Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Children’s
Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi sebagai penyebab
lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia. UNICEF
juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian anak secara
global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara negara-negara
kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara(CWS, 2008).
Menurut klasifikasinya malnutrisi dibagi 3 yaitu : marasmus, kwashiorkor dan
marasmus-kwashiorkor. Marasmus merupakan bentuk malnutrisi protein kalori, terutama
akibat kekurangan kalori berat dan kronis, paling sering terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan serta atrofi lemak subkutan dan otot. Kwashiorkor
merupakan bentuk malnutrisi protein-energi yang disebabkan defisiesi protein yang berat,
asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi. Sedangkan Marasmic – Kwashiorkor
merupakan suatu keadaan defisiensi kalori dan protein, disertai penyusutan jaringan yang
hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah : Pemasukan kalori yang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik, malformasi kongenital. Kwashiorkor
penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung
kronis. Sedangkan Penyebab marasmic – kwashiorkor dapat dibagi menjadi dua penyebab
yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi
sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya
absorbsi dan/atau peningkatankehilangan protein maupun energi dari tubuh.Kekurangan
berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah
serius. Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, terlambat tumbuh
sampai ke sindrom klinis yang nyata. Penilaian antropometris status gizi dan didasarkan
pada berat, tinggi badan, dan usia. Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaa,
ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur. Marasmus biasanya berkaitan
dengan bahan pangan yang sangat parah, semikelaparan yang berkepanjangan, dan
penyapihan terlalu dini, sedangkan kwashiorkor dengan keterlambatan menyapih dan

1
kekurangan protein. Penanganan KKP berat dikelompokan menjadi dua yaitu pengobatan
awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa dan fase
rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi ( Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur
Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC )

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Malnutrisi?
2. Etiologi dari Malnutrisi?
3. Patofisiologi dari Malnutrisi?
4. Bagaimana pathway hingga terjadi Malnutrisi ?
5. Apa klasifikasi dari Malnutrisi ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak yang berupa makalah tentang malnutrisi.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Untuk mengetahui pengertian dari Malnutrisi.
2. Untuk mengetahui penyebab dari Malnutrisi.
3. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Malnutrisi.
4. Untuk mengetahui pathway dari malnutrisi
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Malnutrisi

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi : Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan


2. Bagi pembaca : Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab,
patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari Malnutrisi tersebut.
3. Bagi penulis :Terpenuhinya tugas keperawatan anak yang berupa makalah
Malnutrisi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.2 Definisi Malnutrisi Pada Anak


A. Marasmus
Marasmus merupakan bentuk malnutrisi protein kalori, terutama akibat
kekurangan kalori berat dan kronis, paling sering terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan serta atrofi lemak subkutan dan otot.
B. Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi protein-energi yang disebabkan
defisiesi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi. Gejala
meliputi retardasi pertumbuhan, perubahan pigmen rambut dan kulit, edema,
defisiensi imun dan perubahan patologis pada hati.
C. Marasmic – Kwashiorkor
Marasmic – Kwashiorkor merupakan suatu keadaan defisiensi kalori dan
protein, disertai penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan
biasanya dehidrasi.

2.3 Etiologi Malnutrisi Pada Anak


A. Marasmus
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak.
2. Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan
orang tua-anak terganggu.
3. Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia,galactosemia, lactose intolerance.
4. Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus,
hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.

3
B. Kwashiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan kwashiorkor antara lain :
1. Pola makan Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori
yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang
memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI
yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari
sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan
ASI kemakanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial. Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-turun dapat
menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi. Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain. Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi
sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk
keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,walaupun dalam derajat ringan akan
menurunkan imunitas tubuh terhadapinfeksi.

C. Marasmic – Kwashiorkor
Penyebab marasmic – kwashiorkor dapat dibagi menjadi dua penyebab yaitu
malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat.
Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat,
menurunnya absorbsi dan/atau peningkatankehilangan protein maupun energi dari
tubuh.

4
2.4 Epidemiologi Malnutrisi Pada Anak
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations
Children’s Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi
sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5
tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran
signifikan dalam kematian anak secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat
rentang yang sangat jauh antara negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika
dan Asia Tenggara(CWS, 2008).
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak
balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya
menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000
menderita gizi buruk tingkat berat. Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada
tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita
adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila
dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG
untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah
terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19
provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi
nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera Utara (22,7%),
Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara Barat
(24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan
Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi
Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat
(16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua
(21,2).
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao
(40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%),
Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang
(38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi
Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa
(6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%),

5
Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso
(8,7%).

2.5 Faktor Risiko Malnutrisi


Faktor risiko gizi buruk antara lain :
1. Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

2. Status sosial ekonomi


Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi
adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai
kemakmuran hidup. Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur
status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya
ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut.Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi
yang rendahberkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan
dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.

3. Pendidikan ibu
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan
dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah
kurang gizi.Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah
pendidikan yang rendah.

4. Penyakit penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
penyakit. Penyakit tersebut adalah:
a. Diare persisten :sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari atau lebih
yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini

6
sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.
Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti
penyakit sprue, gluten sensitive enteropathidan penyakitBlind loop.
b. Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan
parsial oksigen yang tinggi.
c. HIV AIDS HIV merupakan singkatan dari human Immunodeficiencyvirus
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel manusia (terutama CD4
positive sel dan macrophages komponen komponen utama sistem kekebalan
sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus,
yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.Sistem kekebalan
dianggap defisien ketikasistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya memerangi infeksi dan penyakit.

5. Pengetahuan ibu
Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi
makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu
berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu
tentang gizi menyebabkan keanekaragamanmakanan yang berkurang. Keluarga akan
lebih banyak membeli barang karenapengaruh kebiasaan, iklan,dan lingkungan.
Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu
menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.

6. Berat Badan Lahir Rendah


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu)jam setelah lahir.
Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit
infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan
makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang.

7
7. Kelengkapan imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit tersebut sehingga
bila balita kelak terpajanantigen yang sama, balita tersebut tidak akan sakitdan untuk
menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita penting
untuk dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap
suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan
atau dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan
imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam
tubuh meningkat.
Macam-macam imunisasi antara lain:
1. BCG : vaksin untuk mencegah TBC yang dianjurkan diberikan saat berumur 2
bulan sampai 3 bulan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun dan
0,1 mlpada anak disuntikkan secara intrakutan.
2. Hepatitis B : salah satu imunisasi yang diwajibkan dengan diberikan sebanyak
3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua kemudian 5
bulan antara suntikan kedua dan ketiga.Usia pemberian dianjurkan sekurang-
kurangnya 12 jam setelah lahir.
3. Polio : imunisasi ini terdapat 2 macam yaitu vaksi oral polio dan inactivated
polio vaccine.Kelebihan dari vaksin oral adalah mudah diberikan dan murah
sehingga banyak digunakan.
4. DPT : vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan
serta bakteri pertusis yang diinaktivasi.
5. Campak : imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinyapenyakit
campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Pemberian yang
dianjurkan adalah sebanyak 2 kali yaitupada usia 9 bulan dan pada usia 6
tahun.
6. MMR : diberikan untuk penyakit measles,mumps,dan rubella sebaiknya
diberikan pada usia 4 bulan sampai 6 bulan atau 9 bulan sampai 11 bulan yang
dilakukan pengulangan pada usia 15 bulan.

8
7. Typhus abdominal: terdapat 3 jenis vaksin yang terdapat di Indonesia yaitu
kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan, dan antigen capsular Vi
polysaccharide.
8. Varicella : pemberian vaksin diberikan suntikan tunggal pada usia diatas 12
tahun dan usia 13 tahun diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8mg.
9. Hepatitis A: imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A
yang diberikan pada usia diatas 2 tahun.
10. HiB : Haemophilus influenzae tipe byang digunakan untuk mencegah
terjadinya influenza tipe b dan diberikan sebanyak 3 kali suntikan.Menurut
penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lombok Timur,imunisasi yang tidak
lengkap terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi buruk
OR(95%CI) dari 10,3;p<0.001.

8. ASI
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif
kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI
eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia periode1997-2003 yang cukup memprihatinkan yaitu bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.Sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan
berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu formula.

2.6 Manifestasi Klinis Malnutrisi Pada Anak


A. Manifestasi klinis marasmus
1. Pertumbuhan berkurang atau terhenti
2. Anak masih menangis walaupun telah mendapat minum atau disusui
3. Sering bangun pada waktu malam hari
4. Konstipasi
5. Diare. Bila anak menderita diare maka akan terlihat berupa bercak hijau tua
yang terdiri dari lendir dan sedikit tinja
6. Jaringan dibawah kulit akan menghilang, sehingga kulit kehilangan turgornya
dan keriput
7. Pada keadaan berat, lemak pipi pun menghilang sehingga wajah penderita
seperti wajah orang tua dengan tulang pipi dan dagu yang kelihatan menonjol
8. Iga gambang yaitu tulang rusuk yang menonjol

9
9. Vena superfisialis tampak jelas
10. Ubun-ubun besar cekung
11. Mata tampak besar dan dalam
12. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis
13. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
14. Atrofi otot
15. Mula-mula anak tampak penakut, akan tetapi pada keadaan yang lebih lanjut
menjadi apatis.
B. Manifestasi klinis kwashiorkor
1. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga
tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak sehat.
2. Perubahan mental. Biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut
menjadi apatis.
3. Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
4. Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting, anoreksia hebat,
sehingga pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan
dengan NGT.
5. Perubahan rambut sering dijumpai. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor
ialah rambut kepala mudah dicabut, kusam dan berwarna merah seperti rambut
jagung.
6. Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar. Pada sebagian penderita ditemukan perubahan kulit
yang khas untuk kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang
merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan
ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan, terutama bila
tekanan tersebut terus-menerus dan disertai kelembaban oleh keringat atau
sekreta, seperti pada bokong, fossa poplitea, lutut, kaki, paha, lipatan paha,
dan sebagainya.
7. Pembesaran hati merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang
batas hati terdapat setinggi pusat. Hati yang dapat diraba umumnya kenyal,
permukaannya licin dan pinggir tajam. Biasanya pada hati yang membesarkan
ini terjadi perlemakan.
8. Anemia ringan selalu ditemukan.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Muhayat Syah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 4 Tahun

Alamat : Lambaro Samahani

Nama Ibu : Salmiah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk : 20 April 2019

No RM : 00.73.30

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan
kekurangan gizi.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal
ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan

11
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.
3. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian
secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan
kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut)
2. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal) Perut tampak acites, hati teraba membesar, bising
usus dapat meningkat bila terjadi diare.
3. Edema tungkai Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy
pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat
4. Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan
sekresi trakheobronkhial
5. Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial
sekunder terhadap infeksi saluran.
12
3.3 Intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria hasil :
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang.
Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet
3.3 Intervensi Keperawatan
No NDX NOC NIC
1 Ketidakseimbangan nutrisi  Nutritional Status : Nutrition Management
kurang dari kebutuhan b/d  Nutritional status : food  Kaji adanya alergi makanan
asupan yang tidak adekuat, and fluid intake
 Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia dan diare.  Nutritional status :
untuk menentukan jumlah
nutrient intake
kalori dan nutrisi yang
Definisi : asupan nutrisi tidak  Weight control
dibutuhkan pasien
cukup untuk memenuhi Kriteria Hasil :
 Berikan substansi gula
kebutuhan metabolik  Adanya peningkatan BB
 Ajarkan pasien bagaimana
sesuai dengan tujuan
membuat catatan makanan
 BB ideal sesuai dengan
harian
tinggi badan
 Onitor jumlah nutrisi dan
 Mampu
kandungan kalori
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi  Berikan informasi tentang
 Tidak ada tanda – tanda kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
malnutrisi  BB pasien dalam batas
 Menunjukkan normal
peningkatan fungsi  Monitor adanya penurunan
BB
pengecapan dari
 Monitor tie dan jumlah
menelan aktivitas
 Tidak terjadi penurunan  Monitor turgor kulit
BB yang berarti  Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
2 Kekurangan volume cairan b/d  Fluid balance Fluid Management
penurunan asupan peroral dan  Hydration  Timbang popok / pembalut

13
peningkatan kehilangan akibat  Nutritional status : food jika diperlukan
diare. and fluid intake  Pertahankan catatatn intake
Kriteria Hasil dan output yang akurat
Definisi : penurunan cairan  Mempertahankan urine  Monitor status hidrasi
intravaskuler, intersitial, dan/ output sesuai dengan  Monitor vital sign
atau intraseluler. Ini mengacu usia dan BB, BJ urine  Monitor masukan makanan /
pada dehidrasi, kehilangan normal, HTT normal cairan dan itung intake kalori
cairan saa tanpa perubahan  TD, nadi, SB dalam harian
natrium batas normal  Kolaborasikan pembarian
 Tidak ada tanda – tanda cairan IV
dehidrasi, elastisitas  Monitor status nutrisi
turgorkulit baik,
 Berikan cairan IV pada suhu
membrane mukosa ruangan
lembab, tidak ada rasa
 Dorong masukan oral
haus yang berlebihan
 Dorong keluarga untuk
membatu pasien makan
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan transfuse
 Monitor tingkat Hb dan
hematoktrit
 Monitor BB
3 Gangguan integritas kulit  Tissue Integrity : skin Pressure Management
berhubungan dengan tidak dan Mucous Membranes  Anjurkan pasien
adanya kandungan makanan  Hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
yang cukup Kriteria Hasil : longgar
 Integritas kulit yang baik  Hindari kerutan pada tempat
Definisi : Perubahan / gangguan bisa dipertahankan ( tidur
epidermis dan/ atau dermis sensasi, elastisitas,  Jaga kebersihan kulit agar
temperature, hidrasi, tetap bersih dan tetap kering
pigmentasi)  Mobilisasi pasien
 Tidak ada luka / lesi  Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan
 Perfusi jaringan baik  Oleskan lotion atau minyak /
 Menunjukkan baby oil pada daerah yang
pemahaman dalam tertekan
proses perbaikan kulit  Mandikan pasien dengan
dan mencegah terjadinya sabun dan air hangat
sedera berulang
 Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

14
4 Keterlambatan pertumbuhan  Growth and Peningkatan perkembangan
dan perkembangan b/d asupan development, delayed anak dan remaja
kalori dan protein yang tidak  Nutrition imbalance less  Kaji faktor penyebab
adekuat dan proses penyakit than body requirements : gangguan perkembangan
kwashiokor dan marasmus. Kriteria Hasil : anak
 Anak berfungsi optimal  Identifikasi dan gunakan
Definisi : penyimpangan / sesuai tingkatannya sumber pendidikan untuk
kelainan dari aturan kelompok  Keluarga dan anak memfasilitasi perkembangan
usia mampu menggunakan anak yang optimal
koping terhadap  Tingkatkan komunikasi
tantangan karena adanya verbal dan stimulasi taktil
ketidakmampuan.  Berikan instruksi berulang
 Keluarga mampu dan sederhana
mendapatkan sumber –  Dorong anak melakukan
sumber sarana sosialisasi dengan kelompok
komunitas  Berikan reinforcement positif
 Kematangan fisik : atas hasil yang dicapai anak
wanita : perubahan fisik Nutritional Management :
normal pada wanita
 Kaji keadekuatan asupan
yang terjadi dengan nutrisi
transisi dari masa kanak
 Tentukan makanan yang
– kanak ke dewasa
disukai anak
 Kematangan fisik : pria :
 Pantau kecenderungan
perubahan fisik normal
kenaikan dan penurunan BB
pria yang terjadi dengan
anak
transisi dari masa kanak
– kanak ke dewasa
 Status nutrisi seimbang
5 Kurangnya pengetahuan b/d  Knowledge : disease Teaching : disease process
tidak tahu memberikan intake process  Berikan penilaian tentang
nutrisi yang adekuat pada anak  Knowledge : health tingkat pengetahuan pasien
behavior tentang proses penyakit yang
Definisi : keadaan atau spesifik
defisiensi informasi kognitif  Jelaskan patofisiologi dari
yang berkaitan dengan topic penyakit dan bagaimana hal
tertentu ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat
 Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit dengan cara yang
tepat
 Gambarkan proses penyakit

15
dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan
datang
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh
mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.
Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah karena kurangnya asupan makanan:
Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan
yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan
yang salah. Serta karena adanya penyakit infeksi.
Sedangkan penyebab yang tidak langsung ialah kurangnya ketahanan pangan
keluarga,kualitas perawatan ibu dan anak,sanitasi lingkungan yang kurang,buruknya
pelayanan kesehatan
Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik;sedangkan penderita yang mengalami
komplikasi serta dehidrasi,syok,asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah
sakit.
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.
Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah
dan mengkontrol tekanan darah.Pada tahap awal,kalori diberikan dalam bentuk
karbohidrat,gula sederhana,dan lemak.Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain
telah dapat menberikan tambahan energi.Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.

4.2 Saran
Moga dengan adanya makalah ini dapat menjadi referensi berguna bagi teman-teman
yang ingin mencari tahu tentang mal nutrisi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Handayani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Sebelas Maret University Press.Surakarta.

Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Kusharisupeni. 2002. Growth Faltering Pada Bayi di Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Universitas Indonesia. http://journal.ui.ac.id/upload/artikel. Diakses 02 mei 2019.

Lutviana, Evi., Budiono, Irawan. 2010. Prevalensi dan Determinan Kejadian Gizi Kurang
Pada Balita. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kesmas. Diakses 30 april 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai