Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat maka sasaran yang
ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu atau calon ibu untuk diberikan
penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak, menganjurkan agar ibu membawa
anaknya ke Posyandu.

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pendidikan


(pengetahuan), usia, penyuluhan oleh bidan. Semua orang tua, tentu berkeinginan
supaya anak-anaknya tetap sehat. Jangankan sakit berat, sakit ringanpun kalau mungkin
jangan sampai diderita anaknya. Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai
menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberi imunisasi.

Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat ini terbukti
dengan menurunya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Jumlah kasus kematian
Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun
2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus. Demikian pula dengan angka kematian Ibu
turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I)
sebanyak 1712 kasus. ( Depkes RI/2017).

Data Dinas Kesehatan tahun 2015 menunjukkan, dari total jumlah bayi yang
lahir di Aceh—sekitar 107.000 jiwa— hanya 74,1 persen yang mengikuti imunisasi
lengkap sesuai tahapan, sisanya tidak lengkap. Bila dilihat dalam kurun waktu empat
tahun (2012-2015), diperkirakan ada 565 ribu bayi dan balita di Aceh dan 80 ribu di
antaranya tanpa immunisasi lengkap (Dinkes Aceh, 2015).

Keberhasilan imunisasi ini dikarenakan sudah tersebarnya posyandu dan tenaga


kesehatan. Selain itu peran dari orang tua khususmya ibu-ibu sangat mendukung
pelaksanaan imunisasi.

Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi.
Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian. Keuntungan
pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi.Mungkin pula secara langsung
dirasakan. Anak yang tidak mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit
penyakit infeksidan menular. Penyakit ini mungkin menyebabkan ia cacat seumur
hidup, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan
kematian.

Di Puskesmas Samadua Kecamatan Samadua balita yang mendapatkan


imunisasil lengkap sesuai dengan status Universal Child Immunitation (UCI) yang

1
ditetapkan oleh WHO, Yaitu sesuai dengan cakupan BCG minimal 90%, DPT I dan
DPT II minimal 90%, DPT III minimal 80%, Hepatitis B minimal 90%, Polio minimal
95%, dan Campak minimal 90%. Padahal, umumnya sebagian besar ibu-ibu masih
merasa takut dan enggan membawa anaknya untuk imunisasi ke Posyandu karena
alassan bayinya menjadi sakit setelah pemberian imunisasi dan isu halal haram.

Dari beberapa keterangan diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Bayi Di Puskesmas “.

1.2 Perumusan Masalah

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan maka peneliti membatasi


pada tingkat tahu tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut:


Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Bayi Di Puskesmas Samadua Kecamatan Samadua?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar


Lengkap Pada Bayi Di Peskesmas Samadua Kecamatan Samadua.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya konsep/ teori yang menyokong perkembangan ilmu


pengetahuan khususnya yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar lengkap pada bayi.

b. Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukkan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan


pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi khususnya melalui perspektif
motivasi.

c. Manfaat bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan


penginderaan terhadap objek tertentu. ( Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa
dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan
lingkungan dan alam sekitar. (Assyari abdullah, 2008)

Pengetahuan adalah dua buah kelebihan manusia disbanding dengan mahluk lain
ciptaan Allah, dengan pengetahuan (knowledge) maka manusia dapat mengetahui apa
air, api, alam dan sebagainya. (Suyanto dan Umi Salamah, 2009)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo tahun 2003 Tingkat pengetahuan adalah :

a. Tahu

Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam


pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap apa yang telah
diterima juga bias dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan
seseorang atau ibu tentang apa yang telah dipelajari antara lain ibu bias menyebutkan ,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami

Suatu kemampuan menyelesaikan dengan cara yang benar tentang obyek yang
diketahui dan diiterprestasikan suatu materi dengan benar.Seseorang atau ibu yamg
telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menjelaskan, menyimpulkan, tentang materi yang dipelajari.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang nyata.

3
d. Analisa

Suatu kemampuan menjabarkan obyek kedalam komponen tetapi masih dalam


suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis

Menunjukan suatu kemampuan intuk meletakkan atau menghubungkan bagian-


bagian didalam suatu bentuk keseluruhan.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian criteria yang telah


ditentukan.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap imunisasi.

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap


perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Jadi dapat berbuat dan
mengisi kehidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
mengandung informasi misalnya mengenai hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup pembangunan kesehatan.

b. Penyuluhan Imunisasi oleh Tenaga Medis

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari suatu pelayanan kesehatan


yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam mencapai
KKBS. Pelayanan yang diberikan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan
anak.

c. Usia

Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa nya.

4
2.2 Definisi Imunisasi

2.2.1Definisi konsep dasar imunisasi

a. Imunisasi Imunisasi merupakan upaya aktif untuk menimbulkan antibodi atau


kekebalan spesifik/khusus yang efektif mencegah penularan penyakit tertentu, dengan
cara memberikan vaksin (depkes, 2017).

b. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti
diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu
penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. ( Notoatmodjo, 2003)

Dengan banyaknya analisa dari para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak atau seseorang
terhadap penyakit tersebut.

2.2.2 Kekebalan Tubuh

a. Kekebalan aktif

Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.

1) Kekebalan aktif alamiah

Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh
dari suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak
akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap
penyakit tersebut.

2) Kekebalan aktif buatan

Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya


anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.

b. Kekebalan pasif

Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga
proses cepat tetapi tidak tahan lama.

Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara:

1) Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama ( kira-kira hanya sekitar 5
bulan setelah bayi lahir )misalnya difteri, morbili dan tetanus.

5
2) Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan
zat penolakan.

2.2.3 Tujuan Pemberian Imunisasi

a. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu

b. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapt mencegahgejala yang dapat
menimbulkan cacat atau kematian.

2.2.4 Syarat Pemberian Imunisasi

a. Bayi dalam keadaan sehat

b. Bayi umur 0-11 bulan

2.2.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

a. TBC

b. Polio myelitis (kelumpuhan)

c. Difteri

d. Pertusis

e. Titanus

f. Hepatitis

g. Campak

2.2.6 Macam-macam Imunisasi

a. BCG

1) Gunanya :memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC). Kekebalan


yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita
penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan.

2) Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.

3) Kontra indikasi :

a) Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan .

b) Anak yang telah menderita penyakit TBC.

6
4) Efek samping

a) Reaksi normal

(1) Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.

(2) Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka
tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan
bersih.

(3) Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar) dengan
diametr 5-7 mm.

b) Reaksi berat

(1) kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih luas.

(2) Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.

b. DPT ( Diphteri, Pertusis, Tetanus )

1) Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusi, tetanus.

2) Tempat penyuntikan : Dipaha bagian luar

3) Kontra indikasi :

a) Panas diatas 38º C

b) Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas tinggi
dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.

4) Efek samping :

a) Reaksi lokal

(1) Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam
ringan selama 1-2 hari.

(2) Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas akan sembuh
dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.

b) Reaksi Umum

(1) Demam tinggi, kejang dan syok berat.

7
(2) Pada keadaan kedua ( reaksi umum atau reaksi yang lebih berat ) sebaiknya ibu
konsultasi pada bidan atau dokter.

c. Hepatitis B

1) Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis

2) Tempat penyuntikan : Dipaha bagian luar

3) Kontra indikasi : tidak ada

4) Efek samping : Pada umumnya tidak ada

d. Polio

1) Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis

2) Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes

3) Kontra indikasi:

a) Anak menderita diare berat

b) Anak sakit panas

4) Efek samping :

a) Reaksi yang timbul biasanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-berak
ringan

b) Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan pada anggota
gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.

c) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.

e) Campak

1) Gunakan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.

2) Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas

3) Kontra indikasi :

a) Panas lebih dari 38ºC

b) Anak yang sakit parah

c) Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan

8
d) Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat

e) Riwayat kejang demam

4) Efek samping :

a) Panas lebih dari 38ºC

b) Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke

10-12

c) Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini jarang
terjadi.

2.2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi

Sumber : Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia,2017

9
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan Ibu Balita Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di


Puskesmas Samadua Kecamatan Samadua.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan ibu Kelengkapan Imunisasi

Sumber : Notoatmodjo 2010 dan Arikunto 2006

Keterangan :

Adapun variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu balita tentang imunisasi
dasar lengkap meliputi: pengertian, tujuan dan manfaat, efek samping,
penatalaksanaan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, usia, dan penyuluhan oleh bidan.

Pengetahuan adalah suatu yang diketahui, yang ditangkap dengan panca indera
manusia baik secara formal maupun informal. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi diharapkan semakin mudah dalam menerima
informasi tentang imunisasi dasar lengkap.

10
3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Kriteria Alat ukur Skala

Pengetahuan, Segala sesuatu yang Baik: 76-100% Quesioner Ordinal


pemahaman dipahami, dimengerti
imunisasi dan oleh ibu tentang Cukup : 56-75%
penerapan. imunisasi. Kurang :
Pengertian, 40-55%
tujuan manfaat, efek
samping dan Tidak baik : ≤40%
penatalaksanaan.
(Arikunto,2006)

11
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang di gunakan dalam penlitian ini adalah penelitian yang
berbentuk penelitian Deskriptif Cross Sectional. Metode penelitian deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. (Notoatmodjo 2005)

4.2 Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti,
sering kali di katakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan di teliti (Arikunto, 2006).

Dalam penelitian ini variabelnya adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
lengkap pada bayi.

4.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan di teliti (Arikunto,


2006). Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa populasi adalah semua
objek yang di amati dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-
ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah 30
orang.

4.4 Sampel

Sampael adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di teliti dan di anggap
mewakili seluruh populasi (Arikunto,2006). Besarnya sampel dalam penelitian ini
adalah 30 orang / total sampling. (Arikunto,2006)

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian di lakukan di Puskesmas Samadua Kecamatan Samadua .

2. Waktu penelitian di lakukan pada tanggal 6-10 Agustus 2018.

4.6 Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dari hasil data dengan menggunakan rekam medik secara deskripif melalui tabel
distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi.

12
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :

1. Editing

Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan rekam
medik ini berarti semua data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan.

2. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari
kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai dengan arakter.

3. Skoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi
sehingga setiap responden atau hasil observasi dapat diberikan skor. Tidak ada pedoman
yang baku untuk scoring namun scoring harus diberikan.

4. Tabulating

Mentabulasi dengan memuat tabel-tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4.7 Tehnik Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang
terkumpul dan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi kemudian dicari dasar
presentasi jawaban masing-masing responden dan selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan teori kepustakaan yang ada.

Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan


tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk
menjadi subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner pada
responden dan menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner (kira-kira kurang
dari 10 menit). Lalu peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang diberikan apakah
sudah diisi dengan lengkap oleh responden. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti
telah dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan menganalisa data. Kuesioner yang akan
diberikan kepada responden akan melewati uji validasi dan uji realibilitas terlebih
dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas peneliti akan menggunakan teknik
korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut :

13
N (Σ X Y) - (Σ X Σ Y)a

R=

√ { N Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y 2 - (Σ Y) 2 }

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha) dengan
rumus sebagai berikut :

k. r

α=

1 + ( k – 1). R

Menurut Arikunto (2006) setelah data terkumpul melalui kuesioner ditabulasi


dan dikelompokkan sesuai dengan variable yang diteliti, jawaban seluruh responden
dari masing-masing dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase.

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

Baik : 76-100% (13-20 jawaban yang benar)

Cukup : 56-75% (09-12 jawaban yang benar)

Kurang : 40-55% ( 05-08 jawaban yang banar)

Tidak baik : ≤40% ( 01-04 jawaban yang benar)

( Arikunto, 2006)

4.8 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini terleih dahulu harus mengajukan izin kepada
Kepala Puskesmas Samadua Kecamatan Samadua yang digunakan sebagai tempat
penelitian. Setelah mendapat persetujuan kemudian di lakukan penelitian dengan
menekankan kepada masalah etika yang meliputi:

14
1. Informed Concent (Lembar persetujuan menjadi subjek)

Lembar persetujuan menjadi subjek akan diedarkan sebelum penelitian di


lakukan pada seluruh subjek yang akan di teliti. Hal ini akan dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari kesalahpahaman dalam dan sesudah dilakukan penelitian. Jika
subjek bersedia di teliti maka subjek harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
subjek menolak dijadikan responden maka peneliti tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anomity

Demi menjaga kerahasiaan dan identitas subjek, maka peneliti tidak


mencantumkan nama subjek pada lembar kuisioner hanya saja lembar tersebut di beri
kode nomor tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah di kumpulkan subjek di jamin kerahasiaannya oleh peneliti.

I. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian dalam hal ini mencakup kelemahan atau hambatan yang
dirasakan dalam penelitian yaitu:

1. Sampel

Sampel yang digunakan terbatas sehingga untuk memperoleh hasil penelitian yang
akurat belum dapat di capai.

2. Waktu Penelitian Terbatas

Waktu penelitian sangat terbatas sehingga hasilnya kurang dari sempurna dan kurang
memuaskan.

3. Instrument Pengumpula Data

Instrument pengumpulan data memiliki jawaban yang banyak di pengaruhi oleh sikap
dan jawaban-jawaban pribadi sehingga hasilnya kurang memuaskan secara kualitatif.

4. Peneliti

Peneliti belum memiliki pengalaman dan belum pernah meneliti sehingga hasil
penelitian yang di lakukan kurang sempurna.

15
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Samadua terletak di Aceh Selatan. Batasan wilayah Puskesmas Samadua


yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Air Sialang Kecamatan Samadua

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jilatang Kecamatan Samadua

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tampang Kecamatan Samadua

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tampang Kecamatan Samadua

5.1.2 Data Umum

A. Responden Menurut Umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi umur ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan di
Puskesmas SamaduaTanggal 6-10 Agustus Tahun 2018.

No Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. <20 6 20

2. 21 – 35 23 76.67

3. >35 1 3.33

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui sebagian besar responden berumur 21-35
tahun yaitu 23 responden (76.67%).

16
B. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pendidikan ibu yang mempunyai anak usia 0-12
bulan di Puskesmas Samadua Tanggal 6-10 Agustus Tahun 2018.

No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. SD 12 40

2. SMP 11 36.67

3. SMA 6 20

4. Perguruan tinggi 1 3.33

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui sebagian berpendidikan SD yaitu 12


responden (40%).

5.1.3 Data khusus

A. Data Pengetahuan Ibu Balita Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi

Tabel 5.3 Distribusi pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Samadua 6-10 Agustus
Tahun 2018.

No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Baik 5 16.67

2. Cukup 16 53.33

3. Kurang 5 16.67

4 Tidak baik 4 13.33

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui lebih dari 50 % berpengetahuan


cukup yaitu 16 responden (53,33%).

17
B. Data Pengetahun Ibu Balita Tentang Pengertian Imunisasi

Tabel 5.4 Distribusi pengetahuan ibu mempunyai anak usia 0-12 bulan tentang
pengertian imunisasi dasar lengkap pada bayi di puskesmas Samadua 6-10
Agustus Tahun 2018.

No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Baik 8 26.67

2. Cukup 9 30

3. Kurang 8 26.67

4. Tidak baik 5 16.66

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui kurang dari 50 % yaitu 9 responden
(30%) memiliki pengetahuan tentang pengertian imunisasi dalam batasan yang cukup.

C. Data Pengetahuan Ibu Balita Tentang Tujuan Dan Manfaat Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Bayi.

Tabel 5.5 Distribusi pengetahuan ibu yan mempunyai bayi usia 0-12 bulan tentang
tujuan dan manfaat imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Samadua Tanal 6-10
Agustus Tahun 2018.

No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Baik 7 23.33

2. Cukup 8 26.67

3. Kurang 12 40

4. Tidak baik 3 10

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui sebagian besar memiliki


pengetahuan kurang tentang tujuan dan manfaat dasar lengkap yaitu 12 responden
(40%).

18
D. Data Pengetahuan Ibu Balita Tentang Efek Samping Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Bayi.

Tabel 5.6 Distribusi pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi dasar
lengkap di Puskesmas Samadua

No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Baik 5 16.67

2. Cukup 5 16.67

3. Kurang 11 36.66

4. Tidak baik 9 30

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kurang tentang efek samping imunisasi dasar lengkap yaitu 11 responden
(36.66%).

E. Data Pengetahuan Ibu Balita Tentang Penatalaksanaan Imunisasi Dasar


Lengkap Pada Bayi.

Tabel 5.7 Distribusi pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan
tentang penatalaksanaan imUnisasi pada bayi di Puskesmas Samadua tanggal 6-10
Agustus 2018

No Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1. Baik 5 16.67

2. Cukup 13 43.33

3. Kurang 8 26.67

4. Tidak Baik 4 13.33

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui sebagian besar memiliki


pengetahuan cukup tentang penaalaksanaan imunisasi pada bayi yaitu 13 responden
(43.33%).

19
5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi di
Puskesmas Samadua.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa lebih dari 50%
berpengetahuan cukup yaitu 16 responden (53,33%).

Hasil analisis ini didukung oleh umur responden. Dari data dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden berumur 21-35 tahun yaitu 23 responden (76.67%).dan
kurang dari 50% responden berumur <> 35 ahun yaitu1 responden (3.33%)

Usia 21-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat
memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin
matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan
dapat menambah pengetahuan (Nursalam dan Pariani, 2001).

Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai
kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan.
Dengan demikian semakin tua umur responden maka tingkat pengetahuan ibu balita
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi semakin baik.

Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan data


diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 12
responden (40%), responden berpendidikan SMP yaitu 11 responden
(36.67%),responden berpendidikan SMA yaitu 6 responden (20%) dan responden
berpendidikan perguruan tinggi yaitu 1 responden (3.33%)

Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka


makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi,
sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya orang tua yang
berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga
ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya.

Penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi dasar


lengkap pada bayi lebih dari 50% (53,33%) cukup. Hal ini dikarenakan informasi
mengenai imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah informasi khusus yang tidak
didapat di bangku sekolah atau Perguruan tinggi umum kecuali sekolah kesehatan.
Adapun informasi mengenai imunisasi dasar lengkap biasanya diperoleh melalui
penyuluhan kesehatan atau melalui tenaga kesehatan baik dipuskesmas atau posyandu.

20
Dengan demikian pemberian informasi mengenai imunisasi dasar lengkap pada
bayi yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin
termotivasi untuk membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

5.2.2 Pengetahuan ibu balita tentang pengertian imunisasi dasar lengkap pada
bayi secara khusus.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa kurang dari 50%
berpengetahuan cukup yaitu 9 responden (30%) kurang dari 50% berpengetahuan baik
yaitu 8 responden (26.67%), dan kurang dari 50% berpengetahuan kurang yaitu 8
responden (26.67%) dan kurang dari 50% berpengetahuan tidak baik yaitu 5 responden
(16.66%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang benar pada kuisioner tentang
pengertian imunisasi dasar lengkap pada bayi dikutip dari Oktaria (2007). Hal ini dapat
dilihat dari latar belakang pendidikan mereka rata-rata rendah (SD) dan cukup yaitu
SMP dan SMA disamping itu juga di tunjang sebelumnya mereka ada yang pernah
mendapatkan informasi tentang imunisasi dasar lengkap dari media atau penyuluhan,
pencapaian pengetahuan cukup diatas mungkin disebabkan adanya pengalaman dalam
penerapan imunisasi dasar lengkap dan pernah mendapat informasi.

Meskipun ada responden berlatar belakang pendidikan hanya SMP namun


pernah mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan mempunyai pengalaman
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hal ini disebabkan oleh informasi yang
didapat menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan pengalaman merupakan guru yang
baik, yang bermakna bahwa pengalamn itu merupakan sumber pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman pribadipun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Kurang dari 50% responden memiliki pengetahuan kurang 5 responden


(16.67%). Hal ini dapat dilatar belakangi pendidikan SD dan SMP disamping itu juga
tidak pernah mendapatkan informasi dan tidak memiliki pengalaman sama sekali dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hal ini dapat diperkuat oleh Notoatmodjo
(2005) bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan.

Pendidikan berhubungan dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,


ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain, dan merupakan proses belajar dan mengajar.
Pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapakan (Notoatmodjo 2003).

5.2.3 Pengetahuan ibu balita tentang tujuan dan manfaat imunisasi dasar
lengkap pada bayi.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat diketahui bahwa dari 30
responden kurang dari 50% berpengetahuan kurang yaitu 12 responden (40%) dan
berpengetahuan baik yaitu 7 responden (23.33%).

21
Sebagian besar responden menjawab pada item soal yang benar tentang tujuan
imunisasi pada bayi yaitu untuk memberi kekebalan pada anak dikutip oleh
(Notoatnodjo, 2003) hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang cukup dan
kurang yaitu SMP dan SD disamping itu juga tidak pernah mendapat informasi.

Kurang dari 50% berpengetahuan tidak baik yaitu 3 responden (10%). Hal ini dapat
dilihat dari jawaban yang salah tentang tujuan manfaat imunisasi pada item. Hal ini
dapat dilatarbelakangi pendidikan yang kurang tidak pernah mendapatkan informasi
tentang imunisasi pada anak dan sama sekali tidak memiliki pengalaman tentang
imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hal ini diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan.

5.2.4 Pengetahuan ibu balita tentang efek samping imunisasi dasar lengkap pada
bayi.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data dapat diketahui bahwa sebagian besar
berpengetahuan kurang yaitu 11 responden (36.66%), kurang dari 50% berpengetahuan
tidak baik yaitu 9 responden (30%), dan berpengetahuan cukup yaitu 5 responden
(16,67%) dan berpengetahuan baik yaitu 5 responden (16.67%).

Sebagian besar responden berpengetahuan kurang yaitu 11 responden (36.66%). Hal


ini dilihat dari jawaban yang benar pada item soal efek samping imunisasi dasar lengkap
pada bayi dengan memberikan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap. Hal ini
dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang rendah, di samping itu juga di tunjang
sebelumnya mereka ada yang pernah mendapatkan informasi tentang efek samping
imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Kurang dari 50% responden memiliki pengetahuan baik yaitu 5 responden


(16.67%). Hal ini dapat dilihat dari semua jawaban item soal yang benar. Hal ini dapat
diperkuat dengan jawaban responden tentang penatalaksanaan imunisasi dasar lengkap.
Responden pernah mendapatkan informasi dari media dan penyuluhan, dan sebagian
besar resonden berpendidikan rendah dan kurang yaitu SD dan SMP.

Hal ini dimungkinkan karena memahami informasi tentang imunisasi dasar lengkap
pada bayi yang diperoleh, menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa memahami
yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menginterprestasikan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dan dapat di interprestasikan dengan benar.

Kurang dari 50% berpengetahuan kurang yaitu 5 responden (16,67%). Hal ini di
lihat dari item soal tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi. Pencapaian pengetahuan
kurang hal ini di sebabkan pendidikan yang rendah sama sekali tidak mempunyai
pengalaman dan tidak pernah mendapatkan informasi. Hal ini di perkuat oleh

22
Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman merupakan guru yang baik untuk memperoleh
pengetahuan.

5.2.5 Pengetahuan Ibu Balita Tentang Penatalaksanaan Imunisasi Dasar


Lengkap Pada Bayi

Berdasarkan anlisa dan interpretasi data dapat diketahui bahwa sebagian besar
berpengetahuan cukup yaitu 13 responden (43.33%), kurang dari 50% berpengetahuan
kurang 8 responden (26.67%), 5 responden (16.67%) berpengetahuan baik dan 4
responden (13.33) berpengetahuan tidak baik.

Sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 13 responden (43.33%). Hal


ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan rendah dan cukup yaitu SD dan SMP,
meskipun berpendidikan rendah mereka juga pernah mendapat informasi tentang
imunisasi dasar lengkap. Hal ini dapat diperkuat Notoatmodjo (2005) menyatakan
bahwa pengalaman merupakan guru yang baik yang bermakna bahwa pengalaman itu
sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 13 responden (43.33%). Hal


ini dapat dilihat dari latar pendidikan dan mempunyai pengalaman dalam
mengimunisasi bayi, pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin
baik pula pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan domain yang sangat
penting utnuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo,2003)

Berdasarkan uraian diatas, semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pula
dalam mengaplikasikan materi dalam perkembangan anak yang diperoleh. Responden
yang berpendidikan tinggi akan lebih baik dalam keaktifan membawa anak untuk
mendapat imunisasi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah dan
tidak pernah mendapatkan informasi.

Meskipun ada responden yang tidak mempunyai pengalaman dalam pemberian


imunisasi pada bayi namun berpendidikan tinggi dan pernah mendapat informasi akan
membentuk pengetahuan yang baik. Hal ini di mungkinkan karena memahami informasi
tentang perkembangan anak yang diperoleh, menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan
bahwa memahami yaitu suatu kemampuan utnuk menjelaskan atau
menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
diinterprestasikan dengan benar.

Kurang dari 50% berpengetahuan tidak baik yaitu responden 4 (13.33%),


pencapaian pengetahuan tidak baik mungkin disebabkan pendidikan yang rendah. Sama
sekali tidak mempunyai pengalaman dan tidak pernah mendapat informasi. Hal ini
diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengalaman merupakan guru yang baik dan
merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

23
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan ibu balita tentang imunisasi
dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Samadua Samadua sebagian besar
berpengetahuan cukup yaitu 16 responden (53,33%).

6.2 SARAN

6.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya kaitannya


dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.

6.2.2 Bagi Tempat Penelitian

a. Meningkatkan pelayanan terhadap imunisasi dasar pada bayi.

b. Melaksanakan swipping pada bayi yang belum mendapatkan imunisasi.

6.2.3 Bagi Instansi Kesehatan/ Perpustakaan

a. Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada bayi usia 0-12 bulan.

b.lebih memperbanyak referensi bahan mata kuliah tentang ilmukesehatan anak


terutama imunisasi.

6.2.4 Bagi Masyarakat

Masyarakat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan


terutama tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.

24

Anda mungkin juga menyukai