KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Komposit
a. Pengertian Komposit
Komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan
atau gabungan. Kata komposit (composite) berasal dari kata “to compose”
yang berarti menyusun atau menggabung.
Menurut Yanu (2011) bahwa “Karena bahan komposit merupakan bahan
gabungan secara makro, maka bahan komposit dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran/ kombinasi
dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di dalam
bentuk dan atau komposisi material yang pada dasarya tidak dapat
dipisahkan”.
Komposit merupakan penggabungan material berbeda yang
mempunyai tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat
antara (intermediate) material penyusunnya yang tidak akan diperoleh jika
material penyusunnya berdiri sendiri. Sifat yang dihasilkan dari
penggabungan material diharapkan bisa saling memperbaiki kelemahan dan
kekurangan material penyusunnya.
Menurut Yanu Rianto (2011), “Sifat-sifat yang dapat diperbaiki:
kekuatan, kekakuan, ketahanan bending, berat jenis, pengaruh terhadap
temperatur, isolasi termal, dan isolasi akustik”.
Penggabungan dua material atau lebih tersebut ada dua macam yaitu:
1) Penggabungan Makro
Ciri-ciri penggabungan makro antara lain dapat dibedakan secara
langsung dengan cara melihat, penggabungannya lebih secara fisis dan
mekanis, penggabungannya dapat dipisahkan secara fisis ataupun secara
6
7
mekanis.
2) Penggabungan Mikro
Ciri-ciri penggabungan mikro yaitu tidak dapat dibedakan dengan
cara melihat secara langsung, penggabungannya lebih secara kimiawi,
penggabungannya tidak dapat dipisahkan secara fisis dan mekanis, tetapi
dapat dilakukan dengan cara kimiawi.
Material komposit merupakan material yang terbentuk dari
kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya melalui
pencampuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-
masing material pembentuknya berbeda. Material komposit memiliki sifat
mekanik yang lebih bagus dari pada logam, memiliki kekuatan bisa diatur
yang tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue) yang baik,
memiliki kekuatan jenis (strength/ weight) dan kekakuan jenis (modulus
Young/ density) yang lebih tinggi daripada logam, tahan korosi, memiliki
sifat isolator panas dan suara, serta dapat dijadikan sebagai penghambat
listrik yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal kerusakan
akibat pembebanan dan korosi (Sirait, 2010).
Dari beberapa pengertian komposit di atas dapat disimpulkan
komposit adalah penggabungan fisis secara makroskopis antara dua
material atau lebih yang memiliki sifat yang berbeda serta menghasilkan
material baru yang memiliki sifat yang lebih baik, serta dapat dipecah lagi
menjadi komponen komponen penyusunnya secara fisis atau mekanis.
Sifat-sifat yang dapat diperbaiki dalam penggabungan komposit adalah :
kekuatan, kekakuan, ketahanan bending, berat jenis, pengaruh terhadap
temperatur, isolasi termal, dan isolasi akustik.
Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan
beberapa daerah dan istilah penyebutannya; matrik (penyusun dengan
fraksi volume terbesar), penguat (penahan beban utama), interphase
(pelekat antar dua penyusun), interface (permukaan phase yang berbatasan
8
manufaktumya yang lebih murah. Kekurangan jenis serat acak adalah sifat
mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis
serat yang sama.
2) Komposit serat panjang (longfiber composite)
Keistimewaan komposit serat panjang adalah lebih mudah
diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Walaupun
demikian serat pendek memiliki rancangan lebih banyak. Secara teoritis
serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau tegangan dari suatu titik
pemakaiannya. Pada prakteknya, hal ini tidak mungkin karena variabel
pembuatan komposit serat panjang tidak mungkin memperoleh kekuatan
tarik melampaui panjangnya.
Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah
sebagai bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping
itu penggunaan serat juga mengurangi pemakaian resin. Juga untuk
menentukan karakteristik bahan komposit, seperti: kekakuan, kekuatan
serta sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan
untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit,
matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar
dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi.
Oleh karena itu untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat,
kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan yang liat,
lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia. Akan diperoleh suatu komposit
yang lebih kuat, kokoh dan tangguh jika dibandingkan produk bahan
komposit yang tidak menggunakan serat penguat.
e. Komposit Matriks Polimer (Polymer Matrix Composites - PMC)
Komposit jenis ini terdiri dari polimer sebagai matriks baik itu
thermoplastic maupun jenis thermosetting. Thermoplastic adalah plastik yang
dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan menggunakan panas.
Tehrmoplastic merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila
13
2. Rem
a. Pengertian Rem
Rem adalah suatu alat untuk memperlambat atau menghentikan
kendaraan. Tujuan utama dipasang rem pada kendaraan untuk melakukan
kontrol terhadap kecepatan kendaraan untuk menghindari kecelakaan dan
merupakan alat pengaman yang berguna untuk menghentikan kendaraan
secara berkala (Wahyu Utomo, 2013). Oleh karena itu baik tidaknya
kemampuan rem secara langsung menjadi persoalan yang sangat penting bagi
pengemudi di waktu mengendarai kendaraan. Jadi fungsi rem harus dapat
mengatasi kecepatan kendaraan yang meningkat. Syarat rem yang baik adalah
:
1) Dapat bekerja dengan baik dan cepat
2) Beban pada roda yang satu dengan roda yang lain pasti sama
14
3. Rem Cakram
a. Pengertian Rem Cakram
Rem cakram merupakan suatu perangkat pengereman yang terdiri
dari cakram yang dibuat dari logam, cakram ini akan dijepit oleh kampas rem
(brake pad) yang didorong oleh sebuah torak yang ada dalam silinder roda.
Proses penjepitan cakram ini diperlukan tenaga yang cukup kuat, tenaga ini
dihasilkan dari sistem hidrolik. Sistem hidrolik ini terdiri dari master silinder,
silinder roda, reservoir dan komponen penunjang lainnya. Daya pengereman
dihasilkan oleh adanya gesekan antara kampas rem dan cakram (Wahyu
Utomo, 2013).
Prinsip kerja rem cakram secara umum sama dengan rem tromol
yaitu menggunakan bahan friksi pada sepatu rem untuk mengurangi atau
menghentikan laju kendaraan. Rem ini bekerja dengan menjepit cakram yang
biasanya dihubungkan dengan roda kendaraan, serta untuk menjepit cakram
digunakan bahan friksi atau kampas rem dalam bentuk sepatu rem dengan
mekanismenya diatur oleh kaliper rem. Serta untuk menggerakkan atau
mengatur mekanisme kaliper rem menggunakan gaya mekanik, hidrolik,
pneumatik atau elektronik yang melawan gaya dari kedua sisi cakram. Bahan
friksi menyebabkan piringan cakram dan roda yang dihubungkan melambat
atau berhenti. Rem mengubah energi kinetik menjadi energi panas, serta
membuat bahan friksi menjadi panas pula, hal tersebut membuat rem menjadi
tidak efektif atau tidak pakem, oleh karena itu perlu adanaya pengembangan
tentang kampas rem atau bahan friksi.
16
4. Kampas Rem
a. Pengertian Kampas Rem
bahan kampas rem khusus. Secara umum bagian-bagian kampas rem terdiri
dari daging kampas (bahan friksi), dudukan kampas (body brake shoe) dan
dua buah spiral. Pada aplikasi sistem pengereman otomotif yang aman dan
efektif, bahan friksi harus memenuhi persyaratan minimum mengenai
unjuk kerja, noise dan daya tahan.
Bahan rem harus memenuhi persyaratan keamanan, ketahanan
dan dapat mengerem dengan halus. Selain itu juga harus mempunyai
koefisien gesek yang tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai permukaan
roda dan dapat menyerap getaran. Sifat mekanik menyatakan kemampuan
suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk
menerima beban/gaya/energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/
komponen tersebut. Untuk mendapatkan standar acuan tentang spesifikasi
teknik kampas rem, maka nilai kekerasan, keausan, bending dan sifat
mekanik lainnya harus mendekati nilai standar keamanannya.
c. Kampas Rem Asbestos
Kampas rem dari bahan asbestos hanya memiliki satu jenis fiber
yaitu asbes yang merupakan komponen yang menimbulkan karsinogenik. Hal
ini bertujuan agar membuat kampas menjadi awet, tetapi ada kerugian yang
ditimbulkan antara lain kelemahan dalam kondisi basah. Karena asbestos
hanya terdiri dari satu jenis fiber, ketika kondisi basah bahan tersebut akan
mengalami efek licin seperti menggesekkan jari di atas kaca basah (licin/ tidak
pakem), juga dapat membuat piringan menjadi cepat habis, rem kurang
pakem, asbestos hanya bisa bertahan sampai dengan suhu 200 °C hal ini
berarti bahwa rem asbestos akan blong (fading) pada temperatur 250 °C dan
harganya juga lebih murah. Kampas rem asbestos juga tidak ramah
lingkungan dan dapat menyebabkan penyakit kanker.
Banyak negara-negara maju telah menghentikan produksi bahan
gesek asbes, karena bahan asbes dapat menyebabkan penyakit kanker
(Kiswiranti, 2009).
22
Serat ijuk dengan nama latin Arenga Pinnata Merr. Serat ijuk berasal
dari tanaman aren yang banyak terdapat mulai dari pantai timur India sampai
ke kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Serat ijuk berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0.5
mm, bersifat kaku dan ulet (tidak mudah putus). Ijuk memiliki sifat lentur
yang tinggi, tidak mudah rapuh dan tahan terhadap lingkungan yang bersifat
asam maupun genangan air laut yang mengandung garam tinggi. Serat ijuk
mempunyai karakteristik seperti massa jenis serat ijuk 1,136 gram/cm3,
kandungan kimia berupa kadar air 8,90%; selulosa 51,54%; hemiselulosa
15,88%; lignin 43,09%; dan abu 2,54%.
Serat ijuk dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga
maupun kebutuhan industri. Serat ijuk untuk kebutuhan rumah tangga antara
lain sapu lantai, sebagai atap rumah yang artistik juga sebagai bahan tali
temali. Serat ijuk untuk kebutuhan industri misalkan sebagai tali jangkar
kapal-kapal besar dan lain sebagainya.
b. Magnesium Oksida (MgO)
tidak larut dalam alkohol, tidak berbau, Serbuk MgO merupakan jenis zat
tambahan yang dicampurkan pada pembuatan CMCs, selain itu juga
magnesium oksida sebagai wetting agent yang membuat ikatan antar
kuningan lebih kuat, tidak mudah terkikis permukaannya.
Magnesium oksida terdiri dari satu kisi ion Mg2+ dan ion O2- yang
berpegangan melalui ikatan ionik. Magnesium hidroksida terbentuk dengan
adanya air, tetapi sebaliknya dengan pemanasan akan melepaskan air kembali,
dengan rumus persamaan kimia.
(MgO + H2O → Mg(OH)2)
Sementara yang sebenarnya “magnesium oksida” berarti senyawa
Magnesium Oksida (MgO), maknesium peroksida MgO2 juga dikenal sebagai
senyawa metastabil. Menurut prediksi struktur kristal evolusi, MgO2 stabil
secara termodinamika pada tekanan di atas 116 GPa, dan secara total
semikonduktor baru suboksida MgO2 secara termodinamika stabil di atas 500
GPa.
MgO dipilih sebagai bahan pengisi yang juga berfungsi sebagai
bahan abrasif dan penguat karena karakteristik yang baik. Magnesium oksida
(MgO) adalah logam yang agak kuat, dengan warna putih keperakan beratnya
ringan (satu perenam lebih ringan dari kuningan) dan akan menjadi kusam
bila diungkapkan pada udara.
Komposit dengan serbuk Magnesium oksida (MgO), walaupun
persentasenya kecil memegang peranan penting dalam meningkatkan
kemampuan pembasahan (wettability) dengan mengkodisikan permukaan
padat juga mempunyai kemampuan untuk mengisi setiap perbedaan
ketinggian dari permukaan yang kasar dan menurunkan tegangan interfacial.
Ketahanan aus dapat ditingkatkan melalui penambahan unsur magnesium
oksida. Selain Magnesium oksida (MgO) ada beberapa pilihan bahan yang
dapat dijadikan alternatif sebagai zat pengisi seperti AI2O3, Si02, Fe304, Cr203,
SiC, ZrSi04 dan kianit/AI2SiO5 namun harganya relatif lebih mahal
25
dibuat dari scrap tembaga. Ketika proses daur ulang terjadi, persentase
tembaga dan bahan lainnya harus diketahui sehingga produsen dapat
menyesuaikan jumlah bahan yang akan ditambahkan untuk mencapai
komposisi kuningan yang diinginkan.
Komponen kedua dari kuningan adalah seng (Zn). Jumlah seng
bervariasi antara 5% sampai dengan 40% menurut beratnya tergantung pada
jenis kuningan. Kuningan dengan persentase seng yang lebih tinggi memiliki
sifat lebih kuat dan lebih keras, tetapi juga lebih sulit untuk dibentuk, dan
memiliki ketahanan yang kurang terhadap korosi. Seng yang digunakan untuk
membuat kuningan benilai komersial dikenal sebagai spelter.
d. Resin Polyester BQTN 157 (Unsaturated Polyester)
e. Katalis
Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah sumbu, dua arah sumbu
atau dari segala arah. Kompaksi dua arah ini bisa jadi dengan arah
berlawanan. Kebanyakan proses kompaksi menggunakan penekanan (punch)
atas dan bawah. Penekanan bawah sekaligus berfungsi sebagai injektor untuk
mengeluarkan benda yang telah dicetak. Permukaan dalam cetakan (dies)
harus halus untuk mengurangi gesekan.
Berdasarkan cara kompaksi dapat dibagi dengan dua cara yaitu :
1) Hot compaction (kompaksi dengan temperatur)
Proses kompaksi pada dies dimana terdapat dua punch yaitu upper
punch dan lower punc yang berfungsi menekan campuran homogen serbuk
didalam dies dan diberikan temperatur tertentu saat proses kompaksi
berlangsung.
31
h. Proses Sintering
Istilah sintering berasal dari bahasa jerman, “sinter ” dalam bahasa
inggris dengan kata “cinder” yang berarti bara. Sintering merupakan metode
pembuatan material dari serbuk dengan pemanasan sehingga terbentuk ikatan
partikel. Proses sintering merupakan merupakan metode pembuatan material
dari serbuk yang dilakukan setelah proses pemadatan (kompaksi) yaitu
pemanasan dengan melibatkan transfer atomic pada kondisi padat. Sehingga
terbentuk ikatan partikel yang kuat.
32
Keterangan :
(a) Ikatan partikel akibat proses kompaksi ikatan partikel masih rapuh,
ikatan mudah terlepas.
(b) Ikatan partikel setelah disintering, ikatan antara partikel satu dengan
yang lain menjadi satu, ikatan tidak mudah terlepas.
Peralatan yang paling penting dalam proses sintering adalah dapur
sinter. Dapur ini harus dapat mengatur temperatur, waktu pemanasan,
kecepatan pemanasan dan lingkungan dalam dapur itu sendiri. Pemilihan
dapur sinter bergantung pada penggunaannya. Secara umum pemeliharaannya
tergantung pada daerah kerja, ukuran green body, atmosfer atau lingkungan
yang diinginkan dan biaya produksinya.
Ada dua tipe dapur sinter, yaitu dapur satuan (batch furnace) dan
dapur kontinyu (continuous furnace). Batch furnace diisi material yang akan
33
6. Pengujian Spesimen
a. Pengertian Prony Brake
Prony Brake merupakan suatu alat uji torsi dan daya. dimana prinsip
kerjanya adalah dengan melawan torsi yang dihasilkan dengan suatu gaya
pengereman. Besarya gaya pengereman diukur dengan menambahkan suatu
lengan ayun, kemudian gaya pada ujung lengan ayun diukur dengan
timbangan. Besarnya torsi didapat dari mengalikan gaya pengereman dengan
panjang lengan ayun.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem
cakram untuk kendaraan roda empat dengan analisis perhitungan dari
komponen rem dengan pembebanan pedal 5kgf, l0kgf, 15kgf, 20kgf, 25kgf.
Besar diameter master silinder 1,58 cm, Yang berfungsi untuk mengubah gerak
pedal rem kedalam tekanan hidrolik. Diameter silinder cakram 2,20 cm dan
perbandingan tuas pedal menunjukan semakin besar pembebanan pedal rem
maka gaya yang menekan master rem (Fk), gaya tekanan minyak rem (Pe), gaya
yang menekan pad rem (Fp), dan gaya gesek pengereman (Fp.) akan semakin
besar, sedangkan semakin besar gaya yang menekan pedal rem maka jarak
waktu pengereman akan semakin kecil. Dari alat uji yang kami buat untuk
penelitian ini dapat disimpulkan : (1) Semakin besar gaya pijak pedal
menghasilkan pengereman yang singkat. (2) Semakin tinggi kecepatan roda
semakin membutuhkan waktu untuk pengereman bila besar gaya pijak pedal
konstan. (3) Koefisien gesek antara piringan dengan sepatu rem dimungkinkan
tidak konstan karena waktu yang didapat tidak proposional kenaikanya.
c. Dian Prasetyo (2012) di Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta mengenai
“PEMANFAATAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN GESEK
ALTERNATIF KAMPAS REM SEPEDA MOTOR”. Dari hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa (1) Nilai kekerasan pada spesimen 1 sebesar 19,5 HB,
spesimen 2 sebesar 20,6 HB, spesimen 3 sebesar 22,6 HB, spesimen 4 sebesar
24,5 HB dan spesimen 5 sebesar 25,6 HB. (2) Nilai keausan pada spesimen 1
sebesar 1,13 x 10'7 mm2/kg, spesimen sebesar 1,03 x 10-7 mm2/kg, spesimen 3
sebesar 0,96 x 10-7 mm2/kg, spesimen 4 sebesar 0,87 x 10-7 mm2/kg dan
spesimen 5 sebesar 0,85 x 10-7 mm2/kg. (3) Nilai kekerasan kampas rem serat
ijuk yang mendekati nilai standar kampas rem merk Indoparts adalah pada
kampas rem spesimen 1 dengan komposisi 55% serat ijuk, 15% serbuk
kuningan, 20% MgO dan 10% resin yaitu sebesar 19,5 HB. (4) Nilai keausan
kampas rem serat ijuk yang mendekati dengan nilai standar kampas rem merk
38
Indoparts adalah kampas rem spesimen 4 dengan komposisi 25% serat ijuk,
45% serbuk kuningan, 20% MgO dan 10% resin yaitu sebesar 0,87 x 10-7
mm2/kg. 5) Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
semakin banyaknya komposisi serat ijuk maka semakin rendah nilai kekerasan
spesimen kampas rem dan semakin tinggi nilai keausan spesimen kampas rem.
Jadi variasi komposisi serat ijuk sangat berpengaruh terhadap nilai keausan
spesimen kampas rem dan nilai kekerasan spesimen kampas rem.
d. Shirley Savetlana, Hamdan, and M.A. Maleque (2013) Department of
Mechanical and Manufacturing Engineering, University Putra Malaysia.
Berjudul “PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN
TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK
EPOXY”. Pada penelitian ini, pengekstrakan serat ijuk menggunakan sisir
kawat yang berfungsi memisahkan serat ijuk dari pelepahnya lalu dilakukan
pemilihan serat berdiameter 3 mm menggunakan micrometer sekrup.
Kemudian serat ijuk direndam dalam larutan NaOH 5% selama 2 jam dan
dikeringkan selama 15 menit. Serat selanjutnya dipotong dengan panjang 30
mm, 60 mm, dan 90 mm.Lebih lanjut, pembuatan komposit menggunakan
metode hand lay up dengan pencampuran resin epoxy dan hardener dengan
perbandingan campuran 1:1 mengacu pada ASTM D638. Selanjutnya
dilakukan pencampuran matrik dan serat dengan fraksi massa 80%:20%
menggunakan variasi panjang serat. Selanjutnya spesimen uji dipanaskan
dalam oven dengan suhu70°C selama 10 menit. Kemudian dilakukan pengujian
tarik untuk resin epoxy mumi dan untuk komposit dengan variasi panjang serat
30 mm, 60 mm, dan 90 mm. Foto daerah patahan dengan Scanning Electron
Microscope (SEM) digunakan untuk melihat mekanisme perpatahan komposit.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan regangan tertinggi
dicapai pada komposit dengan panjang serat 90 mm. Kekuatan tarik yang
didapat sebesar 36,37 MPa dan regangan sebesar 9,34%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan komposit ialah daya ikat serat dengan matrik,
39
pendistribusian serat yang merata, dan panjang kritis serat. Hasil foto SEM pada
patahan komposit serat ijuk menunjukkan terjadinya fiber breaking. Hal ini
menunjukan bahwa daya ikat antara matrik dan serat yang cukup baik, tetapi
sebaran serat pada matrik tidak merata yang mengakibatkan kekuatan tarik
komposit yang optimal tidak bisa dicapai.
e. Z. Leman, H.Y. Sastra, S.M. Sapuan, M.M. Hamdan, and M.A. Maleque
(2005). Department of Mechanical and Manufacturing Engineering, University
Putra Malaysia. Berjudul “PENELITIAN IMPAK PADA STRUKTUR
KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK
EPOKSI” Komposit serat alam telah berperan penting pada saat ini di beberapa
komponen non-struktural dan semi-struktural di bidang teknik karena
memenuhi kekuatan dan kekakuan komponen tersebut, di samping biaya yang
rendah, ketersediaan yang melimpah dan dapat diperbarui. Oleh karena itu, ada
beberapa alasan penting mengenai jenis studi baru ini, dari serat alami dan salah
satunya adalah serat Arenga Pinnata. Studi Arenga Pinnata komposit serat
termasuk baru, ada beberapa hasil penelitian yang dihasilkan dalam literatur,
yaitu pada sifat tarik dan sifat lentur. Namun, sampai sekarang, masih ada
penelitian yang dilakukan pada Arenga Pinnata atau serat Ijuk yang diperkuat
dengan komposit epoxy untuk disajikan dalam makalah ini. Resin epoxy yang
meresap pada potongan serat panjang dan cincang diletakkan secara terpisah
dalam cetakan terbuka dan kemudian dikompresi untuk mendapatkan ketebalan
yang diinginkan. Sampel dipotong dari laminasi komposit dan tes dampak
dilakukan sesuai dengan ASTM D256-54T. Kekuatan hasil dari komposit serat
diperkuat meningkat dari 28,8 J/m (tanpa isian) ke 67.26 J/m (dengan serat
cincang) dan 114.27 J/m (dengan serat panjang).
f. Arif Kurniawan (2015) Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, Pendidikan
Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Berjudul “KAJI EKSPERIMENTAL PERFOMANSI
PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT IJUK SEBAGAI SUPLEMEN
40
C. Kerangka Berpikir
Salah satu unsur penyusun bahan komposit adalah serat. Serat inilah yang
terutama menentukan karakteristik komposit seperti kekerasan, keausan, kekakuan,
kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Serat berperan sebagai penyangga kekuatan
dari struktur komposit, beban yang awalnya diterima oleh matrik kemudian diteruskan
ke serat, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dengan
kekuatan pembentuknya. Orientasi dan kandungan serat akan menentukan kekuatan
mekanis dari komposit. Perbandingan antara matrik dan serat juga merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam memberikan karakteristik mekanis produk yang
dihasilkan.
Komposit dengan ukuran serat yang lebih kecil diduga mempunyai
kemampuan untuk mengisi bagian-bagian kosong/rongga dalam komposit.
41
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas dapat diambil
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh variasi komposisi bahan kampas rem serat ijuk, kuningan (Cu-Zn),
magnesium oksida (MgO), dan resin polyester terhadap nilai koefisien gesek pada
pengujian performansi pengereman kampas rem.
2. Campuran variasi komposisi serat ijuk yang besar diduga mempunyai nilai
koefisien gesek yang tertinggi jika dibandingkan variasi komposisi lainnya dan
spesimen kampas rem merk Nissin.