif, maka individu akan
cenderung bersikap unfavorable terhadap perilaku diet rendah garam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai
sikap yang favorable terhadap perilaku diet rendah garam dan hanya
sebagian kecil yang mempunyai sikap yang unfavorable.
2. Norma Subjektif : pendapat yang dapat mempengaruhi tindakan yang akan
di lakukan oleh pasien.
Berdasarkan hasil wawancara tidak didapatkan seseorang yang dapat
mempengaruhi pendapat atau perilaku pasien karena pasien kurang bergaul
dan orang yang berada disekitar pasien tidak ada yang memiliki penyakit
hipertensi sehingga pasien tidak menerapkan diet rendah garam untuk
meningkatkan kualitas hidup dalam hal pengobatan hipertensi.

11
3. Kontrol perilaku : faktor yang mempengaruhi sebuah perilaku pasien.
Berdasarkan hasil wawancara faktor yang mempengaruhi pasien tidak
menjalani diet garam adalah pengetahuan pasien yang minim tentang diet
rendah garam kemudian diet rendah garam yang dilakukan akan
mempengaruhi pola makan pasien karena pasien tidak terbiasa melakukan
diet rendah garam untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Penderita
mempunyai sikap yang baik terhadap perilaku melaksanakan diet rendah
garam.

12
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan satu orang responden
dengan usia 43 tahun menunjukkan bahwa semakin meningkatnya usia maka
dapat meningkatkan faktor resiko kejadian hipertensi, sejalan dengan faktor
resiko hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri dari ras, usia, keturunan dan
gender, Hasil penelitian ini juga sejalan dengan faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman,
kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi, Pada penelitian ini, sikap
responden terhadap perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan diet rendah
garam. Pengaruh ini bersifat positif artinya semakin tinggi sikap terhadap
perilaku maka semakin tinggi pula niat melaksanakan perilaku diet rendah
garam. Niat melaksanakan perilaku diet rendah garam pada responden didasari
oleh sikap keyakinan yang positif akan manfaat keyakinan dan evaluasi dari
perilaku diet rendah garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
pembentuk utama sikap responden adalah manfaat keyakinan, Setelah kami
lakukan wawancara secara terbuka bahwa pasien menderita penyakit hipertensi
dengan TD 160/90 mmHg hasil penelitian menunjukkan selama ini pasien
tidak pernah mengkonsumsi obat hipertensi, pasien hanya menggunakan terapi
non farmakologi yaitu mentimun dan merendam melinjo yang diyakini bahwa
jika mengkonsumsi mentimun dan rendaman melinjo tersebut dapat
menurunkan tekanan darah pasien sehingga sikap yang hanya dilakukan pasien
hanya menggunakan terapi non farmakologi secara terus-menerus, perilaku
penderita hipertensi yang secara rutin mengkonsumsi jus mentimun memiliki
keyakinan dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh penderita hipertensi
hal tersebut dikarenakan kurangnya pasien dalam hal pemahaman mengenai
penyakit hipertensi sehingga pentingnya peran petugas kesehatan, sebab
petugas adalah yang paling sering berinteraksi dalam hal pemahaman terhadap
kondisi fisik maupun psikis menjadi lebih baik sehingga dapat mempengaruhi
rasa percaya dan menerima kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan
dalam diri pasien dengan baik.

13
Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa usia dapat mempengaruhi
angka kejadian hipertensi dan mempengaruhi pengetahuan responden terhadap
diet rendah garam pada hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh antara norma subyektif terhadap niat melaksanakan diet rendah
garam, Pada penelitian ini, norma subyektif berpengaruh terhadap niat
melakukan diet rendah garam. Pengaruh ini bersifat negatif artinya semakin
tinggi norma subyektif maka semakin rendah niat melaksanakan perilaku diet
rendah garam, pasien tidak mendapatkan dukungan maupun saran dari keluarga
ataupun teman dikarenakan kemungkinan disebabkan karena responden yang
mengisolasi diri atau menarik diri dari lingkungannya karena berbagai sebab
salah satunya sibuk dengan pekerjaan, dalam hal ini Keluarga dapat berperan
sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.. Dukungan keluarga merupakan
suatu bentuk perhatian, dorongan yang didapatkan individu dari orang lain
melalui hubungan interpersonal seperti perhatian, emosional dan penilaian.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara niat terhadap
perilaku melaksanakan diet rendah garam. Hal ini menunjukkan bahwa niat
melaksanakan perilaku diet rendah garam pada responden bersama-sama
variabel sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan control berprilaku secara
simultan dapat mempengaruhi niat melaksanakan diet rendah garam hal ini
juga dipengaruhi oleh faktor lain yang mempengaruhi perilaku antara lain diet
rendah garam yang dilakukan akan mempengaruhi pola makan pasien karena
pasien tidak terbiasa melakukan diet rendah garam untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, selain itu pasien juga meyakini bahwa jika menerapkan
diet rendah garam dengan disertai penggunaan obat hipertensi akan
mempersulit dalam hal penyembuhan dikarenakan pasien mempunyai
pemikiran bahwa jika salah satu saja diterapkan maka sudah dapat menurunkan
tekanan darah yang dialami pasien.

14
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpukan


bahwa penelitian ini menggunakan metode Theory Planned Behavior (TPB)
dengan melihat sikap, norma subjektif dan control berprilaku pasien hipertensi,
dalam hal ini sikap yang didapatkan dari responden dalam hal penerapan diet
rendah garam positif, dimana pasien meyakini bahwa jika melakukan diet rendah
garam dapat memperbaiki keadaan akan tetapi pasien lebih mengutamakan hanya
dengan mengkonsumsi mentimun dan air rebusan melinjo yang diyakini pasien
dapat menurunkan tekanan darah, untuk norma subjektif pasien hipertensi dalam
hal penerapan diet rendah garam sangat berpengaruh, akan tetapi pada responden
tidak ada yang pernah memberikan saran maupun dukungan dalam hal
penyembuhan dengan menerapkan diet rendah garam sehingga pasien sulit dalam
menerapkan diet rendah garam dan untuk control berprilaku menunjukkan hasil
bahwa pasien mempunyai keinginan untuk melakukan penerapan diet rendah
garam akan tetapi terdapat faktor yang mempengaruhi dari niat pasien tersebut
yaitu pasien merasa sulit dalam hal penerapan diet rendah garam jika diterapkan
untuk semua makanan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat


Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Depertemen Kesehatan RI. Masalah Hipertensi Di Indonesia.Jakarta: Depertemen


Kesehatan; 2012

Fairuz, M. Fizi, dkk. (2014). Theory of Planned Behavior (ppt). Surabaya:


Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Nuraini DN. Diet sehat dengan terapi garam. Yogyakarta: Gosyen publishing;
2016. Hal. 63-74

Sumarman. Penderita hipertensi primer: pengetahuan tentang diet rendah garam,


kepatuhan dan kendalanya. Surakarta: Program Studi Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret; 2010.

16
KUESIONER PENELITIAN

PENERAPAN PENINGKATAN DIET RENDAH GARAM DENGAN


METODE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB) PADA PASIEN
PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SUNGAI BAKUNG

Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini


merupakan kuesioner yang penulis susun dalam rangka pelaksanaan penelitian.
Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan tidak akan mempengaruhi kedudukan
maupun jabatan, mengingat kerahasiaan identitas Bapak/Ibu/Sdr akan kami jaga.

A. IDENTITAS RESPONDEN
Isilah identitas diri saudara dengan keadaan yang sebenarnya :
a. Nama responden :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
d. Pendidikan Terakhir :

B. PETUNJUK PENGISIAN
Mohon baca dengan teliti dan cermat untuk setiap pernyataan berikut ini
dan berilah tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai
dengan kondisi anda saat ini.
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju

17
SS : Sangat Setuju

C. Sikap Pasien Terhadap Diet Rendah Garam

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan

SS S TS STS
Diet rendah garam dapat memperbaiki keadaan
1.
saya
Saya menyukai hal yang dapat memperbaiki
2.
kualitas hidup saya.
Hipertensi yang saya alami dapat diatasi
3.
dengan diet rendah garam
Hipertensi saya tanpa melakukan diet rendah
4.
garam akan tetap stabil
Saya tidak perlu diet rendah garam karena
5. hipertensi yang saya rasakan tidak terlalu
tinggi

Saya tau bahwa penggunaan garam berlebih


6.
dapat meningkatkan hipertensi

Saya tidak menyukai diet rendah garam karena


7.
nantinya dapat mengganggu pola makan saya

Saya tidak menyukai hal yang baru dalam hal


8.
pengobatan hipertensi yang saya rasakan.

18
Saya sangat perlu melakukan diet rendah
9.
garam untuk memperbaiki kondisi hipertensi.

Saya menyukai hal yang memberikan saya


10. pola hidup yang baik untuk menikmati hidup
yang berkualitas di masa datang

D. Norma Subjektif Pada Pasien Diet Rendah Garam

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan

SS S TS STS
Keluarga kurang memperhatikan terkait
1.
dengan pengobatan hipertensi saya.
Saya menerima saran dari keluarga untuk
2.
melakukan diet rendah garam
Teman-teman lebih menyarankan saya
3.
mengkonsumsi obat hipertensi
Saya menerima saran dari teman untuk
4.
mengkonsumsi makanan rendah garam
Tetangga saya menyarankan untuk melakukan
5. diet rendah garam karena dapat meningkatkan
kualitas hidup.

E. Kontrol Perilaku Persepsian Pasien Diet Rendah Garam

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan

SS S TS STS
Sulit bagi saya untuk menerapkan diet rendah
1.
garam jika diterapkan untuk semua makanan

19
Seseorang yang menerapkan diet randah garam
2.
kualitas hidupnya akan menjadi lebih baik
Sulit bagi saya melakukan diet rendah garam
3.
jika diikuti dengan obat hipertensi
Saya meyakini bahwa diet rendah garam tidak
4.
efektif dalam pengobatan hipertensi
Saya tidak terlalu menyukai dengan
5. penggunaan garam berlebih sehingga diet
rendah garam mudah untuk saya terapkan

20

Anda mungkin juga menyukai