Anda di halaman 1dari 14

44

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Proses Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan kepada wajib pajak pemilik kendaraan bermotor
jenis roda dua yang terdaftar di SAMSAT Kota Malang. Penelitian ini mengambil
sampel sebanyak 113 responden. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada wajib pajak yang bersangkutan.
Penyebaran kuesioner dilakukan melalui dua cara, yaitu secara online (melalui
google formulir) sebanyak 63 tanggapan dan penyebaran langsung kepada
responden sebanyak 55 tanggapan.
Responden diminta memberikan pendapat untuk masing-masing
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dan kemudian diukur dengan
menggunakan skala likert 1-5, mulai dari pendapat sangat tidak setuju (skor 1)
sampai dengan pendapat sangat setuju (skor 5) untuk pernyataan positif dan
pendapat sangat tidak setuju (skor 5) sampai dengan pendapat sangat setuju (skor
1) untuk pernyataan negatif. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 13 April
2018 dan berakhir pada tanggal 22 April 2018, sehingga penelitian ini dilakukan
selama 10 hari.

4.2 Deskripsi Variabel


Deskripsi variabel digunakan untuk menggambarkan tanggapan atas
kuesioner yang diberikan kepada responden, yaitu wajib pajak kendaraan
bermotor di SAMSAT Kota Malang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
empat variabel independen yaitu kesadaran wajib pajak (X1), kualitas pelayanan
(X2), sanksi pajak (X3), dan sistem SAMSAT drive thru (X4), serta satu variabel
dependen yaitu kepatuhan wajib pajak (Y). Berikut adalah hasil analisis deskriptif
untuk masing-masing variabel penelitian.
45

Tabel 4. 1 Hasil Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean


Y 113 16,00 25,00 21,7522
X1 113 15,00 25,00 20,4336
X2 113 21,00 65,00 48,6248
X3 113 7,00 35,00 25,8761
X4 113 10,00 30,00 22,7699
Valid N (listwise) 113

Sumber: Lampiran 7

Tabel 4.1 mengenai hasil statistik deskriptif diatas akan digunakan untuk
mendukung penjelasan dari deskripsi masing-masing variabel penelitian berikut.

4.2.1 Kepatuhan Wajib Pajak (Y)


Kepatuhan wajib pajak merupakan variabel dependen dalam penelitian ini.
Variabel ini terdiri dari 5 buah pernyataan yang dituliskan dalam kuesioner dan
diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert. Data selanjutnya diidentifikasi
kecenderungan skornya. Identifikasi dilakukan dengan mencari skor tertinggi,
dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor tertinggi (5x5=25) dan
mencari skor terendah, dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor
terendah (5x1)=5. Selanjutnya, ditentukan panjang interval sebanyak lima kelas
(STS, TS, N, S, dan SS) dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor
terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kelas (25-5)/5= 4. Identifikasi
kecenderungan skor untuk variabel kesadaran wajib pajak disajikan dalam tabel
berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)


Kecenderungan
Interval Kelas Jumlah Responden Persentase (%)
Skor
STS 5-9 - -
TS 10-13 - -
N 14-17 7 6,2
S 18-21 48 42,5
SS 22-25 58 51,3
Total 113 100
Sumber: Lampiran 7
46

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persepsi wajib pajak


(responden) tentang kepatuhan dalam membayar kewajiban pajak kendaraan
bermotor memiliki kecenderungan skor Sangat Setuju (SS) dengan jumlah 58
wajib pajak (51,3%). Kemudian skor Setuju (S) berjumlah 48 wajib pajak
(42,5%) dan skor Netral (N) berjumlah 7 wajib pajak (6,2%). Sehingga, mayoritas
jawaban responden mengelompok pada jawaban setuju cenderung sangat setuju.
Hal tersebut didukung dengan nilai mean yang menunjukkan nilai sebesar 21,75
(lihat tabel 4.1) yang artinya, mayoritas responden memilih jawaban setuju
cenderung sangat setuju. Selanjutnya, jawaban responden untuk masing-masing
indikator variabel kepatuhan wajib pajak akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi per Indikator Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Skor SS Skor S Skor N Skor TS Skor STS


Indikator
F % F % F % F % F %
1 72 63,7 38 33,6 3 2,7 0 0,0 0 0,0
2 61 54,0 46 40,7 6 5,3 0 0,0 0 0,0
3 67 59,3 44 38,9 1 0,9 1 0,9 0 0,0
4 36 31,9 32 28,3 28 24,8 14 12,4 3 2,7
5 61 54,0 37 32,7 10 8,8 3 2,7 2 1,8
Sumber: Data primer diolah peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.3 hasil distribusi frekuensi per indikator untuk


variabel kepatuhan wajib pajak, dapat dinyatakan bahwa: pertama, paling tinggi
sebesar 63,7% wajib pajak memilih jawaban sangat setuju untuk indikator
memenuhi kewajiban membayar pajak sesuai ketentuan. Kedua, paling tinggi
sebesar 54,0% wajib pajak memilih jawaban sangat setuju untuk indikator
membayar pajak tepat waktu. Ketiga, paling tinggi sebesar 59,3% wajib pajak
memilih jawaban sangat setuju untuk indikator memenuhi persyaratan dalam
membayar pajak. Keempat, paling tinggi sebesar 31,9% wajib pajak memilih
jawaban sangat setuju untuk indikator mengetahui jatuh tempo pembayaran pajak.
Kelima, paling tinggi sebesar 54,0% wajib pajak memilih jawaban sangat setuju
untuk indikator tidak memiliki tunggakan pajak.
47

4.2.2 Kesadaran Wajib Pajak (X1)


Kesadaran wajib pajak merupakan variabel independen pertama dalam
penelitian ini. Variabel ini terdiri dari 5 buah pernyataan yang dituliskan dalam
kuesioner dan diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert. Data yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian diolah dan diidentifikasi
kecenderungan skornya. Identifikasi dilakukan dengan mencari skor tertinggi,
dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor tertinggi (5x5=25) dan
mencari skor terendah, dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor
terendah (5x1)=5. Selanjutnya, ditentukan panjang interval sebanyak lima kelas
(STS, TS, N, S, dan SS) dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor
terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kelas (25-5)/5=4. Identifikasi
kecenderungan skor untuk variabel kesadaran wajib pajak disajikan dalam tabel
berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1)


Kecenderungan
Interval Kelas Jumlah Responden Persentase (%)
Skor
STS 5-9 - -
TS 10-13 - -
N 14-17 16 14,2
S 18-21 58 51,3
SS 22-25 39 34,5
Total 113 100
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa persepsi wajib pajak


(responden) tentang kesadaran dalam membayar kewajiban pajak kendaraan
bermotor memiliki kecenderungan skor Setuju (S) dengan jumlah 58 wajib pajak
(51,3%). Kemudian skor Sangat Setuju (SS) berjumlah 39 wajib pajak (34,5%)
dan skor Netral (N) berjumlah 16 wajib pajak (14,2%). Sehingga, mayoritas
jawaban responden mengelompok pada jawaban setuju. Hal tersebut didukung
dengan nilai mean yang menunjukkan nilai sebesar 20,43 (lihat tabel 4.1) yang
artinya, mayoritas responden memilih jawaban setuju. Selanjutnya, jawaban
responden untuk masing-masing indikator variabel kesadaran wajib pajak akan
dijelaskan sebagai berikut.
48

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi per Indikator Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1)

Skor SS Skor S Skor N Skor TS Skor STS


Indikator
F % F % F % F % F %
1 30 26,5 53 46,9 25 22,1 4 3,5 1 0,9
2 47 41,6 62 54,9 4 3,5 0 0,0 0 0,0
3 40 35,4 53 46,9 19 16,8 0 0,0 1 0,9
4 20 17,7 50 44,2 33 29,2 9 8,0 1 0,9
5 42 37,2 59 52,2 11 9,7 0 0,0 1 0,9
Sumber: Data primer diolah peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.5 hasil distribusi frekuensi per indikator untuk


variabel kesadaran wajib pajak, dapat dinyatakan bahwa: pertama, paling tinggi
sebesar 46,9% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator mengetahui
undang-undang dan ketentuan pajak. Kedua, paling tinggi sebesar 54,9% wajib
pajak memilih jawaban setuju untuk indikator melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai ketentuan. Ketiga, paling tinggi sebesar 46,9% wajib pajak
memilih jawaban setuju untuk indikator mengetahui dan memahami fungsi pajak
untuk pembiayaan. Keempat, paling tinggi sebesar 44,2% wajib pajak memilih
jawaban setuju untuk indikator melaporkan dan membayar pajak secara sukarela.
Kelima, paling tinggi sebesar 52,2% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk
indikator melaporkan dan membayar pajak secara benar.

4.2.3 Kualitas Pelayanan Pajak (X2)


Kualitas pelayanan pajak merupakan variabel independen kedua dalam
penelitian ini. Variabel ini terdiri dari 5 indikator yang dijabarkan dalam 13 sub
indikator yang dituliskan dalam kuesioner dan diukur dengan menggunakan 5
poin skala likert. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian
diolah dan diidentifikasi kecenderungan skornya. Identifikasi dilakukan dengan
mencari skor tertinggi, dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor
tertinggi (13x5=65) dan mencari skor terendah, dengan mengalikan jumlah
pernyataan dengan skor terendah (13x1)=13. Selanjutnya, ditentukan panjang
interval sebanyak lima kelas (STS, TS, N, S, dan SS) dengan cara mengurangi
skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kelas (65-
49

13)/5=10,4 dibulatkan menjadi 10. Identifikasi kecenderungan skor untuk variabel


kualitas pelayanan pajak disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Kualitas Pelayanan Pajak (X2)


Kecenderungan
Interval Kelas Jumlah Responden Persentase (%)
Skor
STS 13-23 2 1,8
TS 24-33 3 2,7
N 34-43 29 25,7
S 44-53 58 51,3
SS 54-63 21 18,6
Total 113 100
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa persepsi wajib pajak


(responden) tentang kualitas pelayanan pajak kendaraan bermotor memiliki
kecenderungan skor Setuju (S) dengan jumlah 58 wajib pajak (51,3%). Kemudian
skor Sangat Setuju (SS) berjumlah 21 wajib pajak (18,6%), skor Netral (N)
berjumlah 29 wajib pajak (25,7%), skor Tidak Setuju (TS) berjumlah 3 wajib
pajak (2,7%), dan skor Sangat Tidak Setuju (STS) berjumlah 2 wajib pajak
(1,8%). Sehingga, mayoritas jawaban responden mengelompok pada jawaban
setuju. Hal tersebut didukung dengan nilai mean yang menunjukkan nilai sebesar
48,62 (lihat tabel 4.1) yang artinya, mayoritas responden memilih jawaban setuju.
Selanjutnya, jawaban responden untuk masing-masing indikator variabel kualitas
pelayanan pajak akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi per Indikator Variabel Kualitas Pelayanan Pajak
(X2)

Skor SS Skor S Skor N Skor TS Skor STS


Indikator
F % F % F % F % F %
1 17 15,1 70 62,0 20 17,9 5 2,0 2 0,7
2 20 17,3 50 43,8 35 31,0 7 5,8 3 2,2
3 10 8,9 55 48,2 36 31,4 10 8,8 3 2,7
4 19 16,8 55 49,0 30 26,8 7 5,9 2 1,2
5 18 15,5 54 47,8 31 27,5 9 8,0 2 1,4
Sumber: Data primer diolah peneliti (2018)
50

Berdasarkan tabel 4.7 hasil distribusi frekuensi per indikator untuk


variabel kualitas pelayanan pajak, dapat dinyatakan bahwa: pertama, paling tinggi
sebesar 62,9% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator tersedianya
bukti fisik (tangible) dalam pelayanan. Kedua, paling tinggi sebesar 43,8% wajib
pajak memilih jawaban setuju untuk indikator kehandalan dalam pelayanan
(reliability). Ketiga, paling tinggi sebesar 48,2% wajib pajak memilih jawaban
setuju untuk indikator daya tanggap dalam pelayanan (responsiveness). Keempat,
paling tinggi sebesar 49,0% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator
jaminan/kepastian dalam pelayanan (assurance). Kelima, paling tinggi sebesar
47,8% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator empati (emphaty)
dalam pelayanan.

4.2.4 Sanksi Pajak (X3)


Sanksi pajak merupakan variabel independen ketiga dalam penelitian ini.
Variabel ini terdiri dari 7 buah pernyataan yang dituliskan dalam kuesioner dan
diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert. Data yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner kemudian diolah dan diidentifikasi kecenderungan skornya.
Identifikasi dilakukan dengan mencari skor tertinggi, dengan mengalikan jumlah
pernyataan dengan skor tertinggi (7x5=35) dan mencari skor terendah, dengan
mengalikan jumlah pernyataan dengan skor terendah (7x1)=7. Selanjutnya,
ditentukan panjang interval sebanyak lima kelas (STS, TS, N, S, dan SS) dengan
cara mengurangi skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dengan
banyaknya kelas (35-7)/5=5,6 dibulatkan menjadi 6. Identifikasi kecenderungan
skor untuk variabel sanksi pajak disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Variabel Sanksi Pajak (X3)
Kecenderungan
Interval Kelas Jumlah Responden Persentase (%)
Skor
STS 7-13 1 0,9
TS 14-19 4 3,5
N 20-25 45 39,8
S 26-31 58 51,3
SS 32-37 5 4,4
Total 113 100
Sumber: Lampiran 7
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa persepsi wajib pajak
(responden) tentang sanksi kendaraan bermotor memiliki kecenderungan skor
51

Setuju (S) dengan jumlah 58 wajib pajak (51,3%). Kemudian skor Sangat Setuju
(SS) berjumlah 5 wajib pajak (4,4 %) ,skor Netral (N) berjumlah 45 wajib pajak
(39,8%), skor Tidak Setuju (TS) berjumlah 4 wajib pajak (23,5%), dan skor
Sangat Tidak Setuju (STS) berjumlah 1 wajib pajak (0,9%). Sehingga, mayoritas
jawaban responden mengelompok pada jawaban setuju. Hal tersebut didukung
dengan nilai mean yang menunjukkan nilai sebesar 25,87 (lihat tabel 4.1) yang
artinya, mayoritas responden memilih jawaban setuju. Selanjutnya, jawaban
responden untuk masing-masing indikator variabel persepsi tentang sanksi pajak
akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi per Indikator Variabel Sanksi Pajak (X3)

Skor SS Skor S Skor N Skor TS Skor STS


Indikator
F % F % F % F % F %
1 37 32,7 54 47,8 14 12,4 7 6,2 1 0,9
2 38 33,6 54 47,8 16 14,2 3 2,7 2 1,8
3 39 34,5 56 49,6 14 12,4 3 2,7 1 0,9
4 34 30,1 43 38,1 27 23,9 4 3,5 5 4,4
5 17 15,0 57 50,4 35 31,0 2 1,8 2 1,8
6 9 8,0 16 14,2 37 32,7 32 28,3 19 16,8
7 11 9,7 58 51,3 31 27,4 7 6,2 6 5,3
Sumber: Data primer diolah peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.10 hasil distribusi frekuensi per indikator untuk


variabel sanksi pajak, dapat dinyatakan bahwa, paling tinggi sebesar 47,8% wajib
pajak memilih jawaban setuju untuk indikator sanksi pajak merupakan sarana
mendidik dan mendisiplinkan wajib pajak. Selanjutnya, paling tinggi sebesar
49,6% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator sanksi harus
dilaksanakan dengan tegas. Kemudian, paling tinggi sebesar 38,1% wajib pajak
memilih jawaban setuju untuk indikator sanksi harus dilaksanakan tanpa toleransi.
Kemudian, paling tinggi sebesar 50,4% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk
indikator sanksi pajak yang dikenakan saat ini sudah sesuai ketentuan. Kemudian,
paling tinggi sebesar 32,7% wajib pajak memilih jawaban netral untuk indikator
sanksi pajak tidak dapat dinegosiasi, dan terakhir paling tinggi sebesar 51,3%
wajib pajak memilih jawaban setuju bahwa sanksi pajak sebesar 2% per bulan
yang ditetapkan dalam Perda Jatim No.9 tahun 2010 dinilai terlalu ringan.
52

4.2.5 Sistem SAMSAT Drive Thru (X4)


Sistem SAMSAT drive thru merupakan variabel independen keempat
dalam penelitian ini. Variabel ini terdiri dari 6 buah pernyataan yang dituliskan
dalam kuesioner dan diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert. Data yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian diolah dan diidentifikasi
kecenderungan skornya. Identifikasi dilakukan dengan mencari skor tertinggi,
dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor tertinggi (6x5=30) dan
mencari skor terendah, dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan skor
terendah (6x1)=6. Selanjutnya, ditentukan panjang interval sebanyak lima kelas
(STS, TS, N, S, dan SS) dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor
terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kelas (30-6)/5=4,8 dibulatkan
menjadi 5. Identifikasi kecenderungan skor untuk variabel sistem SAMSAT drive
thru disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Variabel SAMSAT Drive Thru (X4)


Kecenderungan
Interval Kelas Jumlah Responden Persentase (%)
Skor
STS 6-11 1 0,9
TS 12-17 1 0,9
N 18-22 48 42,5
S 23-27 59 52,2
SS 28-32 4 3,5
Total 113 100
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa persepsi wajib pajak


(responden) tentang sistem SAMSAT drive thru memiliki kecenderungan skor
Setuju (S) dengan jumlah 59 wajib pajak (52,2%). Kemudian skor Sangat Setuju
(SS) berjumlah 4 wajib pajak (3,5%) ,skor Netral (N) berjumlah 48 wajib pajak
(42,5%), skor Tidak Setuju (TS) berjumlah 1 wajib pajak (0,9%), dan skor Sangat
Tidak Setuju (STS) berjumlah 1 wajib pajak (0,9%). Sehingga, mayoritas jawaban
responden mengelompok pada jawaban setuju. Hal tersebut didukung dengan nilai
mean yang menunjukkan nilai sebesar 22,76 (lihat tabel 4.1) yang artinya,
mayoritas responden memilih jawaban setuju. Selanjutnya, jawaban responden
53

untuk masing-masing indikator variabel persepsi tentang sanksi pajak akan


dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi per Indikator Variabel Sistem SAMSAT Drive Thru
(X4)

Skor SS Skor S Skor N Skor TS Skor STS


Indikator
F % F % F % F % F %
1 30 26,5 64 56,6 15 13,3 3 2,7 1 0,9
2 19 16,8 37 32,7 34 30,1 19 16,8 4 3,5
3 26 23,0 48 42,5 36 31,9 2 1,8 1 0,9
4 30 26,5 64 56,6 15 13,3 3 2,7 1 0,9
5 17 15,0 56 49,6 34 30,1 4 3,5 2 1,8
6 14 12,4 57 50,4 34 30,1 6 5,3 2 1,8
Sumber: Data primer diolah peneliti (2018)

Berdasarkan tabel 4.12 hasil distribusi frekuensi per indikator untuk


variabel sistem SAMSAT drive thru, dapat dinyatakan bahwa: pertama, paling
tinggi sebesar 56,6% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator
SAMSAT drive thru lebih bisa mengontrol pendataan kendaraan. Kedua, paling
tinggi sebesar 32,7% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator
SAMSAT drive thru mempermudah pembayaran pajak kendaraan. Ketiga, paling
tinggi sebesar 42,5% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator wajib
pajak semakin berminat untuk menggunakan SAMSAT drive thru. Keempat,
paling tinggi sebesar 56,6% wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator
SAMSAT drive thru bisa menghemat waktu. Kelima, paling tinggi sebesar 49,6%
wajib pajak memilih jawaban setuju untuk indikator petugas pelayanan di
SAMSAT drive thru ramah, sopan, dan terampil, serta terakhir paling tinggi
sebesar 50,4% wajib pajak setuju bahwa letak SAMSAT drive thru di SAMSAT
Kota Malang strategis.
54

4.3 Hasil Uji Signifikansi


4.3.1 Hasil Uji Signifikansi Simultan (uji F)
Uji signifikansi simultan (uji F) digunakan untuk mengetahui apakah
semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara
bersama-sama (simultan). Apabila nilai signifikansi < 0,05 (nilai α), maka dapat
dikatakan bahwa semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen secara simultan, dan sebaliknya (Santoso, 2010; 302). Berikut hasil
output SPSS versi 22 untuk uji signifikansi nilai F.

Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikansi Simultan (uji F)


a
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 305,529 4 76,382 14,849 ,000
Residual 555,533 108 5,144
Total 861,062 112
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar


0,00 lebih kecil dari 0,05 (nilai α) dan nilai Fhitung (14,849) lebih besar dari Ftabel
(2,46). Sehingga, dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semua variabel
independen, yaitu kesadaran wajib pajak (X1), Kualitas pelayanan pajak (X2),
sanksi pajak (X3), dan sistem SAMSAT drive thru (X4) berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, yakni kepatuhan wajib
pajak (Y). Selain itu, hasil uji F yang terbukti signifikan menunjukkan bahwa
model regresi layak untuk digunakan dan selanjutnya dapat dilakukan pengujian
secara parsial (uji t).

4.3.2 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


Uji signifikansi parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh satu variabel independen (secara parsial) terhadap variabel
dependen. Apabila nilai signifikansi < 0,05 (nilai α), maka H0 ditolak. Hal
tersebut berarti ada pengaruh satu variabel independen (secara parsial) terhadap
variabel dependen. Hasil uji signifikansi parsial (uji t) dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel berikut.
55

Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Parsial (uji t)


a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7,922 2,040 3,884 ,000
X1 ,446 ,087 ,449 5,123 ,000
X2 ,151 ,030 ,162 1,688 ,046
X3 -,022 ,066 -,031 -,339 ,175
X4 ,124 ,082 ,137 1,708 ,034
a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa, pertama, variabel


kesadaran wajib pajak (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 (nilai
α) dan thitung (5,123) lebih besar dari ttabel (1,659). Hal tersebut berarti H01 ditolak,
artinya hipotesis yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak tidak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor ditolak.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Kedua, untuk variabel kualitas pelayanan pajak (X2) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,046 < 0,05 (nilai α) dan thitung (1,688) lebih besar dari ttabel
(1,659). Hal tersebut berarti H02 ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa
kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor ditolak. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Ketiga, untuk variabel sanksi pajak (X3) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,175 > 0,05 (nilai α) dan thitung (-0,339) lebih kecil dari ttabel (1,659). Hal
tersebut berarti H03 gagal ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa sanksi
pajak tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor gagal ditolak. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sanksi pajak tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Keempat, untuk variabel sistem SAMSAT drive thru (X4) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,034 < (nilai α) dan thitung (1,708) lebih besar dari ttabel
(1,659). Hal tersebut berarti H04 ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa
sistem SAMSAT drive thru tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor ditolak. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sistem
56

SAMSAT drive thru berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak


kendaraan bermotor.

4.4 Model Regresi


Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda (lihat tabel 4.14), maka
dapat diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut.

Y= 7,922 + 0,446X1 + 0,051X2 – 0,022X3 + 0,124X4 + e

Model persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut.
1. Nilai konstanta sebesar 7,922 artinya, apabila semua variabel independen
(kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, dan sistem
SAMSAT drive thru) bernilai nol, maka variabel dependen yakni
kepatuhan wajib pajak (Y) bernilai positif sebesar 7,992.
2. Nilai koefisien regresi dari variabel kesadaran wajib pajak (X1) sebesar
0,446 dan bertanda positif menunjukkan adanya hubungan positif (searah)
antara variabel kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. Artinya, apabila terjadi peningkatan kesadaran wajib
pajak sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan peningkatan kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor sebesar 0,446 dengan asumsi variabel lain
tetap, dan sebaliknya.
3. Nilai koefisien regresi dari variabel kualitas pelayanan pajak (X2) sebesar
0,151 dan bertanda positif menunjukkan adanya hubungan positif (searah)
antara variabel kualitas pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. Artinya, apabila terjadi peningkatan kualitas
pelayanan pajak sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan peningkatan
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor sebesar 0,051 dengan asumsi
variabel lain tetap, dan sebaliknya.
4. Nilai koefisien regresi dari variabel sanksi pajak (X3) sebesar -0,022 dan
bertanda negatif, namun nilai signifikansinya (0,175) lebih besar dari nilai
α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh antara
variabel sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
57

5. Nilai koefisien regresi dari variabel sistem SAMSAT drive thru (X4)
sebesar 0,124 dan bertanda positif menunjukkan adanya hubungan positif
(searah) antara variabel sistem SAMSAT drive thru dengan kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor. Artinya, apabila terjadi peningkatan
sistem SAMSAT drive thru sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan
peningkatan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor sebesar 0,124
dengan asumsi variabel lain tetap, dan sebaliknya.

4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi pada dasarnya digunakan untuk mengukur sejauh
mana variabel-variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen
(Priyatno, 2009: 145). Nilai koefisien determinasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai adjusted R square karena variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini lebih dari dua variabel. Berikut hasil uji koefisien
determinasi.

Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi


b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 ,596 ,355 ,331 2,26800

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square


sebesar 0,331 atau 33,1%. Hal tersebut berarti bahwa 33,1% kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di Kota Malang dipengaruhi oleh variabel independen
yang digunakan dalam model persaman regresi dalam penelitian ini, yaitu
kesadaran wajib pajak (X1), kualitas pelayanan pajak (X2), sanksi pajak (X3), dan
sistem SAMSAT drive thru (X4).

Anda mungkin juga menyukai