Jenis Infertilitas
-Infertilitas primer: ketika Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menikah lebih dari satu tahun
melakukan hubungan seksual secara aktif tanpa usaha pencegahan, tetapi belum juga terjadi
kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak hidup
-Infertilitassekunder. jika istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi.
Kelompok Usia
Semakin lanjut usia perempuansemakin tipis sisa cadangan sel telur yang ada. Indung
telur juga semakin kurang peka terhadap hormon gonadotropin (hormon yang merangsang
indung telur mengeluarkan hormon estrogen dan hormon progesteron).
Pada fase reproduksi (Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause)wanita
mempunyai 400 sel telurwanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400
kaliDiatas umur 35 tahun, kemampuan reproduksi wanita menurun drastic karena
simpanan sel telur mulai berkurang pada umur 35 tahunkesempatan wanita untuk bisa
hamil menurun dan kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurunHal ini mengakibatkan
tingkat keguguran meningkat.
Pada priabertambahnya usia penurunan kesuburan di mana hanya sepertiga pria yang
berusia diatas 40 tahun mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan, dibanding pria
yang masih berusia di bawah 25 tahun
Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap
mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan morfologi), dan embrio
(menyebabkan keguguran).
Asap rokok yang dihirup juga mengandung karbon monoksida, karbon dioksida, oksida dan
nitrogen dan senyawa hidrokarbon menimbulkan radikal bebas ke dalam
tubuhKelebihan radikal bebas atau oksigen yang reaktif (ROS, reactive oxygen species)
menyebabkan kerusakan DNA sperma (ditandai dengan peningkatan level 8-
hydroxydeoxyguanosine yaitu penanda biokimia dari kerusakan DNA sperma) dan akhirnya
apopotosis sel sperma infertilitas.
Pada perokok ditemukan kadar estradiol yang rendah dalam darah dan cairan folikular.
Respons ovarium terhadap clomifen pada wanita yang merokok juga rendah, selain
menyebabkan infertilitas juga menyebabkan aborsi dan angka keberhasilan kehamilan
rendah. Hal tersebut diakibatkan efek negatif dari asap rokok seperti nikotin dan PAH
terhadap gonadotropin, pembentukan corpus luteum, interaksi gamet, fungsi tuba, dan
implantasi hasil konsepsi, sehingga bisa terjadi disfungsi tuba, abortus, kehamilan ektopik
dan infertilitas.
Konsumsi Alkohol
Kandungan etanolkalau dlm dosis yang berlebihan terjadi kerusakan sel produksi ATP
sebagai bahan energi mitokondria rendahpenurunan frekuensi gerakan flagel
spermapenurunan motilitas spermatozoabergerak lambat atau tidak melakukan
perjalanan dalam garis lurusSel spermatozoajuga akan mengalami kesulitan untuk
menembus lender serviks atau kulit luar sel telurtidak mampu membuahi sel telur
Reaksi etanol dalam tubuh yang tinggi terbentuknya peroksida lipid pada membrane
spermatozoa yg berasal dari reaksi asam lemak tak jenuh dengan etanol menyebabkan
kerusakan membrane spermatozoa.
Alkohol dikatakan dapat berdampak pada fungsi sel Leydig dengan mengurangi sintesis
testosteron dan menyebabkan kerusakan pada membran basalis.
Sistem reproduksi pria terdiri dari hipotalamus, kelenjar pituitari anterior, dan testis. Alkohol
dapat mengganggu fungsi dari masing-masing komponen sehingga menyebabkan impotensi,
infertilitas dan mengurangi karakteristik seksual sekunder. Konsumsi alkohol dalam jumlah
moderat dapat mempengaruhi kualitas air mani serta secara serius mempengaruhi proses
spermatogenesis.
Obesitas
Pada Pria:
Pria obesitas memiliki risiko 49% lebih tinggi dibandingkan yang berat badan normal
Obesitas mengakibatkan rendahnya produksi sperma, sperma yang abnormal, disfungsi
ereksi dan kemandulan
Pada Wanita:
Wanita obesitas memiliki risiko 78%lebih besar mengalami infertilitas dibandingkan dengan
wanita yang tidak obesitas. sedangkan pasangan usia subur yang keduanya obesitas memiliki
risiko 2.74 kali untuk mengalami infertilitas dibandingkan pasangan subur yang tidak
obesitas.
Jika seorang memiliki berat badan yang berlebih (over weight)gangguan keseimbangan
hormon dan pertumbuhan folikel di ovarium meningkat yang disebut Polycistic Ovarium
Syndrome (PCOS).
Pada wanita yang memiliki persentase lemak tubuh tinggiterjadi peningkatan produksi
androstenedion yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai prekusor hormon
reproduksiAndrogen digunakan untuk memproduksi estrogen di dalam tubuh dengan
bantuan enzim aromatase yang terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemakSemakin
banyak persentase jaringan lemak tubuhsemakin banyak pula estrogen yang terbentuk
mengganggu keseimbangan hormon di dalam tubuh gangguan menstruasi. Gangguan
siklus menstruasi tersebut diakibatkan karena adanya gangguan umpan balik dengan kadar
estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH) tidak
mencapai puncakPertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi
ovulasiperpanjangan siklus menstruasi (oligomenore) ataupun kehilangan siklus
menstruasi (amenore)
Olahraga
Stress
Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan dapat berhubungan dengan
infertilitas, namun belum didapatkan hasil penelitian yang adekuat
Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan potensi terjadinya infertilitas
Berdasarkan studi yang dilakukan, perempuan yang gagal hamil akan mengalami kenaikan
tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat menyebabkan penyempitan aliran
darah ke organ-organ panggul.
Suplementasi Vitamin
Beberapa antioksidan yang diketahui dapat meningkatkan kualitas dari sperma, diantaranya:
o Vit.C dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semen
o Ubiquinone Q10 dapat meningkatkan kualitas sperma
o Selenium dan glutation dapat meningkatkan motilitas sperma
Asam folat, zink, dan vitamin B12
o Kombinasi asam folat dan zink dapat meningkatkan konsentrasi dan morfologi sperma
o Kobalamin (Vit B12) penting dalam spermatogenesis
Obat-Obatan
Obat-obat Herbal
Penelitian yang dilakukan di California menemukan bahwa konsumsi obat-obatan herbal dalam
jumlah minimal seperti ginko biloba, dicurigai menghambat fertilisasi, mengubah materi genetik
sperma, dan mengurangi viabilitas sperma.
Pekerjaan
Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar-X,
logam dan pestisida.
keterangan:
3. etiologi infertilitas?
Faktor perempuan
Gangguan ovulasi: SOPK (Sindrom Ovarium Polikistik) , gangguan pada siklus haid, insufiensi
ovarium primer. Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau sekunder. Namun tidak semua pasien
infertilitas dengan gangguan ovulasi memiliki gejala klinis amenorea, beberapa diantaranya
menunjukkan gejala oligomenorea.
Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
Gangguan tuba dan pelvis: Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia,
Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis.
Endometriosis terjadi perlekatan dan distrorsi anatomi panggul yang dapat mengakibatkan
penurunan tingkat kesuburan. Perlekatan pelvis pada endometriosis dapat mengganggu
pelepasan oosit dari ovarium serta menghambat penangkapan maupun transportasi oosit. Gejala
yang sering ditemukan: nyeri panggul, infertilitas dan ditemukan pembesaran pada adneksa.
Endometriosis terdapat pada 25%-50% perempuan, dan 30% - 50% nya mengalami infertilitas.
a. Ringan/ Grade 1: Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada
distensi, Mukosa tampak baik, Perlekatan ringan (perituba-ovarium)
c. Berat/Grade 3: Kerusakan tuba berat bilateral, Fibrosis tuba luas, Distensi tuba > 1,5 cm , Mukosa
tampak abnormal, Oklusi tuba bilateral, Perlekatan berat dan luas
Faktor laki-laki
Sebesar 30-40% dari infertilitas disebabkan oleh faktor laki-laki, sehingga pemeriksaan pada laki-laki
penting dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas. Fertilitas laki-laki dapat menurun
akibat dari:
d. Kelainan endokrin
e. Kelainan genetik
f. Faktor imunologi
Pemeriksaan ovulasi gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15% pasangan infertilitas
- Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada seorang perempuan. Perempuan
yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap bulannya, kemungkinan mengalami
ovulasi
- Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas selama 1 tahun,
dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur kadar progesteron
serum fase luteal madya (hari ke 21-28)
- Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang memiliki siklus haid
panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan dapat diulang
tiap minggu sampai siklus haid berikutnya terjadi
- Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah
untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).
- Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat apakah ada gangguan ovulasi,
galaktorea, atau tumor hipofisis
- Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya dilakukan jika pasien memiliki
gejala
- Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas
tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti bahwa pemeriksaan ini akan meningkatkan
kehamilan
Keterangan:
Tes hormon AMH (anti mullerian hormone)dilakukan untuk keperluan fertilisasi in vitro (bayi
tabung), untuk melihat cadangan ovarium calon ibu dapat mengetahui kuantitas dan kualitas
cadangan sel telur yang dimiliki calon ibu. Tes hormon AMH juga dapat dilakukan untuk
memperkirakan masa menopause seorang perempuan atau untuk mendiagnosis PCOS(polycystic
ovarian syndrome). Sedangkan pada anak-anak, prosedur ini dapat digunakan untuk membantu
diagnosis ambiguous genitalia.
- Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya sebaiknya dirujuk
untuk mendapatkan pengobatan
- Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat indikasi, karena efektifitas
pembedahan sebagai terapi kelainan uterus untuk meningkatkan angka kehamilan belum dapat
ditegakkan.
- Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah 3 tahun.
- Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah fertilitas tidak dianjurkan
karena tidak dapat meramalkan terjadinya kehamilan.
- Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul (PID), kehamilan ektopik atau
endometriosis, disarankan untuk melakukan histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya
oklusi tuba. Pemeriksaan ini tidak invasif dan lebih efisien dibandingkan laparaskopi.
- Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba, dianjurkan untuk dilakukan pada
perempuan yang diketahui memiliki riwayat penyakit radang panggul
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
-Penampilan umum harus diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau
ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen. Tinggi badan, berat badan, IMT, dan
tekanan darah harus diketahui.
-Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk menentukan ukuran dan konsistensi testis.
Apabila skrotum tidak terpalpasi pada salah satu sisi, pemeriksaan inguinal harus dilakukan.
Orkidometer dapat digunakan untuk mengukur volume testis. Ukuran rata-rata testis orang dewasa
yang dianggap normal adalah 20 ml.
-Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak, dan keras. Konsistensi normal adalah
konsistensi yang kenyal. Testis yang lunak dan kecil dapat mengindikasikan spermatogenesis yang
terganggu.
-Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi atau indurasi. Varikokel sering
ditemukan pada sisi sebelah kiri dan berhubungan dengan atrofi testis kiri. Adanya perbedaan
ukuran testis dan sensasi seperti meraba “sekantung ulat” pada tes valsava merupakan tanda-tanda
kemungkinan adanya varikokel.
-Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan prostat. Kelainan pada penis seperti
mikropenis atau hipospadia dapat mengganggu proses transportasi sperma mencapai bagian
proksimal vagina. Pemeriksaan colok dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan
vesikula seminalis.
National Institute for Health and Clinical Excellence in the UK and the American Society of
Reproductive Medicine merekomendasikan pemeriksaan yang penting sebagai berikut : analisis
semen, penilaian ovulasi dan evaluasi patensi tuba dengan histerosalpingografi atau laparoskopi.
Peran HSG atau laparoskopi terus menjadi perdebatan, laparoskopi perlu dipertimbangkan pada
kecurigaan adanya endometriosis berat, perlekatan organ pelvis atau kondisi penyakit pada tuba.
Histeroskopi
Histeroskopi untuk mendeteksi kelaianan kavum uteri yang dapat mengganggu proses implantasi
dan kehamilan serta untuk mengevaluasi manfaat modalitas terapi dalam memperbaiki
endometrium
Laparoskopi
-Dilakukan pada pasien infertilitas idiopatik yang dicurigai mengalami patologi pelvis yang
menghambat kehamilan. Tindakan ini dilakukan untuk mengevaluasi rongga abdomino-pelvis
-Laparoskopi diagnostik hanya dilakukan bila dijumpai bukti atau kecurigaan kuat adanya
endometriosis pelvis, perlengketan genitalia interna atau oklusi tuba.
5. tatalaksana infertilitas?
Tatalaksana pada gangguan ovulasi
Kelas I: kalau wanita memiliki IMT < 19lakukan tindakan peningkatan berat badan dapat
membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan. Pengobatan yang disarankan untuk kelainan
anovulasi pada kelompok ini adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan LH (rLH), hMG
atau hCG.
Penggunaan kombinasi preparat gonadotropin (rFSH dan rLH) dilaporkan lebih efektif dalam
meningkatkan ovulasi dibandingkan penggunaan rFSH saja
Kelas II: Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan dengan cara pemberian
obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen sitratdianjurkan untuk konsumsi ini
sebagai penanganan awal selama maks 6 bln), tindakan drilling ovarium (tindakan bedah untuk
memicu ovulasi pd perempuan SOPK yang resisten terhadap klomifen sitrat) atau penyuntikan
gonadotropin. Pengobatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan insulin sensitizer
seperti metformin.
Kelas III: sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang
dapat dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita gangguan
ovulasi WHO kelas III sampai kemungkinan tindakan adopsi anak.
Kelas IV: Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau kabergolin) dapat membuat pasien
hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia sehingga gangguan ovulasi dapat teratasi.
Tindakan bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba derajat ringan dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan.