BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu komitmen DepKes
melalui penerapan Rencana Pengurangan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi.
Indonesia telah membuat investasi yang penting dalam pembangunan prasarana yang mendasar
dan sumber daya manusia untuk penghantaran Pelayanan Kesehatan Utama, indikator-
indikatornya belum memperlihatkan hasil positif yang diharapkan. Meskipun adanya kemajuan
di antara indikator-indikator sosial ekonomi, Angka Kematian Ibu dan Bayi masih tinggi dengan
perkiraan sekitar 334 kematian per 100.000 kelahiran yang hidup. (WHO, 2012)
Indikator yang menunjukkan masalah yang harus dihadapi, meskipun kunjungan antenatal
yang pertama menjangkau 90% dari ibu hamil, hanya 60% kelahiran dilakukan oleh personel
yang terampil. Hingga kini, penerimaan, akses dan penggunaan perawatan darurat yang dasar
dan lengkap bergantung pada jangkauan ekonomi, perilaku, sosial, budaya dan kemampuan dan
pengetahuan dari wanita dan pria untuk memutuskan jika dan dimana untuk mencari pelayanan.
Penyebab ini dapat berasal dari berbagai batasan finansiil sampai dengan kurangnya kepastian
dalam pelayanan yang memperlihatkan kebutuhan akan perbaikan yang besar karena referensi
waktu dalam situasi darurat masih menjadi isu di banyak daerah, perawatan perinatal tidak
menanggapi persyaratan kualitas dan masih rendahnya pengertian akan pentingnya persiapan
kelahiran, situasi yang meningkatkan risiko yang berhubungan dengan kematian dan kesakitan
bertumbuh dan mendukung dan sampai tingkat pelayanan yang berbeda-beda telah
memperlihatkan penerapan yang sulit dan dengan hasil yang buruk, atau tidak ada hasilnya.
Pengawasan adalah kegiatan yang mahal, ini memerlukan orang-orang yang terlatih dengan baik
dan penuh pengabdian, ini harus bersifat teratur, ini harus memberikan tanggapan, ini harus
menghasilkan sesuatu dan tindakan yang diharapkan untuk diambil oleh kedua belah pihak
pengawas dan diawasi. Pendekatan-pendekatan yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki
pengelolaan dan kualitas perawatan klinis, salah satunya menekankan kapasitas dari personel
kesehatan untuk belajar dari kesalahan dan keterbatasannya. Dengan menggunakan pengalaman
yang diperoleh dari negara-negara lain dan untuk meningkatkan pengertian setempat dan
penggunaan yang tepat dari audit AKI dan AKB ada kebutuhan untuk tindak lanjut yang lebih
baik dari penggunaannya. Penerapannya yang tepat adalah langkah pertama bagi staf kesehatan
untuk menjadi aktor dan bertanggung jawab dari perbaikannya sendiri dan untuk menyokong dan
Konsep perbaikan yang sama dari pelayanan melalui pengawasan dan evaluasi diri sendiri
dan tim tetap berada di belakang pendukung dari penyelenggaraan "Sistem Kinerja Klinis dan
Pengelolaan", sebagai alat yang perlu diperbaiki dan ditetapkan kembali jika ingin diperkenalkan
ke dalam skala yang lebih besar di propinsi dan daerah yang lain dan dalam pelatihan pra-
mencapai target. Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per
empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015. Namun data
WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini
masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal
dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang
Data angka kematian ibu hamil menurut WHO selama periode 1990-2005 juga belum ada
kawasan yang mampu mencapai penurunan angka kematian ibu per tahun hingga 5,5 persen.
Hanya Asia Timur yang penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun serta
Afrika Utara, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia mengalami penurunan yang jauh lebih
Selain itu disebutkan pula bahwa lebih dari satu setengah kematian ibu (270.000) terjadi di
kawasan Sub-Sahara Afrika dan 188 ribunya di Asia Selatan sehingga jika digabungkan
kontribusi kedua kawasan terhadap angka kematian ibu dunia pada 2005 mencapai 86
persen.(WHO, 2005)
Di Negara-negara berkembang ada lima penyebab utama kematian ibu, diantaranya adalah
perdarahan, sepsis, hipertensi akibat kehamilan, aborsi yang tidak aman, dan persalinan macet.
Komplikasi penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena perdarahan pada kehamilan 45,7%,
Selain itu, penyebab lain meningkatnya angka kematian ibu hamil dan melahirkan menurut
Saifuddin (2003) dan Depkes (2005) ialah status gizi yang memprihatinkan, corak reproduksi
yang kurang baik yang mana akibatnya banyak dijumpai ibu hamil dengan kondisi yang beresiko
yang lebih dikenal dangan kondisi 4 terlalu yaitu terlalu muda untuk melahirkan 14%, terlalu
banyak anak 17%, terlalu dekat jarak kehamilan 17%, dan terlalu tua untuk melahirkan anak
12,7%. Kondisi demkian lebih diperberat lagi jika mengalami keterlambatan ibu menjangkau
tempat pelayanan kesehatan, yang disebabkan karena terlambat mengenali tanda - tanda bahaya
Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki angka kematian ibu yang sangat
tinggi. Menurut SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2002 / 2003, angka
kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedikitnya
18.000 ibu meninggal setiap tahunnya. Hal itu berarti setiap jam terdapat dua orang ibu hamil
atau bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Akibatnya setiap tahun 36.000 balita
menjadi anak yatim. Demikian pula angka kematian bayi khususnya angka kematian bayi baru
lahir masih berada dalam kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. (Depkes, 2004)
Di dalam rencana strategik nasional Making Pregnancy Safe (MPS) di Indonesia 2001-2010
disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang
dilahirkan hidup dan sehat. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah
menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
Beberapa tahun terakhir Angka Kematian Bayi telah banyak mengalami penurunan yang
cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis
yng melanda Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995 sampai
dengan 1999 dan terus menurun yakni 55 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
1995 dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. (Depkes,
2009)
Ada banyak factor yang mempengaruhi tingkat Angka Kematian Bayi tetapi tidak mudah
untuk menentukan factor yang paling dominan dan factor yang kurang dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau factor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesedian masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan
modern dalam bidang kesehatan merupakan factor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap
tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya
Angka Kematian Ibu adalah banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu
(AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini
maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meingkatkan peran
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sebanyak 133 orang atau 101,56 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang atau
komplikasi pada kehamilan maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik
terhadap pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Kassi-Kassi
Kota Makassar. Meskipun data yang diperoleh dari Puskesmas Kassi-kassi tahun 2011 yang
dilaporkan bahwa dari 1135 orang yang memeriksakan kehamilannya tidak ada yang
mengalami kematian maternal maupun janinnya. Hal ini disebabkan karena keteraturan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya. Tercatat bahwa pada tahun 2011 K1 ibu hamil mencapai
3182 orang atau sekitar 127,3% dan K4 ibu hamil mencapai 2971 orang atau sekitar 118,8%.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah karakteristik terhadap pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil terhadap pengetahuan tentang 9 tanda bahaya
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, dan gravida
b) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya kehamilan
c) Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil terhadap pengetahuan tentang 9 tanda
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam pelayanan
2. Bagi responden sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang
pentingnya mengetahui secara dini tanda bahaya kehamilan yang dapat mengancam keselamatan
3. Bagi Profesi
4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang
sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima
merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-
konsep, baik melalui proses pendidikan formal maupun informal serta melalui pengalaman.
Pengetahuan dalam pandangan Islam juga memegang peranan yang sangat penting untuk
memperbaiki dan mempermudah dalam menjalani kehidupan, ini sejalan dengan Firman Allah
yang mengharuskan manusia menuntut ilmu pengetahuan sebagaimana dijelaskan dalam surah
Terjemahannya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat diatas menjelaskan bahwa sebagai manusia kita dituntut untuk saling tolong-
menolong sesama manusia serta menuntut ilmu dan pengetahuan karena Allah akan selalu
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat
kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bagian atau rangsangan yang
telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan
seseorang atau si ibu tentang apa yang telah dipelajari antara lain ibu bisa menyebutkan,
tidak sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, karena manusia yang
berakallah yang bisa menerima pelajaran dengan baik dan dijelaskan dalam al-Qur’an Q.S. Az –
Terjemahannya:
Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung? ataukah orang yang beribadat di waktu-
waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran (Q.S AZ-Zumar : 9)
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu materi
atau objek.
Identifikasi sebuah materi baik yang telah dipelajari maupun yang telah diambil dari sumber
lain menjadi sebuah pengetahuan sebagai tolak ukur bahwa materi tersebut sudah kita ketahui.
Materi tersebut adalah tentang 9 tanda bahaya kehamilan. Dari identifikasi pengetahuan ini ibu
hamil mampu memahami secara benar tentang materi yang telah diketahui tadi dengan
pemahamannya secara benar dapat mengaplikasikan dengan baik pula sehingga dirinya dan
dari aplikasi menjadi analisis sehingga mampu dijabarkan dan dihubungkan dengan komponen-
komponen lain yang pada akhirnya melahirkan sintesis dalam bentuk komponen baru atau
pengetahuan baru yang lebih luas.. setelah tercipta sintesis maka ibu hamil mampu mengevaluasi
atau menilai tentang 9 tanda bahaya kehamilan itu dengan berbagai pencegahan yang akan
dilakukan.
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah persatuan antara sebuah sel telur dan sperma, yang menandai awal suatu
Terjemahan;
12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun :
12-14)
Penjelasan tentang proses penciptaan manusia sebelum dijelaskan menurut pandangan ilmu
pengetahuan umum Allah SWT sudah terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut
dalam Al Qur’an seperti dalam surat al-Mu’min, 40 : 67 bahwa Manusia adalah keturunan Nabi
Adam As, jasmaninya berproses dari saripati tanah. Tumbuh-tumbuhan menghisap saripati tanah
itu dan hewan memakan sebagian tumbuh-tumbuhan. Manusia memakan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Ini berarti ke dalam tubuh manusia telah masuk unsur saripati tanah.
Sebagian saripati makanan (saripati tanah), berproses manjadi nuthfah (air yang berisi
spermatozoa, disebut sperma) yang terdapat pada laki-laki (suami). Melalui proses senggama,
nuthfah masuk ke dalam qarar (rahim atau kandungan ibu). Di dalam rahim, nuthfah (sperma)
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau inplantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender internasional. (Sarwono, 2008
Kehamilan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel
mani (spermatozoon). Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh korona radiate tapi rupa-
rupanya spermatozoa mempunyai enzim hyaluronidase yang dapat mencairkan corona radiate
tersebut hingga salah satu spermatozoon dapat menembus dinding sel telur. Setelah
persenyawaan antara sel telur dan sel mani, yang biasanya terjadi dalam ampulla tubae maka sel
telur disebut zygote. Jadi zygote adalah ovum yang telah dibuahi oleh spermatozoon. Sebelum
terjadi fertilisasi sel telur maupun sel mani telah mengalami pematangan yang tidak hanya
berwujud dalam perubahan bentuk tapi juga perubahan dari jumlah kromosom. Setelah
fertilisasi, maka zygot mempunyai 46 buah kromosom, 23 buah dari sel mani dan 23 buah dari
sel telur. Karena kromosom yang menentukan sifat-sifat makhluk, maka dapat dipahami bahwa
zygot yang kelak akan menjadi anak untuk sebagian mempunyai sifat-sifat dari ayah dan
b. Persiapan Kehamilan
Persiapan kehamilan ini diperlukan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan
menghasilkan keturunan yang berkualitas yang didambakan oleh keluarga. Ada banyak faktor
antaranya:
Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk menghindari diturunkan penyakit akibat
dan keguguran.
Pemeriksaan penyakit seksual menular, karena hal ini dapat menyebabkan kematian ibu,
janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap
penyakit yang sedang diderita seperti asthma, diabetes mellitus dan jantung. Pada Wanita hamil
penyakit-penyakit seperti ini dapat, bertambah berat dan membahayakan jika tidak dilakukan
perawatan dan pengobatan yang teratur. Untuk menghindari kondisi yang membahayakan, dokter
biasanya akan memantau pasiennya dan menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk hamil.
Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu seperti kekurangan zat besi.
kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan keguguran.
2) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang mempengaruhi antibodi
yang terkandung di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk
mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah ibu dan bayinya. Perbedaan
golongan darah dan rhesus darah ini dapat mengancam janin dalam kandungan
bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah satu atau kedua
orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami isteri masih terkait hubungan persaudaraan.
Tes ini idealnya dilakukan sebelum kehamilan untuk mendapatkan informasi yang
selengkap-lengkapnya.
4) Persiapan Keuangan
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini
dapat di diskusikan antara suami dan isteri. Biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya
kehidupan berumah tangga. Anda tentunya menginginkan anak anda mendapatkan sesuatu yang
Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup
pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya
5) Persiapan Mental
Kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan, oleh karena itu orang tua harus
mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi proses ini. Selama sembilan bulan masa
kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak hanya pada ibu tetapi juga
pada ayah calon bayi. Selama sembilan bulan, emosi kita dapat terperas olehnya. Usahakan
untuk mengkondisikan pikiran dan bathin kedua orang tua agar jauh dari pikiran-pikiran negatif.
Selalu ingatlah bahwa segalanya dikendalikan oleh pikiran anda. Terimalah kenyataan yang ada,
yang terbaik adalah selalu bersyukur dan memasrahkan segalanya pada Tuhan. Selain itu, selalu
komunikasin segala sesuatunya, berusahalah untuk selalu terbuka dan membicarakan perasaan
masing-masing sehingga dapat mencari solusi sehingga kesulitan-kesulitan yang timbul dapat
1. Tanda Kehamilan
(1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
(2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ). Dengan stetoskop Laennec BJJ baru
terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Denagn alat Dopler BJJ terdenangar pada kehamilan
12 minggu.
(3) Dengan Ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.
(4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak
(1) Pigmentasi kulit. Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung, dan dahi,
dikenal sebagai khloasma gravidarum. Terjadi karena pengaruh hormone plasenta yang yang
(2) Leukore. Secret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormone progesterone.
(3) Epulis (hipertropi papilla gingiva). Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
(4) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh hormone
estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola
mammae menjadi lebih hitam ksrena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila
Yang banyak dipakai pemeriksaan hormone korionik gonadotropin (hCG) dalam urin. Dasarnya
reaksi antigen-antibody dengan hCG sebagai antigen. Cara yang banyak digunakan digunakan
hemaglutinasi. Kadar terendah yang terdeteksi 50 iu/L hCG, dapat ditemukan pada hari pertama
haid tidak datang. Test yang dikenal antara lain TestPack Plus hCG. Hasil positif palsu dapat
2. Gejala Kehamilan
(1) Wanita tersebut berhenti mendapatkan bulanan/haid (sering ini merupakan tanda pertama)
(2) Perasaan mual atau ngidam (morning sickness) terutama pada pagi hari. Tanda ini paling berat
(6) ‘’Topeng kehamilan’’ atau khloasma gravidarum ( daerah-daerah yang berwarna gelap pada
(7) Akhirnya pada kira-kira bulan kelima, si bayi mulai bergerak dalam rahim ibunya.(Davin dan
Caroll, 2010)
1) Amenore (tidak mendapat haid). Penting diketahui bahwa tanggal hari pertama haid terakhir
unutk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegele
5) Sering kencing. Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilantertekan
uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada
akhir kehamilan.
6) Pingsan dan mudah lelah. Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan
3. Pembagian Kehamilan
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih
dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan premature, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur.(Arif,
1999)
a. Pengertian
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya
yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
ketidaknyamanan yang normal, dan merupakan bagian dari perubahan yang terjadi pada tubuh
ibu selama kehamilannya. Diperlukan kunjungan ke tenaga kesehatan agar ibu mendapat banyak
informasi tentang kondisi normal ibu hamil ataupun ketidaknyamanan yang merupakan tanda
Bahaya kehamilan dapat terdeteksi jika ibu sering memeriksakan kehamilannya. Karena
pada setiap kunjungan antenatal akan diperiksa kondisi ibu dan janin untuk mengenali tanda
bahaya dalam kehamilan tiap trimesternya. Tanda bahaya dalam kehamilan jika tidak terdeteksi
akan menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Pada tiap kunjungan antenatal petugas medis
harus mengajarkan pada ibu bagaimana cara mengenali tanda bahaya dan memberi motivasi pada
Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu,
menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi
kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, C., Manuaba, F., & Manuaba., G.
2009).
mendapatkan informasi mengenai kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang
menyertai kehamilan, menegakkan secara dini risiko komplikasi kehamilan, dan menetapkan
risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, atau risiko rendah). Asuhan antenatal juga
menyiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik (well born baby) dan kesehatan ibu
yang baik (well health mother ), mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi
pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat akhir kala nifas (Ida Ayu Chandranita Manuaba,
2008).
Tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan antenatal care (ANC) tersebut
adalah :
a) Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat
dipastikan keadaannya.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
d) Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan secara
dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka
persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak.
e) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat berjalan
dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapat berjalan dengan lancar.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu faktor kesiapan
dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan
Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal antenatal
a) Trimester I dan II
1) Sebulan sekali
3) Pemeriksaan ultrasonografi
4) Nasihat diet
5) Observasi
6) Rencana
b) Trimester III
4) Pemeriksaan Ultrasonografi
5) Imunisasi tetanus II
6) Observasi
hamil selama masa kehamilannya dengan melakukan kunjungan kehamilan (KI dan K4) secara
Adapun kunjungan/kontak pertama dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama
Kegiatannya adalah:
2) Pemeriksaan fisik: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, bunyi jantung, edema dan lain-lain.
3) Pemeriksaan obstetri: usia kehamilan, besar uterus, bunyi jantung janin dan pengukuran lingkar
luar panggul.
4) Pemeriksaan laboratorium: urin lengkap dan darah (Hb, leukosit, dan gula darah)
5) Penilaian status gizi: dilihat dari keseimbangan berat badan dan tinggi badan atau lingkar lengan
atas (LLA)
Adalah kunjungan atau kontak kedua ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester
kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko kehamilan dan
kelainan/cacat bawaan.
Kegiatannya adalah:
2) Pemeriksaan obstetri dan ginekologi Pemeriksaan dengan USG: besar dan usia kehamilan,
aktivitas janin, kelainan atau cacat bawaan, cairan ketuban letak plasenta.
Adalah kunjungan atau kontak ketiga ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester
ketiga selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai risiko kehamilan, juga untuk
melihat aktifitas janin dan pertumbuhan janin dan pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatannya adalah:
2) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaan panggul dalam khusus pada kehamilan pertama)
Adalah kunjungan atau kontak keempat ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester
keemapat selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama dituju kan kepada penilaian
Kegiatannya adalah:
Menurut Hijrawati dalam Sarwono (2002), setiap ibu hamil yang selalu memeriksakan
kehamilannya
keputusan
1) Perdarahan pervaginam
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang
lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan anterpartum.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
a) Abortus iminens
Merupakan abortus tingkat permulaan ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus imines biasanya diawali dengan
keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita
mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Pengelelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Penderita
diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bias diberi spasmolitik agar
uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone progesterone atau derivatnya untuk
b) Abortus insipiens
Merupakan abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah maendatar dan
ostium telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya
bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Pengelolaan penderita
ini harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi
segera lakukan tindakan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila
perdarahan banyak.
c) Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Pengelolaan penderita tidak
memerlukan tindakan khusu ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau
d) Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini
juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun banyak atau sedikit bergantung
pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya
kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bias
berhenti. Selanjutnya dilakukan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati
sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan
karet vakum menggunakan kanula dari palstik. Pascatindakan perlu diberikan uterotonuka
e) Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara baik karena
resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak
bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Salah satu cara yaitu dengan pemberian
misoprostol secara sublingal sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.
(Sarwono, 2008)
f) Abortus habitualis
Seorang wanita menderita abortus habitualis, apabila ia mengalami abortus berturut- turut 3 kali
atau lebih. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umunya tidak mendapat kesulitan untuk
menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti sebelum
waktunya., biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-kadang pada kehamilan yang lebih
tua.
(2) Gangguan fungsi endometrium, yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi
(3) Kelainan anatomic pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya janin di dalamnya
dengan sempurna.
Pada hamil muda, sebaiknya jangan bersenggama dulu. Makanannya harus adekuat mengenai
protein, hidrat arang, mineral, dan vitamin.khususnya dalam masa organogenesis pemberian
obat—obat harus dibatasi dan obat-obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelek
pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi ketakutan dan keresahan. Terapi hormonal
umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid, atau gangguan fase luteal.
(Sarwono, 2008)
2) Hyperemesis gravidarum
Mual dan muntah hebat yang mulai terjadi antara usia kehamilan 4 dan 10 minggu serta
pulih sebelum usia kehamilan 20 minggu dan memerlukan intervensi yang disebut sebagai
hyperemesis gravidarum. Kondisi ini dapat mengakibatkan metabolic serius, termasuk dehidrasi,
Hyperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki kehamilan kembar
atau mola hidatidosa. Kehamilan kembar dan mola hidatidosa disebabkan kadar human chorionic
Penatalaksanaan kondisi ini adalah rawat inap guna mengoreksi hipovolemia dan
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah
serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika
tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan
Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah,
dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan
keluarganya.
4) Penglihatan kabur
Dikatakan masalah bila penglihatan tiba-tiba kabur dan berbayang, gangguan penglihatan
seperti penglihatan ganda, seperti melihat titik-titik atau cahaya, hal ini merupakan gejala dari
preeklamsi atau toksemia yang harus segera dilaporkan pada petugas kesehatan. Jenis keluhan
yang paling umum adalah pandangan yang kabur disertai sakit kepala. Perubahan patologi pada
organ mata dapat dijumpai adanya edeme retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-
Nyeri abdomen biasanya terjadi pada kehamilan tua karena adanya regangan otot dan
ligamen yang mendukung rahim dan hampir dialami semua ibu hamil. Nyeri abdomen yang tidak
normal sama sekali tidak berhubungan dengan persalinan. Nyeri abdomen yang menunjukkan
masalah ditandai dengan nyeri perut yang hebat, terus menerus dan menetap. Nyeri perut yang
hebat dapat terjadi berupa kekejangan atau nyeri tajam dan menusuk serta disertai rasa hendak
pingsan. Gejala ini merupakan gejala dari preeklamsi yang sewaktu-waktu dapat menjadi
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada minggu ke-18 sampai ke-20 dalam kehamilan
pertama atau 2 minggu lebih cepat pada kehamilan ke dua. Beberapa ibu dapat merasakan
gerakan bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin selama 12 jam atau sesudah kehamilan
22 minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri, gawat janin dan kematian
janin.jika ditemukan hal ini pada ibu hamil, cepat rujuk ke fasilitas kesehatan. (Salmah, 2006)
dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat kehamilan. Kenaikan berat badan ibu biasanya
terlihat nyata sejak kehamilan berumur 4 bulan sampai menjelang persalinan. Bila berat badan
ibu tidak naik pada akhir bulan keempat atau kurang dari 45 kg pada akhir bulan keenam.
Menurut (Depkes RI, 2001), Kondisi ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan janin
mungkin terganggu. Kehidupan janin mungkin terancam. Ibu mungkin kekurangan gizi (kurang
energi kronis atau KEK). Mungkin juga ibu mempunyai penyakit lain, seperti batuk menahun,
8) Kejang
Angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi. Penyebabnya
bermacam-macam, tapi yang paling banyak terjadi adalah karena adanya perdarahan, infeksi
Hal yang disebut terakhir ini masih terdengar aneh di kalangan masyarakat. Padahal, jumlah
kejadian kematian ibu hamil karena kejang sangatlah sering. Sayang sekali, masih banyak ibu-
ibu hamil yang tidak mengetahui tentang bahayanya jika terjadi preeklampsia- eklampsia.
a) Eklampsia merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani pada kehamilan, yaitu
berupa kejang-kejang pada ibu hamil akibat kehamilan itu sendiri. Biasanya, sebelum terjadi
eklampsia, terdapat suatu diagnosa preeklampsia. Disebut preeklampsia karena penyakit ini
b) Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda adanya hipertensi, udema, dan proteinuria
(adanya protein dalam urin) yang timbul karena kehamilan. Biasanya sindrom preeklampsia
ringan sering tidak diketahui/tidak diperhatikan oleh ibu hamil bersangkutan. Sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat menjadi preeklampsia berat atau bahkan eklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, namun dapat pula terjadi
sebelumnya. Ia lebih sering terjadi pada wanita yang hamil anak pertama pada usia kehamilan
mulai 20 minggu.
Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah
Bengkak dapat menjadi masalah serius jika muncul pada wajah dan tangan,
tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini
dapat merupakan pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung
Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan
Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi
Hampir separoh wanita hamil akan mengalami bengkak pada kaki dan tungkai bawah pada
usia kehamilan pada usia kehamilan 6 bulan ke atas, bengkak ini terjadi karena penyumbatan
yang disebabkan oleh tekanan yang menghalangi sirkulasi jaringan. Bengkak biasanya hilang
setelah beristirahat dan meninggikan kaki. Keadaan ini dapat dikatakan normal, akan tetapi
bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam.
Bila dibiarkan keadaan ini dapat membahayakan ibu dan janin. Odema yang terjadi merupakan
akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan terutama pada tangan dan
1) Mengenal dan mengetahui ibu-ibu yang termasuk dalam kondisi yang mengalami tanda bahaya
dengan adanya pengetahuan ibu-ibu sehingga dapat dilakukan rujukan ke tempat fasilitas yang
4) Penyuluhan oleh bidan desa terhadap kesehatan ibu, bayi serta penyakit yang dapat diderita oleh
5) Bidan desa harus bertempat tinggal di desa yang ditugaskan yang merupakan ujung tombak
6) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah
8) Bila ditemukan kelainan saat pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif.
9) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna (Suparyanto, 2010).
C. Tinjauan Umum Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan tentang Tanda Bahaya
Kehamilan
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memepengaruhi memori atau daya ingat
seseorang . Dengan bertambahnya umur seseorang, maka pengetahuan yang diperolehnya juga
akan mengalami pertambahan, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan menerima, merespon, dan daya ingat seseorang terhadap suatu pengetahuan akan
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
(Nursalam, 2003). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir
semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan
pentingnya antenatal care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan.
Seorang ibu secara biologis sudah memasuki usia reproduksinya beberapa tahun sebelum
mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman. Umur ibu
pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberlangsungan kehamilan
dan ramalan persalinan. Umur ibu yang aman untuk hamil adalah anatara 20-35 tahun.
Bagi ibu yang hamil pada usia lanjut ketika proses faal dalam tubuh telah mengalami
kemunduran, maka hal ini pula akan mempengaruhi rahim dan peredaran darah yang sudah
mengalami pengapuran. Keadaan ini nantinya akan mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin,
yang akan menyebabkan kelahiran dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Menurut Hasan dkk, 2000 dalam Joeharno menjelaskan bahwa umur ibu merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, dimana angka kejadian
tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara
kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun.(Sri
Rahmawati, 2010)
2. Pendidikan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau sebagai usaha
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Ihsan
Fuad, 2005).
Menurut Kihajar Dewantara pendidikan adalah sebagai suatu proses belajar yang
menghasilkan suatu kemampuan tertentu yang diperoleh dalam keluarga, (pendidikan informal),
di sekolah (pendidikan formal) dan di dalam masyarakat itu sendiri makin tinggi pendidikan
seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi. dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
media masa, semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan
Menurut Ida bagus G, (2003) bahwa tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat
pentingnya pemeriksaan kehamilan. Salah satu faktor yang banyak memberi pengetahuan pada
manusia adalah pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tidak adanya
pendidikan pada seseorang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan. Demikian juga dengan
ibu hamil yang tidak mengalami atau memperoleh pendidikan tentu saja akan berakibat pada
kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut. (Sri
Rahmawati, 2010)
Terdiri dari SD
3. Gravida
Gravida adalah keadaan wanita yang sedang hamil. Keadaan ini dapat menunjukkan
pengalaman atau hal yang pernah dialami oleh seorang wanita berkaitan dengan kehamilannya,
baik itu kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya.
c) Multigravida : wanita yang pernah hamil untuk beberapa kalinya. (Bobak, 2005)
Makin sering seorang ibu melahirkan atau multipara merupakan salah satu faktor risiko
tinggi pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya rajin memeriksakan kehamilannya.
Dalam Winkjosastro, 2002 Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian persalinan. Gravida 4 atau lebih
(paritas tinggi) dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama atau terhambat, perdarahan post
BAB III
KERANGKA KONSEP
yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
Tanda bahaya kehamilan perlu diketahui oleh pasien karena apabila tidak diketahui secara
dini dapat mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Untuk menurunkan
angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ini perlu lebih ditingkatkan baik di
1) Perdarahan pervaginam
2) Hyperemesis gravidarum
4) Penglihatan kabur
Hal diatas menjadi bahan pertimbangan kami dalam menyusun penelitian dengan titik
perhatian pada pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya kehamilan beserta karakteristik
yang mempengaruhinya.
1. Variabel terikat (dependent variable) yakni pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya
kehamilan
2. Variabel bebas (independent variable) yakni karakteristik seperti umur, pendidikan, dan
gravida
Berdasarkan konsep pemikiran seperti yang disebut diatas maka untuk memudahkan
pemahaman maka disusunlah pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :
Variabel independen maupun variabel dependen harus dianalisa agar bermakna dalam suatu
operasional. Definisi operasional ini mendeskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga bersifat
1. Umur
Umur adalah lamanya masa hidup seseorang yang dihitung mulai dari tahun sejak dilahirkan
Yang dimaksud disini adalah semakin tua umur ibu hamil semakin tinggi tingkat
pengetahuannya.
Kriteria objektif:
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu tahapan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilihat
Yang dimaksud di sini adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden (ibu hamil)
Kriteria objektif :
3. Gravida
Gravida merupakan keadaan wanita yang sedang hamil. Keadaan ini dapat menunjukkan
pengalaman atau hal yang pernah dialami oleh seorang wanita berkaitan dengan kehamilannya,
baik itu kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya.
Yang dimaksud di sini adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu, baik lahir hidup
maupun abortus.
Kriteria objektif :
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang sedang hamil tentang tanda bahaya kehamilan
meliputi perdarahan pervaginam, hyperemesis gravidarum, sakit kepala yang hebat, penglihatan
kabur, nyeri perut yang hebat, gerakan janin berkurang, demam tinggi, kejang, bengkak pada
Kriteria objektif :
pertanyaan
pertanyaan
D. Hipotesa
kehamilan.
b. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya
kehamilan.
c. Tidak ada hubungan antara gravida dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan.
a. Ada hubungan antara umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan.
b. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya
kehamilan.
c. Ada hubungan antara gravida dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk menggambarkan adanya hubungan antara karakteristik ibu hamil
Makassar.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang memeriksakan
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu seluruh
populasi menjadi objek penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 43
orang.
a. Kriteria inklusi adalah : sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti, yaitu :
b. Kriteria eksklusi Adalah : Karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti.
2)
3) Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
1. Lokasi Penelitian
Makassar adalah salah satu puskesmas pemerintah kota Makassar dan merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kota Makassar. Puskesmas Kassi –Kassi merupakan puskesmas perawatan
ke-4 (rumah sakit pembantu IV) di Makassar. Puskesmas Kassi-Kassi/ RSP-IV terletak di jalan
Tamalate I no. 43 kelurahan Kassi-kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan luas
2. Waktu Penelitian
1. Data Primer
Untuk memperoleh data primer, peneliti menggunakan lembar kuesioner yang berisi
beberapa item pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dan akan dibagikan secara langsung kepada
responden, yaitu ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kassi-kassi
Makassar
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen yang tersedia di ruang KIA dan KMS dari ibu hamil yang
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, yang berisikan
tentang karakteristik responden (yang meliputi umur, pendidikan, dan gravida), dan kuesioner
pengetahuan yang meliputi pengertian tanda bahaya kehamilan dan macam-macam tanda bahaya
kehamilan.
Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan
variasi pertanyaan berupa multiple choice, yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan
Dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Yakni upaya untuk
2. Pengkodean (coding).
Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data. Coding merupakan kegitan pemberian kode
numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting, biasanya dibuat juga daftar kode untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti
3. Entri data.
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontigensi.
Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian dengan menggunakan
G. Analisa Data
1. Analisa univariat
Dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi dan persentase dari masing – masing
variabel.
2. Analisis bivariat
indevenden dengan menggunakan statistic. Uji statistic yang dipakai untuk menguji hubungan
komputerisasi SPSS versi 18 dengan uji chi- square memiliki kemaknaan α = 0,05.
Chi square adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila
dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Yang dimaksud hipotesis deskriptif
disini bisa merupakan estimasi terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu
H. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan usulan atau proposal
penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
terkait dengan proses penelitian, dalam hal ini Puskesmas Kassi-Kassi Makassar berbagai pihak
penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka diberi
lembar permohonan menjadi responden (lembar satu) dan lembar persetujuan menjadi responden
(lembar dua) yang harus ditandatangani, tetapi jika responden menolak untuk diteliti maka
Adalah tidak memberikan nama responden pada lembar yang akan diukur, hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari
responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data,
tetapi dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar yang dilakukan oleh peneliti
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi partisipan dijamin peneliti, hanya data tertentu yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian, dalam hal ini data yang berkaitan dengan batas-batas dalam etika atau