LP CKD
LP CKD
DISUSUN OLEH :
NIM : P1337420216004
TINGKAT : 2A
2018
CHRONIC KIDNEY DISEASE
A. PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan
laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang
dan berat (Mansjoer, 2007).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73 dengan
rumus Kockroft-Gault sebagai berikut
C. ETIOLOGI
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit
ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni
uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal
System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan
glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%,
disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan
12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo,
2006).
D. PATHOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
G. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra
(2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal
ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /
nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
h. Genital
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai
berikut:
1. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
2. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan
retensi cairan dan natrium.
4. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan & KH Kode Intervensi Keperawatan
Keperawatan NIC
1. Kelebihan volume Tujuan: 4130 Fluid Management :
cairan b.d penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6. Kaji status cairan ; timbang berat
keluaran urin dan 3x24 jam volume cairan seimbang. badan,keseimbangan masukan dan
retensi cairan dan Kriteria Hasil: haluaran, turgor kulit dan adanya edema
natrium. 7. Batasi masukan cairan
Indikator Awal Tujuan 8. Identifikasi sumber potensial cairan
Terbebas dari 3 5 9. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
edema, efusi,
anasarka pembatasan cairan
10. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
Bunyi nafas 3 5
bersih,tidak adanya 2100
dipsnea Hemodialysis therapy
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil: 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
perubahan status nutrisi.
3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin,
dan hematocrit level yang menindikasikan
status nutrisi dan untuk perencanaan
treatment selanjutnya.
Indikator Awal Tujuan 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
Nafsu makan 3 5 5. Berikan makanan sedikit tapi sering
meningkat
6. Berikan perawatan mulut sering
Tidak terjadi 3 5 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
penurunan BB
diet sesuai terapi
Masukan nutrisi 3 5
adekuat
Menghabiskan 3 5
porsi makan
Keterangan :
1 = sangat terganggu
2 = banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = sedikit terganggu
5 = tidak terganggu
3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3350 Respiratory Monitoring
napas b.d 1x24 jam pola nafas adekuat. 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
hiperventilasi Kriteria Hasil: usaha respirasi
Indikator Awal Tujuan 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Tanda tanda vital 3 5 penggunaan otot tambahan, retraksi otot
dalam rentang
normal supraclavicular dan intercostal
3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
Suara nafas yang 3 5
bersih, tidak ada kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
sianosis dan dyspneu 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan
(mampu
mengeluarkan 3320 / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
sputum, mampu
Oxygen Therapy
bernafas dengan
mudah, tidak ada 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
pursed lips) 2. Ajarkan pasien nafas dalam
Bebas dari tanda 3 5 3. Atur posisi senyaman mungkin
tanda distress 4. Batasi untuk beraktivitas
pernafasan
5. Kolaborasi pemberian oksigen
Peningkatan 3 5
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
Keterangan :
1 = sangat terganggu
2 = banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = sedikit terganggu
5 = tidak terganggu
M. EVALUASI
1. DX 2 : Kelebihan volume cairan b.d penurunan keluaran urin dan retensi cairan dan natrium.
Terbebas dari edema, efusi, anasarka, bunyi nafas bersih,tidak ada dipsnea dan memilihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign normal (skala 5)
2. Dx 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Nafsu makan meningkat, tidak terjadi penurunan BB, masukan nutrisi adekuat dan menghabiskan porsi makan (skala
5)
3. Dx 3 : Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
Tanda-tanda vital dalam rentang normal, suara nafas yang bersih tidak ada sianosis dan dyspneu, dan bebas dari tanda-
tanda distress pernafasan (skala 5).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi. 8
volume 2. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.