BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah yang abnormal pada
arteri yang terjadi secara terus-menerus lebih dari satu periode yang mengakibatkan
konstriksi arteriol sehingga darah menjadi sulit untuk mengalir dan meningkatkan
tahanan lawan arteri. Menurut world health association (WHO) pada tahun 2013
hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena jarang
menimbulkan gejala pada stadium awal dan banyak orang tidak terdiagnosa.5
2.2 Epidemiologi
Secara global, jumlah penyakit kardiovaskuler kira-kira 17 juta kejadian
setiap tahun, mendekati 1 berbanding 3 secara keseluruhan. Jumlah komplikasi dari
hipertensi adalah 9,4 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Hipertensi menjadi
penyebab hampir 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% karena stroke.6
Prevalensi hipertensi pada umur ≥ 18 tahun di Indonesia yang didapat
melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan
yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi
sendiri sebesar 9,5%. Jadi, terdapat 0,1% penduduk yang minum obat sendiri,
meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan. Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar
25,8%.2
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi hipertensi
dari kedua hal tersebut.
Sebesar 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang
ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.7
Menurut Aaronson & Ward, penyebab umum hipertensi sekunder adalah:7
a. Penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, yang mengganggu regulasi
volume dan/atau mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron,
b. Gangguan endokrin, seringkali pada korteks adrenal dan terkait dengan
oversekresi aldosteron, kortisol dan/atau katekolamin,
c. Kontrasepsi oral, yang dapat menaikkan ABP (Arteri Blood Pressure)
melalui aktivasi renin-angiotensin-aldosteron dan hiperinsulinemia.
2.4 Etiologi
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi, yaitu:
2.4.1 Gaya Hidup
9
2.4.3 Sosio-ekonomi
Faktor sosial, seperti pendapatan, pendidikan dan tempat tinggal,
mempunyai pengaruh yang merugikan dalam faktor risiko gaya hidup dan
mempengaruhi meningkatnya hipertensi. Contohnya, penganguran atau ketakutan
dari pengangguran bisa memepengaruhi pada tingkat stress yang dapat
mempengaruhi tekanan darah tinggi. Kondisi pekerjaan dapat juga menunda deteksi
dini dan perawatan dan bisa juga menghambat pencegahan komplikasi.
Perpindahan yang tidak direncanakan juga cenderung untuk menaiknya kasus
hipertensi karena lingkungan yang tidak sehat yang mendorong mengonsumsi fast
food, kebiasaan yang menetap atau duduk terus-menerus, penggunaan rokok dan
alkohol yang berbahaya. Peningkatan usia mempengaruhi hipertensi karena
penebalan pembuluh darah, meskipun penuaan pada pembuluh darah dapat
diperlambat melalui gaya hidup yang sehat, termasuk makanan yang sehat dan
mengurangi konsumsi garam. 9
Beberapa kasus pada hipertensi belum diketahui. Faktor genetik berperan
penting bilamana kemampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal.
Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah
jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui
kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah awal dari
peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih
tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer.-9
10
2.5 Patofisiologi
Hipertensi terjadi karena peningkatan tekanan pada pembuluh darah secara
terus-menerus yang mengakibatkan semakin cepat kerja jantung untuk memompa
darah. Jika hal ini terus-menerus maka otot jantung akan menebal dan mengalami
hipertrofi.7
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah
antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem
renin-angiotensin, dan autoregulasi vaskular.7
a. Baroreseptor ini memonitor tekanan derajat arteri. Jika tekanan darah naik
secara mendadak, maka akan memberikan rangsangan pada baroreseptor
yang selanjutnya sinyal tersebut dikirim ke medulla oblongata dan akan
menghambat pusat vasokontriksi, serta merangsang pusat vagal sehingga
terjadi vasodilatasi, kontraktilitas menurun, juga bradikardi,
Renin
Angiotensin I
11
Angiotensin II
↑ Tekanan darah
Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.7
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis dan Manifestasi Klinis
Gejala hipertensi biasanya tanpa gejala sehingga sering disebut “the silent
killer”. Menurut Vitahealth, secara umum gejala yang dapat timbul, yaitu:
1) Sakit kepala, 2) Jantung berdebar-debar, 3) Sulit bernapas setelah bekerja atau
mengangkat beban berat, 4) Mudah lelah 5) Penglihatan kabur, 6) Wajah memerah,
7) Hidung berdarah, 8) sering buang air kecil, terutama di malam hari, 9) Telinga
berdenging (tinnitus), 10) Dunia terasa berputar (vertigo).10
Selain itu pada anamnesis digali pendukunga faktor risiko hipertensi pada
pasien seperti:
1) riwayat hipertensi atau penyakit kardiovaskuler pada keluarga, 2) riwayat
hiperlipidemia pada pasien atau keluarga, 3) riwayat diabetes pada pasien atau
12
2.7 Penatalaksanaan
Guideline JNC VIII mencantumkan 9 rekomendasi penanganan hipertensi,
yaitu: 13
a. Pada populasi umum ≥ 60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika TD sistolik ≥150 mmHg atau TD diastolik ≥ 90
mmHg dengan target sistolik sistolik < 150 mmHg dan target diastolik < 90
mmHg, jika tekanan darah sistolik turun lebih rendah dari target tanpa
menimbulkan efek samping bagi kesehatan dan kualitas hidup maka dosis
tidak perlu disesuaikan
b. Pada populasi umum < 60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika TD diastolik ≥ 90 mmHg dengan target TD
diastolik < 90 mmHg untuk usia 30-59 tahun,
c. Pada populasi umum < 60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai TD sistolik ≥140 mmHg dengan target TD sistolik <
140 mmHg,
14
2.8 Komplikasi
Komplikasi hipertensi dapat mengenai berbagai organ target seperti jantung
(penyakit jantung iskemik, hipertrofi penyakit kiri, gagal jantung), otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati) juga arteri perifer ( klaudikasio intermitten),
kerusakan organ-organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah pasien
dan berapa lama tekanan darah tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati.14
BAB III
17
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn.AD
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Rukoh
Status : Menikah
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 170 cm
IMT : 24,22 kg/m2
Tanggal Kunjungan : 24 Mei 2017
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Pusing
Keluhan Tambahan
Mata kabur
Pasien menderita tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu dan rutin
minum obat. Riwayat DM dan stroke disangkal. Riwayat penyakit gangguan ginjal
disangkal. Riwayat kolesterol disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita hipertensi. Tidak ada
riwayat DM dan stroke dalam keluarga. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
disangkal.
Family genogram
Pasien rutin meminum obat tekanan darah tinggi berupa Amlodipin yang
didapatkannya dari puskesmas sejak 5 tahun terakhir. Namun dalam seminggu
belakangan pasien tidak minum obat karena habis.
Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Frekuensi Jantung : 78 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Temperatur : 36,80C (aksila)
IMT : 24,22 kg/m2 (normoweight)
Status General
Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Oedema : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan normocepali
Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut, berwarna hitam.
Mata : Cekung (-), Reflek cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva
palpebra inf pucat (-/-) Sulcus palpebra dextra sinistra normal.
Visus 6/60 ODS, shadow test (+)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), NCH (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)Plicanasolabialisdextra (-)
Gigi Geligi : Karies (+)
Lidah : Papil atrofi (-), Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
20
Tenggorokan : T1/T1
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
KGB : Kesan simetris, Pembesaran (-)
TVJ : R+2 cmH2O
Axilla : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax anterior
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris kanandan kiri
Tipe Pernafasan : Torako-abdominal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
21
Thoraks Posterior
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
22
Jantung
Perkusi :
Abdomen
Ekstremitas
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
IV. Diagnosis
V. Tatalaksana
1. Non Farmakologi
Mengurangi asupan garam. Dianjurkan untuk asupan garam tidak
melebihi 2 gr/ hari
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara
khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka
di tempat kerjanya.
24
Berhenti merokok
2. Farmakologi
- Amlodipin 1 x 10 mg
- HCT 1 x 25 mg
- Cendo vitrolenta 3x1 gtt ODS
VI. Planning
Rutin kontrol tekanan darah ke Puskesmas setiap bulannya.
Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserida pada kunjungan
berikutnya
Pemeriksaan Kadar gula darah puasa dan 2 jam PP
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien adalah seorang laki-laki berumur 55 tahun dengan
keluhan utama kepala terasa pusing. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi
sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan tekanan darahnya sering naik turun
dalam beberapa tahun. Pasien mengatakan bahwa tekanan darah paling tinggi yang
dialami pasien mencapai 160/80 mmHg, Pasien juga mengeluhkan matanya kabur
dalam sebulan terakhir. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
160/90 mmHg. Frekuensi nadi: 78 x/menit, laju pernapasan : 20 x/menit, suhu
aksila : 36,8oC.
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak
atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau
minum kopi. Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya
lebih dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC- VII) dikatakan hipertensi
derajat 2 bila didapatkan tekanan darah sistolik> 160 mmHg, dan tekanan diastolik
> 100, oleh karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis menderita
Hiperetnsi derajat 2. 15
bisa menyebabkan retensi cairan. Selain itu obat ini juga menurunkan resistensi
pembuluh darah perifer sehingga terjadi penurunan tekanan darah.15
BAB V
KESIMPULAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan
ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure).
Ketetapan ini juga telah disepakati badan kesehatan dunia (WHO), organisasi
hipertensi international (ISH), maupun organisasi hipertensi regional termasuk
Indonesia (InaSH) menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1,
dan hipertensi derajat 2.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi
ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita
hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya
sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer. Kunci untuk menghindari
komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum
kerusakan terjadi. Edukasi dari dokter kepada pasien hipertensi sangatlah penting
terutama mengenai komplikasi dan pengaturan pola gaya hidup yang sehat..
28
DAFTAR PUSTAKA
1 U.S. Department of Health and Human Services. 2004. Complete Report: The
Seventh Report pf the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, dan Treatment of High Blood Pressure. United States: U.S.
Department of Health and Human Services.
2 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3 Rahajeng W dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya
di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor 12: 580-587.
4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
5 Standing P, Deakin H, Norman P, Standing R. Hypertension-It,s Detection,
Prevalence and Treatment in British General Practice. BJ Cardiol 2015; 12:
471-6.
6 Rosendorff C, Balck HR, Cannon CP, Cannon BJ, Gersh BJ, Gore J et al.
Treatment of Hypertension in the Prevention and Management of Ischemic
Heart Disease : A Scientific Statement from the American Heart Association
Council for High Blood Pressure Research and the Council on Clinical
Cardiology and Epidemiology and Prevention. Circulation. 2007;115:2761-
2788.
7 Sani, A. 2008. Hypertension; Current Perspective. Medya Crea. Jakarta
8 Aulia, Sani. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi dan Sindroma Koroner
Akut. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
9 WHO, Media Centre. Nocommunicable diseases. Updated March 2013. Access
18 November 2013.
10 Vitahealth.2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia
11 The 2015 Canadian Hypertension Education Program Recommendations for
Blood Pressure Measurement, Diagnosis, Assessment of Risk, Prevention, and
Treatment of Hypertension. Canadian Journal of Cardiology Volume 31 2015.
29