Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

PADA HIV/AIDS

LENIA HIDAYATIL MAULIDIYAH

16010121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN
Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke
berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa
AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan
ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di
dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup
pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara
global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4
dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal
dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
TB ( Tubrkulosis ) merupakan salah satu infeksi oportunistik tersering menyerang
pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Infeksi HIV/AIDS memudahkan terjadinya
infeksi mycobacterium tuberculosis. Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih besar
menderita TB di bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko HIV/AIDS untuk menderita
TB 2 adalah 10% per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB hanya
10% seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian TB dengan infeksi
menurun, 4,4 kasus baru per 100.000 populasi ( total 13,299 kasus ) pada tahun 2007. Di
RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak 25-83 %. Sementara Raviglione, dkk
menyebutkan bahwa TB merupakan penyebab kematian tersering pada orang penderita
HIV/AIDS. Di mana WHO memperkirakan TB sebagai penyebab kematian 13% dari
penderita AIDS.

1.2 KEBUTUHAN FISIOLOGIS


Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data subjektif antara lain
pasien mengatakan kepala terasa pusing, cekot-cekot, skala 5, nyeri datang hilang timbul
durasi sekitar 1-2 menit, nyeri datang bila beraktifitas. Data objektif yang di peroleh
pasien tampak meringis kesakitan. Hasil CT Scan menunjukkan adanya susp ischemic/
focal edema di daerah frontal bilateral dengan gambaran atrophy cerebral. Pemeriksaan
tekanan darah 200/100 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi pernafasan 22
kali per menit. Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa nyeri akut merupakan
prioritas masalah utama, sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai batasan
karakteristik batasan karakteristik nyeri menurut Nanda (2010) yaitu perubahan tekanan
darah, perilaku berjaga-jaga atau 10 melindungi daerah yang nyeri, fokus ada diri sendiri,
melaporkan nyeri secara verbal, dan perubahan posisi untuk menghindari nyeri. Diagnosa
keperawatanya yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (atrophy
cerebral ) atau peningkatan tekanan darah.

1.3 FAKTOR YANG BERPENGARUH


1. penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, bronchitis)
2. infeksi, fibrosis kritik, influenza
3. penyakit system saraf
4. depresi SSP / trauma kepala
5. cedera serebrovaskuler(strok)
Maturasional
1. bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
3. anak usian sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. dewasa muda dan pertengahan. Diet yg tidak sehat, kurang aktifitas stress yg
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. dewasa tua,adanya proses penuaaan yang mengakibatkan kemungkinan arteries
klerosis, elastisitasi menurun,ekspansi pan menurun.
Situasional (Personal, Lingkungan)
1. berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma nyeri,
ketakutan, acietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah.
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons
inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan
mulut.
1.4 KONSEP KEPERAWATAN
1.1.1 PENGKAJIAN

Data subjektif :
a. Identitas
a) Nama
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
f) Alamat
g) No.registrasi
h) Diagnose medis
i) Tanggal MRS
b. Riwayat kesehatan
a) keluhan utama
b) riwayat penyakit sekarang
c) riwayat penyakit lalu
d) riwayat penyakit keluaraga
c. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) pola intake
- jumlah cairan yang di konsumsi
- tipe cairan yang bias di konsumsi
2) pola eliminasi
- mual muntah, diare
- kebiasaan berkemih
- perubahan jumlah maupun frekuensi
- karakteristik urin
3) evaluasi status kehilangan cairan klien
- tanda-tanda
- edema
- rasa haus berlebihan
- membrane mukosa kering
4) proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan
- kanker, luka bakar
Data Objektif
Pemeriksaan fisik :
a. kesadaran : kesadaran cukup atau menurun
b. kepala : normal atau abnormal
c. wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak, dll
d. mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau tidak, dll
e. mulut dan bibir : mukosa bibir kering atau lembab, lidah putih atau tidak, dll
f. hidung : normal atau abnormal
g. leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
h. Integument : turgor kulit detik atau tidak, adanya edema atau tidak, adanya
kelemahan otot atau tidak.
i. Berat badan : menurun atau tidak

1.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (misalnya, infeksi.
Iskemia, neoplasma) yang ditandai dengan keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri (misalnya, skala wong baker, skala analog
visual, skala penilaian numerik.
1.1.3 KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI
intervensi rasional
Kolaborasi dengan dokter dalam Dengan memberikan vitamin
pemberian vitamin. membantu untuk kelancaran
metabolisme.
Jelaskan pada klien mengenai tentang Dengan memberikan edukasi kepada
nyeri klien/keluarga klien akan menambah
pengetahuan klien dan keluarga
mengenai nyeri
Monitor tanda vital sebelum memerikan Dengan memonitor tanda vital
analgesik pada pemberian dosis pertama sebelum memberikan analgesik kita
kali dapat mengetahui perkembangan
klien.

Anda mungkin juga menyukai