Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
pedesaan. Hal ini terlihat dari pembangunan kesehatan di pedesaan kini lebih dipacu
karena masih banyak masyarakat yang tinggal di pedesaan dan belum dapat
geografis di negara kita yang tidak sama di setiap desa, tempat tinggal yang tersebar
di ribuan pulau, antara lain ada yang berbukit, persawahan, perkebunan, dan hutan
Sampai saat ini kualitas kesehatan di Indonesia masih rendah, ini dapat
diketahui dari masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 37 per 1.000
kelahiran hidup, dan angka kematian ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes, 2009).
dijalankan oleh pemerintah, lebih berfokus pada pelayanan kesehatan dasar dan
Paradigma sehat, yakni suatu pola fikir dan pola aksi yang lebih
Posyandu. Hal ini tercermin dari sambutan yang disampaikan pada peringatan Hari
Posyandu dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pesan ini selanjutnya
Desa Siaga, dengan mengambil kebijakan bahwa pengembangan Desa Siaga, yang
mempunyai ciri dimana desa yang sudah menjadi Desa Siaga dilanjutkan dengan
revitalisasi Polindes menjadi Poskesdes, tetapi bila di desa tersebut belum ada
2006, 12.000 desa telah menjadi Desa Siaga, dan pada akhir tahun 2008 telah dicapai
70.000 Desa Siaga. Pada setiap desa siaga dibentuk minimal 1 pos kesehatan desa
kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Kegiatannya meliputi peningkatan hidup sehat
oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan dua orang kader atau
melalui Dana Bantuan Sosial Operasional Poskesdes. Hal ini sejalan dengan
dari alokasi 30%. Selain stimulan dari pemerintah pusat, dana pengembangan Desa
Siaga juga diharapkan berasal dari pemerintah daerah, lintas sektor dan dana
diharapkan akan membantu mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB). Kondisi ini dapat meningkatkan pelayanan dan
penurunan AKI, 2). Perbaikan kualitas pelayanan antenatal termasuk deteksi dan
hipertensi, skrining infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta pemberian imunisasi
tetanus toxoid. Upaya ini dapat memberikan kontribusi penurunan AKI dan AKB
lebih kurang 10%. 3). Perbaikan manajement persalinan, pasca persalinan, pelayanan
AKI dan AKB sebanyak 30 - 40%. 4). Promosi petolongan persalinan oleh tenaga
1). Pemberian ASI dini dan eksklusif, 2). Menjaga suhu tubuh neonatus tetap hangat,
3). Manajemen terpadu balita muda (MTBM). Upaya tersebut dapat menurunkan
2009 dengan sasaran yang harus dicapai sebagai berikut : (1) Meningkatnya umur
harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, (2) Menurunnya angka kematian
bayi dari 37 menjadi 26/1000 kelahiran hidup, (3) Menurunnya angka kematian ibu
prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8 % menjadi 20% (Depkes, 2006).
“Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan”, visi ini akan dicapai melalui
kesehatan, serta (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik, maka
Siaga bukan hanya berarti ikut menyumbangkan sesuatu input ke dalam proses
daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya
integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka
masyarakat antara lain adalah program harus ditentukan oleh masyarakat dan
mempunyai arti keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap fase kegiatan mulai dari
atas inisiatif sendiri berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang ada pada mereka untuk
masyarakat adalah hak asasi, sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk
masyarakat sesuai dengan yang mereka inginkan. Masyarakat sendiri yang akan
Hal ini antara lain karena kurang memperhatikan partisipasi masyarakat mulai dari
secara maksimal.
memuaskan karena dalam implementasinya di beberapa desa, masih ada yang belum
(promotif), tentang PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), cuci tangan dengan
sabun dan masalah kesehatan lingkungan. Kalaupun ada bagian dari masyarakat yang
dilibatkan secara aktif, seperti kader posyandu (pos pelayanan terpadu) dan kader
poskesdes. Oleh karana itu diperlukan suatu upaya yang menempatkan masyarakat
secara aktif dalam program percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi.
(2009), angka kematian ibu di Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 330 per 100.000
kelahiran hidup, dan angka kematian bayi 35 per 1000 kelahiran hidup. Keadaan ini
disebabkan karena jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan baru
mencapai 65%. Angka ini masih di bawah target nasional 90%. Padahal semua ibu
pengembangan Desa Siaga yang dimulai dari tahun 2006 sampai dengan 2009
sebanyak 2420 Desa Siaga, yang tersebar di 5744 Kelurahan/Desa dari 370
Kecamatan dan ditahun 2009 dibentuk 2420 Desa Siaga. Untuk persiapan sumber
daya manusia sudah dilaksanakan kegiatan pelatihan bidan yang akan ditempatkan di
Sumut, 2009).
mendampingi tugas bidan diperlukan dua orang kader, untuk itu upaya pelatihan
kader yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah sampai akhir tahun 2009 sebanyak
572 kader, dilaksanakan pada 11 Kabupaten dan tersebar di 286 Desa / Kelurahan :
(1) Kota Medan 292 kader, (2) Binjai 26 kader, (3) Pematang Siantar 26 kader,
(4) Tanjung Balai 26 kader, (5) Padang Sidempuan 26 kader, (6) Dairi 26 kader,
(7) Tapanuli Selatan 28 kader, (8) Serdang Badagai 28 kader; (9) Langkat 28 kader;
Simalungun 28 kader, (10) Asahan 28 kader, (11) Deli Serdang 22 kader (Dinkes
Sumut, 2009).
Utara yang masih mengahadapi masalah kesehatan berupa kematian ibu, bayi dan
balita. Jumlah kematian ibu di kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbesar di
Provinsi Sumatera Utara ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika pada tahun
2005, terdapat kematian ibu sebanyak 19 orang, maka pada tahun 2006 meningkat
menjadi 24, tahun 2007 naik menjadi 27 orang orang. Kasus-kasus kematian ibu ini
sebagian besar disebabkan karena terjadinya perdarahan, eklampsia dan infeksi ketika
persalinan.
Untuk angka kematian bayi (AKB) dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2005 AKB sebesar 2.29/1000 kelahiran hidup, tahun 2006 menjadi
1.76/1000 kelahiran hidup, lalu tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 3.09/1000
Kasus AKB ini terjadi disebabkan pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi
pada janin, kelahiran premature dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Laporan
untuk lebih memacu pembangunan kesehatan terutama di pedesaan. Hal ini ditempuh
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan agar dapat dengan mudah dijangkau oleh
masyarakat yang tinggal di pedesaan.Oleh karena itu perlu dibentuk UKBM seperti
Serdang terus berupaya mewujudkan terbentuknya desa siaga di seluruh desa yang
ada yakni 397 desa yang tersebar di 22 kecamatan. Pada akhir 2009 seluruh desa
berdasarkan Kep. Menkes RI No. 564/2006 desa yang sudah menjadi Desa Siaga
Deli Serdang sebanyak 95, yang tersebar di 22 Kecamatan: (1) Gunung Meriah 3,
(2) STM Hulu 11, (3) Sibolangit 5, (6) Pancur Batu 7, (7) Namorambe 2, (8) Biru
Biru 8, (9)STM Hilir 5, (9) Bangun Purba 3, (10) Galang 10, (11) Tanjung Morawa 5,
(12) Patumbak tidak ada, (13) Deli Tua tidak ada, (14) Sunggal 1, (15) Hamparan
2, (20) Beringin 4, (21) Lubuk Pakam 3, (22) Pagar Merbau 4 (Dinkes DS, 2009).
Deli Serdang, memiliki 22 desa, dengan jumlah penduduk 82.290 jiwa. Di kecamatan
ini terdapat penduduk miskin sebesar 19.728 jiwa, dan masih ditemukan adanya
balita dengan gizi kurang sebanyak 121 balita. Pertolongan persalinan yang ditolong
Menurut Dinas Kesehatan Deli Serdang Poskesdes dikatakan aktif bila seluruh
bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar
musyawarah masyarakat desa dalam rangka: (1) Meningkatkan perilaku hidup bersih
& sehat (PHBS) masyarakat desa. (2) Meningkatkan kewaspadaan & kesiapsiagaan
kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan.
pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa ditandai dengan
terbentuknya ambulan siaga, donor siaga dan dana sehat (Depkes, 2006).
sudah menjadi desa siaga, yaitu sebanyak 22 desa. Sedangkan Poskesdes saat ini baru
7 Poskesdes, yang tersebar di desa sebagai berikut; (1) Namo Bintang, (2) Durin
Simbelang, (3) Baru, (4) Salam Tani, (5) Tiang Layar, (6) Tuntungan II, (7) Sei
Glugur. Poskesdes di desa Namo Bintang berdiri sejak tahun 2008, sampai saat ini
belum aktif dan di desa Baru yang berdiri sejak tahun 2009 juga belum aktif. Sampai
saat ini jumlah Poskesdes yang sudah aktif baru 5 Poskesdes (Puskesmas Pancur
Batu, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan bidan Desa Baru dan Desa Namo
Bintang yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2009 maka diketahui telah tersedia
forum masyarakat desa, bangunan poskesdes, dan dana sehat belum didukung oleh
seluruh masyarakat, diduga masyarakat masih ada yang belum paham peruntukannya,
donor siaga, ambulan siaga, dan bidan desa selalu ditempat, sayangnya fasilitas diatas
kurang dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Adapun yang menjadi kendala,
mengapa sampai saat ini Poskesdes tidak berjalan optimal adalah karena sebagian
masyarakat ada yang mendukung dan sebagian masyarakat ada yang kurang
Masyarakat masih ada yang merasa terbebani dengan adanya tabungan Dana
Sehat sementara ketika berobat mereka harus membayar. Ternyata, masih ditemukan
bukan pemerintah. Titik persoalan adalah mengapa sampai sekarang masih ada
belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan kriteria kegiatan Poskesdes, padahal bila
permasalahan - permasalahan masyarakat yang ada di desa Baru dan desa Namo
perlu mencari tahu mengapa Poskesdes di desa Namo Bintang dan desa Baru belum
sehingga pemanfaatan Poskesdes tidak maksimal, atau tenaga kesehatan yang berada
di wilayah tersebut kurang dapat memotivasi masyarakat, atau kurang dukungan dari
tokoh masyarakat.
Kecamatan Pancur Batu, maka perlu dilakukan penelitian sejauh mana pengaruh
1.2 Permasalahan
tenaga, dan kontribusi dana) dalam tahap musyawarah masyarakat desa terhadap
1.4 Hipotesis
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terhadap
2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pancur Batu yang turut berkontribusi
dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengawasan terhadap proses Desa
serta pengukurannya :
masyarakat termasuk ibu hamil dan ibu balita perlu dilibatkan dalam