PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar Belakang
PT. PERTAMINA RU VI Balongan merupakan salah satu unit dari PT.
PERTAMINA (Persero) yang ada di Indonesia. Residue Catalytic Cracking (RCC)
merupakan salah satu unit unggulan dari Pertamina RU-VI Balongan, dimana RCC
sendiri merupakan unit tingkat lanjut (secondary processing) untuk mendapatkan nilai
tambah dari pengolahan residue dengan cara perengkahan menggunakan katalis. Unit
ini mempunyai dua unit yaitu Residue Catalytic Unit (RCCU) dan Light End Unit
(LEU). Dimana pada awalnya feed masuk melalui RCCU kemudian produk light yang
dihasilkan dari sana diteruskan ke unit LEU. Feed yang digunakan di dalam unit
RCCU merupakan residue dari Crude Distilation Unit (DCU) dan Atmospheric
Hydrogen Unit ( AHU ). Setiap unit memiliki residue yang berbeda, residu dari unit
DCU merupakan Atmospheric Residue (AR) dimana residue ini sudah mengalami
treating terlebih dahulu , sedangkan residue dari unit AHU merupakan Demetalizing
Atmospheric Residue (DMAR) dimana residue ini sudah mengalami treating dari unit
AHU dengan menghilangkan kandungan metal dalam feed. Produk yang dihasilkan
Unit RCC ini yaitu, Flue Gas, Propylene, LPG Polygasoline, Naptha, Light Cycle Oil
(LCO), Decant Oil (DO), dan Coke.
Alat-alat utama yang digunakan pada unit RCC yaitu Reaktor, Regenerator,
Catalyst Cooler, Main Air Blower, Cyclone, Catalyst System, Kolom Destilasi dan CO
Boiler. Sedangkan peralatan pendukung dari unit ini adalah Stripper dan Vessel
Pompa, dan Heat Exchanger. Reaktor dan regenerator merupakan jantung dari unit
RCC. Untuk pengaturan unit RCC diperlukan keseimbangan dari beberapa variabel
secara tepat. Variabel proses ini sangat berkaitan satu dengan yang lainnya, maka
beberapa pengaruh kemungkinan tidak dapat terlihat dengan cepat. Berikut adalah
beberapa contoh variabel proses, yaitu konversi, C/O ratio, manajemen katalis,
temperature reaktor, jumlah feed, pembakaran coke, jumlah udara pembakaran, carbon
dalam residu, fraksinasi, properti katalis, dan lain-lain.
1.1.2 Perumusan Masalah
Reaktor dan regenerator dalam unit RCC di desain untuk melakukan
pemanasan dalam reaktor tanpa menggunakan dapur (furnace) dengan alasan efisiensi
energi. Inti dalam proses perhitungan neraca massa dan energi adalah pada reaktor
regenerator. Seperti yang diketahui ada banyak variabel proses yang berpengaruh.
Permasalahn pada tugas khusus kami yaitu menghitung nilai enthalphy reaksi di
Reaktor Unit 15 Residue Catalytic Cracking dengan menggunakan metode
perhitungan Heat Balance.
1.1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah menghitung nilai enthalpy reaksi di
Reaktor Unit 15 Residue Catalytic Cracking dengan menggunakan metode
perhitungan Heat Balance.
1.1.4 Manfaat
Manfaat dari tugas khusus ini adalah mengetahui nilai enthalpy reaksi di
Reaktor Unit 15 Residue Catalytic Cracking dengan menggunakan metode
perhitungan Heat Balance.
Data yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas khusus ini diperoleh dari DCS
(Distributed Control System) PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Data yang
diperoleh berupa jumlah feed reactor regenerator, komponen flue gas, serta jumlah
produk keluaran reactor.
BAB II
Unit RCC dirancang untuk mengolah Residue yang berasal dari minyak berat
yang kurang menguntungkan menjadi produk yang lebih menguntungkan. Residue
yang yang diolah merupakan produk bawah unit CDU (Atmospheric Residue) yang
mengolah campuran 80% Duri dan 20% Minas Crude serta produk bawah unit
ARHDM (Demetalizing Atmospheric Residue) yang memiliki kandungan logam
rendah dengan mempergunakan lisensi UOP (Universal Oil Product). Design kapasitas
olah unit RCC adalah 83 MBSD dengan ratio AR/DMAR : 35,5% / 64,5% ( 29,5 / 53,5
MBSD ). Feed tersebut diolah menjadi fraksi Hydrocarbon yang mempunyai nilai
ekonomi yang lebih tinggi dengan cara perengkahan feed dengan bantuan katalis
panas. Produk yang dihasilkan oleh unit RCC antara lain : LPG, Propylene,
Polygasoline , Naphta, Light Cycle Oil ( LCO ), serta Decant Oil ( DCO) .
Terdiri atas Upper (Cyclone dan Stripper Section ) dan Lower (Riser dan Feed
Nozzle). Pada riser terjadi reaksi catalytic cracking dimana terjadi kontak antara feed
dengan katalis menggunakan bantuan atomizing steam dan dispersion steam yang
berfungsi mempercepat proses pengkabutan feed pada Nozzle yang dicontrol oleh 15
FV-005 dan 15 FV 561, selanjutnya katalis jatuh ke stripper section dimana terjadi
proses pelucutan sisa-sisa uap hydrocarbon yang masih menempel pada partikel katalis
dengan bantuan stripping steam. Hasil reaksi keluar melalui 13 buah single stage
cyclone menuju Main Column fraksinasi.
2.2.3 Regenerator ( 15 R-103& 15 R 104 )
Alat ini digunakan untuk mengembalikan aktivitas katalis yang telah berkurang
setelah melakukan perengkahan pada reactor, spent katalis mengalir dari lower reactor
menuju upper regenerator melalui 15 SLV-101 kemudian terjadi pembakaran partial
pada upper regenerator dan pembakaran sempurna pada lower regenerator dengan
udara pembakaran dari MAB. Regenerated katalis dari upper regenerator menuju
lower regenerator diatur oleh 15 SLV 103. Regenerated katalis (katalis yang
teregenrasi) yang ada pada lower regent akan dikembalikan menuju riser melalui 15
SLV 102.
Alat ini digunakan untuk menyerap panas katalis yang berasal dari upper regent
agar menghasilkan High Boiler Water yang akan diubah menjadi HP steam setelah
melalui 15 F 102. Di Unit RCC terdapat 4 buah catalyst Cooler, yaitu 2 buah dengan
type Flow Trought dan 2 buah type Back Mix. Aliran katalis pada Catalyst Cooler
Flow Trought yang kemudian katalis menuju ke lower regenerator diatur oleh 15 SLV
104 A/B. Sedangkan untuk Catalyst Cooler dengan type Back Mix, katalis akan
kembali ke upper regenerator. Katalis difluidisasi oleh udara dari Plant Air
Compressor pada bagian shell.
Befungsi untuk mensuplai kebutuhan plant air di area RCC khususnya untuk
fluidisasi katalis di Catalyst Cooler (Lance Air). Perannya cukup besar bagi efisiensi
operasi RCC, pada saat ini terdapat system back up dari service air Utilitas.
Alat ini digunakan untuk mengkompresi uap hydrocarbon yang berasal dari
overhead colom. Hasil kompresi dikondensasikan dan didinginkan sehingga dapat
dipisahkan antara offgas, LPG, dan Naptha.
BAB III
3.1.2 Regenerator
Main Air Blower (MAB) merupakan peralatan vital di unit RCC dan berperan
sebagai satu-satunya penyuplai udara pembakaran regenerator. 70% dari MAB akan
dialirkan menuju upper generator,sedangkan sisanya dialirkan menuju lower
regenerator. MAB didesain dengan kapasitas desain 481,123kNm3/jam, tekanan inlet
1kg/cm2 dan tekanan outlet 2,865 kg/cm2 . Tipe kompresor yang digunakan adalah
kompresor aksial. Kompresor aksial menggunakan putaran kipas untuk mendorong
udara kedalam mesin. Aliran udara melalui mesin didalam straight line yang melalui
stator vane bisa diubah-ubah sudutnya untuk menaikkan atau mengurangi jumlah
udara yang diperlukan. Penggerak MAB adalah steam turbin dengan desain normal
3475 rpm.
3.2.1.2 Produk
a. Produk Stream
Spesifikasi Produk Stream
Produk Stream Spesifikasi
C3 95,0% mol min
C4 97,0% mol min
b. Yield :
No. Diskripsi Design Plant Test Target
% wt % wt % wt
1. RCC off gas 5.11 5.50 5.5 max
2. LPG 11.4 13.0 12.50 min
3. C3= 4.97 5.7 5.5 min
4. RCC Naphta 46.10 50.0 49.0 min
5. LCO 16.75 7.4 8.0 max
6. DCO 8.10 8.0 8.5 max
7. Coke 7.57 7.80 9.0 max
c. C3/C4 Recovery :
Produk Stream Spesifikasi
C3 95,0% mol min
C4 97,0% mol min
f. LCO :
Produk LCO Design Aktual
IBP approx ˚C 205 210-230
Flash point (pmcc) ˚C 85 min >85
ASTM 90 % volume ˚C 350 max <350
Gap antara 5% volume LCO dan 95% 15 min >>15
Naphtha ˚C
Off gas ini nantinya akan masuk ke unit Unsaturated Gas Plant (unit 16) yang
berfungsi mengolah gas dari overhead column RCC dengan mengkompresi gas-gas
tersebut. Unit ini dilengkapi dengan absorber, stabilizer, dan debutanizer untuk
menghasilkan LPG dan Light Naphtha yang akan ditreating ulang di LPG dan
Naphtha Treatment.
Delta coke merupakan jumlah coke yang terdapat pada regenerated catalyst.
Menurunkan delta coke akan menurunkan temperatur regenerator. Makin tinggi Cat /
Oil ratio akan memperbaiki selektifitas produk dan/atau memperbaiki fleksibilitas
pengolahan umpan yang lebih berat. Faktor-faktor yang mempengaruhi delta coke
adalah :
Feed injection system, system injeksi umpan harus memiliki kecepatan dan
kerataan penguapan yang baik.
Riser design, dengan menurunkan back-mixing catalyst yang telah terlapisi coke
dengan fresh catalyst maka akan mengurangi delta coke.
Cat / Oil ratio, C/O ratio naik maka delta coke turun.
Reaktor temperature, bila temperatur Reaktor naik maka delta coke akan turun.
Catalyst activity, MAT catalyst naik maka delta coke akan naik.
METODOLOGI
Pada tugas khusus kali ini akan mengamati dan mengevaluasi pengaruh
temperatur reaktor dan kualitas feed terhadap yield produk pada unit RCC PT
Pertamina RU-VI Balongan. Berikut ini akan diuraikan alur-alur dalam penyelesaian
masalah yang ada :
Permasalahan
Data
Laboratorium Perhitungan
Linierisasi persamaan
hasil analisa
Pembahasan
Kesimpulan
dan saran
Perhitungan neraca massa dan energi untuk system merupakan dasar dari
analisis karakteristik pemakaian energi yang menyatakan bahwa massa dan energi
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Hukum ini berlaku untuk semua
proses, kecuali jika terjadi pada reaksi nuklir. Neraca massa dan energi suatu system
proses dalam industri merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan yang
masuk, keluar, dan jumlah bahan terakumulasi (tersimpan) serta bahan yang terbuang
dalam system tersebut. Perhitungan neraca digunakan untuk mencari variabel proses
yang belum diketahui/ditentukan. Oleh karena itu perlu disusun persamaan yang
menghubungkan data variabel proses yang telah diketahui dengan variabel proses yang
ingin dicari.
Secara umum perhitungan neraca massa dan energi , dapat dibedakan menjadi :
1. Perhitungan neraca massa dan energi yang tidak melibatkan reaksi kimia
2. Perhitungan neraca massa dan energi yang melibatkan reaksi kimia
Teknik penyelesaian kedua persoalan tersebut adalah sama, namun untuk roses
dimana terjadi reaksi kimia harus memperhatikan prinsip stokhiometri. Pemakaian
prinsip-prinsip fisis bersama dengan prinsip ekonomi, human relations ke bidang yang
menyangkut proses dan peralatannya dimana suatu bahan berubah bentuk, kandungan
energi, dan komposisinya. Bidang ilmu Teknik Kimia berhubungan dengan :
Dalam banyak kasus, diskripsi verbal (narasi) yang menjelaskan proses perlu disajikan
dalam diskripsi visual, yaitu dalam bentuk gambar proses aatau diagram alir proses.
Beberapa variabel proses yang berhubungan dengan perhitungan neraca massa dan
neraca panas antara lain :
CONTOH PERHITUNGAN
Diketahui data komposisi flue gas hasil analisis GC pada Lampiran ….,
sehingga % mol Ar pada flue gas :
% 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑟 =
Dari data tersebut diperoleh data komposisi flue gas yang telah dikoreksi sebagai
berikut :
= − = % 𝑚𝑜𝑙
= − = % 𝑚𝑜𝑙
Untuk mengetahui laju alir udara pembakaran basis kering, nilai moisture
content pada udara perlu ditentukan terlebih dahulu. Data operasi pada Lampiran A.1
diketahui nilai ambient temperature sebesar 86 oF dan relative humadity sebesar 80%.
Langkah- langkah perhitungan yaitu sebagai berikut:
3165.36
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 = 10(6.40375−[𝑇 𝑎𝑚𝑏𝑖𝑒𝑛𝑡+392.595])
Laju alir flue gas perlu diketahui untuk mengetahui laju pembakaran coke pada
regenerator. Prinsip perhitungan laju alir flue gas yaitu memanfaatkan data laju alir
udara pembakaran dan hasil analisis komposisi flue gas, dimana jumlah komponen
inert (N2 dan Ar) pada udara sama banyaknya dengan jumlah komponen inert pada
flue gas. Langkah-langkah perhitungan laju alir flue gas menggunakan data operasi 1
Januari 2015 yaitu sebagai berikut :
𝑘𝑔 1 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝑥 =
𝑗𝑎𝑚 28.966 𝑘𝑔 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑁2
= 𝑥=
𝑗𝑎𝑚
+
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐶 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 [ ]
100
𝑘𝑔 𝐶
𝐶 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 𝑥 = ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑂2 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑥 = ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 % 𝑚𝑜𝑙 𝑂2 𝑑𝑖 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
=𝑥= ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
= 𝑥 𝑥0.5 = ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑂2 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 % 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑑𝑖 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
=𝑥= ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻2 𝑂 = ⁄𝑗𝑎𝑚
Laju pembakaran hydrogen menjadi H2O sama dengan dua kali pembakaran O2 menjadi
H2O
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐻2 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 2𝑥 𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻2 𝑂 = 2 𝑥 = ⁄𝑗𝑎𝑚
𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 =
𝑘𝑔
= += ⁄𝑗𝑎𝑚
Rasio laju alir udara pembakaran terhadap coke dapat dihitung.Nilai rasio laju
alir udara pembakaran terhadap coke mengindikasikan pembakaran terjadi secara
sempurna atau parsia, dimana rentang untuk pembakaran sempurna adalah 13-16 dan
rentang untuk pembakaran parsial adalah 10-12.
Perhitungan entalphy pembakaran produk CO2 dan H2O didasarkan pada
perhitungan pada buku Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. Perhitungan pada buku
tersebut dikoreksi dengan rata-rata temperature regenerator tertinggi. Data temperature
regenerator tertinggi pada 1 Januari 2015 yaitu …… Koreksi dilakukan dengan
persamaan sebagai berikut.
∆𝐻𝑐 𝐶𝑂2 = 𝑘𝑘𝑎𝑙 ⁄𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 % 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
= 𝑘𝑘𝑎𝑙 ⁄𝑗𝑎𝑚
5
𝐻2 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ( 1133 − (134,64 𝑥 %𝑤𝑡 𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 ))𝑥
9
𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒
% 𝑤𝑡 𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 𝑥 100% = %
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑐𝑜𝑘𝑒
Nilai net heat of combustion diperoleh melalui persamaan yang diturunkan dari
neraca energi regenerator sebagai berikut
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑐𝑜𝑘𝑒 =
𝑘𝑔 𝑐𝑜𝑘𝑒
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
𝑘𝑔 𝑐𝑜𝑘𝑒
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑎𝑖𝑟 =
𝑘𝑔 𝑐𝑜𝑘𝑒
Panas yang dibutuhkan untuk memproduksi steam pada catalyst cooler yaitu
sebagai berikut :
Maka nilai net heat of combustion atau panas untuk memanaskan katalis dapat diketahui
𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑄 𝑛𝑒𝑡 =
𝑘𝑔 𝑐𝑜𝑘𝑒 𝑘𝑔 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Selain itu, dapat diketahui pula nilai laju sirkulasi katalis (CCR), C/O, dan delta coke
𝐶 𝐶𝐶𝑅 𝑘𝑔 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = =
𝑂 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 𝑘𝑔 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Nilai panas reaksi diperoleh melalui persamaan yang diturunkan dari neraca
energi reaksir sebagai berikut :
𝑄 𝑛𝑒𝑡 = 𝑄 𝑅𝑥
∆ 𝐻 𝑅𝑥𝑛 =
Nilai panas recycle tidak ada karena tidak ada recycle yang dilakukan pada
reactor. Radiation loss diasumsikan sesuai data lampiran A.Panas yang digunakan untuk
memanaskan umpan dan diluents diperoleh dari persamaan berikut :
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 =
𝑘𝑔 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑅𝑥𝑛 =
𝑘𝑔 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
B.2 NERACA MASSA
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝑜𝑓𝑓 𝑔𝑎𝑠 + 𝐿𝑃𝐺 𝑚𝑖𝑥 + 𝑁𝑎𝑝ℎ𝑡𝑎 + 𝐿𝐶𝑂 + 𝐷𝐶𝑂 + 𝐶𝑜𝑘𝑒
Dari data pada tanggal 1 Januari 2015 ,diketahui bahwa mass gain/loss sebagai
berikut
Perhitungan tingkat konversi umpan menjadi produk selain DCO dan LCO
dapat dilihat pada persamaan berikut :
Dari data tanggal 1 Januari 2018 , diketahui bahwa nilai konversi sebagai
berikut :
Perhitungan valuable yield atau yield total produk selain DCO dan coke dapat
dilihat pada persamaan berikut :
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 − (𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑜𝑘𝑒 + 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝐷𝐶𝑂)
= 𝑥 100%
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
PEMBAHASAN
1.1 Pembahasan
Perubahan nilai delta coke terhadap perubahan nilai C/O ratio pada
temperature reactor konstan dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1.13
Delta Coke
1.12
1.11
1.1 R² = 0.9049
1.09
8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8
C/) ratio (kg/kg)
Gambar 5. Perubahan nilai delta coke terhadap perubahan nilai C/O ratio
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa nilai delta coke cenderung semakin
menurun seiring dengan peningkatan C/O ratio. Secara teoritis , semakin besar C/O
ratio maka semakin kecil nilai delta coke. Terlebih lagi, pada operasi ini nilai coke
yield menurun terhadap peningkatan C/O ratio sehingga nilai pembilang delta coke
semakin kecil sedangkan nilai pembaginya berupa lagu sirkulasi katalis semakin besar.
1.14
1.13 R² = -0.088
1.12
1.11
1.1
1.09
523.6 523.8 524 524.2 524.4 524.6 524.8 525 525.2 525.4
T Rx (C)
Gambar 6. Grafik Hubungan Perubahan Nilai Delta Coke terhadap Temperature
Reaktor