Anda di halaman 1dari 44

ARAKTERISTIK IBU HAMIL TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG 9

TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA


MAKASSAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu komitmen DepKes

melalui penerapan Rencana Pengurangan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi.

Indonesia telah membuat investasi yang penting dalam pembangunan prasarana yang mendasar

dan sumber daya manusia untuk penghantaran Pelayanan Kesehatan Utama, indikator-

indikatornya belum memperlihatkan hasil positif yang diharapkan. Meskipun adanya kemajuan

di antara indikator-indikator sosial ekonomi, Angka Kematian Ibu dan Bayi masih tinggi dengan

perkiraan sekitar 334 kematian per 100.000 kelahiran yang hidup. (WHO, 2012)

Indikator yang menunjukkan masalah yang harus dihadapi, meskipun kunjungan antenatal

yang pertama menjangkau 90% dari ibu hamil, hanya 60% kelahiran dilakukan oleh personel

yang terampil. Hingga kini, penerimaan, akses dan penggunaan perawatan darurat yang dasar

dan lengkap bergantung pada jangkauan ekonomi, perilaku, sosial, budaya dan kemampuan dan

pengetahuan dari wanita dan pria untuk memutuskan jika dan dimana untuk mencari pelayanan.

Penyebab ini dapat berasal dari berbagai batasan finansiil sampai dengan kurangnya kepastian

dalam pelayanan yang memperlihatkan kebutuhan akan perbaikan yang besar karena referensi

waktu dalam situasi darurat masih menjadi isu di banyak daerah, perawatan perinatal tidak

menanggapi persyaratan kualitas dan masih rendahnya pengertian akan pentingnya persiapan
kelahiran, situasi yang meningkatkan risiko yang berhubungan dengan kematian dan kesakitan

ibu dan perinatal. (WHO, 2012)

Pengalaman dari kemungkinan dan kesinambungan dari pengawasan yang teratur,

bertumbuh dan mendukung dan sampai tingkat pelayanan yang berbeda-beda telah

memperlihatkan penerapan yang sulit dan dengan hasil yang buruk, atau tidak ada hasilnya.

Pengawasan adalah kegiatan yang mahal, ini memerlukan orang-orang yang terlatih dengan baik

dan penuh pengabdian, ini harus bersifat teratur, ini harus memberikan tanggapan, ini harus

menghasilkan sesuatu dan tindakan yang diharapkan untuk diambil oleh kedua belah pihak

pengawas dan diawasi. Pendekatan-pendekatan yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki

pengelolaan dan kualitas perawatan klinis, salah satunya menekankan kapasitas dari personel

kesehatan untuk belajar dari kesalahan dan keterbatasannya. Dengan menggunakan pengalaman

yang diperoleh dari negara-negara lain dan untuk meningkatkan pengertian setempat dan

penggunaan yang tepat dari audit AKI dan AKB ada kebutuhan untuk tindak lanjut yang lebih

baik dari penggunaannya. Penerapannya yang tepat adalah langkah pertama bagi staf kesehatan

untuk menjadi aktor dan bertanggung jawab dari perbaikannya sendiri dan untuk menyokong dan

memberikan anjuran ke pengelola untuk perubahan-perubahan yang akan memperbaiki

pelayanan ke klien. (WHO, 2012)

Konsep perbaikan yang sama dari pelayanan melalui pengawasan dan evaluasi diri sendiri

dan tim tetap berada di belakang pendukung dari penyelenggaraan "Sistem Kinerja Klinis dan

Pengelolaan", sebagai alat yang perlu diperbaiki dan ditetapkan kembali jika ingin diperkenalkan

ke dalam skala yang lebih besar di propinsi dan daerah yang lain dan dalam pelatihan pra-

pelayanan. (WHO, 2012)


Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk

mencapai target. Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per

empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015. Namun data

WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini

masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal

dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang

sebanyak 576.000. (WHO, 2012)

Data angka kematian ibu hamil menurut WHO selama periode 1990-2005 juga belum ada

kawasan yang mampu mencapai penurunan angka kematian ibu per tahun hingga 5,5 persen.

Hanya Asia Timur yang penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun serta

Afrika Utara, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia mengalami penurunan yang jauh lebih

besar dari Sub-Sahara Afrika.(WHO, 2012)

Selain itu disebutkan pula bahwa lebih dari satu setengah kematian ibu (270.000) terjadi di

kawasan Sub-Sahara Afrika dan 188 ribunya di Asia Selatan sehingga jika digabungkan

kontribusi kedua kawasan terhadap angka kematian ibu dunia pada 2005 mencapai 86

persen.(WHO, 2005)

Di Negara-negara berkembang ada lima penyebab utama kematian ibu, diantaranya adalah

perdarahan, sepsis, hipertensi akibat kehamilan, aborsi yang tidak aman, dan persalinan macet.

Komplikasi penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena perdarahan pada kehamilan 45,7%,

hipertensi selama kehamilan 14,5%, dan infeksi 8% (Depkes, 2005).

Selain itu, penyebab lain meningkatnya angka kematian ibu hamil dan melahirkan menurut

Saifuddin (2003) dan Depkes (2005) ialah status gizi yang memprihatinkan, corak reproduksi

yang kurang baik yang mana akibatnya banyak dijumpai ibu hamil dengan kondisi yang beresiko
yang lebih dikenal dangan kondisi 4 terlalu yaitu terlalu muda untuk melahirkan 14%, terlalu

banyak anak 17%, terlalu dekat jarak kehamilan 17%, dan terlalu tua untuk melahirkan anak

12,7%. Kondisi demkian lebih diperberat lagi jika mengalami keterlambatan ibu menjangkau

tempat pelayanan kesehatan, yang disebabkan karena terlambat mengenali tanda - tanda bahaya

dalam kehamilan. (Depkes, 2004)

Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki angka kematian ibu yang sangat

tinggi. Menurut SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2002 / 2003, angka

kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedikitnya

18.000 ibu meninggal setiap tahunnya. Hal itu berarti setiap jam terdapat dua orang ibu hamil

atau bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Akibatnya setiap tahun 36.000 balita

menjadi anak yatim. Demikian pula angka kematian bayi khususnya angka kematian bayi baru

lahir masih berada dalam kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. (Depkes, 2004)

Di dalam rencana strategik nasional Making Pregnancy Safe (MPS) di Indonesia 2001-2010

disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat

2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang

dilahirkan hidup dan sehat. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah

menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka

kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. (Saifuddin, 2002)

Beberapa tahun terakhir Angka Kematian Bayi telah banyak mengalami penurunan yang

cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis

yng melanda Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995 sampai

dengan 1999 dan terus menurun yakni 55 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

1995 dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. (Depkes,

2009)

Ada banyak factor yang mempengaruhi tingkat Angka Kematian Bayi tetapi tidak mudah

untuk menentukan factor yang paling dominan dan factor yang kurang dominan. Tersedianya

berbagai fasilitas atau factor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang

terampil, serta kesedian masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan

modern dalam bidang kesehatan merupakan factor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap

tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya

peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan masyarakat. ( Depkes, 2009)

Angka Kematian Ibu adalah banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kematian

terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan

dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu

(AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku sehat, status gizi dan kesehatan

ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,

pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini

maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meingkatkan peran

bidan. ( Depkes, 2009)

Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di

Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sebanyak 133 orang atau 101,56 per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran hidup.

Untuk tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang atau

85,17 per 100.000 per kelahiran hidup.( Depkes, 2009)


Berdasarkan latar belakang di atas dimana masih tingginya angka kematian yang disebabkan

komplikasi pada kehamilan maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik

terhadap pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Kassi-Kassi

Kota Makassar. Meskipun data yang diperoleh dari Puskesmas Kassi-kassi tahun 2011 yang

dilaporkan bahwa dari 1135 orang yang memeriksakan kehamilannya tidak ada yang

mengalami kematian maternal maupun janinnya. Hal ini disebabkan karena keteraturan ibu hamil

dalam memeriksakan kehamilannya. Tercatat bahwa pada tahun 2011 K1 ibu hamil mencapai

3182 orang atau sekitar 127,3% dan K4 ibu hamil mencapai 2971 orang atau sekitar 118,8%.

(Puskesmas Kassi-kassi, 2011)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah karakteristik terhadap pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya

kehamilan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil terhadap pengetahuan tentang 9 tanda bahaya

kehamilan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, dan gravida

(kehamilan saat ini)

b) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya kehamilan

c) Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil terhadap pengetahuan tentang 9 tanda

bahaya kehamilan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi pelayanan kesehatan untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam pelayanan

program KIA terutama dalam masa kehamilan.

2. Bagi responden sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang

pentingnya mengetahui secara dini tanda bahaya kehamilan yang dapat mengancam keselamatan

ibu dan janinnya.

3. Bagi Profesi

Untuk meningkatkan profesionalisme dan sebagai sumber informasi yang berharga.

4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003)


Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005) domain tingkat pengetahuan (kognitif)

mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,

menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang

sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima

dari orang lain.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-

konsep, baik melalui proses pendidikan formal maupun informal serta melalui pengalaman.

Pengetahuan dalam pandangan Islam juga memegang peranan yang sangat penting untuk

memperbaiki dan mempermudah dalam menjalani kehidupan, ini sejalan dengan Firman Allah

yang mengharuskan manusia menuntut ilmu pengetahuan sebagaimana dijelaskan dalam surah

Al-Alaq/96: 1-5 berikut ini :

Terjemahannya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat diatas menjelaskan bahwa sebagai manusia kita dituntut untuk saling tolong-

menolong sesama manusia serta menuntut ilmu dan pengetahuan karena Allah akan selalu

memberi kemudahan dan meninggikan derajat orang-orang yang diberi ilmu.

2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat

kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bagian atau rangsangan yang

telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan

seseorang atau si ibu tentang apa yang telah dipelajari antara lain ibu bisa menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa

tidak sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, karena manusia yang

berakallah yang bisa menerima pelajaran dengan baik dan dijelaskan dalam al-Qur’an Q.S. Az –

Zumar/39:9 yang berbunyi:

Terjemahannya:
Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung? ataukah orang yang beribadat di waktu-
waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran (Q.S AZ-Zumar : 9)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi riil.


d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu materi

atau objek.

Identifikasi sebuah materi baik yang telah dipelajari maupun yang telah diambil dari sumber

lain menjadi sebuah pengetahuan sebagai tolak ukur bahwa materi tersebut sudah kita ketahui.

Materi tersebut adalah tentang 9 tanda bahaya kehamilan. Dari identifikasi pengetahuan ini ibu

hamil mampu memahami secara benar tentang materi yang telah diketahui tadi dengan

pemahamannya secara benar dapat mengaplikasikan dengan baik pula sehingga dirinya dan

janinnya dapat terselamatkan, kemudian setelah diaplikasikan pemahaman tersebut meningkat

dari aplikasi menjadi analisis sehingga mampu dijabarkan dan dihubungkan dengan komponen-

komponen lain yang pada akhirnya melahirkan sintesis dalam bentuk komponen baru atau

pengetahuan baru yang lebih luas.. setelah tercipta sintesis maka ibu hamil mampu mengevaluasi

atau menilai tentang 9 tanda bahaya kehamilan itu dengan berbagai pencegahan yang akan

dilakukan.

B. Tinjauan Umum Tanda Bahaya Kehamilan

1. Kehamilan
a. Pengertian

Kehamilan adalah persatuan antara sebuah sel telur dan sperma, yang menandai awal suatu

kehamilan. (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).

Firman Allah SWT :

Terjemahan;
12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun :
12-14)

Penjelasan tentang proses penciptaan manusia sebelum dijelaskan menurut pandangan ilmu

pengetahuan umum Allah SWT sudah terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut

dalam Al Qur’an seperti dalam surat al-Mu’min, 40 : 67 bahwa Manusia adalah keturunan Nabi

Adam As, jasmaninya berproses dari saripati tanah. Tumbuh-tumbuhan menghisap saripati tanah

itu dan hewan memakan sebagian tumbuh-tumbuhan. Manusia memakan tumbuh-tumbuhan dan

hewan. Ini berarti ke dalam tubuh manusia telah masuk unsur saripati tanah.

Sebagian saripati makanan (saripati tanah), berproses manjadi nuthfah (air yang berisi

spermatozoa, disebut sperma) yang terdapat pada laki-laki (suami). Melalui proses senggama,

nuthfah masuk ke dalam qarar (rahim atau kandungan ibu). Di dalam rahim, nuthfah (sperma)

bertemu dengan sel telur atau ovum, sehingga terjadi pembuahan.


Menurut Federasi Obsetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau inplantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender internasional. (Sarwono, 2008

Kehamilan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel

mani (spermatozoon). Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh korona radiate tapi rupa-

rupanya spermatozoa mempunyai enzim hyaluronidase yang dapat mencairkan corona radiate

tersebut hingga salah satu spermatozoon dapat menembus dinding sel telur. Setelah

persenyawaan antara sel telur dan sel mani, yang biasanya terjadi dalam ampulla tubae maka sel

telur disebut zygote. Jadi zygote adalah ovum yang telah dibuahi oleh spermatozoon. Sebelum

terjadi fertilisasi sel telur maupun sel mani telah mengalami pematangan yang tidak hanya

berwujud dalam perubahan bentuk tapi juga perubahan dari jumlah kromosom. Setelah

fertilisasi, maka zygot mempunyai 46 buah kromosom, 23 buah dari sel mani dan 23 buah dari

sel telur. Karena kromosom yang menentukan sifat-sifat makhluk, maka dapat dipahami bahwa

zygot yang kelak akan menjadi anak untuk sebagian mempunyai sifat-sifat dari ayah dan

sebagian mempunyai sifat-sifat dari ibu.(FKUPB, 1983)

b. Persiapan Kehamilan

Persiapan kehamilan ini diperlukan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan

menghasilkan keturunan yang berkualitas yang didambakan oleh keluarga. Ada banyak faktor

yang sebaiknya perlu dipersiapkan sebelum seorang perempuan menginginkan kehamilan di

antaranya:

1) Pemeriksaan Penyakit dan Virus


Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster untuk menghindari

terjadinya kecacatan pada janin.

Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk menghindari diturunkan penyakit akibat

virus-virus tersebut kepada janin.

Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan

dan keguguran.

Pemeriksaan penyakit seksual menular, karena hal ini dapat menyebabkan kematian ibu,

janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap

penyakit yang sedang diderita seperti asthma, diabetes mellitus dan jantung. Pada Wanita hamil

penyakit-penyakit seperti ini dapat, bertambah berat dan membahayakan jika tidak dilakukan

perawatan dan pengobatan yang teratur. Untuk menghindari kondisi yang membahayakan, dokter

biasanya akan memantau pasiennya dan menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk hamil.

Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu seperti kekurangan zat besi.

kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur

dan keguguran.

2) Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang mempengaruhi antibodi

yang terkandung di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk

mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah ibu dan bayinya. Perbedaan

golongan darah dan rhesus darah ini dapat mengancam janin dalam kandungan

3) Pemeriksaan Faktor Genetika


Inti dari pemeriksaan atau tes genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan cacat

bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah satu atau kedua

orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami isteri masih terkait hubungan persaudaraan.

Tes ini idealnya dilakukan sebelum kehamilan untuk mendapatkan informasi yang

selengkap-lengkapnya.

4) Persiapan Keuangan

Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini

dapat di diskusikan antara suami dan isteri. Biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya

kehidupan berumah tangga. Anda tentunya menginginkan anak anda mendapatkan sesuatu yang

terbaik dalam bidang apapun.

Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup

biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya

pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya

untuk hal-hal yang tak terduga.

5) Persiapan Mental

Kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan, oleh karena itu orang tua harus

mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi proses ini. Selama sembilan bulan masa

kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak hanya pada ibu tetapi juga

pada ayah calon bayi. Selama sembilan bulan, emosi kita dapat terperas olehnya. Usahakan

untuk mengkondisikan pikiran dan bathin kedua orang tua agar jauh dari pikiran-pikiran negatif.

Selalu ingatlah bahwa segalanya dikendalikan oleh pikiran anda. Terimalah kenyataan yang ada,

yang terbaik adalah selalu bersyukur dan memasrahkan segalanya pada Tuhan. Selain itu, selalu

komunikasin segala sesuatunya, berusahalah untuk selalu terbuka dan membicarakan perasaan
masing-masing sehingga dapat mencari solusi sehingga kesulitan-kesulitan yang timbul dapat

teratasi.( Mansjoer, 2000)

c. Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Tanda Kehamilan

a) Tanda kehamilan pasti

(1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.

(2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ). Dengan stetoskop Laennec BJJ baru

terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Denagn alat Dopler BJJ terdenangar pada kehamilan

12 minggu.

(3) Dengan Ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.

(4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak

radiasi terhadap janin.

b) Tanda kehamilan tidak pasti

(1) Pigmentasi kulit. Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung, dan dahi,

dikenal sebagai khloasma gravidarum. Terjadi karena pengaruh hormone plasenta yang yang

merangsang melanofor dan kulit.

(2) Leukore. Secret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormone progesterone.

(3) Epulis (hipertropi papilla gingiva). Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.

(4) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh hormone

estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola

mammae menjadi lebih hitam ksrena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila

kehamilan lebi dari 12 minggu.

(5) Pembesaran abdomen. Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.


(6) Suhu basal meningkat terus antara 37,2- 37,80C.

(7) Tes kehamilan

Yang banyak dipakai pemeriksaan hormone korionik gonadotropin (hCG) dalam urin. Dasarnya

reaksi antigen-antibody dengan hCG sebagai antigen. Cara yang banyak digunakan digunakan

hemaglutinasi. Kadar terendah yang terdeteksi 50 iu/L hCG, dapat ditemukan pada hari pertama

haid tidak datang. Test yang dikenal antara lain TestPack Plus hCG. Hasil positif palsu dapat

diperoleh pada penyakit tropoblast ganas.(Arif, 1999)

2. Gejala Kehamilan

a) Gejala kehamilan pasti

(1) Wanita tersebut berhenti mendapatkan bulanan/haid (sering ini merupakan tanda pertama)

(2) Perasaan mual atau ngidam (morning sickness) terutama pada pagi hari. Tanda ini paling berat

selama bulan kedua dan ketiga kehamilan

(3) Mungkin lebih sering kencing

(4) Perut bertambah besar

(5) Payudara bertambah besar

(6) ‘’Topeng kehamilan’’ atau khloasma gravidarum ( daerah-daerah yang berwarna gelap pada

wajah, payudara dan perut)

(7) Akhirnya pada kira-kira bulan kelima, si bayi mulai bergerak dalam rahim ibunya.(Davin dan

Caroll, 2010)

b) Gejala kehamilan tidak pasti

1) Amenore (tidak mendapat haid). Penting diketahui bahwa tanggal hari pertama haid terakhir

unutk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegele

bila siklus haid ± 28 hari adalah tanggal +7 dan bulan -3.


2) Nausea (enek ) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan

pertama kehamilan, disebut morning sickness.

3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).

4) Konstipasi/obstipasi, disebabkanpenurunan peristaltic usus oleh hormone steroid.

5) Sering kencing. Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilantertekan

uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada

akhir kehamilan.

6) Pingsan dan mudah lelah. Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan

pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu.

7) Anoreksia (tidak ada nafsu makan).

3. Pembagian Kehamilan

Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi 3 yaitu :

a. Kehamilan trimester pertama, yaitu usia kehamilan 0 sampai 14 minggu

b. Kehamilan trimester kedua, yaitu usia kehamilan 14 sampai 28 bulan

c. Kehamilan trimester ketiga, yaitu usia kehamilan 28 sampai 42 minggu

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih

dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut

kehamilan premature, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur.(Arif,

1999)

2. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Pengertian
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya

yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau

tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

Selama kehamilan seorang ibu mengalami perubahan fisik yang menyebabkan

ketidaknyamanan yang normal, dan merupakan bagian dari perubahan yang terjadi pada tubuh

ibu selama kehamilannya. Diperlukan kunjungan ke tenaga kesehatan agar ibu mendapat banyak

informasi tentang kondisi normal ibu hamil ataupun ketidaknyamanan yang merupakan tanda

bahaya dalam kehamilan.

Bahaya kehamilan dapat terdeteksi jika ibu sering memeriksakan kehamilannya. Karena

pada setiap kunjungan antenatal akan diperiksa kondisi ibu dan janin untuk mengenali tanda

bahaya dalam kehamilan tiap trimesternya. Tanda bahaya dalam kehamilan jika tidak terdeteksi

akan menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Pada tiap kunjungan antenatal petugas medis

harus mengajarkan pada ibu bagaimana cara mengenali tanda bahaya dan memberi motivasi pada

ibu untuk periksa jika terdapat tanda-tanda bahaya dalam kehamilannya.

Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu,

menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi

kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, C., Manuaba, F., & Manuaba., G.

2009).

Asuhan antenatal (antenatal care) meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk

mendapatkan informasi mengenai kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang

menyertai kehamilan, menegakkan secara dini risiko komplikasi kehamilan, dan menetapkan

risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, atau risiko rendah). Asuhan antenatal juga

menyiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik (well born baby) dan kesehatan ibu
yang baik (well health mother ), mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi

pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat akhir kala nifas (Ida Ayu Chandranita Manuaba,

2008).

Tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan antenatal care (ANC) tersebut

adalah :

a) Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat

dipastikan keadaannya.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam melakukan

pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran

dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya

c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya

d) Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan secara

dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka

persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak.

e) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat berjalan

dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapat berjalan dengan lancar.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu faktor kesiapan

dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan

suatu apapun (Ozzy, 2007).

Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal antenatal

care adalah sebagai berikut:

a) Trimester I dan II
1) Sebulan sekali

2) Pengambilan data hasil pemeriksaan laboratorium

3) Pemeriksaan ultrasonografi

4) Nasihat diet

(a) Empat sehat lima sempurna

(b) Protein 0,5/kg BB, ditambah satu telur/hari

5) Observasi

(a) Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan

(b) Komplikasi kehamilan

6) Rencana

(a) Mengobati penyakit

(b) Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan I / II

(c) Imunisasi tetanus I

b) Trimester III

1) Setiap dua minggu, kemudian seminggu sampai tanda kelahiran tiba

2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

3) Diet empat sehat lima sempurna

4) Pemeriksaan Ultrasonografi

5) Imunisasi tetanus II

6) Observasi

(a) Penyakit yang menyertai kehamilan

(b) Komplikasi hamil trimester III

(c) Berbagai kelainan kehamilan trimester III


7) Rencana pengobatan

8) Nasihat dan petunjuk tentang

(a) Tanda inpartu

(b) Keamanan harus datang untuk melahirkan (Iga, Manuaba 1994).

Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah dimanfaatkannya pelayanan antenatal oleh ibu

hamil selama masa kehamilannya dengan melakukan kunjungan kehamilan (KI dan K4) secara

sistematik dan teratur.

Adapun kunjungan kehamilan itu adalah:

a) Kunjungan Pertama (KI)

Adapun kunjungan/kontak pertama dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama

masa kehamilan, yang dimaksud untuk diagnosis kehamilan.

Kegiatannya adalah:

1) Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstetrik dan ginekologi terdahulu

2) Pemeriksaan fisik: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, bunyi jantung, edema dan lain-lain.

3) Pemeriksaan obstetri: usia kehamilan, besar uterus, bunyi jantung janin dan pengukuran lingkar

luar panggul.

4) Pemeriksaan laboratorium: urin lengkap dan darah (Hb, leukosit, dan gula darah)

5) Penilaian status gizi: dilihat dari keseimbangan berat badan dan tinggi badan atau lingkar lengan

atas (LLA)

b) Kunjungan Kedua (K2)

Adalah kunjungan atau kontak kedua ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester

kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko kehamilan dan

kelainan/cacat bawaan.
Kegiatannya adalah:

1) Anamnesis : keluhan dan perkembangan yang dirasa ibu

2) Pemeriksaan obstetri dan ginekologi Pemeriksaan dengan USG: besar dan usia kehamilan,

aktivitas janin, kelainan atau cacat bawaan, cairan ketuban letak plasenta.

3) Penilaian resiko kehamilan

4) Pemberian imunisasi TT-I dan pemberian (Fe)

c) Kunjungan ketiga (K3)

Adalah kunjungan atau kontak ketiga ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester

ketiga selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai risiko kehamilan, juga untuk

melihat aktifitas janin dan pertumbuhan janin dan pertumbuhan janin secara klinis.

Kegiatannya adalah:

1) Anamnesis : keluhan, gerakan janin

2) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaan panggul dalam khusus pada kehamilan pertama)

3) Penilaian risiko kehamilan

4) Pemberian TT-2 dan pemberian tablet tambah darah (Fe)

d) Kunjungan Keempat (K4)

Adalah kunjungan atau kontak keempat ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester

keemapat selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama dituju kan kepada penilaian

kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.

Kegiatannya adalah:

1) Anamnesis : keluhan, gerakan janin dan lain-lain

2) Pengamatan gerakan janin

3) Pemeriksaan fisik dan obstetric


4) USG ulang (Jumiarni Ilyas, 1994).

Manfaat Pelayanan Antenatal Care

Menurut Hijrawati dalam Sarwono (2002), setiap ibu hamil yang selalu memeriksakan

kehamilannya dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a) Kesehatan ibu dan janin dapat dipantau

b) Ibu dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan

kehamilannya

c) Ibu dapat memberikan informasi mengenai perkembangan

kehamilannya dan keluhan yang dirasakannya kepada petugas

d) Timbulnya rasa percaya diri kepetugas kesehatan

e) Merupakan dasar yang baik dalam merawat diri serta pengambilan

keputusan

f) Mendapatkan tablet besi , imunisasi dan vitamin.

b. Macam-Macam Tanda Bahaya Kehamilan

1) Perdarahan pervaginam

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan

dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian

abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang

lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan anterpartum.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Adapun macam-macam abortus, yaitu :

a) Abortus iminens

Merupakan abortus tingkat permulaan ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri tertutup dan

hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus imines biasanya diawali dengan

keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita

mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.

Pengelelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Penderita

diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bias diberi spasmolitik agar

uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone progesterone atau derivatnya untuk

mencegah terjadinya abortus.

b) Abortus insipiens

Merupakan abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah maendatar dan

ostium telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses

pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya

bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Pengelolaan penderita

ini harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi

segera lakukan tindakan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila

perdarahan banyak.

c) Abortus kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Pengelolaan penderita tidak

memerlukan tindakan khusu ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau

hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan.

d) Abortus inkompletus

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini

juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun banyak atau sedikit bergantung

pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga

perdarahan berjalan terus. Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan

pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya

kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bias

berhenti. Selanjutnya dilakukan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati

sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan

karet vakum menggunakan kanula dari palstik. Pascatindakan perlu diberikan uterotonuka

parenteral ataupun per oral dan antibiotika.

e) Missed abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum

kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara baik karena

resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak

bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Salah satu cara yaitu dengan pemberian

misoprostol secara sublingal sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.

(Sarwono, 2008)
f) Abortus habitualis

Seorang wanita menderita abortus habitualis, apabila ia mengalami abortus berturut- turut 3 kali

atau lebih. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umunya tidak mendapat kesulitan untuk

menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti sebelum

waktunya., biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-kadang pada kehamilan yang lebih

tua.

Sebab-sebab abortus habitualis, yaitu :

(1) Kelainan pada zygote

(2) Gangguan fungsi endometrium, yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi

dan/atau gangguan dalam pertumbuhan mudigah

(3) Kelainan anatomic pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya janin di dalamnya

dengan sempurna.

Pada hamil muda, sebaiknya jangan bersenggama dulu. Makanannya harus adekuat mengenai

protein, hidrat arang, mineral, dan vitamin.khususnya dalam masa organogenesis pemberian

obat—obat harus dibatasi dan obat-obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelek

terhadap janin dilarang.khususnya di mana factor emosional memegang peranan penting,

pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi ketakutan dan keresahan. Terapi hormonal

umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid, atau gangguan fase luteal.

(Sarwono, 2008)

2) Hyperemesis gravidarum
Mual dan muntah hebat yang mulai terjadi antara usia kehamilan 4 dan 10 minggu serta

pulih sebelum usia kehamilan 20 minggu dan memerlukan intervensi yang disebut sebagai

hyperemesis gravidarum. Kondisi ini dapat mengakibatkan metabolic serius, termasuk dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, ketosis, dan penurunan berat badan.

Hyperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki kehamilan kembar

atau mola hidatidosa. Kehamilan kembar dan mola hidatidosa disebabkan kadar human chorionic

gonadotrofin yang tinggi.

Penatalaksanaan kondisi ini adalah rawat inap guna mengoreksi hipovolemia dan

ketidakseimbangan elektrolit melalui intravena. Vitamin dapat diberikan melalui parenteral.

Cairan dan diet secara bertahap diberikan ulang.(Chris, 2009)

3) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah

serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa

penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika

tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.

Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan

fasilitas tindakan gawat daruratan.

Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah,

dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan

keluarganya.

4) Penglihatan kabur
Dikatakan masalah bila penglihatan tiba-tiba kabur dan berbayang, gangguan penglihatan

seperti penglihatan ganda, seperti melihat titik-titik atau cahaya, hal ini merupakan gejala dari

preeklamsi atau toksemia yang harus segera dilaporkan pada petugas kesehatan. Jenis keluhan

yang paling umum adalah pandangan yang kabur disertai sakit kepala. Perubahan patologi pada

organ mata dapat dijumpai adanya edeme retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-

hal tersebut, maka harus dicurigai preeklamsi berat. (Effata, 2011)

5) Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen biasanya terjadi pada kehamilan tua karena adanya regangan otot dan

ligamen yang mendukung rahim dan hampir dialami semua ibu hamil. Nyeri abdomen yang tidak

normal sama sekali tidak berhubungan dengan persalinan. Nyeri abdomen yang menunjukkan

masalah ditandai dengan nyeri perut yang hebat, terus menerus dan menetap. Nyeri perut yang

hebat dapat terjadi berupa kekejangan atau nyeri tajam dan menusuk serta disertai rasa hendak

pingsan. Gejala ini merupakan gejala dari preeklamsi yang sewaktu-waktu dapat menjadi

eklampsi dan dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

6) Gerakan janin berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada minggu ke-18 sampai ke-20 dalam kehamilan

pertama atau 2 minggu lebih cepat pada kehamilan ke dua. Beberapa ibu dapat merasakan

gerakan bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.

Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan

minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin selama 12 jam atau sesudah kehamilan

22 minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri, gawat janin dan kematian

janin.jika ditemukan hal ini pada ibu hamil, cepat rujuk ke fasilitas kesehatan. (Salmah, 2006)

7) Berat badan ibu hamil tidak naik


Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg, karena adanya pertumbuhan janin

dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat kehamilan. Kenaikan berat badan ibu biasanya

terlihat nyata sejak kehamilan berumur 4 bulan sampai menjelang persalinan. Bila berat badan

ibu tidak naik pada akhir bulan keempat atau kurang dari 45 kg pada akhir bulan keenam.

Menurut (Depkes RI, 2001), Kondisi ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan janin

mungkin terganggu. Kehidupan janin mungkin terancam. Ibu mungkin kekurangan gizi (kurang

energi kronis atau KEK). Mungkin juga ibu mempunyai penyakit lain, seperti batuk menahun,

malaria, dan lain-lain yang perlu segera diobati.

8) Kejang

Angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi. Penyebabnya

bermacam-macam, tapi yang paling banyak terjadi adalah karena adanya perdarahan, infeksi

pada rahim, kemudian preeklampsia dan eklampsia (kejang pada kehamilan).

Hal yang disebut terakhir ini masih terdengar aneh di kalangan masyarakat. Padahal, jumlah

kejadian kematian ibu hamil karena kejang sangatlah sering. Sayang sekali, masih banyak ibu-

ibu hamil yang tidak mengetahui tentang bahayanya jika terjadi preeklampsia- eklampsia.

a) Eklampsia merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani pada kehamilan, yaitu

berupa kejang-kejang pada ibu hamil akibat kehamilan itu sendiri. Biasanya, sebelum terjadi

eklampsia, terdapat suatu diagnosa preeklampsia. Disebut preeklampsia karena penyakit ini

mengawali terjadinya eklampsia.

b) Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda adanya hipertensi, udema, dan proteinuria

(adanya protein dalam urin) yang timbul karena kehamilan. Biasanya sindrom preeklampsia

ringan sering tidak diketahui/tidak diperhatikan oleh ibu hamil bersangkutan. Sehingga tanpa

disadari dalam waktu singkat dapat menjadi preeklampsia berat atau bahkan eklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, namun dapat pula terjadi

sebelumnya. Ia lebih sering terjadi pada wanita yang hamil anak pertama pada usia kehamilan

mulai 20 minggu.

9) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal

pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah

beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala.

Bengkak dapat menjadi masalah serius jika muncul pada wajah dan tangan,

tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini

dapat merupakan pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung

ataupun pre eklampsia.

Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan

menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia, disebabkan oleh

berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam darah).

Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi

dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya.( Foezi, 2009)

Hampir separoh wanita hamil akan mengalami bengkak pada kaki dan tungkai bawah pada

usia kehamilan pada usia kehamilan 6 bulan ke atas, bengkak ini terjadi karena penyumbatan

yang disebabkan oleh tekanan yang menghalangi sirkulasi jaringan. Bengkak biasanya hilang

setelah beristirahat dan meninggikan kaki. Keadaan ini dapat dikatakan normal, akan tetapi

bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang

setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam.

Bila dibiarkan keadaan ini dapat membahayakan ibu dan janin. Odema yang terjadi merupakan
akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan terutama pada tangan dan

wajah merupakan gejala dari preeklamsi.

c. Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan menurut Rachmat, 2007 yaitu:

1) Mengenal dan mengetahui ibu-ibu yang termasuk dalam kondisi yang mengalami tanda bahaya

dengan adanya pengetahuan ibu-ibu sehingga dapat dilakukan rujukan ke tempat fasilitas yang

lebih baik (rumah sakit).

2) Meningkatkan mutu perinatal care

3) Menganjurkan setiap ibu hamil kontrol ke BKIA.

4) Penyuluhan oleh bidan desa terhadap kesehatan ibu, bayi serta penyakit yang dapat diderita oleh

ibu selama kehamilan secara aktif.

5) Bidan desa harus bertempat tinggal di desa yang ditugaskan yang merupakan ujung tombak

tentang kesehatan ibu di desa yang ditempatinya.

6) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah

Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.

7) Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.

8) Bila ditemukan kelainan saat pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif.

9) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna (Suparyanto, 2010).

C. Tinjauan Umum Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan tentang Tanda Bahaya

Kehamilan

1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memepengaruhi memori atau daya ingat

seseorang . Dengan bertambahnya umur seseorang, maka pengetahuan yang diperolehnya juga

akan mengalami pertambahan, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan menerima, merespon, dan daya ingat seseorang terhadap suatu pengetahuan akan

berkurang (Abu Ahmadi. 1997).

Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja

(Nursalam, 2003). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir

semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan

pentingnya antenatal care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan.

Seorang ibu secara biologis sudah memasuki usia reproduksinya beberapa tahun sebelum

mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman. Umur ibu

pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberlangsungan kehamilan

dan ramalan persalinan. Umur ibu yang aman untuk hamil adalah anatara 20-35 tahun.

Bagi ibu yang hamil pada usia lanjut ketika proses faal dalam tubuh telah mengalami

kemunduran, maka hal ini pula akan mempengaruhi rahim dan peredaran darah yang sudah

mengalami pengapuran. Keadaan ini nantinya akan mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin,

yang akan menyebabkan kelahiran dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Menurut Hasan dkk, 2000 dalam Joeharno menjelaskan bahwa umur ibu merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, dimana angka kejadian

tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara
kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun.(Sri

Rahmawati, 2010)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau sebagai usaha

manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani

maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Ihsan

Fuad, 2005).

Menurut Kihajar Dewantara pendidikan adalah sebagai suatu proses belajar yang

menghasilkan suatu kemampuan tertentu yang diperoleh dalam keluarga, (pendidikan informal),

di sekolah (pendidikan formal) dan di dalam masyarakat itu sendiri makin tinggi pendidikan

seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi. dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

media masa, semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan (Bina Diknakes, 1994).

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya (Notoatmojo, 1993).

Menurut Ida bagus G, (2003) bahwa tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat

menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya tentang

pentingnya pemeriksaan kehamilan. Salah satu faktor yang banyak memberi pengetahuan pada

manusia adalah pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tidak adanya

pendidikan pada seseorang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan. Demikian juga dengan
ibu hamil yang tidak mengalami atau memperoleh pendidikan tentu saja akan berakibat pada

kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut. (Sri

Rahmawati, 2010)

Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

a) Tingkat pendidikan rendah

Terdiri dari SD

b) Tingkat pendidikan menengah

Terdiri dari SMP / sederajatnya, dan SMA / sederajatnya.

c) Tingkat pendidikan atas

Terdiri dari Diploma / sederajatnya, dan Sarjana / sederajatnya.

(Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001).

3. Gravida

Gravida adalah keadaan wanita yang sedang hamil. Keadaan ini dapat menunjukkan

pengalaman atau hal yang pernah dialami oleh seorang wanita berkaitan dengan kehamilannya,

baik itu kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya.

Istilah – istilah yang terkait dengan kehamilan :

a) Primigravida : wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

b) Secondigravida : wanita yang hamil untuk kedua kalinya

c) Multigravida : wanita yang pernah hamil untuk beberapa kalinya. (Bobak, 2005)

Makin sering seorang ibu melahirkan atau multipara merupakan salah satu faktor risiko

tinggi pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya rajin memeriksakan kehamilannya.

Dalam Winkjosastro, 2002 Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian persalinan. Gravida 4 atau lebih

(paritas tinggi) dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama atau terhambat, perdarahan post

partum dan juga sepsis (Raden Mas Bagus Sasongko, 2010).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya

yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau

tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

Tanda bahaya kehamilan perlu diketahui oleh pasien karena apabila tidak diketahui secara

dini dapat mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Untuk menurunkan

angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ini perlu lebih ditingkatkan baik di

fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat (Salmah, 2006,)

Tanda bahaya kehamilan yang perlu diketahui pasien di masyarakat yaitu:

1) Perdarahan pervaginam

2) Hyperemesis gravidarum

3) Sakit kepala yang hebat

4) Penglihatan kabur

5) Nyeri perut yang hebat

6) Gerakan janin berkurang

7) Berat badan ibu hamil tidak naik


8) Kejang

9) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

Hal diatas menjadi bahan pertimbangan kami dalam menyusun penelitian dengan titik

perhatian pada pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya kehamilan beserta karakteristik

yang mempengaruhinya.

B. Model Hubungan Antara Variabel

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (dependent variable) yakni pengetahuan ibu hamil tentang 9 tanda bahaya

kehamilan

2. Variabel bebas (independent variable) yakni karakteristik seperti umur, pendidikan, dan

gravida

Berdasarkan konsep pemikiran seperti yang disebut diatas maka untuk memudahkan

pemahaman maka disusunlah pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :

Variabel Independen : Variabel Dependen :

Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan gravida mempunyai hubungan

dengan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan.


C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel independen maupun variabel dependen harus dianalisa agar bermakna dalam suatu

penelitian. Untuk memudahkan menganalisis variabel-variabel tersebut dibutuhkan definisi

operasional. Definisi operasional ini mendeskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga bersifat

spesifik (tidak berinterprestasi ganda) dan terstruktur (observable atau measurable).

1. Umur

Umur adalah lamanya masa hidup seseorang yang dihitung mulai dari tahun sejak dilahirkan

sampai saat ini.

Yang dimaksud disini adalah semakin tua umur ibu hamil semakin tinggi tingkat

pengetahuannya.

Kriteria objektif:

a. Umur tua : Bila umur ibu hamil antara 26-35 tahun

b. Umur muda : Bila umur ibu hamil 20-25 tahun

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu tahapan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilihat

dari pendidikan terakhir seseorang.

Yang dimaksud di sini adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden (ibu hamil)

semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.

Kriteria objektif :

a. Pendidikan tinggi : Jika responden tamat Perguruan Tinggi

b. Pendidikan rendah : Jika responden tamat SD, SMP, atau SMA

3. Gravida
Gravida merupakan keadaan wanita yang sedang hamil. Keadaan ini dapat menunjukkan

pengalaman atau hal yang pernah dialami oleh seorang wanita berkaitan dengan kehamilannya,

baik itu kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya.

Yang dimaksud di sini adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu, baik lahir hidup

maupun abortus.

Kriteria objektif :

a. Primigravida : Jika responden hamil pertama kalinya

b. Multigravida : Jika responden hamil untuk beberapa kalinya

4. Pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang sedang hamil tentang tanda bahaya kehamilan

meliputi perdarahan pervaginam, hyperemesis gravidarum, sakit kepala yang hebat, penglihatan

kabur, nyeri perut yang hebat, gerakan janin berkurang, demam tinggi, kejang, bengkak pada

wajah, kaki dan tangan.

Kriteria objektif :

a. Baik : Jika responden dapat menjawab ≥ 50 % dari jumlah

pertanyaan

b. Kurang : Jika responden dapat menjawab < 50 % dari jumlah

pertanyaan

D. Hipotesa

1. Hipotesis Nol (Ho)


a. Tidak ada hubungan antara umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya

kehamilan.

b. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya

kehamilan.

c. Tidak ada hubungan antara gravida dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan.

b. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya

kehamilan.

c. Ada hubungan antara gravida dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross

sectional yang bertujuan untuk menggambarkan adanya hubungan antara karakteristik ibu hamil

dengan pengetahuan tentang 9 tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota

Makassar.
B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang memeriksakan

kehamilannya di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar yaitu sebanyak 43 orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu seluruh

populasi menjadi objek penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 43

orang.

a. Kriteria inklusi adalah : sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti, yaitu :

1) Ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kassi-kassi Makassar

2) Bersedia jadi responden

3) Hadir pada saat penelitian

4) Ibu hamil yang berumur 20-35 tahun

b. Kriteria eksklusi Adalah : Karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti.

Menolak jadi responden

2)

2) Tidak hadir pada saat penelitian

3) Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar. Puskesmas Kassi-Kassi

Makassar adalah salah satu puskesmas pemerintah kota Makassar dan merupakan unit pelaksana

teknis dinas kesehatan kota Makassar. Puskesmas Kassi –Kassi merupakan puskesmas perawatan
ke-4 (rumah sakit pembantu IV) di Makassar. Puskesmas Kassi-Kassi/ RSP-IV terletak di jalan

Tamalate I no. 43 kelurahan Kassi-kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan luas

wilayah kerja ± 7,32 Kha.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2012

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Untuk memperoleh data primer, peneliti menggunakan lembar kuesioner yang berisi

beberapa item pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dan akan dibagikan secara langsung kepada

responden, yaitu ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kassi-kassi

Makassar

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen yang tersedia di ruang KIA dan KMS dari ibu hamil yang

datang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kassi-kassi Makassar.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, yang berisikan

tentang karakteristik responden (yang meliputi umur, pendidikan, dan gravida), dan kuesioner

pengetahuan yang meliputi pengertian tanda bahaya kehamilan dan macam-macam tanda bahaya

kehamilan.

Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan

variasi pertanyaan berupa multiple choice, yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan

responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.


F. Pengolahan Data

1. Penyuntingan data (editing).

Dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Yakni upaya untuk

memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

2. Pengkodean (coding).

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data. Coding merupakan kegitan pemberian kode

numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting, biasanya dibuat juga daftar kode untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti

suatu kode dari suatu variabel.

3. Entri data.

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian dengan menggunakan

computer program SPSS.

G. Analisa Data

Adapun jenis analisa data yang digunakan :

1. Analisa univariat

Dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi dan persentase dari masing – masing

variabel.
2. Analisis bivariat

Dilaksanakan untuk mengetahui adanya hubungan variabel dependen terhadap variabel

indevenden dengan menggunakan statistic. Uji statistic yang dipakai untuk menguji hubungan

variabel independen terhadap variabel dependen yaitu dengan menggunakan sistem

komputerisasi SPSS versi 18 dengan uji chi- square memiliki kemaknaan α = 0,05.

Chi square adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila

dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel independen dengan dependen. Yang dimaksud hipotesis deskriptif

disini bisa merupakan estimasi terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu

dan kategori lain dalam sebuah sampel tentang suatu hal.

H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan usulan atau proposal

penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin

Makassar. Setelah mendapatkan rekomendasi, selanjutnya mengajukan izin pada pihak-pihak

terkait dengan proses penelitian, dalam hal ini Puskesmas Kassi-Kassi Makassar berbagai pihak

partisipan tersebut, peneliti melakukan penelitian. Dengan menekankan pada aspek :

1. Informed Consent ( lembaran persetujuan menjadi responden)

Lembaran persetujuan diberikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan

penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka diberi

lembar permohonan menjadi responden (lembar satu) dan lembar persetujuan menjadi responden

(lembar dua) yang harus ditandatangani, tetapi jika responden menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati hak-haknya.


2. Anonymity

Adalah tidak memberikan nama responden pada lembar yang akan diukur, hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari

responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data,

tetapi dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar yang dilakukan oleh peneliti

sebelum lembar pengumpulan data diberikan kepada responden.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi partisipan dijamin peneliti, hanya data tertentu yang dilaporkan

sebagai hasil penelitian, dalam hal ini data yang berkaitan dengan batas-batas dalam etika atau

nilai-nilai pribadi dalam partisipan (Aziz Alimul, 2007 ).

Anda mungkin juga menyukai