DISUSUN OLEH :
dr. NONI KARTIKA SARI
PENDAMPING :
dr. NURUL FAJRI KURNIATI
dr. MOH HERMAN SYAHRUDIN
Obyektif Presentasi:
Deskripsi:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kaki terasa lemas sejak± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.Keluhan timbul mendadak pada saat
pasien sedang menjahit. Kelemahan dirasakan secara tiba-tiba dan perlahan mulai dari ujung jari-jari kaki lalu menjalar ke tungkai,
sehingga membuat pasien sulit berjalan. Pasien juga merasa kesemutan dari bawah kaki menjalar ke atas hingga lengan. Keluhan dirasakan
1. Keluhan Utama :
Kaki terasa lemas sejak 1 minggu SMRS
3. Riwayat Pengobatan :Pasien meminum obat dari puskesmas, namun tidak ada perbaikan.
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat TB (+) 2 th yang lalu, pengobatan tuntas.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat asma (-)
5. Riwayat Keluarga :Riwayat keluhan serupa (-), Riwayat DM (-), Riwayat HT (-)
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal dengan istri dan kedua orang anak. Pasien menggunakan fasilitas BPJS kelas 3
8. Riwayat Kebiasaan : Riwayat merokok aktif (+), Riwayat makan tidak teratur (-)
9. Pemeriksaan Fisik :
I. Status Pasien
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tekanan darah : 143/93 mmHg
B. Kepala
Bentuk : mesosefal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
D. Afasia motorik :-
Afasia sensorik :-
Disartia :-
E. Nervi kranialis
N.II Opticus
Tajam penglihatan >3/60 >3/60
Lap.penglihatan =pemeriksa =pemeriksa
Melihat warna + +
Fundus oculi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III Oculomotorius
Sela mata 1.5 cm 1.5 cm
Gerak bulbus Bebas Bebas
N.IV Trochlearis
Gerak mata Bebas Bebas
Sikap bulbus Sentral Sentral
Melihat kembar - -
N.V Trigeminus
Sensibilitas muka + +
N.VI Abduscens
Gerak mata ke lateral + +
Sikap bulbus Sentral Sentral
Melihat kembar - -
N.VII Facialis
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + +
Bersiul + +
Mengerutkan dahi + +
Perasa lidah 2/3 depan + +
N.IX
Glossopharyngeus
Perasa lidah 1/3 blkg +
Sensibilitas pharynx +
N.X Vagus
Arcus pharynx Simetris, uvula di tengah
Bicara Disfoni (-)
Menelan (+) Disfagia
N.XII Hypoglossus
Pergerakan lidah Bebas
Tremor lidah (-)
Sensibilitas
Taktil :(+) / (+)
Nyeri :(+) / (+)
Suhu : tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
2. Anggota gerak atas
Motorik
Pergerakan : (+)/(+)
Kekuatan : 4-4-4 / 4-4-4
Trofi : normotrofi / normotrofi
Tonus : normotonus / normotonus
Refleks fisiologis
Biseps : +2/ +2
Triseps : +2/ +2
Sensibilitas
Taktil : (+)/(+)
Nyeri : (+)/(+)
Suhu : tidak dilakukan
Refleks fisiologis
Patella : +1/+1
Achilles : +1/+1
Refleks patologis
Babinski : (-) / (-)
Klonus
Paha : (-) / (-)
Kaki : (-) / (-)
Sensibilitas
Taktil : (↓)/(↓)
Nyeri : (+)/(+)
Suhu : tidak dilakukan
G. Koordinasi, gait, dan keseimbangan tidak dilakukan
Cara berjalan :
Tes Romberg :
Disdiadokinesis :
Ataksia :
H. Gerak abnormal
Tremor : (-) / (-)
Athetose : (-) / (-)
Mioklonik : (-) / (-)
Chorea : (-) / (-)
I. Alat vegetatif
Miksi : baik
Defekasi : baik
Refleks anal : tidak dilakukan
Refleks kremaster : tidak dilakukan
Refleks bulbokavernosus : tidak dilakukan
J. Laseque : (-)
Patrick : (-)
Kontra Patrick : (-)
Hematologi
EKG
Seorang laki-laki berusia 46 tahun datang dengan keluhan sulit berjalansejak ±1minggu sebelum masuk rumah sakit.Keluhan
timbul mendadak saat pasien sedang menjahit. Keluhan disertai dengan rasa kesemutan dan sulit menelan. Tekanan darah 143/93
mmHg, HR 81x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.5oC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit ssedang, kesadaran compos
mentis, gizi cukup, pemeriksaan fisik kepala sampai kaki dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan pergerakan normal,
kekuatan motorik ekstremitas superior dextra/sinistra 4-4-4/4-4-4 dan inferior dextra/sinistra 3-3-3/3-3-3, refleks fisiologis pada
ekstremitas bawah menurun (+), pemeriksaan sensorik eksteroseptif (nyeri dan raba) menurun pada kedua ekstremitas inferior. Pada
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah didapatkan hasil dalam batas normal.
12. Diagnosis
Klinis : Tetraparese Flaccid, Parestesia dari distal ke proksimal, disfagia
Topis : Mielin dan Axon dari susunan saraf tepi
Etiologi : Sindrom Guillain-Barre
13. Penatalaksanaan
O2 3 lpm
Infus RL 20 tpm
Injeksi Methyl Prednisolon3x1/2 ampul
Drip Mecobalamin 2x500 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1ampul
14. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam :dubiaad malam
Daftar Pustaka:
1. Yuki N, MD, Hartung H P. Guillain Barre Syndrome. The new England journal of medicine. 2012; 366: 2294-304 [cited 2015 Augt 03]
Available from:http://www.aahs.org/medstaff/wp-content/uploads/guillain-barresyndromenejm20121.pdf
2. Pithadia A B, Kakadia N. Guillain barre syndrome (GBS). Pharmacological reports. 2010; 62: 220-32 [cited 2015 Augt 03] Available
from:http://www.if-pan.krakow.pl/pjp/pdf/2010/2_220.pdf
3. Support and information for those affected by Guillain-Barré syndrome, CIDP & associated inflammatory neurophaties. Issue 1.0. 2014
[cited 2015 Augt 03] Available from:http://www.gaincharity.org.uk/pdf/A4_GBS_16pp.pdf
4. Wakerley B R. Uncini A, Yuki N. Guillain barre and miller fisher syndromes-new diagnostic classification. Nature review neurology.
2014; 10: 537-44 [cited 2015 Augt 03] Available
from:http://static1.squarespace.com/static/53e0d272e4b0ea4fa48a8d40/t/545faddae4b003a28634ed22/1415556570707/Wakerley+NatR
evNeurol2014.pdf
5. Winer J B. An update in guillain barre syndrome. Hindawi publishing corporation autoimmune disease. 2014 [cited 2015 Augt 03]
Available from:http://downloads.hindawi.com/journals/ad/2014/793024.pdf
1. Subjektif :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kaki dan tangan terasa lemas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.Keluhan timbul
mendadak. Kelemahan dirasakan secara tiba-tiba dan perlahan mulai dari ujung jari-jari kaki lalu menjalar ke tungkai dan lengan, sehingga
membuat pasien sulit berjalan. Pasien merasa kesemutan dari bawah kaki sampai paha menjalar ke atas. 2 hari SMRS, pasien mengeluh sulit
menelan..Pusing (-), mual (-), muntah (-), demam (-). ± 1 bulan sebelumnya, pasien mengeluh batuk dan pilek. Sebelumnya pasien sudah
berobat ke puskesmas, diberi obat namun keluhan tidak membaik.
2. Objektif :
a. Keadaan umum
Compos Mentis, GCS E4V5M6
b. Vital Sign
Tekanan darah : 143/93 mmHg
Nadi : 81 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36.5C (per aksiler)
SpO2 : 98%
3. Assesment :
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien didiagnosis dengan Sindrom Guillain-Barre.
4. Plan
a. Diagnosis
Sindrom Guillain-Barre
b. Penatalaksanaan
O2 3 lpm
Infus RL 20 tpm
Injeksi Methyl Prednisolon 3x1/2 ampul
Drip Mecobalamin 2x500 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
Evaluasi sesak napas
Evaluasi menelan, bila sulit pasang NGT
Subyektif Tangan dan kaki lemas, sulit Tangan dan kaki lemas, lengan Tangan dan kaki lemas, lengan Tangan dan kaki lemas, lengan
menelan kesemutan kesemutan kesemutan, sulit BAB
Pemeriksaan penunjang:
- Natrium 136.1
- Kalium 5.0
- Calsium 2.66
- Chlorida 98.2
Assesment Sindrom GuillainBarre Sindrom GuillainBarre Sindrom GuillainBarre Sindrom GuillainBarre
Terapi - O2 3 lpm - O2 3 lpm - O2 3 lpm - Infus RL 20 tpm
- Infus RL 20 tpm - Infus RL 20 tpm - Infus RL 20 tpm - Injeksi Methyl
Prednisolon2x1/2 ampul
- Injeksi Methyl - Injeksi Methyl - Injeksi Methyl Prednisolon3x1/2
Prednisolon3x1/2 ampul Prednisolon3x1/2 ampul ampul - Drip Mecobalamin 2x500 mg
- Drip Mecobalamin 2x500 mg - Drip Mecobalamin 2x500 mg - Drip Mecobalamin 2x500 mg - Injeksi Ranitidin 2 x 1ampul
- Injeksi Ranitidin 2 x 1ampul - Injeksi Ranitidin 2 x 1ampul - Injeksi Ranitidin 2 x 1ampul - Flamar 3 x ue di lengan yang
sakit
- Flamar 3 x ue di lengan yang - Flamar 3 x ue di lengan yang
sakit sakit - Lactulose Syr 3x1C
Planning - Evaluasi sesak napas - Evaluasi sesak napas - Evaluasi sesak napas - Evaluasi sesak napas
- Evaluasi menelan, bila sulit - Evaluasi menelan, bila sulit - Evaluasi menelan, bila sulit - Evaluasi menelan, bila sulit
Subyektif Kaki masih lemas, kesemutan Tangan dan kaki bisa digerakkan, Tangan dan kaki bisa digerakkan, Tangan dan kaki bisa digerakkan,
berkurang, sulit BAB sulit BAB mampu untuk berjalan mampu untuk berjalan
Objektif Vital sign : Vital sign : Vital sign : Vital sign :
- TD : 140/70 - TD : 130/80 - TD : 137/80 - TD : 110/70
- HR : 84 x/mnt - HR : 80 x/mnt - HR : 80 x/mnt - HR : 84 x/mnt
- RR : 20 x/mnt - RR : 20 x/mnt - RR : 20 x/mnt - RR : 20 x/mnt
- T : 36C - T : 36C - T : 36C - T : 36.2C
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Sindrom Guillain Barre (SGB) adalah suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf
tepi dirinya sendiri dengankarekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnyaprogresif. Kelainan ini
terkadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. SGB merupakan polineuropati akut, bersifat simetris dan
ascenden.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada setiap musim, menyerang semua umur. Insidensi SGB bervariasi antara 0.6 sampai
1.9 kasus per 100.000 orang pertahun. SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB yang
berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran
pernapasan atas atau infeksi gastrointestinal. Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian, pada 3% pasien, yang disebabkan oleh
II. ETIOLOGI
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya,namun sejumlah besar penelitian
mengindikasikan bahwa penyebabnya adalah inflamasi autoimun neuropati perifer, yang dipicu oleh berbagai faktor seperti3,4:
a. Infeksi virus: Citomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus(EBV), Enterovirus, Human Immunodefficiency Virus (HIV).
b. Infeksi bakteri: Campilobacter jejuni, Mycoplasma pneumonie.
c. Pasca pembedahan dan Vaksinasi.
d. Sekitar 50% dari seluruh kasus terjadi sekitar 1-4 minggu setelah terjadi penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Infeksi
Saluran Pencernaan.
III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB
masih belum diketahui dengan pasti. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada
sindroma ini adalah:
a. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell mediated immunity) terhadap agen infeksius pada saraf tepi.
b. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.
c. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran padapembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses
demielinisasi saraf tepi
V. MANIFESTASI KLINIS
SGB merupakan penyebab paralisis akut yang dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh
paralisis keempat ekstremitas yang bersifat asendens.3 Parestesia ini biasanya bersifat bilateral. Refleks fisiologis akan menurun dan
kemudian menghilang sama sekali.Kerusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan menyebar secara progresif ke
ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakansaraf motoris ini bervariasi mulai dari kelemahan sampai pada yang
menimbulkanquadriplegia flacid. Keterlibatan saraf pusat, muncul pada 50% kasus, biasanyaberupa facial diplegia. Kelemahan otot
pernapasan dapat timbul secara signifikandan bahkan 20% pasien memerlukan bantuan ventilator dalam bernafas.3,7
Kerusakan saraf sensoris yang terjadi kurang signifikan dibandingkandengan kelemahan pada otot. Rasa sakit dan kram juga dapat
menyertaikelemahan otot yang terjadi terutama pada anak-anak.Kelainan saraf otonom tidak jarang terjadi dan dapat
menimbulkankematian. Kelainan ini dapat menimbulkan takikardi, hipotensi atau hipertensi,aritmia bahkan cardiac arrest, facial
flushing, sfingter yang tidak terkontrol, dankelainan dalam berkeringat.5,7
Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan gejala berupadisfagia, kesulitan dalam berbicara, dan yang paling sering
(50%) adalah bilateralfacial palsy.Gejala-gejala tambahan yang biasanya menyertai SGB adalah kesulitanuntuk mulai BAK,
inkontinensia urin dan alvi, konstipasi, kesulitan menelan danbernapas, dan penglihatan kabur(blurred visions).3,5,7,9
Skala disabilitas syndrome Guillain Barre menurut Hughes:12
0 : Sehat
1 : Gejala minor dari neuropati, namun dapat melakukan pekerjaan manual
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis dari SGB biasanya ditegakkan berdasarkan klinisnya. Gejala klinis utama dari SGB adalah kelemahan bilateral yang
progresif dan relatif simetris dari anggota tubuh dengan atau tanpa keterlibatan dari otot respirasi atau otot yang diinervasi saraf
kranial.Diagnosis SGB sering secara langsung, terutama ketika kelemahan didahului dengan infeksi antara 1-3 minggu, dari onset. Pada
beberapa pasien bagaimanpun, diagnosis dapat menjadi lebih sulit terutama ketika nyeri muncul sebelum gejala kelemahan atau ketika
kelemahan pada awalnya hanya muncul pada kaki.3,4
Dari anamnesis dapat ditanyakan, ada atau tidaknya infeksi virus yang mengawali 2-4 minggu sebelum muncul gejala, menanyakan
ada atau tidaknya retensi urin, untuk anak biasanya nyeri 50% sehingga membuat anak menjadi rewel. Untuk pemeriksaan fisik pada
Guillain Barre Syndrome didapatkan antara lain: 3
a. Akut, simetris, dan kelemahan biasanya asendens dari anggota tubuh
b. Arefleksia atau hiporefleksia dan kelemahan otot, menurunnya posisi dan sensasi getar
c. Paralisis otot pernapasan 30% jika tanpa terapi
d. Keterlibatan saraf kranial <50%, biasanya kelemahan wajah, 10-20% ophthalmoparesis
e. Disautonomia (50%): tekanan darah yang labil, aritmia, ileus, retensi urin, dapat terjadi quadriparesis yang berat hingga paralisis otot
pernafasan.
f. Ataksia (23%).
VIII. TATALAKSANA
a. Terapi Suportif
Pasien dengan SGB terutama membutuhkan perhatian yang multidisiplin untuk mencegah dan menangani potensi komplikasi
yang fatal. Pasien membutuhkan monitoring teratur dari fungsi paru (kapasitas vital dan frekuensi respirasi) dan kemungkinan
disfungsi autonom (frekuensi denyut jantung dan tekanan darah) serta infeksi. Pasien dengan gejala yang berat juga membutuhkan
ketepatan waktu untuk memindahkan pasien ke Intensive Care Unit (ICU). 5,10
Kegagalan sistem pernapasan hingga membutuhkan ventilasi mekanik terjadi pada 20 hingga 30 pasien SGB. Pasien harus
dimonitor tanda klinis dari kegagalan pernapasan seperti takipnea, penggunaan otot-otot aksesoris untuk pernapasan, asinkronya
gerakan dari dada dan perut serta takikardi. Pada pasien dengan nyeri membutuhkan oral atau parenteral analgesik ataupun dengan
morphin intravena (1-7 mg/ jam). Gabapentin (15mg/kg/ hari) dilaporkan efektif menurunkan nyeri pada pasien dengan SGB. Terapi
tambahan lainnya (mexiletine, tramadol, tricyclic antidepresan) mungkin membantupada jangka panjang dan jangka pendek dalam
menangani nyeri neuropati. Asetaminofen atau NSAID dapat juga dicoba pada terapi lini pertama tetapi sering kali tidak efektif.7,10
b. Terapi khusus
1. Plasmaferesis
Bertujuan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Penggunaan plasmaferesis sebagai terapi pada SGB pertama
kali dilaporkan pada tahun 1978 yang kemudian mengarah kepada enam uji klinis acak yang membandingkan antara plasmaferesis
dengan terapi suportif. Hasil yang didapat adalah terapi dengan plasmaferesis terbukti efektif, sehingga pada tahun 1986 terapi
plasmaferesis direkomendasikan pada kasus SGB berat. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam
7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama). Bahan pengganti plasma yang