Anda di halaman 1dari 53

Case Report

Fraktur Radius Distal


Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel
Abidin Banda Aceh

Auliadi Anshar
Kiani Laras

Supervisior
dr. Armia Indra Nur Alam Sp. OT
Laporan Kasus
• Nama : Tn. M
• Tanggal Lahir : 24-10-1992
• Umur : 24 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Agama : Islam
• Suku : Aceh
• Alamat : Aceh Utara
• CM : 1-11-35-04
• Tanggal Masuk : 21/12/2016
• Tanggal Pemeriksaan : 03/01/2016

Identitas Pasien
• Penurunan kesadaran

Keluhan Utama
• Pasien datang rujukan Rumah Sakit Kasih Ibu Lhokseumawe
dengan CKS + Fraktur Antebrachii Dektra dan Sinistra.
Pasien diketahui post Kecelakaan Lalu Lintas 12 jam SMRS
dengan menggunakan sepeda motor dan bertabrakan dengan
mobil. Berdasarkan anamnesa dengan yang membawa korban,
korban diketahui setelah kecelakaan mengalami meronta-ronta
dan berteriak, lalu tidak sadarkan diri. Sebelum tidak sadarkan
diri, pasien mengeluhkan adanya nyeri yang begitu hebat
dikepala, tangan sebelah kanan dan kiri serta pada dekat
kemaluan, pasien juga merasakan adanya gerakan yang
terbatas daerah tersebut.

Riwayat Penyakit Sekarang


• Keluhan seperti ini sebelumnya tidak dikeluhkan pasien.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit
lainnya juga tidak ada pada pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Tidak ada dari keluarga yang mengalami keluhan yang
sama dengan pasien. Riwayat hipertensi, alergi, diabetes,
alergi tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


• Pasien merupakan pasien rujukan Rumah Sakit Kasih Ibu
Lhokseumawe, dan sudah mendapatkan pengobatan
disana, namun untuk obat apa yang diberikan keluarga
pasien tidak mengetahuinya.

Riwayat Penggunaan Obat


• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat
• Kesadaran : Penurunan Kesadaran E3 M5 V4
• Tekanan Darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Suhu : 36,7oC
• Pernafasan : 21 x/menit

Status Internus
Konjungtiva anemi
Normocepali,
(+/+),ikterik (-/-), pupil bulat
Vulnus laceratum,
isokor 3mm/3mm, RCL (+/+),
dan RCTL (+/+)

Serumen (-/-)
Sekret (-/-) NCH (-)

Simetris, SF sulit dinilai, nyeri


Mukosa bibir kering (-),Sianosis
tekan (-) vesikuler (+/+),
(-) Bercak putih (-)
ronkhi (-/-), wh
(-/-), retraksi (-/-)

Tidak teraba pembesaran


KGB, Trakea di tengah, BJ I > BJ II,
Reguler, Bising (-),

Distensi (-), pembesaran


Ikterik (-/-), Edema (-/-),
organ (-) nyeri tekan (-)
sianosis (-/-) ROM terbatas (+/+)
timpani (+), peristaltik usus
(+)
Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis - - - -

Nyeri + + + +

ROM Terbatas Terbatas - Terbatas

Status Internus
Hematologi Nilai Normal Hasil 12 Oktober 2016 Satuan

Darah Rutin
Hemoglobin 10,5 – 12,9 11,1 gr/dl
Hematokrit 53-56 33 %
Eritrosit 4,4 – 5,8 4.0 106/mm3
Leukosit 6,0 – 17,5 14.3 103/mm3
Trombosit 150 – 450 321 103/mm3
MCV 80-100 81 fL
MCH 27-31 28 Pg
MCHC 32-36 34 %
RDW 11,5-14,5 12,6 %
MPV 7,2-11,1 8,7 fL
Hitung Jenis
Eosinofil 0–6 0 %
Basofil 0–2 0 %
Neutrofil Batang 2–6 0 %
Neutrofil Segmen 50 – 70 83 %
Limfosit 20 – 40 10 %
Monosit 2–8 7 %

Pemeriksaan Penunjang
Cervical Ap/Lat
Thorak
Genu
Antebrachii Ap/Lat
Antebrachii Ap/Lat
Pelvis Ap/Lat
CT Scan
• Cedera Kepala Sedang + Diffuse Aksonal Injury
• Close Fr. Dislokasi Radius Dektra
• Close Fr. Ramus Pubis Interna Sinistra

Diagnosa Kerja
• O2 4 Liter/Menit
• IVFD NACL 0.9% 20 gtt/menit
• Inj. Ceftriaksone 2 gram/24 jam
• Inj. Ketorolac 3% 1 amp/8 Jam
• Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
• Pasang Back Slap
• Rawat Ruangan
• ORIF elektif

Penatalaksanaan
• Quo ad vitam : Dubia Ad Bonam
• Quo ad functionam : Dubia Ad Bonam
• Quo ad Sanactionam : Dubia Ad Bonam

Prognosis
Pembahasan
Berdasarkan Data dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2010, didapatkan sekitar
delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis
fraktur yang berbeda-beda

Hasil survei tim kementrian kesehatan RI didapatkan 25%


penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% cacat
fisik, dan 25% mengalami stres psikologis, serta 5%
mengalami kesembuhan dengan baik.

Latar Belakang
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang
rawan sendi, dan atau tulang rawan epiphysis, baik
bersifat total maupun parsial, yang pada umumnya
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung
maupun trauma tidak langsung, biasanya disertai cedera
di jaringan sekitarnya.

Definisi
• Etiologi fraktur terbagi menjadi tiga, yaitu:
 Cedera traumatik
 Fraktur patologik
 Secara spontan

Etiologi
• Klasifikasi fraktur terbagi menjadi, yaitu:
 Berdasarkan penyebabnya
 Berdasarkan klinis
 Berdasarkan radiologis
 Berdasarkan kondisi
 Berdasarkan fragmen

Klasifikasi
• Berdasarkan penyebabnya menjadi:
 Traumatik
 Patologis
 Stress

Klasifikasi
• Berdasarkan klinisnya menjadi:
 Fraktur tertutup
 Fraktur terbuka
 Fraktur dengan komplikasi

Klasifikasi
• Berdasarkan radiologisnya menjadi:
 Fraktur transversal
 Fraktur kominutif
 Fraktur oblik
 Fraktur segmental
 Fraktur impaksi
 Fraktur spiral

Klasifikasi
• Berdasarkan kondisinya menjadi:
 Fraktur komplit
 Fraktur inkomplit

Klasifikasi
• Berdasarkan menurut hubungan antar fragmen menjadi:
 Tidak bergeser
 Bergeser

Klasifikasi
• Pada dasarnya, mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi
akibat:
 Peristiwa trauma tunggal,
 Tekanan yang berulang ulang,
 Kelemahan abnormal pada tulang.

Patofisiologi
• Diagnosis dari fraktur berdasarkan:
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang

Diagnostik
Enam prinsip penanganan Fraktur:
 Firstly do no harm
 Base treatment on an accurate diagnosis and
prognosis.
 Select treatment with specific aims.
 Cooperate with the”law of nature”.
 Be realistic an practical in your treatment.
 Select treatment for your patient as an individual.

Penanganan
• Penanganan fraktur dibedakan menjadi:
 Penanganan fraktur terbuka
 Pembalutan luka
 Profilaksis antibiotik
 Debridemen
 Stabilisasi fraktur
 Penanganan fraktur tertutup
 Reduksi (terbuka, tertutup)

Penanganan
• Terdapat beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang:
 Inflamasi
 Proliferasi sel
 Pembentukan kalus
 Penulangan kalus (osifikasi)
 Remodeling menjadi tulang dewasa

Tahapan Penyembuhan
• Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam
fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan.
• Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh
kejadian fraktur pada dewasa.

Fraktur Radius Distal


• Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan
berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan
pronasi.
• Fragmen bagian distal radius dapat terjadi dislokasi ke
arah dorsal maupun volar, radial dan supinasi.
• Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan
ulna memiliki korelasi dengan cedera jaringan lunak.

Fraktur Radius Distal


Fraktur Radius Distal
• Radius distal terdiri dari atas tulang metaphysis
(Cancellous), Scaphoid facet dan Lunate Facet, dan
Sigmoid notch, bagian dari metaphysis melebar kearah
distal, dengan korteks tulang yang tipis pada sisi dorsal
dan juga radial.

Fraktur Radius Distal


• Radius distal terbagi menjadi 3 kolum, yaitu:
Kolum lateral
Kolum medial : terbagi menjadi sisi dorsal dan sisi
medial

Fraktur Radius Distal


• Mekanisme cedera yang paling umum terjadi adalah
jatuh ke tangan terulur dengan pergelangan tangan dalam
dorsofleksi.

Fraktur Radius Distal


• Dari klinis pasien biasanya terlihat dengan deformitas
berupa dinner fork deformity biasa terjadi pada colles
fracture, dengan gambaran seperti garpu makan, dimana
distal dari radius displaced (bergeser) kearah dorsal.
• Dapat juga berupa garden spade biasa terjadi pada smith
fracture dimana distal dari radius displaced (bergeser)
kearah volar.
• Pergelangan tangan biasanya juga bengkak dengan
hematoma, nyeri tekan dan keterbatasan dalam
melakukan gerakan.

Fraktur Radius Distal


Klasifikasi Frykman
• Tipe 1 : Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra
articular.
• Tipe 2 : Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius.
• Tipe 3 : Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
• Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius.
• Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio
ulnar distal.
• Tipe 6 : Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius.
• Tipe 7 : Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
• Tipe 8 : Tipe 7 + Fraktur prosesus styloid radius.

Fraktur Radius Distal


Fraktur Radius Distal
Klasifikasi Fernandez
• Tipe I : Fraktur metafiseal ekstraartikuler, yakni fraktur Colles
(angulasi dorsal) danSmith (angulasi volar)
• Tipe II : Intraarticular shearing fractures, yakni fraktur Barton
(dorsal dan volar)
• Tipe III : Fraktur kompresi intraartikuler, yakni artikuler
kompleks dan fraktur radialpilon
• Tipe IV : Fraktur avulsi, yakni fraktur-dislokasi radiokarpal
• Tipe V : Cedera ekstensif karena high velocity mechanism

Fraktur Radius Distal


Fraktur Radius Distal
• Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya
selalu ditangani dengan reposisi tertutup dan imobilisasi
dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open fraktur
ataupun kondisi fragmen fraktur yang tidak memenuhi
kriteria acceptable.
• Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak
diperlukan tindakan operasi lanjutan.

Fraktur Radius Distal


• Tindakan operasi yang dapat dilakukan antar lain:
 ORIF (Fiksasi Interna dengan plate & Screw)
 Pinning Perkutaneus
 Fiksasis Eksternal
 Fiksasi Adjuvan
 Arthroskopi

Fraktur Radius Distal


• Pergeseran sendi dapat berupa subluksasi atau dislokasi.
• Subluksasi sendi adalah kondisi di mana masih terdapat
kontak antara permukaan tulang-tulang penyusun sendi.
Ketika kontak tersebut sudah tidak ada, sendi tersebut
dikatakan mengalami dislokasi.

Subluksasi dan Dislokasi


Pembahasan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai