Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, Pemerintah
Indonesia mentargetkan pada tahun 2005-2010 memproduksi biodiesel 2% dari
konsumsi solar sekitar 0,72 juta KL dan pada tahun 2016-2025 memproduksi
biodiesel 5% dari konsumsi solar yaitu 4,7 juta KL. Biodiesel dapat diproduksi dari
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan ketersediaannya melimpah seperti
minyak nabati, lemak binatang dan minyak jelantah melalui proses esterifikasi atau
transesterifikasi (Ulfiati, 2010). Salah satu pemanfaatannya adalah minyak jelantah.
Menurut Kuncahyo (2013) produktifitas dari minyak jelantah adalah 6,43
juta ton/tahun yang ketersediaannya tersebar diseluruh kawasan Indonesia. Minyak
jelantah merupakan limbah yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi karena akan
menimbulkan permasalahan bagi manusia, diantaranya adalah kanker dan
penyempitan pembuluh darah. Oleh karena itu minyak jelantah memiliki potensi
yang besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel.
Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dilakukan dengan melalui
beberapa tahap yaitu pemurnian dengan adsorben, esterifikasi dan transesterifikasi
dimana pada proses tersebut membutuhkan suatu katalis untuk mempercepat reaksi.
Katalis yang biasa digunakan adalah katalis homogen berupa katalis asam dan basa.
Pada penelitian ini menggunakan KOH sebagai katalis karena sifatnya yang sangat
reaktif, mudah didapatkan dan harganya yang terjangkau serta mampu
menghasilkan rendemen yang cukup tinggi. Setelah proses tersebut dilakukan maka
tahapan selanjutnya adalah pemurnian dengan cara di cuci (washing).
Proses pemurnian merupakan suatu cara pemisahan antara gliserol dan
biodiesel kasar, serta memurnikan biodiesel dari pengotor seperti sabun dan sisa
metanol sehingga menjadi biodiesel murni. Metode pemurnian konvensional yang
banyak digunakan adalah metode water washing, dimana metode ini menggunakan
aquadest sebagai bahan pencuci. Penggunaan aquades dalam proses pemurnian
biodesel memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah membutuhkan waktu
yang cukup lama, membutuhkan energi yang besar, dan masih banyak sisa-sisa

1
2

pengotor dari biodesel kasar. Alternatif metode yang saat ini banyak dikembangkan
adalah metode pencucian dry washing yaitu suatu metode pencucian tanpa
menggunakan air sehingga mampu meminimalisir penggunaan air yang
ketersediaannya semakin menipis.
Penelitian dry washing menggunakan adsorben telah banyak dilakukan,
Arisurya (2007) menggunakan atapulgit dan magnesium silikat, Pupaningrum
(2007) menggunakan beberapa jenis adsorben dalam pemurnian biodiesel minyak
jarak pagar serta penelitian Widyanagari (2008) menggunakan hidrat magnesium
silikat dan alumunium silikat sebagai adsorben pemurnian biodiesel jarak pagar,
Setiarsih (2009) melakukan penelitian regenerasi hidrat magnesium silikat dan
alumunium silikat untuk pemurnian biodiesel, Listiadi dan Putra (2013)
menggunakan hidrat magnesium silikat untuk pemurnian biodiesel minyak
jelantah, Wisesa (2015) dan Arifin (2016) menggunakan magnesium silikat untuk
pemurnian biodiesel hasil transesterifikasi. Dari beberapa penelitian terdahulu
adsorben yang banyak digunakan adalah magnesium silikat sintentik maupun hidrat
magnesium silikat yang belum dioptimasi penggunaannya terhadap respon yang
diharapkan.
Proses optimasi dengan Response Surface Methodology (RSM) telah
banyak dilakukan. Istiadi, dkk. (2009) menggunakan RSM untuk mengoptimasi
biodiesel dari minyak nabati, Zulfansyah, dkk. (2010) melakukan optimasi produksi
biodiesel dari minyak biji karet dengan RSM, Qowim (2012) menggunakan RSM
untuk optimasi proses transesterifikasi, Rucitra (2014) mengaplikasikan RSM pada
optimasi produksi biodiesel jarak pagar, Aritonang (2014) Menganalisis RSM
untuk optimasi produksi biodiesel dengan Static Mixer Reactor, dan Purba (2015)
mengoptimasi produksi biodiesel dari minyak bintaro dengan RSM.
Berdasarkan dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil kajian
penelitian optimasi penggunaan hidrat magnesium silikat sebagai adsorben pada
pemurnian dry washing biodiesel menggunakan Response Surface Methodology
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi optimum variabel bebas terhadap respon.

1.2 Rumusan Masalah


3

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan permasalahan dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi optimum variabel bebas (konsentrasi, suhu, dan waktu)
terhadap respon rendemen, pH, bilangan penyabunan dan nilai kalor dengan
menggunakan Response Surface Methodology ?
2. Bagaimanakah kondisi optimum variabel bebas (konsentrasi, suhu, dan waktu)
terhadap kualitas biodesel berdasarkan SNI 7182:2012 meliputi viskositas,
densitas, bilangan iodin, indeks setana dan kadar metil ester dengan
menggunakan Response Surface Methodology ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi optimum variabel bebas (konsentrasi, suhu, dan waktu)
terhadap respon rendemen, pH, bilangan penyabunan dan nilai kalor dengan
menggunakan Response Surface Methodology.
2. Mengetahui kondisi optimum variabel bebas (konsentrasi, suhu, dan waktu)
terhadap kualitas biodesel berdasarkan SNI 7182:2012 meliputi viskositas,
densitas, bilangan iodin, indeks setana dan kadar metil ester dengan
menggunakan Response Surface Methodology.

1.4 Manfaat
Manfaat dari adanya penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Melalui inovasi karya ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam upaya
mewujudkan ketahanan energi yang mandiri melalui pengembangan sumber
energi alternatif yaitu pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energi terbarukan,
sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional.
2. Menginformasikan dan menyumbangkan inovasi mengenai sumber energi
terbarukan dari bahan baku alternatif, yaitu dengan menciptakan biodiesel dari
minyak jelantah dengan menggunakan optimasi pemurnian dry washing
4

sebagai upaya peningkatan nilai ekonomis dan nilai daya guna dari bahan
bahan tersebut.
3. Menjadi dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan memperhatikan
seluruh aspek yang ada.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku yang digunakan dalam produksi biodiesel adalah minyak jelantah
dari pengolahan roti SIP Politeknik Negeri Jember.
2. Reaksi esterifikasi digantikan oleh pemurnian dan bleaching dengan adsorben
arang aktif dan abu sekam padi.
3. Pada reaksi transesterifikasi menggunakan metanol 100% dan KOH P.A.
4. Mengabaikan by product berupa gliserol.
5. Adsorben yang digunakan merupakan hidrat magnesium silikat (talk) yang
dibeli dari toko kimia Makmur Jaya Perumahan Mastrip Jember.
6. Tidak ada regenerasi adsorben.
7. Optimasi dilakukan pada pemurnian biodiesel menggunakan adsorben hidrat
magnesium silikat dengan variabel bebas (konsentrasi, waktu dan suhu).
8. Desain yang digunakan pada Response Surface Methodology adalah Box
Behnken Design model orde kedua dengan bantuan software MINITAB 17.
9. Titik optimum akan dicantumkan dalam bentuk contour dan surface plot.

Anda mungkin juga menyukai