Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Komposit
a. Pengertian Komposit
Komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan
atau gabungan. Kata komposit (composite) berasal dari kata “to compose”
yang berarti menyusun atau menggabung.
Menurut Yanu (2011) bahwa “Karena bahan komposit merupakan bahan
gabungan secara makro, maka bahan komposit dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran/ kombinasi
dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di dalam
bentuk dan atau komposisi material yang pada dasarya tidak dapat
dipisahkan”.
Komposit merupakan penggabungan material berbeda yang
mempunyai tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat
antara (intermediate) material penyusunnya yang tidak akan diperoleh jika
material penyusunnya berdiri sendiri. Sifat yang dihasilkan dari
penggabungan material diharapkan bisa saling memperbaiki kelemahan dan
kekurangan material penyusunnya.
Menurut Yanu Rianto (2011), “Sifat-sifat yang dapat diperbaiki:
kekuatan, kekakuan, ketahanan bending, berat jenis, pengaruh terhadap
temperatur, isolasi termal, dan isolasi akustik”.
Penggabungan dua material atau lebih tersebut ada dua macam yaitu:
1) Penggabungan Makro
Ciri-ciri penggabungan makro antara lain dapat dibedakan secara
langsung dengan cara melihat, penggabungannya lebih secara fisis dan
mekanis, penggabungannya dapat dipisahkan secara fisis ataupun secara

6
7

mekanis.
2) Penggabungan Mikro
Ciri-ciri penggabungan mikro yaitu tidak dapat dibedakan dengan
cara melihat secara langsung, penggabungannya lebih secara kimiawi,
penggabungannya tidak dapat dipisahkan secara fisis dan mekanis, tetapi
dapat dilakukan dengan cara kimiawi.
Material komposit merupakan material yang terbentuk dari
kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya melalui
pencampuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-
masing material pembentuknya berbeda. Material komposit memiliki sifat
mekanik yang lebih bagus dari pada logam, memiliki kekuatan bisa diatur
yang tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue) yang baik,
memiliki kekuatan jenis (strength/ weight) dan kekakuan jenis (modulus
Young/ density) yang lebih tinggi daripada logam, tahan korosi, memiliki
sifat isolator panas dan suara, serta dapat dijadikan sebagai penghambat
listrik yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal kerusakan
akibat pembebanan dan korosi (Sirait, 2010).
Dari beberapa pengertian komposit di atas dapat disimpulkan
komposit adalah penggabungan fisis secara makroskopis antara dua
material atau lebih yang memiliki sifat yang berbeda serta menghasilkan
material baru yang memiliki sifat yang lebih baik, serta dapat dipecah lagi
menjadi komponen komponen penyusunnya secara fisis atau mekanis.
Sifat-sifat yang dapat diperbaiki dalam penggabungan komposit adalah :
kekuatan, kekakuan, ketahanan bending, berat jenis, pengaruh terhadap
temperatur, isolasi termal, dan isolasi akustik.
Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan
beberapa daerah dan istilah penyebutannya; matrik (penyusun dengan
fraksi volume terbesar), penguat (penahan beban utama), interphase
(pelekat antar dua penyusun), interface (permukaan phase yang berbatasan
8

dengan phase lain).


Ada tiga faktor yang menentukan sifat-sifat dari material
komposit, yaitu:
1) Material pembentuk
Sifat-sifat intrinsik material pembentuk memegang peranan
yang sangat penting terhadap pengaruh sifat kompositnya.
2) Susunan struktural komponen.
Dimana bentuk serta orientasi dan ukuran tiap-tiap komponen
penyusun struktur dan distribusinya merupakan faktor penting yang
memberi kontribusi dalam penampilan komposit secara keseluruhan.
3) Interaksi antar komponen.
Karena komposit merupakan campuran atau kombinasi
komponen-komponen yang berbeda baik dalam hal bahannya maupun
bentuknya, maka sifat kombinasi yang diperoleh pasti akan berbeda
(Sirait, 2010).
Secara umum material komposit tersusun dari dua komponen
utama yaitu matrik (bahan pengikat) dan filler (bahan pengisi). Filler
adalah bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit,
biasanya berupa serat atau serbuk. Gibson (1994) mengatakan bahwa
matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam,
maupun keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat
menjadi satu struktur komposit.
Secara struktur mikro material komposit tidak merubah material
pembentuknya (dalam orde kristalin) tetapi secara keseluruhan material
komposit berbeda dengan material pembentuknya karena terjadi ikatan
antar permukaan antara matriks dan filler. Syarat terbentuknya komposit
adalah adanya ikatan permukaan antara matriks dan filler. Ikatan antar
permukaan ini terjadi karena adanya gaya adhesi dan kohesi.
9

Dalam material komposit gaya adhesi-kohesi terjadi melalui 3


cara utama:
1) Interlocking antar permukaan, yaitu ikatan yang terjadi karena
kekasaran bentuk permukaan partikel.
2) Gaya elektrostatis, yaitu ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-
menarik antara atom yang bermuatan (ion).
3) Gaya vanderwalls, yaitu ikatan yang terjadi karena adanya pengutupan
antar partikel.
Kualitas ikatan antara matriks dan filler dipengaruhi oleh
beberapa variabel antara lain:
1) Ukuran partikel
2) Rapat jenis bahan yang digunakan
3) Fraksi volume material
4) Komposisi material
5) Bentuk partikel
6) Kecepatan dan waktu pencampuran
7) Penekanan (kompaksi)
8) Pemanasan (sintering)
b. Serat
Serat berperan sebagai filler yaitu penyangga kekuatan dari struktur
komposit. Beban yang awalnya diterima oleh matrik kemudian diteruskan ke
serat oleh karena itu serat harus mempunyai kekuatan tarik dan elastisitas
yang lebih tinggi daripada matrik. Serat secara umum terdiri dari dua jenis
yaitu serat alam dan serat sintetis.
Serat alam adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari alam.
Biasanya berupa serat yang dapat langsung diperoleh dari tumbuh- tumbuhan
dan binatang. Serat ini telah banyak digunakan oleh manusia diantaranya
adalah kapas, wol, sutera, pelepah pisang, sabut kelapa, ijuk, bambu, nanas
dan kenaf atau goni. Keunggulan serat alam sebagai filler komposit
10

dibandingkan dengan serat sintetis sudah dapat diterima dan mendapat


perhatian khusus dari para ahli material di dunia. Keunggulan tersebut antara
lain densitas rendah, harga lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun.
Serat alam memiliki kelemahan yaitu ukuran serat yang tidak seragam dan
kekuatan serat sangat dipengaruhi oleh usia.
Serat sintetis adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik
dengan komposisi kimia tertentu. Serat sintetis mempunyai beberapa
kelebihan yaitu sifat dan ukurannya yang relatif seragam, kekuatan serat dapat
diupayakan sama sepanjang serat. Serat sintetis yang telah banyak digunakan
antara lain serat gelas, serat karbon, kevlar, nylon, dan lain-lain (Yanu Rianto,
2011).
c. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau
fraksi volume terbesar (dominan). Matriks mempunyai fungsi yaitu sebagai:
1) Mentransfer tegangan ke serat
2) Membentuk ikatan koheren permukaan matrik/ serat
3) Melindungi serat
4) Memisahkan serat
5) Melepas ikatan
6) Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Pada komposit serat (Fibrous Composites) matriks yang digunakan
adalah resin (plastik yang berfasa cair). Matriks harus memiliki perpanjangan
saat patah yang lebih besar dibanding perpanjangan saat patah serat serta serat
harus mampu berdeformasi sehingga beban dapat diteruskan antar serat.
Berdasarkan karakteristik thermalnya, resin dapat digolongkan
menjadi dua yaitu termoplastik dan termoset. Termoplastik adalah resin yang
mencair dan mengalir kembali bila dipanaskan, contohnya nylon, polythylene,
polysulfone, dan polycarbonate. Termoset bersifat sebaliknya bahkan bila
dipanaskan pada suhu yang tinggi akan terbakar dan menjadi arang, contohnya
11

epoxy, polyester, phenolic.


d. Komposit Serat (Fiber Composite)
Komposit serat merupakan jenis komposit yang menggunakan serat
sebagai penguat. Serat yang digunakan biasanya berupa serat gelas, serat
karbon, serat aramid dan sebagainya. Dalam pembuatan komposit, serat dapat
diatur memanjang (unidirectional composites) atau dapat dipotong kemudian
disusun secara acak (random fibers) serta juga dapat dianyam (cross-ply
laminate). Komposit serat sering digunakan dalam industri otomotif dan
pesawat terbang.

a. unidirectional fiber composite b. random fiber composite


Gambar 2.1. Komposit Serat
(Sumber: Dian Prasetyo, 2012:8)

Bila peningkatan kekuatan menjadi tujuan utama, komponen penguat


harus mempunyai rasio aspek yang besar, yaitu rasio panjang terhadap
diameter harus tinggi, agar beban ditransfer melewati titik dimana mungkin
terjadi perpatahan (Dian, 2012).
Komposit yang diperkuat dengan serat dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu:
1) Komposit serat pendek (short fiber composite)
Berdasarkan arah orientasi material komposit yang diperkuat
dengan serat pendek dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu serat acak
(inplane random orientasi) dan serat satu arah. Tipe serat acak sering
digunakan pada produksi dengan volume besar karena faktor biaya
12

manufaktumya yang lebih murah. Kekurangan jenis serat acak adalah sifat
mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis
serat yang sama.
2) Komposit serat panjang (longfiber composite)
Keistimewaan komposit serat panjang adalah lebih mudah
diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Walaupun
demikian serat pendek memiliki rancangan lebih banyak. Secara teoritis
serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau tegangan dari suatu titik
pemakaiannya. Pada prakteknya, hal ini tidak mungkin karena variabel
pembuatan komposit serat panjang tidak mungkin memperoleh kekuatan
tarik melampaui panjangnya.
Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah
sebagai bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping
itu penggunaan serat juga mengurangi pemakaian resin. Juga untuk
menentukan karakteristik bahan komposit, seperti: kekakuan, kekuatan
serta sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan
untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit,
matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar
dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi.
Oleh karena itu untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat,
kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan yang liat,
lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia. Akan diperoleh suatu komposit
yang lebih kuat, kokoh dan tangguh jika dibandingkan produk bahan
komposit yang tidak menggunakan serat penguat.
e. Komposit Matriks Polimer (Polymer Matrix Composites - PMC)
Komposit jenis ini terdiri dari polimer sebagai matriks baik itu
thermoplastic maupun jenis thermosetting. Thermoplastic adalah plastik yang
dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan menggunakan panas.
Tehrmoplastic merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila
13

didinginkan. Thermoplastic akan meleleh pada suhu tertentu, serta melekat


mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat kembali (reversibel)
kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Thermoplastic
yang lazim dipergunakan sebagai matriks misalnya polyolefin (polyethylene,
polypropylene), vinylic (polyvynilchloride, polystyrene,
polytetraflourethylene), nylon, polyacetal, polycarbonate, dan polyfenylene.
Thermosets tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible).
Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan
kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan thermosets
melainkan akan membentuk arang dan terurai, karena sifatnya yang demikian
sering digunakan sebagai tutup ketel. Seperti jenis-jenis melamin. Thermosets
yang banyak digunakan saat ini adalah epoxy dan polyester tak jenuh. Resin
polyester tak jenuh adalah matriks thermosetting yang paling banyak dipakai
untuk pembuatan komposit. Resin jenis ini digunakan pada proses pembuatan
dengan metode hand lay-up. (Gibson, 1994).

2. Rem
a. Pengertian Rem
Rem adalah suatu alat untuk memperlambat atau menghentikan
kendaraan. Tujuan utama dipasang rem pada kendaraan untuk melakukan
kontrol terhadap kecepatan kendaraan untuk menghindari kecelakaan dan
merupakan alat pengaman yang berguna untuk menghentikan kendaraan
secara berkala (Wahyu Utomo, 2013). Oleh karena itu baik tidaknya
kemampuan rem secara langsung menjadi persoalan yang sangat penting bagi
pengemudi di waktu mengendarai kendaraan. Jadi fungsi rem harus dapat
mengatasi kecepatan kendaraan yang meningkat. Syarat rem yang baik adalah
:
1) Dapat bekerja dengan baik dan cepat
2) Beban pada roda yang satu dengan roda yang lain pasti sama
14

3) Mempunyai daya tahan yang cukup tinggi


4) Mudah disetel dan diperbaiki
Rem bekerja dengan berdasar gaya gesek antara disc atau drum
dengan kampas rem. Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar
kedua permukaan yang saling bersentuhan.
b. Jenis-jenis Rem
Menurut Wahyu Utomo (2013) jenis rem yang biasa digunakan
dalam kendaraan yaitu:
1) Menurut penggeraknya:
a) Rem hidrolik, yaitu rem yang bekerja karena adanya fluida yang
bergerak menurut hukum pascal.
b) Rem mekanik, yaitu gerakan pengereman disalurkan ke roda melalui
komponen-komponen mekanis.
2) Menurut konstruksinya:
a) Rem tromol, yaitu tenaga pegereman disalurkan ke tromol (tromol
sebagai alat pengereman).
b) Rem piringan (cakram), yaitu tenaga pengereman yang dihasilkan
disalurkan ke cakram piringan (piringan sebagai alat pengereman).
3) Menurut media pengereman:
a) Rem dengan media pengereman roda.
b) Rem dengan media pengereman gas buang.
4) Menurut cara pelayanannya
a) Rem tangan, digunakan untuk menahan kendaraan pada saat sedang
parker.
b) Rem kaki, pengoperasiannya dengan pedal kaki yang merupakan rem
utama, digunakan untuk mengurangi kecepatan maupun menghentikan
kecepatan.
15

3. Rem Cakram
a. Pengertian Rem Cakram
Rem cakram merupakan suatu perangkat pengereman yang terdiri
dari cakram yang dibuat dari logam, cakram ini akan dijepit oleh kampas rem
(brake pad) yang didorong oleh sebuah torak yang ada dalam silinder roda.
Proses penjepitan cakram ini diperlukan tenaga yang cukup kuat, tenaga ini
dihasilkan dari sistem hidrolik. Sistem hidrolik ini terdiri dari master silinder,
silinder roda, reservoir dan komponen penunjang lainnya. Daya pengereman
dihasilkan oleh adanya gesekan antara kampas rem dan cakram (Wahyu
Utomo, 2013).
Prinsip kerja rem cakram secara umum sama dengan rem tromol
yaitu menggunakan bahan friksi pada sepatu rem untuk mengurangi atau
menghentikan laju kendaraan. Rem ini bekerja dengan menjepit cakram yang
biasanya dihubungkan dengan roda kendaraan, serta untuk menjepit cakram
digunakan bahan friksi atau kampas rem dalam bentuk sepatu rem dengan
mekanismenya diatur oleh kaliper rem. Serta untuk menggerakkan atau
mengatur mekanisme kaliper rem menggunakan gaya mekanik, hidrolik,
pneumatik atau elektronik yang melawan gaya dari kedua sisi cakram. Bahan
friksi menyebabkan piringan cakram dan roda yang dihubungkan melambat
atau berhenti. Rem mengubah energi kinetik menjadi energi panas, serta
membuat bahan friksi menjadi panas pula, hal tersebut membuat rem menjadi
tidak efektif atau tidak pakem, oleh karena itu perlu adanaya pengembangan
tentang kampas rem atau bahan friksi.
16

b. Komponen Rem Cakram


Berikut ini adalah bagian utama dari rem cakram :

Gambar 2.2. Rem Cakram


(Sumber: Andun, Adhari, Agus, 2005:16)

Kelebihan dari sistem rem ini adalah cakram yang merupakan


pengganti tromol rem secara langsung berhubungan dengan udara luar,
sehingga pendingin jauh lebih sempurna dan lebih efektif. Cakram yang tipis
sangat mudah dan cepat meneruskan penyebaran panas yang timbul.
Perawatan dan perbaikan sangat mudah. Keburukan jenis rem ini adalah
cakram dalam keadaan terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar
menyebabkan mudah sekali kena kotoran, debu dan Lumpur.
Adapun komponen-komponen utama rem cakram adalah sebagai
berikut:
1) Cakram
Pada rem cakram komponen cakram atau piringan merupakan bagian
yang secara langsung menghasilkan pegereman dengan adanya gesekan
dengan pad. Cakram atau piringan terbesar dari besi tuang yang mampu
menahan panas akibat gesekan dan tahan korosi.
17

Gambar 2.3. Cakram


(Sumber: Andun, Adhari, Agus, 2005:17)
2) Kaliper
Bagian yang tidak bergerak dari rem pad cakram adalah kaliper,
dimana terdapat silinder–silinder rem berikut sepatu rem dan pirodnya.
Apabila pedal rem diinjak maka silinder–silinder rem akan bekerja secara
hidrolik sehingga sepatu–sepatu rem atau pad akan menjepit, manahan dan
menghentikan cakram rem yang sedang berputar. Kaliper terbagi dalam dua
type fixed (tipe tetap) dan type floating caliper (tipe meluncur).
a) Type Fixed caliper (tipe tetap)
Tipe caliper ini konstruksinya terpasang dua silinder yang bekerja
secara hidroponik menekan pad dari dua arah. Prinsip Kerjanya yaitu pada
saat terjadi tekanan akibat hidropolik oil pres-sure maka piston akan
mendorong kedua pad dan pegas karet hingga pad menekan cakram. Pada
saat tekanan hilang maka pegas karet akan mengembang (reaksi) dan
kedudukan pad rem kembali pada keadaan semula.
18

Gambar 2.4. Kaliper Tipe Tetap


(Sumber: Andun, Adhari, Agus, 2005:17)
b) Type floating caliper (tipe meluncur)
Pada tipe ini hanya dilengkapi satu silinder yang terpasang pada
slide pins yang bekerja secara hidrolik. Piston akan bergerak menekan dari
sisi dalam, sedangkan caliper terpasang tetap pada knakel kemudi. Akibat
tekanan ini maka pad akan terdorong dengan pegas karet. Ketika tekanan
hilang maka pad akan kembali ke posisi semula.

Gambar 2.5. Kaliper Tipe Meluncur


(Sumber: Andun, Adhari, Agus, 2005:18)
3) Master cylinder
Master cylinder berfungsi mengubah gerak pedal/ tuas rem ke dalam
tekanan hidrolis. Master cylinder terdiri atas reservoir tank yang berisi minyak
rem, piston dan silinder yang membangkitkan tekanan hidrolis.
19

4) Brake pad / kampas rem


Brake pad adalah komponen dari sistem pengereman yang sangat
penting kedudukannya. Pada brake pad melekat kampas rem atau bahan friksi
yang bersinggungan langsung dengan disc serta menerima gaya tekan dari
caliper rem.
5) Pipa/Selang Rem
Pipa/selang rem, merupakan saluran yang berfungsi menyalurkan
tekanan hydraulic fluida dari master cylinder ke kaliper.
6) Minyak Rem
Minyak rem, merupakan fluida yang berfungsi sebagai media penerus
gaya pengereman dalam bentuk tekanan hidrolis (hydraulic pressure) ke
brake piston pada kaliper.

4. Kampas Rem
a. Pengertian Kampas Rem

Gambar 2.6. Kampas rem


Kampas rem merupakan media yang berfungsi untuk memperlambat
maupun menghentikan laju kendaraaan. Terutama pada saat kendaraan
berkecepatan tinggi fungsi kampas rem memiliki beban mencapai 90% dari
komponen lainnya. Kampas rem memiliki peranan yang sangat penting,
bahkan keselamatan jiwa manusia tergantung pada kualitas dari komponen
tersebut. Dibutuhkan kampas rem dengan kemampuan yang baik dan efisien
20

agar didapatkan daya pengereman yang optimal.


b. Karakteristik Bahan Kampas Rem
1) Material Kampas Rem
Bahan baku yang digunakan pada kampas rem standar umumnya
terdiri dari serbuk aluminum, grafit, barium, alumina, asbestos, cashew
dust, NBR powder, dan lainnya sebagai bahan penguat atau serat
sedangkan bahan untuk matriknya atau pengikat adalah resin phenolic.
Serat dalam komposit berperan sebagai bagian utama yang menahan beban
serta memberikan sifat kekakuan, kekuatan, stabilitas panas dalam
komposit.
Matrik dalam komposit berperan sebagai pengikat serat dan
mendistribusikan tegangan pada saat pembebanan. Bahan matriks yang
sering digunakan dalam pembuatan komposit adalah matriks polimer,
adapun jenisnya antara lain thermoset dan thermoplastic. Yang termasuk
thermoset antara lain epoxy, polyester, dan phenolic. Yang termasuk
thermoplastic antara lain polyetylene, dan polypropylene.
2) Proses Produksi Kampas Rem
Berdasarkan proses pembuatannya, kampas rem (brakeshoes)
sepeda motor bahan penguatnya (reinforced) terdiri atas partikel yang
tersebar merata dalam matriks yang berfungsi sebagai pengikat, sehingga
menghasilkan bentuk solid yang baik. Melalui proses penekanan sekaligus
pemanasan pada saat pencetakan (sintering) akan dihasilkan kekuatan,
kekerasan serta gaya gesek yang semakin meningkat. Pemanasan
dilakukan pada temperatur berkisar antara 120 s/d 180°C, yang
menyebabkan bahan tersebut akan mengalami perubahan struktur dimana
antara partikel satu dengan yang lain saling melekat serta akan diperoleh
bentuk solid yang baik dan matriks pengikat yang kuat.
3) Sifat Mekanik Kampas Rem
Masing-masing tipe sepeda motor memiliki bentuk serta kualitas
21

bahan kampas rem khusus. Secara umum bagian-bagian kampas rem terdiri
dari daging kampas (bahan friksi), dudukan kampas (body brake shoe) dan
dua buah spiral. Pada aplikasi sistem pengereman otomotif yang aman dan
efektif, bahan friksi harus memenuhi persyaratan minimum mengenai
unjuk kerja, noise dan daya tahan.
Bahan rem harus memenuhi persyaratan keamanan, ketahanan
dan dapat mengerem dengan halus. Selain itu juga harus mempunyai
koefisien gesek yang tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai permukaan
roda dan dapat menyerap getaran. Sifat mekanik menyatakan kemampuan
suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk
menerima beban/gaya/energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/
komponen tersebut. Untuk mendapatkan standar acuan tentang spesifikasi
teknik kampas rem, maka nilai kekerasan, keausan, bending dan sifat
mekanik lainnya harus mendekati nilai standar keamanannya.
c. Kampas Rem Asbestos
Kampas rem dari bahan asbestos hanya memiliki satu jenis fiber
yaitu asbes yang merupakan komponen yang menimbulkan karsinogenik. Hal
ini bertujuan agar membuat kampas menjadi awet, tetapi ada kerugian yang
ditimbulkan antara lain kelemahan dalam kondisi basah. Karena asbestos
hanya terdiri dari satu jenis fiber, ketika kondisi basah bahan tersebut akan
mengalami efek licin seperti menggesekkan jari di atas kaca basah (licin/ tidak
pakem), juga dapat membuat piringan menjadi cepat habis, rem kurang
pakem, asbestos hanya bisa bertahan sampai dengan suhu 200 °C hal ini
berarti bahwa rem asbestos akan blong (fading) pada temperatur 250 °C dan
harganya juga lebih murah. Kampas rem asbestos juga tidak ramah
lingkungan dan dapat menyebabkan penyakit kanker.
Banyak negara-negara maju telah menghentikan produksi bahan
gesek asbes, karena bahan asbes dapat menyebabkan penyakit kanker
(Kiswiranti, 2009).
22

d. Kampas Rem Non Asbestos


Kampas rem yang terbuat dari bahan non asbestos biasanya terdiri
dari 4 s/d 5 macam fiber di antaranya kevlar, steel fiber, rock wool, cellulose
dan carbon fiber yang memiliki serat panjang. Hal ini bertujuan agar efek licin
tersebut dapat teratasi. Rem non asbestos mempunyai keuntungan bertahan
sampai suhu 360 °C sehingga cenderung stabil (tidak blong). Kampas rem
non-asbestos yang terbuat dari material berkualitas seperti kevlar/ aramyd.
Kevlar ini bahan yang digunakan untuk baju anti peluru di mana kevlar
mampu menghambat laju putaran peluru sampai berhenti, jadi pada dasamya
kevlar itu menghentikan putaran peluru bukan memantulkan peluru seperti
baja.
Inilah yang kadang kadang orang berpendapat non-asbestos keras
padahal tidak, terbukti putaran peluru bisa dihentikan apalagi putaran rotor
atau drum kendaraan bermotor, dapat dibayangkan kalau baju peluru terbuat
dari asbestos. Karena sifat tersebut maka non-asbestos lebih mahal dan ramah
lingkungan.

5. Bahan dan Proses Pembuatan Kampas Rem Serat Ijuk


a. Serat Ijuk (Arenga Pinnata Merr)

Gambar 2.7. Serat Ijuk


23

Serat ijuk dengan nama latin Arenga Pinnata Merr. Serat ijuk berasal
dari tanaman aren yang banyak terdapat mulai dari pantai timur India sampai
ke kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Serat ijuk berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0.5
mm, bersifat kaku dan ulet (tidak mudah putus). Ijuk memiliki sifat lentur
yang tinggi, tidak mudah rapuh dan tahan terhadap lingkungan yang bersifat
asam maupun genangan air laut yang mengandung garam tinggi. Serat ijuk
mempunyai karakteristik seperti massa jenis serat ijuk 1,136 gram/cm3,
kandungan kimia berupa kadar air 8,90%; selulosa 51,54%; hemiselulosa
15,88%; lignin 43,09%; dan abu 2,54%.
Serat ijuk dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga
maupun kebutuhan industri. Serat ijuk untuk kebutuhan rumah tangga antara
lain sapu lantai, sebagai atap rumah yang artistik juga sebagai bahan tali
temali. Serat ijuk untuk kebutuhan industri misalkan sebagai tali jangkar
kapal-kapal besar dan lain sebagainya.
b. Magnesium Oksida (MgO)

Gambar 2.8. Magnesium Oksida (MgO)


Magnesium oksida (MgO), atau magnesia, ialah suatu mineral padat
higroskopis berwarna putih yang terjadi secara alami sebagai periklas dan
merupakan sumber magnesium. Magnesium oksida (MgO) adalah material
berstruktur logam yang sangat ringan dengan berat jenis (1,74 gr/cm3), titik
lebur (650°C ), titik didih (1097°C), modulus elastis (110 MPa), kekuatan
luluh (255 MPa), kekerasan (12 VHN). Larut dalam asam amonia, namun
24

tidak larut dalam alkohol, tidak berbau, Serbuk MgO merupakan jenis zat
tambahan yang dicampurkan pada pembuatan CMCs, selain itu juga
magnesium oksida sebagai wetting agent yang membuat ikatan antar
kuningan lebih kuat, tidak mudah terkikis permukaannya.
Magnesium oksida terdiri dari satu kisi ion Mg2+ dan ion O2- yang
berpegangan melalui ikatan ionik. Magnesium hidroksida terbentuk dengan
adanya air, tetapi sebaliknya dengan pemanasan akan melepaskan air kembali,
dengan rumus persamaan kimia.
(MgO + H2O → Mg(OH)2)
Sementara yang sebenarnya “magnesium oksida” berarti senyawa
Magnesium Oksida (MgO), maknesium peroksida MgO2 juga dikenal sebagai
senyawa metastabil. Menurut prediksi struktur kristal evolusi, MgO2 stabil
secara termodinamika pada tekanan di atas 116 GPa, dan secara total
semikonduktor baru suboksida MgO2 secara termodinamika stabil di atas 500
GPa.
MgO dipilih sebagai bahan pengisi yang juga berfungsi sebagai
bahan abrasif dan penguat karena karakteristik yang baik. Magnesium oksida
(MgO) adalah logam yang agak kuat, dengan warna putih keperakan beratnya
ringan (satu perenam lebih ringan dari kuningan) dan akan menjadi kusam
bila diungkapkan pada udara.
Komposit dengan serbuk Magnesium oksida (MgO), walaupun
persentasenya kecil memegang peranan penting dalam meningkatkan
kemampuan pembasahan (wettability) dengan mengkodisikan permukaan
padat juga mempunyai kemampuan untuk mengisi setiap perbedaan
ketinggian dari permukaan yang kasar dan menurunkan tegangan interfacial.
Ketahanan aus dapat ditingkatkan melalui penambahan unsur magnesium
oksida. Selain Magnesium oksida (MgO) ada beberapa pilihan bahan yang
dapat dijadikan alternatif sebagai zat pengisi seperti AI2O3, Si02, Fe304, Cr203,
SiC, ZrSi04 dan kianit/AI2SiO5 namun harganya relatif lebih mahal
25

dibandingkan dengan Magnesium oksida (MgO).


c. Serbuk Kuningan (Cu-Zn)

Gambar 2.9. serbuk kuningan (Cu-Zn)


Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga
(Cu) dan seng (Zn). Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan,
dan kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna
kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning
keperakan tergantung pada jumlah kadar seng. Seng lebih banyak
mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat dan lebih keras
daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan
sangat mudah untuk dibentuk ke dalam berbagai bentuk, sebuah konduktor
panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari air garam. Karena
sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan digunakan untuk membuat pipa,
tabung, sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal laut, dan casing cartridge
untuk senjata api.
Komponen pertama dari kuningan adalah tembaga (Cu). Jumlah
kandungan tembaga bervariasi antara 55% sampai dengan 95% menurut
beratnya tergantung pada jenis kuningan dan tujuan penggunaan kuningan.
Kuningan yang mengandung persentase tinggi tembaga yang dimumikan
dengan cara elektrik. Cara tersebut menghasilkan kuningan mumi 99,3% agar
jumlah bahan lainnya bisa di minimalkan.
Kuningan yang mengandung persentase rendah tembaga juga dapat
dibuat dari tembaga yang dimumikan dengan elektrik, namun lebih sering
26

dibuat dari scrap tembaga. Ketika proses daur ulang terjadi, persentase
tembaga dan bahan lainnya harus diketahui sehingga produsen dapat
menyesuaikan jumlah bahan yang akan ditambahkan untuk mencapai
komposisi kuningan yang diinginkan.
Komponen kedua dari kuningan adalah seng (Zn). Jumlah seng
bervariasi antara 5% sampai dengan 40% menurut beratnya tergantung pada
jenis kuningan. Kuningan dengan persentase seng yang lebih tinggi memiliki
sifat lebih kuat dan lebih keras, tetapi juga lebih sulit untuk dibentuk, dan
memiliki ketahanan yang kurang terhadap korosi. Seng yang digunakan untuk
membuat kuningan benilai komersial dikenal sebagai spelter.
d. Resin Polyester BQTN 157 (Unsaturated Polyester)

Gambar 2.10. Resin Polyester BQTN 157 (Unsaturated Polyester)


Resin Polyester tak jenuh (Unsaturated Polyester) merupakan jenis
resin thermoset yang biasa disebut dengan polyester saja. Polyester berupa
resin cair dengan viskositas yang relatif rendah dan mengeras pada suhu
kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu
pengesetan seperti banyak resin lainnya.
Mengenai sifat termalnya karena banyak mengandung monomer
stiren, maka suhu deformasi thermal lebih rendah daripada resin thermoset
lainnya dan ketahanan panas jangka panjangnya adalah kira-kira 110-1400°C.
Ketahanan dingin adalah baik secara relatif. Sifat listriknya lebih baik diantara
27

resin thermoset. Mengenai ketahanan kimianya, pada umumnya kuat terhadap


asam kecuali asam pengoksid, tetapi lemah terhadap alkali. Bila dimasukkan
dalam air mendidih untuk waktu yang lama (300 jam), bahan akan pecah dan
retak-retak. Bahan ini mudah mengembang dalam pelarut, yang melarutkan
polimer stiren.
Kemampuan terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap
kelembaban dan sinar ultra violet bila dibiarkan di luar, tetapi sifat tembus
cahaya permukaan rusak dalam beberapa tahun. Secara luas digunakan untuk
konstruksi sebagai bahan komposit.
Penggunaan resin jenis ini dapat dilakukan dari proses hand lay-up
sampai dengan proses yang kompleks yaitu dengan proses mekanik. Resin ini
banyak digunakan dalam aplikasi komposit pada dunia industri dengan
pertimbangan harga relatif murah, curing yang cepat, warna jernih, kestabilan
dimensional dan mudah penanganannya (Yanu Riato, 2011).
Tabel 2.1. Spesifikasi resin Unsaturated Polyester Yukalac BQTN 157
Item Satuan Nilai Tipikal Catatan
Berat jenis Gr/cm3 1.215
Barcol GYZJ
Kekerasan 40
934-1
o
Suhu distorsi panas C 70
Penyerapan air
% 0.188 1 hari
(Suhu ruangan)
Kekuatan Fleksural Kg/mm2 9.4
Modulus Fleksural Kg/mm2 300
Daya rentang Kg/mm2 5.5
Modulus rentang Kg/mm2 300
Elongasi % 1.6
Sumber : Justus Kimia Raya,1996
28

e. Katalis

Gambar 2.11. Katalis


Cairan ini biasanya berwarna bening dan berbau. Cairan ini berfungsi
untuk mempercepat proses pengerasan adonan, semakin banyak katalis maka
akan semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya kurang bagus. Cairan ini
jika mengenai kulit akan terasa panas, seperti cairan air zuur.
f. Pencampuran (mixing)
Dalam proses metalurgi serbuk ada dua macam pencampuran, yaitu
pencampuran basah (wet mixing) dan Pencampuran kering (dry mixing).
Pencampuran basah (wet mixing) yaitu proses pencampuaran dimana serbuk
matrik dan filler dicampur terlebih dahulu dengan pelarut polar. Metode ini
dipakai apabila material (matrik dan filler) yang digunakan mudah mengalami
oksidasi. Tujuan pemberian pelarut polar adalah untuk mempermudah proses
pencampuaran material yang digunakan dan untuk melapisi permukaan
material supaya tidak berhubungan dengan udara luar sehingga mencegah
terjadinya oksidasi pada material yang digunakan.
Pencampuran kering (dry mixing) yaitu proses pencampuran yang
dilakukan tanpa menggunakan pelarut untuk membantu melarutkan dan
dilakukan di udara luar. Metode ini dipakai apabila material yang digunakan
tidak mudah mengalami oksidasi.
Faktor penentu kehomogenan distribusi partikel, antara lain:
(1) Kecepatan pencampuran
29

(2) Lamanya waktu pencampuran


(3) Ukuran partikel
(4) Jenis material
(5) Temperatur
(6) Media pencampuran
Semakin besar kecepatan pencampuran, semakin lama waktu
pencampuran, dan semakin kecil ukuran partikel yang dicampur, maka
distribusi partikel semakin homogen. Kehomogenan campuran sangat
berpengaruh pada proses penekanan (kompaksi), karena gaya tekan yang
diberikan pada saat kompaksi akan terdistribusi secara merata sehingga
kualitas ikatan antar partikel semakin baik.
g. Proses Kompaksi
Proses kompaksi adalah proses pemampatan serbuk, sehingga serbuk
akan saling melekat dan rongga udara antar partikel akan terdorong keluar.
Semakin besar tekanan kompaksi jumlah udara (porositas) diantara partikel
akan semakin sedikit, namun porositas tidak mungkin mencapai nilai nol.
Hasil kompaksi biasa disebut Green Body. Proses pemampatan adalah suatu
proses mesin kompaksi yang memberikan gaya penekanan uniaksial.
Pemberian tekanan yang sangat besar terhadap material serbuk yang bertujuan
untuk mendapatkan spesimen benda uji yang diinginkan, proses kompaksi
dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
30

Gambar 2.12. Proses Kompaksi


(Sumber : Dian Prasetyo, 2012:13)

Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah sumbu, dua arah sumbu
atau dari segala arah. Kompaksi dua arah ini bisa jadi dengan arah
berlawanan. Kebanyakan proses kompaksi menggunakan penekanan (punch)
atas dan bawah. Penekanan bawah sekaligus berfungsi sebagai injektor untuk
mengeluarkan benda yang telah dicetak. Permukaan dalam cetakan (dies)
harus halus untuk mengurangi gesekan.
Berdasarkan cara kompaksi dapat dibagi dengan dua cara yaitu :
1) Hot compaction (kompaksi dengan temperatur)
Proses kompaksi pada dies dimana terdapat dua punch yaitu upper
punch dan lower punc yang berfungsi menekan campuran homogen serbuk
didalam dies dan diberikan temperatur tertentu saat proses kompaksi
berlangsung.
31

Gambar 2.13. Metode Kompaksi dengan Temperatur


(Sumber: Fuad Dwi Fitrianto, 2012: 26)

2) Cold compaction (kompaksi tanpa temperatur)


Proses pada kompaksi metode cold compaction adalah sama halnya
dengan hot compaction pada punch serta dies yang digunakan, akan tetapi
tidak diberikan temperatur pada saat proses kompaksi berlangsung.

Gambar 2.14. Metode Kompaksi tanpa Temperatur


(Sumber: Fuad Dwi Fitrianto, 2012: 26)

h. Proses Sintering
Istilah sintering berasal dari bahasa jerman, “sinter ” dalam bahasa
inggris dengan kata “cinder” yang berarti bara. Sintering merupakan metode
pembuatan material dari serbuk dengan pemanasan sehingga terbentuk ikatan
partikel. Proses sintering merupakan merupakan metode pembuatan material
dari serbuk yang dilakukan setelah proses pemadatan (kompaksi) yaitu
pemanasan dengan melibatkan transfer atomic pada kondisi padat. Sehingga
terbentuk ikatan partikel yang kuat.
32

Selama sintering terdapat dua fenomena utama yaitu pertama adalah


penyusutan (shrinkage) yaitu proses eliminasi porositas dan yang kedua
adalah pertumbuhan butiran. Pemilihan temperatur sinter agar terjadinya
ikatan antar partikel sangat tergantung pada jenis material yang digunakan,
pemilihan temperatur sinter berkisar antara 1/2 dan 3/4 titik leleh (melting
point).

Gambar 2.15. Mekanisme Pemadatan Serbuk dengan Proses Sintering


(Sumber: Yudi Agus Sarwanto, 2010)

Keterangan :
(a) Ikatan partikel akibat proses kompaksi ikatan partikel masih rapuh,
ikatan mudah terlepas.
(b) Ikatan partikel setelah disintering, ikatan antara partikel satu dengan
yang lain menjadi satu, ikatan tidak mudah terlepas.
Peralatan yang paling penting dalam proses sintering adalah dapur
sinter. Dapur ini harus dapat mengatur temperatur, waktu pemanasan,
kecepatan pemanasan dan lingkungan dalam dapur itu sendiri. Pemilihan
dapur sinter bergantung pada penggunaannya. Secara umum pemeliharaannya
tergantung pada daerah kerja, ukuran green body, atmosfer atau lingkungan
yang diinginkan dan biaya produksinya.
Ada dua tipe dapur sinter, yaitu dapur satuan (batch furnace) dan
dapur kontinyu (continuous furnace). Batch furnace diisi material yang akan
33

disinter lalu temperatur diatur sesuai dengan kebutuhan. Dapur kontinyu


dilengkapi dengan sabuk yang terdiri dari jalinan kawat dimana diletakkan
green body. Sabuk ini bergerak menuju daerah pemanasan, kemudian ke
daerah pendingin. Proses sinter dengan dapur kontinyu biasanya digunakan
untuk memproduksi komponen dalam jumlah banyak. Batch furnace
digunakan pada siklus sintering khusus dengan produksi terbatas.
Pemilihan temperatur sinter untuk terjadinya ikatan antar partikel
akan sangat tergantung dari jenis material itu sendiri. Tidak ada kondisi
temperatur yang tepat untuk proses sinter pada suatu bahan tertentu, akan
tetapi ada ketentuan umum mengenai sinter padat yang dilakukan dibawah
temperatur lebur dari bahan tersebut.

6. Pengujian Spesimen
a. Pengertian Prony Brake
Prony Brake merupakan suatu alat uji torsi dan daya. dimana prinsip
kerjanya adalah dengan melawan torsi yang dihasilkan dengan suatu gaya
pengereman. Besarya gaya pengereman diukur dengan menambahkan suatu
lengan ayun, kemudian gaya pada ujung lengan ayun diukur dengan
timbangan. Besarnya torsi didapat dari mengalikan gaya pengereman dengan
panjang lengan ayun.

Gambar 2.16. Prony Brake


34

Besamya torsi motor sama dengan besamya gaya pengereman


dikalikan dengan panjang lengan ayun. Kampas rem berfungsi sebagai bahan
friksi yang menyerap energi kinetik dan energi potensial dari bagian yang
bergerak (motor).
b. Rumus Prony Brake
Torsi atau usaha adalah hasil kali antara gaya berat yang dihasilkan
pada timbangan dikalikan dengan jarak antara titik tekan timbangan dengan
poros benda yang bergerak (panjang lengan). Dengan catatan bahwa lengan
ayun tidak ikut berputar. Dari pemyataan berikut maka didapat rumus:
T=w×L
Gaya berat yang terukur ditimbangan (w)
Dimana
w=mxg
Untuk menghitung gaya efektif pengereman menggunakan
persamaan dibawah ini :
T = Fµ x R
Dimana
Fµ = T /R
Untuk menghitung gaya yang menekan kampas rem menggunakan
persamaan, yaitu :
Fp = Pe × 0,785 (D²)
Serta koefisien gesek didapat dari :
Fµ = µ x Fp
Dimana
µ = Fµ /Fp
Keterangan: T = Torsi (Nm)
w = Gaya berat (N)
m = Massa (Kg)
L = Panjang lengan (m)
35

R = Jari-jari efektif pengereman (m)


Fµ = gaya pengereman (N)
Fρ = Gaya yang menekan brake pad (kgf)
µ = Koefisien gesek
Pe = Tekanan minyak rem (Pa)
g = Percepatan grafitasi bumi (m/s2)
D = Diameter piston (mm)
(Sumber: Yanuar, Dita Satyadarma, 2011)

Gambar 2.17. Skema Rumus Penghitungan Koefisien Gesek Prony Brake

1) Gaya berat (w) =mxg


2) Torsi (T) =wxL
3) Gaya efektif pengereman (Fµ) = T : R
4) Gaya penekanan kampas (Fp) = Pe x 0,785 (D2)
5) Koefisien gesek kampas (µ) = Fµ : Fp
36

B. Penelitian Yang Relevan


Suatu penelitian tidak selalu beranjak dari nol secara murni, akan tetapi
pada umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh
karena itu, dirasa perlu mengenai penelitian yang terdahulu sebagai bahan
relevansinya. Dalam hal ini penelitian yang relevan antara lain dari:
a. Ratni Kartini, H.Darmasetiawan, A.Karo Karo, dan Sudirman (2002) Jurusan
Fisika FMIPA Institut Pertanian Bogor mengenai “PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIMER BERPENGUAT SERAT
ALAM”. Telah dilakukan pembuatan komposit dengan matriks polimer yaitu
epoksi dan polyester dengan bahan penguat (filler) serat alam, yaitu serat pisang
dan serat ijuk yang dikombinasikan satu sama lain menjadi empat macam
komposit yaitu komposit epoksi-pisang, epoksi-ijuk, polyester-pisang, dan
polyester-ijuk. Untuk keempat macam komposit tersebut, pengaruh
penambahan lapisan serat pada matriks polimer terhadap sifat mekanik dan
mikrostruktur bahan komposit dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan, secara
umum penambahan lapisan serat menurukan nilai kekuatan tarik komposit,
kecuali untuk komposit bermatriks epoksi dengan penguat serat ijuk. Nilai
kekuatan tarik tertinggi diperoleh komposit epoksi-serat ijuk 3 lapis yaitu 45,44
MPa, sedangkan komposit epoksi-serat pisang 3 lapis memiliki nilai kekuatan
tarik sebesar 30,47MPa. Nilai kekuatan tarik terendah diperoleh komposit
polyester-serat pisang 3 lapis yaitu 15,62 MPa, sedangkan jika ditambahkan
serat ijuk 3 lapis kekuatan tariknya menjadi 22,18 MPa. Selain itu, penambahan
serat pada matriks polimer secara umum menurunkan nilai kekerasan komposit.
Dari pengamatan struktur mikro temyata kurangnya ikatan antara serat dengan
matriks polimer dan distribusi serat pada matriks polimer mempengaruhi nilai
kekuatan tarik dan nilai kekerasan bahan komposit.
b. Dita Satyadarma, Yanuar, dan Burhan Noerdin (2011) Jurusan Teknik Mesin
Universitas Gunadarma. Beijudul “ANALISIS GAYA PADA REM
CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT”.
37

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem
cakram untuk kendaraan roda empat dengan analisis perhitungan dari
komponen rem dengan pembebanan pedal 5kgf, l0kgf, 15kgf, 20kgf, 25kgf.
Besar diameter master silinder 1,58 cm, Yang berfungsi untuk mengubah gerak
pedal rem kedalam tekanan hidrolik. Diameter silinder cakram 2,20 cm dan
perbandingan tuas pedal menunjukan semakin besar pembebanan pedal rem
maka gaya yang menekan master rem (Fk), gaya tekanan minyak rem (Pe), gaya
yang menekan pad rem (Fp), dan gaya gesek pengereman (Fp.) akan semakin
besar, sedangkan semakin besar gaya yang menekan pedal rem maka jarak
waktu pengereman akan semakin kecil. Dari alat uji yang kami buat untuk
penelitian ini dapat disimpulkan : (1) Semakin besar gaya pijak pedal
menghasilkan pengereman yang singkat. (2) Semakin tinggi kecepatan roda
semakin membutuhkan waktu untuk pengereman bila besar gaya pijak pedal
konstan. (3) Koefisien gesek antara piringan dengan sepatu rem dimungkinkan
tidak konstan karena waktu yang didapat tidak proposional kenaikanya.
c. Dian Prasetyo (2012) di Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta mengenai
“PEMANFAATAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN GESEK
ALTERNATIF KAMPAS REM SEPEDA MOTOR”. Dari hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa (1) Nilai kekerasan pada spesimen 1 sebesar 19,5 HB,
spesimen 2 sebesar 20,6 HB, spesimen 3 sebesar 22,6 HB, spesimen 4 sebesar
24,5 HB dan spesimen 5 sebesar 25,6 HB. (2) Nilai keausan pada spesimen 1
sebesar 1,13 x 10'7 mm2/kg, spesimen sebesar 1,03 x 10-7 mm2/kg, spesimen 3
sebesar 0,96 x 10-7 mm2/kg, spesimen 4 sebesar 0,87 x 10-7 mm2/kg dan
spesimen 5 sebesar 0,85 x 10-7 mm2/kg. (3) Nilai kekerasan kampas rem serat
ijuk yang mendekati nilai standar kampas rem merk Indoparts adalah pada
kampas rem spesimen 1 dengan komposisi 55% serat ijuk, 15% serbuk
kuningan, 20% MgO dan 10% resin yaitu sebesar 19,5 HB. (4) Nilai keausan
kampas rem serat ijuk yang mendekati dengan nilai standar kampas rem merk
38

Indoparts adalah kampas rem spesimen 4 dengan komposisi 25% serat ijuk,
45% serbuk kuningan, 20% MgO dan 10% resin yaitu sebesar 0,87 x 10-7
mm2/kg. 5) Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
semakin banyaknya komposisi serat ijuk maka semakin rendah nilai kekerasan
spesimen kampas rem dan semakin tinggi nilai keausan spesimen kampas rem.
Jadi variasi komposisi serat ijuk sangat berpengaruh terhadap nilai keausan
spesimen kampas rem dan nilai kekerasan spesimen kampas rem.
d. Shirley Savetlana, Hamdan, and M.A. Maleque (2013) Department of
Mechanical and Manufacturing Engineering, University Putra Malaysia.
Berjudul “PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN
TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK
EPOXY”. Pada penelitian ini, pengekstrakan serat ijuk menggunakan sisir
kawat yang berfungsi memisahkan serat ijuk dari pelepahnya lalu dilakukan
pemilihan serat berdiameter 3 mm menggunakan micrometer sekrup.
Kemudian serat ijuk direndam dalam larutan NaOH 5% selama 2 jam dan
dikeringkan selama 15 menit. Serat selanjutnya dipotong dengan panjang 30
mm, 60 mm, dan 90 mm.Lebih lanjut, pembuatan komposit menggunakan
metode hand lay up dengan pencampuran resin epoxy dan hardener dengan
perbandingan campuran 1:1 mengacu pada ASTM D638. Selanjutnya
dilakukan pencampuran matrik dan serat dengan fraksi massa 80%:20%
menggunakan variasi panjang serat. Selanjutnya spesimen uji dipanaskan
dalam oven dengan suhu70°C selama 10 menit. Kemudian dilakukan pengujian
tarik untuk resin epoxy mumi dan untuk komposit dengan variasi panjang serat
30 mm, 60 mm, dan 90 mm. Foto daerah patahan dengan Scanning Electron
Microscope (SEM) digunakan untuk melihat mekanisme perpatahan komposit.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan regangan tertinggi
dicapai pada komposit dengan panjang serat 90 mm. Kekuatan tarik yang
didapat sebesar 36,37 MPa dan regangan sebesar 9,34%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan komposit ialah daya ikat serat dengan matrik,
39

pendistribusian serat yang merata, dan panjang kritis serat. Hasil foto SEM pada
patahan komposit serat ijuk menunjukkan terjadinya fiber breaking. Hal ini
menunjukan bahwa daya ikat antara matrik dan serat yang cukup baik, tetapi
sebaran serat pada matrik tidak merata yang mengakibatkan kekuatan tarik
komposit yang optimal tidak bisa dicapai.
e. Z. Leman, H.Y. Sastra, S.M. Sapuan, M.M. Hamdan, and M.A. Maleque
(2005). Department of Mechanical and Manufacturing Engineering, University
Putra Malaysia. Berjudul “PENELITIAN IMPAK PADA STRUKTUR
KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK
EPOKSI” Komposit serat alam telah berperan penting pada saat ini di beberapa
komponen non-struktural dan semi-struktural di bidang teknik karena
memenuhi kekuatan dan kekakuan komponen tersebut, di samping biaya yang
rendah, ketersediaan yang melimpah dan dapat diperbarui. Oleh karena itu, ada
beberapa alasan penting mengenai jenis studi baru ini, dari serat alami dan salah
satunya adalah serat Arenga Pinnata. Studi Arenga Pinnata komposit serat
termasuk baru, ada beberapa hasil penelitian yang dihasilkan dalam literatur,
yaitu pada sifat tarik dan sifat lentur. Namun, sampai sekarang, masih ada
penelitian yang dilakukan pada Arenga Pinnata atau serat Ijuk yang diperkuat
dengan komposit epoxy untuk disajikan dalam makalah ini. Resin epoxy yang
meresap pada potongan serat panjang dan cincang diletakkan secara terpisah
dalam cetakan terbuka dan kemudian dikompresi untuk mendapatkan ketebalan
yang diinginkan. Sampel dipotong dari laminasi komposit dan tes dampak
dilakukan sesuai dengan ASTM D256-54T. Kekuatan hasil dari komposit serat
diperkuat meningkat dari 28,8 J/m (tanpa isian) ke 67.26 J/m (dengan serat
cincang) dan 114.27 J/m (dengan serat panjang).
f. Arif Kurniawan (2015) Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, Pendidikan
Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Berjudul “KAJI EKSPERIMENTAL PERFOMANSI
PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT IJUK SEBAGAI SUPLEMEN
40

MATERI KAJIAN MATA KULIAH KOMPOSIT DI PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS”. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Adanya pengaruh variasi komposisi
kampas rem berbahan serat ijuk, kuningan (Cu-Zn), magnesium oksida (MgO)
dan resin polyester terhadap nilai koefisien gesek pengereman pada mesin
prony brake. Bahwa semakin banyak jumlah komposisi serat ijuk, maka
koefisien gesek pengereman kampas rem semakin besar. Spesimen kampas rem
1 mempunyai nilai koefisien gesek tertinggi sebesar 0,548. (2) semua spesimen
kampas rem serat ijuk mempunyai nilai koefisien gesek diatas kampas rem
Indoparts. Nilai koefisien gesek tertinggi sebesar 0,548 terjadi pada spesimen
kampas rem 1 dengan prosentase serat ijuk 55%, kuningan (Cu-Zn) 15%,
magnesium oksida (MgO) 20%, dan resin polyester 10%. Kampas rem
Indoparts mempunyai nilai koefisien gesek sebesar 0,378. Penelitian ini
membuktikan bahwa spesimen kampas rem serat ijuk lebih baik daripada
kampas rem Indoparts terhadap nilai koefisien gesek pada pengujian
perfomansi pengereman.

C. Kerangka Berpikir
Salah satu unsur penyusun bahan komposit adalah serat. Serat inilah yang
terutama menentukan karakteristik komposit seperti kekerasan, keausan, kekakuan,
kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Serat berperan sebagai penyangga kekuatan
dari struktur komposit, beban yang awalnya diterima oleh matrik kemudian diteruskan
ke serat, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dengan
kekuatan pembentuknya. Orientasi dan kandungan serat akan menentukan kekuatan
mekanis dari komposit. Perbandingan antara matrik dan serat juga merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam memberikan karakteristik mekanis produk yang
dihasilkan.
Komposit dengan ukuran serat yang lebih kecil diduga mempunyai
kemampuan untuk mengisi bagian-bagian kosong/rongga dalam komposit.
41

Berkurangnya jumlah rongga yang dihasilkan diduga akan menyebabkan kekuatan


semakin meningkat, sehingga nilai kekerasan dan keausan juga akan semakin
meningkat. Pencampuran komposisi serat yang tepat dalam pembuatan spesimen
diduga akan menyebabkan meningkatnya nilai kekerasan dan keausan serta sifat
mekanik lainnya. Campuran komposisi yang cukup diduga akan menghasilkan nilai
kekerasan dan keausan yang tinggi.
Pada penelitian ini, bahan penyusun utama spesimen komposit terdiri dari
resin polyester sebagai bahan pengikat, serat ijuk, kuningan (Cu-Zn) dan magnesium
oksida (MgO) sebagai bahan pengisi. Serat ijuk dan serbuk kuningan yang digunakan
berukuran mesh 60. Komposisi resin dibuat tetap yaitu 10% dan magnesium oksida
(MgO) juga dibuat tetap yaitu 20%. Dalam penelitian ini yang menjadi variasi ialah
perbandingan fraksi berat antara serat ijuk dan serbuk kuningan (Cu-Zn).
Serat ijuk dan serbuk kuningan (Cu-Zn) mempunyai kandungan dan
karakteristik yang sangat berbeda, sehingga variasi komposisi di antara keduanya akan
menghasilkan nilai kekerasan dan keausan yang berbeda-beda pada spesimen uji
kampas rem. Pembuatan spesimen menggunakan cetakan (dies). Spesimen tersebut
dilakukan pengujian daya pengeremannya. Hasil yang diperoleh dianalisis dan di
bandingkan spesimen kampas rem merk Nissin serta kemudian disimpulkan. Untuk
lebih jelasnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat pada
gambar 2.17. di bawah ini:

Gambar 2.18. Kerangka Berfikir


Keterangan :
X : Variasi komposisi kampas rem
42

X1 : Komposisi I (Serat ijuk 55%)


X2 : Komposisi II (Serat ijuk 45%)
X3 : Komposisi III (Serat ijuk 25%)
X4 : Komposisi IV (Serat ijuk 15%)
Y : Nilai perfomansi pengereman (koefisien gesek) kampas rem
Pengujian performansi pengereman kampas rem menggunakan mesin Prony
Brake. Pengujian ini untuk mendapatkan nilai koefisien gesek kampas rem. Pada
dasarnya prinsip ini masih menggunakan mekanisme pengereman pada umumnya.
Data yang didapat dari pengujian kemudian diolah dengan perumusan yang telah
ditentukan. Data dari serat ijuk dibandingkan dengan data dari kampas rem merk Nissin
dalam bentuk tabel.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas dapat diambil
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh variasi komposisi bahan kampas rem serat ijuk, kuningan (Cu-Zn),
magnesium oksida (MgO), dan resin polyester terhadap nilai koefisien gesek pada
pengujian performansi pengereman kampas rem.
2. Campuran variasi komposisi serat ijuk yang besar diduga mempunyai nilai
koefisien gesek yang tertinggi jika dibandingkan variasi komposisi lainnya dan
spesimen kampas rem merk Nissin.

Anda mungkin juga menyukai