Resume
Analisis Laporan Keuangan dan Financial Distress
Laporan Keuangan
Menurut SAK: laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap,
meliputi; neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (arus kas, atau arus dana,
catatan, dan laporan lain) serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral darinya.
Menurut M. Sadeli (2002:2), pengertian laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntasi dan
informasi histories yang di dalamnya terdapat proses identifikasi, pengukuran, dan laporan
informasi ekonomi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu:
Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan
keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan
informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-
teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan
perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis
laporan keuangan juga antara lain:
a. Dapat menilai prestasi perusahaan.
b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan.
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:
Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas),Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban),
Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Rentabilitas atau Profitabilitas, Indikator Pasar Modal.
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu.
e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
ANALISA RASIO
Analisis Laporan Keuangan mencakup tiga karakteristik dalam suatu perusahaan yaitu, aspek
likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas;
1) Likuiditas
Adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi
kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas
diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang
memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran
likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan
ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar). Rasio likuiditas antara lain
terdiri dari:
Kondisi perusahaan tergolong lebih aman jika rasio lancar di atas satu atau lebih
dari 100% maka perusahaan tersebut sudah pasti mampu membayar utang lancarnya
tanpa mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Current ratio sebesar 200% dinilai
sebagai current ratio yang memuaskan untuk perusahaan industri atau perusahaan
komersil besar. Untuk perusahaan penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan hotel rasio
sebesar 100% sudah mencukupi. Untuk itu pemahaman tentang kerangka konseptual
akuntansi keuangan sangat diperlukan. Rumus Current Ratio yaitu:
Rasio Lancar = Aktiva Lancar (Current Ratio) / Utang Lancar (Current Liabilities) x 100%
2) Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang
ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang
terjadi kecuali perusahaan mengalami ke pailitan. Kemampuan operasi perusahaan
dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Jenis-jenis solvabilitas:
Rasio ini memaparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang dipakai untuk
membiayai aset perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) membandingkan antara total kewajiban
(liabilities) dengan ekuitas (equity). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban
perusahaan tidak bertambah. Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi perusahaan semakin baik
karena porsi utang terhadap modal semakin kecil.
Rasio ini memperlihatkan bahwa dana pinjaman yang segera jatuh tempo akan ditagih
dibandingkan modal yang dimiliki. Perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar bagian dari modal (termasuk pengertian modal dan jenis jenis modal yang menjadi jaminan
utang lancar. Semakin kecil rasio ini berarti kondisi perusahaan semakin baik karena modal
untuk menjamin utang lancar masih cukup (besar). Batas terendah dari rasio ini adalah 100%
atau 1 : 1. Rumus Debt to Equity Ratio (DER) sebagai berikut.
Debt Ratio atau Rasio Utang menilai seberapa besar perusahaan berpatokan pada utang
untuk membiayai asetnya. Rasio ini membandingkan total utang (total liabilities) dengan total
aset yang dimiliki. Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pinjaman baru sebagai tambahan modal dengan jaminan aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan. Jika tingkat rasio ini semakin tinggi maka jaminan berupa asset yang ada dan uang
yang diberikan oleh kreditor dalam jangka panjang semakin terjamin. Besaran presentasi rasio
ini minimu 100% atau 1 : 1 artinya Rp 1 utang jangka panjang bisa dijamin oleh Rp 1 aktiva
tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Utang yang dihitung dalam hal ini adalah semua utang
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor biasanya lebih memilih debt
ratio yang rendah karena kondisi perusahaan aman (tidak akan bangkrut). Tingkat rasio yang
rendah maka kondisi perusahaan semakin aman (solvable). Berikut ini rumus rasio utang (debt
ratio).
3) Profitablitas
Rasio ini disebut juga sebagai rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan,
profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Berikut merupakan rasio-rasio yang tergolong
dalam rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan
dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah
penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor
Penjualan Bersih
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu
dibandingkan dengan volume penjualan.
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang
dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap
modal yang diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang
saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola
modalnya (net worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut
rentabilitas usaha. Rumus Return On Equity sebagai berikut.
Model pertama yang dilakukan oleh Altman berdasarkan data dari perusahaan
manufaktur yang telah go-public, sedangkan versi modifikasi yang dilakukan oleh Altman
selanjutnya dirancang untuk dapat diterapkan padaperusahaan industri swasta dan perusahaan
non-industri, serta perusahaan sector jasa.
Klasifikasi
Klasifikasi
Klasifikasi
1. Z < 0 = Aman
2. Z > 0 = Distress
Klasifikasi