Anda di halaman 1dari 6

Studi Klinis mengenai Oligohidramnios pada kehamilan trimester ketiga dengan perhatian

khusus pada masa perinatal

Abstrak :

Objektif : Studi diatas dilakukan untuk mencari tahu apa akibatnya pada masa perinatal di kehamilan
dengan oligohidramnuis khususnya kehamilan trimester 3

Metode : studi prospektif dan observasional ini dilakukan di kampus kedokteran dan pusat penelitian
di kota Moradabad, U. P, dari Januari hingga Desember 2012. Di studi ini 78 wanita hamil dengan
masa gestasional dari 28 - 42 minggu dengan Index Cairan Amniotic rendah dianalisa untuk
mengetahui efek pada masa perinatal. Data dinyatakan dengan angka (persentase). Uji proporsi
dilakukan untuk membandingkan dua grup, nilai P<0,05 diambil sebagai nilai yang signifikan.

Hasil : Wanita dengan oligohidramnios secara signifikan disertai dengan detak jantung jani
antepartum abnormal, cairan kotor mekonium, Apgar Score kurang dari 7 atau masuk ke NICU.
Subjek dengan ICA dibawah 5 cm atau kurang memiliki peluang seksio cesar yang lebih tinggi pada
fetal distress // kondisi janin buruk.

Kesimpulan : Oligohidramnios antepartum disertai dengan peningkatan resiko denyut jantung janin
abnormal. Meskipun pada populasi kita Apgar Score dan masuk NICU tidak dapat memprediksi efek
buruk pada perinatal,namun ini bisa mencerminkan manajemen antepartum dan intrapartum yang
agresif yang diterima pasien ini

Kata Kunci : Oligohidramnios, kehamilan trimester ketiga, efek pada masa perinatal

Perkenalan :

Oligohidramnios secara harafiah berarti "terlalu sedikit cairan amnion" disekitar janin. ITu
merupakan kondisi dimana cairan amnion berkurang hingaa kurang dari 200 ml pada jangka waktu
tertentu. Sekitar 8 - 10 % wanita hamil dapat memiliki tingkat cairan amnion yang rendah, dengan
sekitar 5% didiganosa dengan oligohidramnios. Cairan Amnion dapat diukur dengan berbagai metode,
paling sering melalui evaluasi Amniotic Fluid Index (AFI) / Indeks Cairan Amnion (ICA) atau
pengukuran kedalaman kantung / Deep Pocket Measurement atau Kedalaman Kantung Maksimum /
Maximum Pocket Depth (MPD). Jiks AFI/ICA menunjukkan tingkat cairan kurang dari 5 cm (atau
kurang dari 5 %), kekosongan kantong cairan 2 - 3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 ml di
masa gestasional 32 - 36 minggu, maka diagnosa oligohidramnios dapat dicurigai.

Oligohidramnios dapat disertai dengan peningkatan komplikasi kehamilan, kelainan kongenital, dan
mortalitas dan morbiditas perinatal. Berbagai studi mengenai oligohidramnios sudah dilakukan
beserta penyebab dan efeknya pada kehamilan. Studi ini juga dilakukan untuk menilai efek
oligohidramnios pada hasil masa perinatal di kehamilan trimester ketiga berdasarkan indeks cairan
amnion.

Material dan Metode :

Ini merupakan studi prospektif berdasarkan rumah sakit. Total 570 wanita hamil dari Januari 2012
hingga Desember 2012 diajukan ke TMMCRC (Teerthanker Mahaveer Medical College & Research
Centre), Moradabad, U. P. di Departemen Obstetrik dan Ginekologi. Di studi ini, 78 wanita hamil
dengan masa gestasional diantara 28 - 42 minggu dengan cairan amnion yang sedikit dianalisa untuk
melihat hasil pada masa perinatal.
Tujuan dari studi oligohidramnios ini adalah untuk menjelaskan bahwa ketika secara klinis
cairan amnion berkurang dan AFI secara sonografi kurang dari 8 cm.

Wanita hamil yang memiliki volume cairan amnion normal dengan komplikasi medis seperti
DM gestasional, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan obstetrik lainnya, komplikasi seperti pre-
eklamsia, eklamsia, kehamilan ganda, perdarahan antepartum dll dikeluarkan dari studi ini.

Informed Consent tertulis telah diterima dari setiap pasien yang termasuk ke dalam studi ini
dan studi ini sudah disahkan oleh bagian etika universitas

Entri dan demografi dasar, riwayat kebidanan dan riwayat medis yang dicatat dalam lembar
data, kasus oligohidramnios yang dicurigai secara klinis sudah dikonfirmasi secara sonografi dengan
mengukur AFI. Laporan sonografi sebelumnya jika tersedia, juga dicatat. Transabdominal
Ultrasonografi AFI / ICA diukur dengan teknik empat kuadran dengan membagi uterus menjadi 4
kuadran. Transduser diletakkan pada perut ibu sepanjang sumbu longitudinal. Diameter vertikal dari
kantong cairan ketuban / amnion terbesar di setiap kuadran diukur dengan kepala transduser yang
dipegang tegak lurus dengan kaki. Pengukuran ini dijumlahkan dalam sentimeter dan hasilnya dicatat
sebagai indeks cairan amnion (AFI).

Pada saat masuk, pengawasan janin dilakukan dengan BPP, yang termasuk Kardiotokografi
(CTG) dan ultrasonografi janin. Denyut jantung janin dipantau oleh CTG. Ini dilakukan selama 20
menit. Baseline FHR, setiap detak, percepatan variabilitas dan deselerasi diamati. Deselerasi variabel
atau bradikardia yang berkepanjangan diambil sebagai indikator fetal distress dan ini telah
mempengaruhi pola manajemen menjelang operasi caesar. Usia kehamilan pada saat peersalinan
dicatat.Cairan dinilai (volume, warna dll) pada saat pecahnya membran, selama persalinan dan pada
saat seksio sesarea segmen bawah (LSCS). Cara persalinan, baik persalinan pervaginam normal atau
dibantu atau seksio sesarea dicatat. Skor APGAR dan berat lahir neonatal juga dicatat. Semua
informasi relevan yang dicatat secara tepat dianalisis dengan metode SPSS.

HASIL :

Sebanyak 570 wanita hamil dirawat selama periode 12 bulan ini. Di antara mereka,78
didiagnosis denganoligohidramnion. Tabel-I menunjukkan karakteristik ibu hamil termasuk usia,
paritas, status pendidikan, AFI pada saat masuk, perkiraan usia persalinan dan cara persalinan.

Usia rata-rata pasien adalah 24. 583. 99 SD dan semua 46. 15% adalah antara 21-25 tahun.
36% pasien adalah nulipara dan 64% pasien multipara. Di antara 78 wanita hamil, garis batas
oligohidramnion adalah 74% dan oligohidramnion berat adalah 25%. Sekitar 68% pasien melahirkan
kurang dari 37 minggu yang selesai contohnya persalinan prematur. Dalam sebagian besar kasus
(72%) persalinan dilakukan melalui operasi caesar dan 51% operasi caesar adalah karena gawat janin
/fetal distress (tabel -IV). Tabel-II menunjukkan 33% CTG normal dan 66% CTG abnormal saat
masuk. Tabel-III menunjukkan warna cairan. Pada saat pecah membran, warna cairan ditemukan
normal pada 69% kasus dan 31% kasus bernoda meconium.

Tabel-V menunjukkan bahwa seksio sesarea secara signifikan lebih tinggi pada kelompok
oligohidramnion yang berat daripada di kelompok oligohidramnion dalam garis batas. Tabel - 6
menunjukkan hasil perinatal termasuk berat lahir, skor Apgar, sindrom aspirasi mekonium dan masuk
NICU. Di antara 78 bayi berat lahir rendah adalah 65%. Skor apgar <7 pada 5 menit ditemukan pada
21 bayi. Di antara 78 bayi 15% menderita gangguan pernapasan dan 10% dari sindrom aspirasi
mekonium. 15 neonatus dirawat di bangsal neonatal dengan komplikasi ini.
DISKUSI :

Telah diketahui bahwa oligohidramnion berhubungan dengan risiko tinggi hasil perinatal
yang buruk. Di sisi lain, oligohidramnion adalah prediktor yang buruk untuk hasil yang merugikan.
Tetapi oligohidramnion sering digunakan sebagai indikator untuk persalinan. Jadi penilaian volume
cairan ketuban / amnion dalam periode antenatal sangat membantu dalam menentukan siapa yang
berisiko untuk hasil perinatal yang berpotensi merugikan.

Dalam penelitian kami, jumlah wanita maksimum (n = 36) berada di kelompok usia 21-25 tahun
(46%). Enam puluh empat persen wanita adalah multigravida, 38% wanita pada masa gestasional usia
kehamilan 34-36 minggu.

Studi dilakukan oleh Cosey et al, Chauhan, Magann et al. tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia dan paritas dengan oligohidramnion.

Dalam penelitian kami hanya 24 pasien memiliki cairan bernoda mekonium yang 30,76%.

Dalam penelitian Coseys di antara 147 pasien oligohidramnion, meconium bernoda cairan
hanya ditemukan pada 9 pasien, yang hanya 6%. Dia menyatakan bahwa cairan bernoda mekonium
lebih jarang mempersulit kehamilan dengan oligohidramnion.

Studi ini menunjukkan tidak ada hubungan yang jelas antara cairan bernoda mekonium dan
oligohidramnion. Seksio caesar relektif dilakukan pada 12%, 28% wanita memiliki persalinan
pervaginam normal dan 71% menjalani seksio sesaria, dimana 51% mengalami fetal distress/ distres
janin.

Chauhan dkk menemukan bahwa AFI <5cm dikaitkan dengan peningkatan insidensi
persalinan seksio caesar untuk gangguan janin/fetal distress. Anna dkk menemukan bahwa 15,2%
persalinan caesar pada 341 pasien oligohidramnion. Voxman juga menemukan peningkatan bagian
seksio caesar (14.7%) untuk gangguan janin/fetal distress pada kelompok oligohidramnion.

Dalam penelitian Anna et al dan Voxmans, tingkat seksio caesario tinggi pada pasien
oligohidramnion tetapi tidak secara signifikan lebih tinggi seperti yang ditemukan dalam penelitian
ini. Mungkin karena kurangnya fasilitas untuk pemantauan janin kesejahteraan selama periode
antepartum dan intrapartum. Jadi untuk menghindari efek buruk pada hasil perinatal pada kebanyakan
kasus seksi caesar dilakukan. Cairan bernoda meconium terlihat pada 44% wanita dalam penelitian
kami, sementara Youseff et al mengidentifikasi 40% wanita.

Hal ini menunjukkan bahwa ada insiden tinggi cairan bernoda mekonium dan cadangan
plasenta yang buruk pada pasien oligohidramnion. Sarno dkk. mencatat tingkat gangguan janin yang
signifikan lebih tinggi dan skor Apgar yang rendah pada wanita dengan AFI 5 cm. Ini dilaporkan
karena kompresi kepala dan tali pusat.

Golam et al 10 melaporkan skor Apgar rendah pada 5 menit di 4.6% bayi, berbeda dengan
21% yang dicatat oleh kami. Perbedaan dalam tingkat yang diamati adalah karena fasilitas penilaian
janin intrapartum yang lebih baik tersedia di negara maju. Mereka menyimpulkan bahwa penggunaan
amnioinfusion secara bebas pada wanita yang didiagnosis dengan oligohidramnion mungkin telah
menghasilkan peningkatan hasil yang tidak terlihat pada oligohidramnion sebelumnya pada trimester
ketiga dan hasil studi perinatal.
Casey dkk menemukan gangguan pernapasan pada 3. 4% neonatus saat lahir berbeda dengan
15. 3% seperti yang dicatat oleh kami. Insiden penerimaan NICU ditemukan 19% oleh Garmel et al
yang sesuai dengan hasil kami (15%). Oligohidramnion telah diakui sebagai ciri klinis dari kompromi
perinatal berat yang akan datang. Kami telah menemukan 2. 4% kematian perinatal (1 masih lahir dan
1 kematian neonatal) dimana Casey dkk melaporkan 6. 4% kematian perinatal.

Ja - young et al dalam penelitian baru-baru ini menyimpulkan bahwa pada kelompok AFI
borderline, keberadaan pengukuran velosimetri punggung yang abnormal terkait dengan hasil
perinatal yang merugikan dan mengamanatkan pengawasan antenatal yang lebih dekat.

KESIMPULAN :

Oligohidramnion dikaitkan dengan tingginya tingkat komplikasi kehamilan dan peningkatan


morbiditas dan mortalitas perinatal. Pengukuran AFI pada periode antepartum atau intrapartum dapat
membantu mengidentifikasi wanita yang membutuhkan peningkatan pengawasan antepartum untuk
menghindari komplikasi kehamilan dan wanita tersebut harus diawasi dalam unit khusus untuk
memerangi komplikasi secara efektif sehingga hasil perinatal dapat menjadi lebih baik. Dengan
demikian memastikan ibu yang sehat memberikan bayi yang sehat tujuan akhir dari setiap dokter
kandungan.

Angka Persentase
Grup Usia
18 - 20 15 19,23
21 - 25 36 46,15
26 - 30 18 23,07
>31 9 11,53
Parietas
Nulliparous 28 35,89
Multiparous 50 64,10
Edukasi
Hingga Kelas XII 35 44,87
Kelas XII 50 55,12
AFI saat masuk
5,1 - 8 cm (oligohidramnios dalam garis batas) 58 74,35
<5 cm (oligohidramnios parah) 20 25,64
GA saat persalinan (minggu)
<37 22 28,20
>37 56 71,79
Table-1 : Demografik karakter pasien

CTG Angka Persentase (%)


Normal CTG 26 33,33
Abnormal CTG 52 66,66
Tabel-2 : (CTG saat masuk) N = 78

Warna cairan Angka Persentase (%)


Jernih / normal 54 69
Cairan bernoda mekonium 24 30,76
Tabel 3 : Warna cairan saat ruptur membran

Indikasi Angka Persentase


Fetal Distress 46 58,97
Elektif CS 10 12,82
Tabel-4 : Indikasi C-Seksio (N=56)
Oligohidramnios CS NVD Nilai 'P'
Oligohidramnios dalam 36 22 X = 11. 67;
2
garis batas (N=58) P< 0. 001
Oligohidramnios Parah 20 0
(N=20)
Tabel-5 : Perbandingan antara C-Seksio antara oligohidramnios dalam garis batas dan parah

Kelainan Angka Perawatan Konservatif Penerimaan


Berat Lahir
<2500 gram 51 (65,38%)
>2500 gram 27 (34,61%)
APGAR Score
<7 dalam 5 menit 21 (26,9%)
Asfiksia Lahir 12 (15,38%) 7 (8,9%) 6 (7,6%)
Sindrome Aspirasi Mekonium (SAM) 8 (10,2%) 8 (10,2%)
Kematian Neonatal Dini 1 (1,2%) 1 (1,2%)
Kelahiran Mati 1 (1,2%)
Tabel-6 : Hasil pada Perinatal (N=78)

Anda mungkin juga menyukai