Sampel yang diuji dalam praktikum ini adalah daun tembelekan (lantana
camara L.), dan batang kemuning (murraya paniculata L.jack) dibuat simplisia
skrining Zat yang terkandung didalamnya serta pemisahan dengan metode ekstraksi
Sampel diperoleh dari desa lembanna’, Kabupaten malino, pada tahap ini
sortasi basah untuk memisahkan kotoran yang masih menempel tanpa merusak
diangin-anginkan sampai kering betul. Maksud pengeringan ini yaitu langkah awal
enzimatis. Reaksi enzimatis dapat terjadi jika simplisia mengandung air lebih dari
10%. Selain itu proses pengeringan itu dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya
jamur, mencegah pembusukan, dan lain-lain. Terlebih lagi jika simplisia tersebut
akan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Pengeringan yang dilakukan dengan
cara dianginkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung bertujuan untuk
sampel dan juga tergantung pada sifat kimia yang dikandung simplisia tersebut. Daun
daun tembelekan memiliki tekstur yang lunak sehingga tidak sulit ditembus oleh
cairan penyari pemanasan Sedangkan untuk batang kemuning metode ekstraksi yang
digunakan yaitu refluks (metode panas) .Dengan demikian ketiga metode ekstraksi
ini sudah cukup untuk menarik sebagian besar komponen kimianya yang terkandung
didalamnya.
Setelah diperoleh ekstrak metanol dari hasil maserasi dan perkolasi serta
refluks, ekstrak cair yang diperoleh tersebut diuapkan. penguapan dapat dilakukan
awal golongan senyawa sehingga memuahkan proses pengisolasinya, selain itu juga
bertujuan ntuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untuk
dimanfaatkan .dalam metode ini digunakan beberapa pereaksi, yaitu perekasi mayer,
dengan n-Heksan, akan membentuk dua fase yaitu fase air dan fase n-heksan dan
selanjutnya fase air ditambahkan dengan etil asetat akan membentuk dua fase yaitu
fase air dan fase etil asetat serta fase air ditambahkan dengan alcohol akan
membentuk satu fase yaitu fase alcohol dikarenakan fase air telah tercampur dengan
fase alkohol .Ekstarksi cair-cair ini dimaksudkan untuk memperoleh dua jenis ekstrak
yaitu ekstrak yang bersifat polar dan yang bersifat non polar dengan perbandingan
Pada kromatografi lapis tipis, Lempeng KLT yang akan digunakan dibuat dari
silika gel sebagai fase diam, sehingga lempeng harus senantiasa diaktifkan sebelum
karena sifatnya yang higroskopik, untuk mencegah penyerapan uap air yang lebih
banyak, maka setelah itu diaktifkan pada oven dengan suhu 110-1150C selama 15
menit, sehingga pada suhu tersebut diharapkan semua uap air yang terdapat pada
lempeng telah habis. Jika terdapat kandungan air dalam lempeng maka proses elusi
dari ekstrak tidak akan berjalan dengan baik dan kemungkinan terjadinya kehilangan
noda karena semua tempat pada lempeng telah dipenuhi oleh air.
Ekstrak yang ditotolkan pada lempeng dibuat dalam konsentrasi yang rendah,
karena jika konsentrasinya terlalu pekat maka akan diperoleh noda yang berekor.
Selanjutnya lempeng dielusi dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen
yang akan digunakan dengan posisi berdiri dengan kemiringan kurang lebih empat
puluh lima derajat. Dan diusahakan tempat penotolan tidak terendam oleh eluen.
Maksud penjenuhan chamber agar proses elusi dari eluen hanya berasal dari eluen
pada dasar chamber bukan dari eluen yang menguap jika chamber tidak dijenuhkan.
Uap eluen akan memenuhi seluruh ruang chamber setelah chamber dijenuhkan yang
hingga kering selanjutnya noda-noda yang terbentuk diamati di bawah sinar UV 354
nm, sedangkan noda yang tidak tampak pada UV disemprot dengan larutan
H2SO4 10%. Penampakan noda pada sinar UV 354 nm disebabkan karena adanya
interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang
terdapat pada noda tersebut. Fluoresensi warna yang tampak tersebut merupakan
emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang
tereksitasi dari tingkat energi dasar. Perbedaan energi emisi yang dipancarkan pada
saat kembali ke energi dasar inilah yang menyebabkan perbedaan fluoresensi warna
yang dihasilkan oleh tiap noda. Penampakan noda setelah lempeng disemprot dengan
H2SO4 10% disebabkan karena H2SO4 ini bersifat reduktor yang dapat memutuskan
ikatan rangkap sehingga panjang gelombangnya bertambah dan warna noda dapat
dilihat pada cahaya tampak. Mekanisme penampakan noda ini dapat disebabkan juga
arah panjang gelombang yang lebih pendek (ke daerah UV hampa). Konsentrasi
H2SO4 yang digunakan adalah 10% karena jika konsentrasinya terlalu pekat maka
dapat merusak lempeng namun jika konsentrasinya terlalu rendah maka kemampuan
pemutusan ikatannya tidak maksimal. Sinar UV yang digunakan adalah sinar UV