Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki

orang dewasa. Pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar

sebagaimana hak-hak orang dewasa atau isu gender, yang menyangkut hak

perempuan. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang turut memikirkan

dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga upaya untuk melindungi

hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan negara, orang dewasa atau bahkan

orang tuanya sendiri, tidak begitu menaruh perhatian akan kepentingan masa

depan anak. Padahal anak merupakan belahan jiwa, gambaran dan cermin masa

depan, aset keluarga, agama, bangsa dan negara. Di berbagai negara dan berbagai

tempat di neger ini , anak-anak justru mengalami perlakuan yang tidak

semestinya, seperti eksploitasi anak, kekerasan terhadap anak, dijadikan alat

pemuas seks, pekerja anak, diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban

perang/konflik bersenjata. Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu

Bangsa di masa depan, yang memiliki sifat dan ciri khusus. Kekhususan ini

terletak pada sikap dan perilakunya di dalam memahami dunia, yang mesti

dihadapinya. Oleh karenanya Anak patut diberi perlindungan secara khusus oleh

negara dengan Undang-Undang. Perlindungan anak adalah segala daya upaya

bersama yang dilakukan secara sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat,

badan-badan pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaan, dan

pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak berusia 0-21 tahun, tidak

1
dan belum pernah menikah, sesuai dengan hak asasi dan kepentingannya agar

dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Upaya perlindungan hukum

bagi anak dapat di artikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai

kebebasan dan hak asasi anak ( fundamental rights and freedoms of children )

serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi

masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas

Hukum anak sebenarnya memiliki makna yang tidak sebatas pada persoalan

peradilan anak, namun lebih luas dari itu. Undang-undang No. 23/2002 tentang

perlindungan anak telah membantu memberikan tafsir, apa saja yang menjadi

bagian hukum anak di Indonesia yang dimulai dari hak keperdataan anak di

bidang pengasuhan, perwalian dan pengangkatan anak; juga mengatur masalah

eksploitasi anak di bidang ekonomi, sosial dan seksual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia ?

2. Apa yang di maksud dengan Anak ?

3. Bagaimana identifikasi kasus tentang kekerasan terhadap anak ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Menjelaskan tentang Anak.

2. Menjelaskan Hukum.

3. Mengetahui pandangan hukum dalam Islam mengenai kekerasan terhadap

anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anak dalam aspek Hukum

Terdapat berbagai ragam pengertian tentang anak di Indonesia, dimana

dalamberbagai perangkat hukum berlaku penentuan batas anak yang berbeda-beda

pula. Batas usia anak merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud

kemampuan anak dalam status hukum. Hal tersebut mengakibatkan beralihnya

status usia anak menjadi usia dewasa atau menjadi subjek hukum yang dapat

bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan dan tindakan hukum yang

dilakukannya. Beberapa pengertian anak yang terdapat dalam berbagai peraturan

perundang-undangan di Indonesia antara lain adalah : 1. Menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata : Pasal 330 KUHPerdata : “Belum dewasa adalah mereka

yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.

Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka

mereka tidak kembali dalam kedudukan belum dewasa.” 2. Menurut Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak : Pasal 1 angka 2 :

“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah

kawin.” 3. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan

Anak : Pasal 1 angka 1 : “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah

mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas)

tahun dan belum pernah kawin.” 4. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia : Pasal 1 angka 5 : “Anak adalah setiap manusia

yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk

3
anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi

kepentingannya.” 5. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak : Pasal 1 angka 1 : “Anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” 6.

Menurut Hukum Adat : “Ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya,

tetapi dari ukuran yang dipakai adalah : dapat bekerja sendiri; cakap melakukan

yang diisyaratkan dalam kehidupan masyarakat; dapat mengurus kekayaan

sendiri.” Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan anak adalah konsekuensi penerapannya

dikaitkan dengan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, sosial politik, dan

budaya masyarakat.

2.2 Anak Dalam Pandangan Agama, Negara, dan Psikologis

2.2.1 Definisi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan yang

kedua atau manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini bersifat secara umum.

Untuk lebih mengkhususkan definisi anak, maka definisi anak dapat di tinjau dari

beberapa segi, yaitu segi agama, negara, dan psikologis.

2.2.2 Pandangan Agama

Anak adalah amanah dari Tuhan yang harus kita jaga dan lindungi

mereka.Anak itu suci dalam keadaan fitrah yang dimana amal baik dan

amal buruknya merupakan cobaan atau ujian dari Tuhan.

4
Dari segi sifat, anak terbagi atas 2 macam yaitu:

 Anak saleh

Anak saleh adalah anak yang tumbuh, bahkan setelah menjadi manusia dewasa,

mengetahui dan mengamalkan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT,

orang tuanya, dan masyarakat di lingkungan hidupnya.

 Anak durhaka

Anak durhaka adalah anak yang salah asuh dalam

pertumbuhannya, setelah dewasa, dia mengabaikan

kewajiban-kewajibannya terhadap orang tuanya dan masyarakat, bahkan

melakukan perbuatan kebalikan dari kewajiban-kewajiban kepada Allah SWT.

Di dalam Al-qur’an, anak itu di sebutkan bahwa, mereka merupakan kabar

gembira. Firman Allah SWT :

”Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan

(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum

pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.” ( Q.S , 19 : 7)

Anak telah menjadi perhatian ajaran islam sejak dia belum dilahirkan,

bahkan sejakdia belum berbentuk. Dalam ilmu fikih, anak belum termasuk ke

dalam kategori mukalaf, yaitu manusia dewasa yang dibebani kewajiban-

kewajiban agama seperti shalat dan puasa. Hanya saja, agar kelak anak bisa

menjadi anak yang saleh, orang tua dan masyarakat berkewajiban mendidiknya

untuk mengenal dan mengamalkan kewajiban-kewajiban tersebut sebelum dia

dewasa.

5
2.2.3 Pandangan Negara

“Konvensi Hak Anak (KHA) mendefinisikan anak sebagai manusia yang

umurnya belum mencapai 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang

Perlindungan Anak, mendefinisikan “anak adalah seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dari segi pandang negara anak terbagi atas 5 macam yaitu:

 Anak terlantar

Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, naik

fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

 Anak yang menyandang cacat

Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik

dan/atau mental sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara

wajar.

 Anak yang memiliki keunggulan

Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar

biasa, atau memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.

 Anak angkat

Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan

keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas

perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan

keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

Menurut Hadi Supeno dalam bukunya menerangkan:

“Anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita

perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam

6
rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu

memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

Konvensi Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan anak memberikan

perhatian yang sangat sentral atas harkat dan martabat anak. Negara,

masyarakat,orang tua, serta aparat hukum tidak boleh merendahkan anak.

Bantuan,bimbingan, pengasuhan, perawatan, pendidikan, dan sejenisnya harus

diberikan dalam konteks sebagai hak, bukan sekadar dalam kaitan relasi kuasa

subjek dan objek. Anak-anak memang memiliki hak untuk itu semua. Maka apa

pun yang diberikan orang dewasa terhadapnya harus dengan cara-cara yang

menunjang tinggi harkat dan matabat.

2.2.4 Pandangan Psikologis

Definisi anak dalam psikologis adalah “seseorang yang belum mencapai

tingkat kedewasaannya. Bisa berarti seorang individu diantara kelahiran dan masa

pubertas, atau seorang individu diantara masa kanak-kanak dan masa

pubertas. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang

lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.

MenurutJohn Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih

bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.

Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar

7
permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang

dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan

ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian

terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh

yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran,

perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala

keterbatasan. Haditono (dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak

merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat

bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan

keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting

untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

Pengertian anak juga mencakup masa anak itu ada. Hal ini untuk

menghindari kesalahan mengenai pengertian anak dalam hubugannya dengan

orang tua dan pengertian anak itu sendiri setelah menjadi orang tua. Kasiram

(1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan

yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang semuanya itu

merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-

tiap fase perkembangannya. Di dalam perkembangan anak, tahapan atau fase

harus saling berkesinambungan, jadi “antara fase yang satu dengan fase yang lain

selalu berhubungan dan mempengaruhi serta memiliki ciri-ciri yang relatif sama

pada setiap anak. Disamping itu juga perkembangan manusia tersebut tidak

terlepas dari proses pertumbuhan, keduanya akan selalu berkaitan. Apabila

pertumbuhan sel-sel otak anak semakin bertambah, maka kemampuan

8
intelektualnya juga akan berkembang. Proses perkembangan tersebut tidak hanya

terbatas pada perkembangan fisik, melainkan juga pada perkembangan psikis.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa “anak merupakan mahkluk sosial, yang

membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya,

anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu

merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-

tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase

merupakan dasar bagi fase selanjutnya.

Adapun fase-fase perkermbangan anak menurut beberapa ahli dalam abin

Syamsuddin dibukunya.

 Aristoteles

dia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam

tiga septima berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu:

No Nama Tahapan Waktu


1 Masa Kanak-kanak 0-7 tahun
2 Masa anak sekolah 7-14 tahun

 Hurlock

dia membagi fase-fase perkembangan individu secara lengkap sebagai berikut:

No Nama Tahapan Waktu


1 Prenatal Conception-280 days
2 Infancy 0-10 to 14 days
3 Baby Hood 2 weeks-2 years
4 Child Hood 2 years-adobcence
5 Adolescense (13(girls)-21 years)
(14(boys)-21 years)
6 Adult Hood 21-25 years
7 Midle Age 25-30 years
8 Old Age 30 years-death

9
 Erikson

dia mengamati beberapa segi perkembangan kepribadian dan mengembangkan

model pertahapan perkembangan tanpa menunjukan batas umur yang jelas atau

tegas, namun menunjukan komponen yang menonjol pada setiap fase

perkembangan

No Developmental Satges Basic Components


1 Infancy Trust us Mistrust
2 Early Childhood Autonomy us Shame, doubt
3 Preschool age Iniative us Guilt
4 School age Industry us Inferiority
5 Adolescence Indentity us Confusion
6 Young adulthood Intimacy us Isolation
7 Adulthood Generativity us Stagnation
8 Senescence Egointegrity us despair

 Witherington

Mengobservasi penonjolan aspek perkembangan psikofisik yang selaras dengan

jenjang praktik pendidikan, dia membagi tahap yang lamanya masing-masing tiga

tahun perkembangan individu sampai menjelang dewasa

No Stage Indikator
1 0-3 th Perkembangan fisik ynag pesat
2 3-6 th Perkembangan mental yang pesat
3 6-9 th Perkembangan sosial yang pesat
4 9-12 th Perkembangan sikap yang individualis
5 12-15 th Awal penyesuaian social
6 15-18 th Awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan
diikuti smpai dewasa
Anak adalah individu unik yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa,

baik segi fisik,emosi,pola pikir maupun perlakuan terhadap anak membutuhkan

spesialisasi perlakuan khusus dan emosi yang stabil.

Allah SWT telah menitipkan anak dalam jiwa manusia,rasa cinta yang

dalam kepada anak dan tak tertandingi dengan cinta lain.Sebab anak merupakan

10
jantung hati, cahaya kalbu di dalam rumah tangga. Ini bisa dilihat dari perhatian

besar yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka, disertai dengan rasa

kasih sayang yang abadi.

Al-Our’an telah menerangkan sejumlah faktor yang menerangkan orang

tua mencintai anak.Seperti fiman Allah berikut:

“Dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami

jadikan kelompok yang lebih besar”.

Pada anak terdapat tanggung jawab yang besar karena anak merupakan

masa depan suatu bangsa dan agama yang disandarkan. Anak merupakan bapak

masa depan, penerus cita-cita dan pewaris keturunan.

Banyak cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak. Diantaranya

menggunakan komunikasi yang baik bahkan ada yang menggunakan kekerasan

sebagai bentuk mendidik anak yang diharapkan anak menjadi baik dan

disiplin. Baik melalui kekerasan fisik atau psikis.

Sering juga terjadi kekerasan terhadap anak yang tidak kita sadari.Sebagai

contoh seorang guru melakukan kekerasan fisik terhadap seorang siswa. Tentu

kita berpikir hal tersebut termasuk wajar dalam sekolah. tetapi hal itu telah

merampas hak seorang anak.Karena seorang anak harus mendapatkan kasih

sayang tanpa ada unsur kekerasan.

2.3 Perlindungan anak

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan

kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi

perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut secara wajar, baik fisik, mental,

11
maupun sosial. Hal tersebut adalah sebagai perwujudan adanya keadilan dalam

suatu masyarakat. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan

harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu

sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak menjadi berakibat

negatif. Perlindungan anak harus dilaksanakan secara rasional, bertanggung jawab

dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien terhadap

perkembangan pribadi anak yang bersangkutan. Usaha perlindungan anak tidak

boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreativitas dan hal-hal lain yang

menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak terkendali.

Sehingga anak menjadi tidak memiliki kemampuan dan kemauan dalam

menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dalam

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak dijelaskan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin

dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal tersebut didukung

dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 yang mengatur tentang tujuan perlindungan anak yaitu untuk

menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya

anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Perlindungan

anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara

langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang

12
menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat

berupa cara melindungi anak dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari

dalam dirinya, mendidik, membina, mendampingi anak dengan berbagai cara,

mencegah kelaparan dan mengusahakan kesehatannya dengan berbagai cara, serta

dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi anak. Sedangkan yang

dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah kegiatan yang

tidak langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau

melakukan kegiatan dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut. Dalam

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

telah diatur bahwa yang berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap

penyelenggaraan perlindungan anak adalah negara, pemerintah, masyarakat,

keluarga dan orang tua. Jadi yang mengusahakan perlindungan bagi anak adalah

setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam

usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Perlindungan anak menyangkut berbagai

aspek kehidupan agar anak benar-benar dapat tumbuh dan berkembang dengan

wajar sesuai dengan hak asasinya. Dalam masyarakat, ketentuan-ketentuan yang

mengatur mengenai masalah perlindungan anak dituangkan pada suatu bentuk

aturan yang disebut dengan Hukum Perlindungan Anak. Hukum Perlindungan

Anak merupakan sebuah aturan yang menjamin mengenai hak-hak dan kewajiban

anak yang berupa : hukum adat, hukum perdata, hukum pidana, hukum acara

perdata, hukum acara pidana, maupun peraturan lain yang berhubungan dengan

permasalahan anak. Dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Hak-Hak Anak,

mantan hakim agung, Bismar Siregar mengatakan bahwa masalah perlindungan

hukum bagi anak-anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi

13
anak-anak Indonesia, di mana masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara

yuridis saja tetapi juga perlu pendekatan yang lebih luas, yaitu ekonomi, sosial

dan budaya. Perlindungan khusus terhadap anak yang berada dalam situasi

darurat, misalnya anak yang sedang berhadapan dengan hukum serta anak dari

kelompok minoritas dan terisolasi diatur secara terperinci dalam Bab VIII Bagian

Kelima Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal

64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menjelaskan bahwa

perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 59 adalah meliputi anak yang berkonflik dengan

hukum dan anak korban tindak pidana, yang merupakan kewajiban dan

tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Penyelenggaraan perlindungan anak

berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak

meliputi :

a. non diskriminasi

b. kepentingan yang terbaik bagi anak

c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan

d. penghargaan terhadap pendapat anak.

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar

dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,

berakhlak mulia, dan sejahtera. Sebetulnya usaha perlindungan terhadap anak

telah cukup lama dibicarakan baik di Indonesia maupun di dunia internasional.

14
Sejak tahun lima puluhan perhatian ke arah terwujudnya peradilan anak telah

timbul dimana-mana. Perhatian mengenai masalah perlindungan anak ini tidak

akan pernah berhenti, karena disamping merupakan masalah universal juga karena

dunia ini akan selalu diisi oleh anak-anak. Sepanjang dunia tidak sepi dari anak-

anak, selama itu pula masalah anak akan selalu dibicarakan. Perhatian akan

perlunya perlindungan khusus bagi anak berawal dari Deklarasi Jenewa tentang

Hak-hak Anak tahun 1924 yang diakui dalam Universal Declaration of Human

Right tahun 1958. bertolak dari itu, kemudian pada tanggal 20 Nopember 1958

Majelis Umum PBB mengesahkan Declaration of The Rights of The Child

(Deklarasi Hak-hak anak). Sementara itu masalah anak terus dibicarakan dalam

konggres-konggres PBB mengenai The Prevention of Crime and The Treatment

of Offenders. Pada konggres ke I di Jenewa tahun 1955 dibicarakan topic

Prevention of Juvenile Delinquency. Pada tahun 1959 Majelis Umum PBB

kembali mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak yang merupakan deklarasi

internasional kedua bagi hak anak. Tahun 1979 saat dicanangkannya Tahun Anak

Internasional, Pemerintah Polandia mengajukan usul bagi perumusan suatu

dokumen yang meletakkan standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak

anak dan mengikat secara yuridis. Inilah awal perumusan Konvensi Hak Anak.

Tahun 1989, rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga

naskah akhir tersebut disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB

tanggal 20 November. Konvenan ini kemudian diratifikasi oleh setiap bangsa

kecuali oleh Somalia dan Amerika Serikat. C. Instrumen Hukum Instrumen

hukum yang mengatur perlindungan hak-hak anak diatur dalam Konvensi PBB

tentang Hak-Hak Anak ( Convention on The Rights of The Child ) tahun 1989

15
(Convention on The Right of The Child, UNICEF, 1990 ), telah di ratifikasi oleh

lebih 191 negara. Indonesia sebagai anggota PBB telah meratifikasi dengan

Kepres Nomor 36 tahun 1990. Dengan demikian Konvensi PBB tentang Hak

Anak tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga

Negara Indonesia. Lahirnya Konvensi Hak Anak Gagasan mengenai hak anak

pertama kali muncul pasca berakhirnya Perang Dunia I. Sebagai reaksi atas

penderitaan yang timbul akibat bencana peperangan terutama yang dialami oleh

kaum perempuan dan anak-anak, para aktivis perempuan melakukan protes

dengan menggelar pawai. Dalam pawai tersebut, mereka membawa poster-poster

yang meminta perhatian publik atas nasib anak-anak yang menjadi korban perang.

Salah seorang di antara aktivis tersebut, Eglantyne Jebb, kemudian

mengembangkan sepuluh butir pernyataan tentang hak anak yang pada tahun 1923

diadopsi oleh Save the Children Fund International Union. Untuk pertama

kalinya, pada tahun 1924, Deklarasi Hak Anak diadopsi secara internasional oleh

Liga Bangsa-Bangsa. Selanjutnya, deklarasi ini juga dikenal dengan sebutan

Deklarasi Jenewa Konvensi Hak-hak anak merupakan instrument hukum yang

berisi rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma hukum mengenai

anak. Konvensi hak anak merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai

hak asasi manusia yang memasukan masing-masing hak-hak sipil, hak politik, hak

ekonomi, hak sosial dan hak budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat

dikategorikan sebagai berikut, pertama penegasan hak-hak anak, kedua

perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta berbagai pihak (pemerintah,

masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap hak-hak anak.

Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak dapat

16
dikelompokan menjadi: 1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights) Hak

kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk melestarikan dan

mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi

dan perawatan yang sebaik-baiknya. Konsekwensinya menurut Konvensi Hak

Anak negara harus menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup dan

perkembangan anak (Pasal 6).

2.4 Contoh kasus kekerasan terhadap anak

Mengenai kekerasan terhadap anak disini kami membahas tentang

kekerasan yang sangat amat tragis.Yaitu seorang anak yang bernama Bastien

(AFP) anak asal Paris.Untuk lebih jelasnya mari kita pahami

kronologisnya.Seorang ayah di Prancis tega menghabisi nyawa anak kandungnya

yang masih berumur 3 tahun. Sang ayah dengan kejam memasukkan sang balita

ke dalam mesin cuci dan kemudian menyalakannya.

Atas perbuatannya tersebut, sang ayah yang bernama Christophe

Champenois (33) dikenai tuduhan pembunuhan terhadap anak kecil oleh

pengadilan setempat di Meaux, Paris. Demikian seperti diberitakan kantor

berita AFP dan dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (29/11/2011).

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita

perjuangan bangsa sekaligus modal sumberdaya manusia bagi pembangunan

nasional. Melihat arti pentingnya anak bagi kelangsungan bangsa dan negara,

pemerintah tetap memandang perlu adanya acuan yuridis formal yang mengatur

tentang pelaksanaan perlindungan anak. Atas dasar pertimbangan tersebut,

pemerintah telah menerbitkan peraturan perundang-undangan yang secara khusus

mengatur tentang perlindungan anak yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak. Disebutkan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 bahwa yang dimaksud dengan perlindungan anak

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar

dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Seiring dengan perkembangan jaman, perlindungan

terhadap anak semakin dituntut pelaksanaannya.

3.2 Saran

Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak

langsung. Secara langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan

kepada anak yang menjadi sasaran penanganan langsung.

18
DAFTAR PUSTAKA

Admin Blog.2008. Psikologi Anak,


tersedia.http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/penger
tian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-
psikologis/, [25 Februari 2017]

Chaplin JP.1999.Kamus Lengkap Psikologis Penerjemah Dr Kartini


Karotono.Edisi 1.Cetakan 5.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

CatatanFilsufGila: http://umam74.blogspot.com/2012/05/perlindungan-anak-di-
indonesia.html?m=1

Azharruddin Hasbi: http://escampur-sari.blogspot.co.id/2012/05/makalah-uud-


perlindungan-anak.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai