Anda di halaman 1dari 9

HOSPITAL DISASTER PLANNING

(INSTALASI GIZI DAN FARMASI )

OLEH KELOMPOK 4:

1. PUTRI MUSTIKA SARI


2. DESI ILHAFI
3. HELVENI RUSMITA
4. OKTRI PENDRITO
5. LENI AGUS
6. IMELDA KEMALIS
7. ENDRI YANTI
8. ASNELITA PURBA
9. JARNI SALELEUBAJA

STIKES SYEDZA SAINTIKA


PADANG
2018
PRINSIP HOSPITAL DISASTER PLAN

Pada situasi bencana, Rumah Sakit akan menjadi tujuan akhir dalam
menangani korban sehingga RS harus melakukan persiapan yang cukup. Persiapan
tersebut dapat diwujudkan diantaranya dalam bentuk menyusun perencanaan
menghadapi situasi darurat atau rencana kontingensi, yang juga dimaksudkan agar
RS tetap bisa berfungsi-hari terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya
(business continuity plan). Rencana tersebut umumnya disebut sebagai Rencana
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan (HDP).
Ketika terjadi bencana, selalu akan terjadi keadaan yang kacau (chaos),
yang bisa menganggu proses penanganan pasien, dan mengakibatkan hasil yang
tidak optimal. Dengan HDP yang baik, chaos akan tetap terjadi, tetapi diusahakan
agar waktunya sesingkat mungkin sehingga pelayanan dapat tetap dilakukan
sesuai standard yang ditetapkan, sehingga mortalitas dan moriditas dapat ditekan
seminimal mungkin.

Dalam situasi bencana, hal-hal yang paling sering muncul di RS adalah:

o Pada satu saat ada penderita dalam jumlah banyak yang harus dilayani
sehingga persiapan yang terlalu sederhana (“simple alarm)“ akan tidak
mencukupi, dan diperlukan persiapan yang lebih
komperhensif dan intensif (Organization for a Mass admission of Patients
– OMP ”).
o Kebutuhan yang melampaui kapasitas RS, dimana hal ini akan diperparah bila
terjadi kekurangan logistikdan SDM, atau kerusakan terjadi infra struktur
dalam RS itu sendiri.
Kedua hal tersebut diatas wajib diperhitungkan baik untuk bencana yang
terjadi diluar maupun didalam RS sendiri.
Pada situasi bencana yang terjadi diluar RS, hasil yg diharapkan dari HDP
adalah:
• Korban dalam jumlah yang banyak mendapat penanganan sebaik mungkin,
melalui
• Optimalisasi kapasitas penerimaan dan penanganan pasien, dan
• Pengorganisasian kerja secara profesional, sehingga
• Korban/pasien tetap dapat ditangani secara individu, termasuk pasien yg sudah
dirawat sebelum bencana terjadi.
Sedangkan untuk penanganan korban di luar RS, bantuan medis diberikan
dalam bentuk pengiriman tenaga medis maupun logistik medis yang diperlukan.

Pada kasus dimana bencana terjadi didalam RS (Internal Disaster), seperti


terjadinya kebakaran, bangunan roboh dsb, target dari HDP adalah :

a. Mencegah timbulnya kroban manusia, kerusakan harta benda maupun


lingkungan, dengan cara:
• Membuat protap yang sesuai
• Melatih karyawan agar dapat menjalankan protap tersebut
• Memanfaatkan bantuan dari luar secara optimal.
b. Mengembalikan fungsi normal RS secepat mungkin

Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk bencana eksternal maupun


internal. Konsep dasar suatu HDP adalah:
• Melindungi semua pasien, karyawan, dan tim penolong
• Respon yang optimal dan efektif dari tim penanggulangan bencana yg
berbasis pada struktur organisasi RS sehari-hari
Oleh karena itu suatu HDP sudah seharusnya dibuat untuk mengantisipasi
hal tersebut, dan untuk itu sebaiknya disusun dengan mempertibangkan
komponen-komponen: kebijakan penunjang, struktur organisasi dengan
pembagian tugas dan sistim komando yang jelas, sistim komunikasi – informasi,
pelaporan data, perencanaan fasilitas penunjang, serta sistim evaluasi dan
pengembangan. Selain itu perencanaan dalam HDP harus sudah diuji dalam suatu
simulasi, serta disosialisasikan ke internal RS maupun institusi lainnya
ygberhubungan. Selain itu ju ga
perlu dipersiapkan sejak awal bahwa suatu HDP merupakan bagian integral dalam
sistim penangulangan bencanalokal / daerahsetempat.

Proses penyusunan HDP.


Menyusun HDP merupakan perkerjaan besar yang harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh supaya mendapat hasil seperti yang diharapkan ketika terjadi
bencana yang sesungguhnya.
Suatu HDP seharusnya merupakan hasil dari suatu proses kerja yang
didasari atas ancaman bencana didaerah tersebut (Hazard Mapping), pengalaman
masa lalu, ketersediaan sumberdaya khususnya SDM, dengan mengingat
kebijakan lokal maupun nasional. Penyusunan HDP umumnya dimulai dengan
dibentuknya tim penyusun HDP, dan akan bisa memberikan hasil yang maksimal
bila didasari atas komitmen dan konsistensi dari menejemen RS. Konsistensi
diperlukan mengingat penanggulangan bencana, termasuk penyusunan HDP,
merupakan proses yang kontinyu sehingga diperlukan usaha untuk
mempertahankan kinerja tim, dan hal tersebut bisa diwujudkan dengan
membentuk komite gawatdarurat dan bencana, atau institusi yg sejenis.Ruang
lingkup komite juga termasuk masalah gawatdarurat, karena bencana dan
gawatdarurat merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan yang tinggi dan
memerlukan mejemen bersama.

Tim Penyusun HDP.


Tim yang ideal anggautanya merupakan gabungan dari unsure
pimpinan( minimal Kepala Bidang / Instalasi ), unsure pelayanan gawatdarurat
( kepala UGD ), unsur Rumahtangga, unsur paramedis, dan unsur lain yg
dipandang perlu. Anggauta tim sebaiknya sudah memiliki dasar-dasar mengenai
Hospital Preparedness, dan bekerja berdasar suatu guide line yang standar, serta
diberikan target waktu.

Pokok-pokok HDP.
Suatu HDP diharapkan memenuhi prinsip pokok sbb:
• Organisasi PB berbasis pada organisasi RS sehari-hari. Perubahan yg terlalu
besar berpotensi gagal.
• Prosedur dalam HDP dibuat sesederhana mungkin, tapi mencakup semua yg
diperlukan
• Prosedur lengkap dibuat secara rinci, tetapi untuk pekerja lapangan perlu
dibuat checklist.

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah:

1. Kewenangan untuk menggerakkan tim harus dibuat sesederhana mungkin,


jangan bergantung pada pimpinan tertinggi / direktur RS. Proses pelimpahan
wewenang harus dibuat sependek mungkin.
2. Penilaian kapasitas RS jangan hanya berdasar pada jumlah tempat tidur,
supaya tidak terjadi penilaian yg terlalu optimistic.
3. Penyiapan fasilitas dan area yang terencana dengan baik pada masa pra-
bencana.
4. Alur lalu-lintas di area RS dan sekitarnya dipersiapkan dengan cermat.
5. Penggunaan tanda pengenal utk korban( tagging ) yang jelas.
6. Komunikasi intra RS dengan alternatifnya.
7. Sistim Triase yg sesuai.
8. Penyiapan logistic.
9. Pengamanan untuk korban dan segenap karyawan serta tim penolong.
10. Menejemen informasi internal maupun eksternal.
11. Prosedur evakuasi RS bila diperlukan.
SALAH SATU CONTOH HOSPITAL DISASTER PLANNING DI SUMATERA
BARAT ADALAH RSUP M.DJAMIL PADANG

. Instalasi Gizi
1. Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke Pusat Komando serta
memanggil anggotanya.
2. Siapkan dan berikan makanan bagi pasien rawat jalan, rawat inap dan
petugas.
3. Singkirkan semua troli yang tidak digunakan.
4. Tentukan dan gunakan daerah tunggu dll. sebagai ruang makan.
5. Bertanggung-jawab untuk mengatur menu dalam bencana dan pertahankan
kecukupannya.

Instalasi Farmasi
1. Ka. Instalasi melapor ke Pusat Komando dan tetap di Instalasinya
2. Buat daftar perusahaan penyedia yang dapat menyediakan barang secara cepat.
(Daftar ada pada Manual Prosedur).
3. Selalu sedia obat minimum untuk kedaruratan setiap saat.
4. Farmasi tetap terbuka dan tunjuk petugas pengantar barang.

LAMPIRAN PERSIAPAN OBAT – OBATAN

Kandungan Personal Emergency Medical Kit minimal :

Jenis QTY
1.M to M resusiscator 2pcs
2. OPA 1set
3. Pocket face mask 1pc
4. Tongue spatula 1pc
5. Bite block 1pc
6. Masker 4pcs
7. Color coding kid 1pc
8. Balut dan bidai sterile adhesive bandage 1set
2" sterile gauze pad 1box
4" sterile gauze 1box
Triangular bandage 6pcs
2" sterile roller bandage 1box
3" sterile roller bandage 1box
4" elastic bandage 1pc
6" elastic bandage 1pc
Bandage scissor 1pc
Setonet dressing 2pcs
Soft baid bulky bandage 3pcs
9. Termometer 1pc
10. Pen light 1pc
11. Stetoskop dupleks 1pc
12. Tensimeter 1pc
13. Senter genggam 1pc

Alat/bahan habis pakai QTY


14. oksigen 5 l 1pc
15. Plester hipoelergenik 2roll
16. Cotton wool 1pc
17. Alcohol swab 10pcs
18. Tensoplast 1lsn
19. Sofratulle 2pcs
20. Hole drape sterile 2pcs
21. Gloves berbagai ukuran @ 2pcs
22. Eye patch sterile 2pcs
23. Syringe 2.5 3pcs
24. Syringe 5 2pcs
25. Wing infusion 21, 23 1set
26. IV cath 14,16,18, 20, 22, 24 2set
27. Infus set makrodrip 2set
28. Infus set mikrodrip 1set

Obat-obatan QTY
29. Deksametason inj 2amp
30. Diazepam inj 1amp
31. RL 1flsh
32. NaCl 1flsh
33. Dextran 7.0 7.0 1flsh
34. Adrenalin jn 2amp
35. Sulfas atropin 8amp
36. Lidokain inj (murni) 2amp
37. Betadine 50 cc 1btl
38. Fenobarbital inj 1amp
39. Local Anesthetic spray 1pc
40. Norit (active) 1btl
41. Stesolid supp. 5 mg 1tb
42. Stesolid supp. 10 mg 1tb
43. Dan lain-lain Sesuai

Ringkasan.
Keberhasilan menangani situasi kritis pada masa bencana tergantung pada
persiapan yang dilakukan pada masa pra-bencana. Prosedur disiapkan berdasarkan
ancaman yang potensial maupun pernah terjadi. Masalah pembiayaan supaya
dianggap sebagai investasi yang berdasar pada pengalaman, sudah terbukti
bermanfaat.
Referensi:
Bruno Hersche, Olivier C. Wenker, M.D., DEAA, Principles Of Hospital Disaster
Planning ; HOPE.
Carley S, Mackway-Jones K, 2005 : Major Incident Medical Management and
Support – The Practical Approach in the Hospital, Blackwell Publishing
Ltd.
Catherine Ballay 2006, Hospital Incident Command System Guide
Book,California Emergency Medical Services Authority.

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 5


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Anda mungkin juga menyukai