Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Lansia merupakan seseorang lansia yang telah memasuki usia 60

tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging

Process atau proses penuaan. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus

kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh

setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut merupakan suatu

kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo,

2014).

Lansia merupakan proses penuuaan dengan proses bertambahnya

usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti

otak, jantung, hati, dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif

tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia

akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal

menghilang sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang di derita (Fatma, 2010).

Proporsi penduduk diatas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus

meningkat. Perkiraan peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan

berlipat ganda dari sekitar 11% menjadi 22%, atau secara absolut

1
meningkat dari 605 juta menjadi 2 milyar lansia (WHO, 2014). Presentase

penduduk usia 60 tahun keatas di Indonesia mengalami peningkatan setiap

tahunnya, yakni 7,58% pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013

meningkat menjadi 8%, pada tahun 2014 meningkat menjadi 8,2% dan

tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% (BPS, 2015). Berdasarkan hasil

pendataan keluarga (Bkkbn Sumatera Barat, 2015), terdapat 4.6 juta jiwa

penduduk dengan jumlah lansia yang ada di Sumbar 91.829 jiwa

(19,72%).

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada

diri manusia (Azizah, 2011). Menurut Mubarok (2006) lanjut usia

mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk

menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri

dengan lingkungan kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan

kondisi fisik (biologis), perubahan psikososial, perubahan psikologi,

perubahan kognitif dan perubahan spiritual. Salah satu perubahan biologis

pada lansia yaitu terjadi perubahan pada sistem integumen (kulit).

Kulit merupakan lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan

bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit

merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh

bagian tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya

bahan kimia dll. Lapisan kulit di bagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama

2
epidermis merupakan lapisan luar yang selalu terdiri dari jaringan epitel,

dan dermis terdapat kelenjer keringat, kelenjer minyak, pembuluh darah,

ujung-ujung saraf dan kantung rambut.

Menurut HSE (Health Safety Environment, 2000) dalam Suryani

(2011) bahwa kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40

tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembabannya

karena menipisnya lapisan basal. Selain itu produksi sebum juga menurun

tajam, sehingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel

menururn.

Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia

mengalami degenerasi seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga kulit

kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan

pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga

kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis (Suryani, 2011).

Dermatitis adalah peradangan non inflamasi pada kulit yang

bersifat akut, sub akut, atau kronis dan mempengaruhi banyak factor.

menurut Djuanda (2006). Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis

dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen seperti

bahan kimia (deterjen, asam basa, oli dan semen) dan endogen seperti

sinar, suhu, mikroorganisme yang menimbulkan kelainan klinis berupa

efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Berdasarkan penyebabnya,

keadaan dermatitis mencakup dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak

3
alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis statis

dan lain sebagainya (Ardhie, 2009).

Banyak faktor penyebab timbulnya penyakit dermatitis,

diantaranya ada yang berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia

(contoh: detergen. Asam basa, oli, semen), fisik (contoh : sinar, suhu),

mikroorganisme (contoh : bakteri, jamur) dan ada pula yang berasal dar

dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik yang belum diketahui pasti

etiologinya. Umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, sumber

air, tempat tinggal, dan waktu kejadian merupakan bagian dari faktor

resiko/penyebab yang dapat menjadi faktor pendukung seseorang mudah

untuk terinfeksi penyakit kulit dermatitis (Hasan, 2009).

Selama 30 tahun terakhir, peningkatan prevalensi dari penyakit

atropic dermatitis (AD) Didunia mencapai 18 % pada anak-anak dan 5 %

pada orang dewasa. Selain itu, allergic contact dermatitis ( ACD) terjadi

sekitar 7 % dari populasi umum, diantaranya 3-24 % pada anak-anak dan

33-64 % pada lansia ( silny dkk, 2013). Berdasarkan sebuah penelitian

yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa penderita dermatitis

terbanyak adalah kelompok 45-64 tahun, jenis kelamin perempuan,

pekerjaan ibu rumah tangga, lokasi tersering kaki, penyebab tersering

diterjen dan karet, serta pemberian terapi tersering ialah antihistamin

kortikosteroid ( Suryani, 2011 ). Dermatitis merupakan salah satu penyakit

terbanyak pada penderita rawat jalan di rumah sakit umum di indonesia,

pada tahun 2009 ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan

4
subkutan lainnya yakni sebesar 147.953 kasus pada perempuan ( Ardhie,

2009 ). Dan pada tahun 2010 terdapat 122.076 kasus diantaranya 48.576

kasus pada laki-laki dan 73.500 kasus pada perempuan ( Ardhie, 2009 ).

Perjalanan penyakit dermatitis atopik umumnya kronik dan sering

kambuh. Penyakit ini cenderung diturunkan (faktor genetik), tetapi faktor

lingkungan juga memegang peranan dalam perkembangan penyakit ini.

Obat-obat yang diberikan pada dermatitis atopik ini umum nya bertujuan

untuk mengurangi gejala penyakitnya. Contoh obat-obatan tersebut adalah

kartikosteroid dan anti histamin, namun sayangnya obat-obatan tersebut

dapat menimbulkan berbagai macam efek samping. Efek samping

pemberian kortikosteroid akan menyebabkan moon face, osteoporosis,

tukak lambung, dan hipetensi. Pemberian anti histamin menyebabkan

vertigo, tinitus, insomnia, tremor, nafsu makan berkurang, konstipasi, dan

mulut kering (Djuanda, 2012).

Kebanyakan orang terlalu menganggap spele penyakit ini, padahal

bila didiamkan lama-kelamaan akan timbul bengkak, dan bila digaruk

secara terus menerus akan menyebabkan lecet (Nurani, 2011). Selain itu,

pada dermatitis ini dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri, gejala

nya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan nanah dan pembengkakan

kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu

(Ciptosantoso, 2011). Selain terjadi infeksi bakteri, dermatitis juga dapat

terinfeksi oleh virus, infeksi virus ini berupa Herpes Simplex 1 (HVS 1)

ditandai dengan munculnya bintik-bintik kecil yang berkelompok secara

5
tiba-tiba, berisi cairan bening atau putih, nyeri dan gatal. Binti-bintik ini

kemudian dapat bernanah atau terkikis (Siada, 2007).

Masyarakat sering menggunakan tumbuhan obat untuk mengatasi

berbagai penyakit, termasuk dermatitis. Tetapi yang digunakan untuk

penderita dermatitis antara lain terapi topikal dan terapi oral. Terapi

topikal merupakan salah satu pengobatan yang sering dilakukan untuk

menyembuhkan atau mengurangi gejala dari dermatitis. Bentuk sediaan

topikal yang biasa diberikan kepada penderita dermatitis antara lain losio,

krim, gel, salap, pasta, emulsi dan bedak. Obat yang sering digunakan

pada penderita dermatitis adalah obat golongan kortikosteroid seperti

hidrokortison, dexametasone, prednisolone dan methilprednisolone

(Nurani, 2011).

Cara penggunaan obat dermatitis topikal yaitu dengan dioleskan

pada bagian kulit yang sakit dalam keadaan sudah bersih secara tipis agar

mencapai efek terapi. Dalam penelitian ini dipilih terapi dermatitis topikal

karena dalam penggunaan obat dermatitis topikal memrlukan ketepatan

dalam penggunaannya, jika cara penggunaannya tidak sesuai maka akan

menimbulkan efek samping berupa penebalan kulit. Ketepatan

penggunaan obat dermatitis dapat dipengaruhi oleh perilaku pengguna dari

penderita dermatitis. Salah satu penggunaan obat herbal untuk meredakan

dermatitis yaitu menggunakan minyak kelapa (Rozaline dan Sutarmi,

2006).

6
Minyak kelapa atau coconut oil merupakan minyak kelapa murni

yang dibuat dengan pemanasan minimal. Penggunaan minyak kelapa

murni sebagai penyembuhan kulit telah dilakukan oleh masyarakat

Indonesia secara turun temurun dan dapat dimanfaatkan dalam bidang

kesehatan (Subroto, 2010). Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh

berantai sedang dan pendek yang tinggi yaitu sekitar 92%. Kandungan

asam lemak dalam minyak kelapa efektif dan aman digunakan sebagai

moistraizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit

(Rozaline dan Sutarmi 2005). Kandungan asam lemak jenuh rantai sedang

yang mudah masuk ke lapisan kulit dalam dan mempertahankan

kelenturan serta kekenyalan kulit selain itu juga dapat membunuh virus. Di

dalam tubuh asam laurat diubah menjadi monolaurin sedangkan asam

kaprat berubah menjadi monokaprin. Senyawa ini termasuk senyawa

monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri, antibiotic dan

antiprotozoal (Purwanto, 2013).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan kelompok pada tanggal

15 Mei 2019 di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin

yang mempunyai kapasitas 110 orang lansia, mahasiswa menemukan 95

lansia yang berada di 13 wisma dan 15 orang lansia lainnya tidak berada di

tempat, diantaranya ada yang pulang kampung, pergi ke pasar, pergi

berobat dan lain-lain. Dari 95 orang lansia yang berada ditempat,

didapatkan 29 orang lansia perempuan dan 66 orang lansia laki-laki.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelompok dari 95 orang lansia

7
didapatkan 22 orang lansia yang menderita dermatitis, diantaranya 12

orang lansia mengalami tingkat dermatitis ringan, 6 orang lansia

mengalami tingkat dermatitis sedang, dan 4 orang lansia mengalami

tingkat dermatitis berat.

Berdasarkan data diatas maka kelompok tertarik melakukan

desiminasi ilmu tentang “Manfaat Pemberian Minyak Kelapa Terhadap

Penyembuhan Dermatitis Pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin

Tahun 2019”.

2. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan desiminasi ilmu diharapkan audiens (pegawai dan

pengasuh) dapat menerapkan pemberian minyak kelapa kepada lansia

yang terkena dermatitis di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun

2019.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan desiminasi ilmu diharapkan audiens ( pegawai dan

pengasuh ) dapat memahami dan menerapkan tentang:

a. Defenisi lansia

b. Batasan umur lanjut usia

c. Klasifikasi lansia karakteristik lansia

d. Tipe lansia

e. Teori lansia

f. Teori-teori penuaan lansia

8
g. Tugas perkembangan lansia

h. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

i. Definisi dermatitis

j. etiologi dermatitis

k. patofisiologi dermatitis

l. manifestasi klinis dermatitis

m. tingkatan dermatitis

n. pemeriksaan penujang dermatitis

o. pencegahan dermatitis

p. penatalaksanaan dermatitis

q. definisi minyak kelapa

r. kandungan minyak kelapa

s. manfaat minyak kelapa

t. efek minyak kelapa terhadap dermatitis

u. cara pemakaian minyak kelapa

3. Manfaat Desiminasi

1. Bagi pegawai atau pengasuh di pstw sabai nan aluih sicincin.

Diharapkan dengan adanya desiminasi ilmu ini apat diberikan

tambahan pengetahuan kepada pengasuh dan pegawai untuk mampu

menerapkjan pemberian minyak kelapa terhadap penyembuhan

dermatitis pada lansia di pstw sabai nan aluih sicincin.

9
2. Bagi mahasiswa keperawatan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan ilmu pengetahuan

dalam mengobati lansia yang memiliki wermatitits dengan pemberian

minyak kelapa.

3. Bagi lansia

Dapat dijadikan terapi alternative untuk penyembuhan cermatitis.

10
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 “lanjut usia (old age) adalah seseorang yang

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

Lansia merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan dan social yang nantinya akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuan badan secara keseluruhan. Lanjut usia merupakan orang yang sudah

memasuki tahap dewasa akhir dengan usia sekitar 60 tahun ke atas (Depkes RI,

2000).Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Kushariyadi,

2010).

Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa lansia

adalah tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang

mencapai usia 60 tahun ke atas dan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat

dihindari.

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat

berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

11
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Dalam Bab I Pasal 1 Ayat II

yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas”

b. Menurut WHO:

 Usia pertengahan : 45-59 tahun

 Lanjut usia : 60 – 74 tahun

 Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

 Usia sangat tua : diatas 90 tahun

3. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan

yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan

keagamaan.

1). Perubahan fisik

a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan

berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar sehingga

mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak, otot,

ginjal, darah dan hati berkurang.

b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan

mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra

pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya

kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi

seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan

menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon

12
terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra

pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan,

sehingga kemampuan membau juga berkurang.

c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara makan ,

seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur(Saliva) dan gerak

peristaltic usus juga menurun. Ukuran lambung menjadi kecil serta fungsi

organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi

hormone dan enzim pencernaan.

d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan

sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan

makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan

tendon mengerut.

f. Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah

yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan

tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun , katup jantung pada

lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan

darah sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri.

Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat.

g. Sistem integument, kulit serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut

dalam hidung dan telibga menebal, elastisitas menurun, vaskularisasi

menurun, rambut memutih atau berubank, kelenjar keringat menurun,

kuku keras dan kuku tumbuh seperti tanduk.

13
h. Pendengaran, membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan (Maryam,

2008).

i. Penglihatan, respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan katarak.

2). Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat

proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti

perubahan intelegenita Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami

penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan

yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia

juga menurun.

3). Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan

semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan

dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan dunia.

4. Tugas perkembangan pada lanjut usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah

tugas yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu individu. Ada

beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :

14
 Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.

 Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.

 Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat

lainnya.

 Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai denganya.

 Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.

 Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

5. Teori Penuaan

Beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu ; teori

biologi, teori psikologi, teori sosial dan teori spiritual.

a. Teori Biologis

Teori biologis mencangkup teori genetic dan mutasi, imunologi slow

theory, teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.

1). Teori genetic dan mutasi

Menurut teroi genetic dan mutasi, semua terprogram secara genetic untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia

yang deprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi.

2). Immunology slow theory

Sistem imun menjadi dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke

dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

15
3) teori stress

Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang

bisa digunakan tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh

lelah terpakai.

4). Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tida stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan

protein.Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melekukan regenerasi.

5). Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa kimia sel-sel yang tua

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.Ikatan ini

menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

b. Teori Psikologi

perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan kekurangan

mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan

intelektualistas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar

pada usia lanjut menyebabkan mereka kesulitan untu memahami dan berinteraksi.

16
c. Teori Sosial

Adapun beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,

yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teosi aktivitas, teori

kesinambungan, teori perkembangan dan teosi straitifikasi usia.

1). Terori interaksi sosial, teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

suatu situasi tertentu yaitu atas dasar-dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pada

lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi

sosial mereka juga berkurang yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan

mereka untuk mengikuti perintah.

2). Teori penarikan diri, teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan yang diderita

lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara

perlahan-lahan menarik diri pergaulab disekitarnya.

3). Teori aktivitas, menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung

bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta

mempertahankan aktivitas tsb lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas

yang dilakukan.

4). Teori kesinambungan, teori mengemukakan adanya kesinambungan dalam

siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya

17
hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak bahwa meskipun ia telah

menjadi lansia.

5) Teori Perkembangan, menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupan

suatu tantangan bagaiamana jawabab lansia terhadap bebagai tantangan tersebut

yang dapat bernilai positif ataupun negative. Akan tetapi, teori ini tidak

menggariskan bagaimana cara menjadi tua diinginkan atau yang seharusnya

diterapkan oleh lansia tsb.

6). Teori Straitifikasi usia, keunggulan adalah pendekatan yang dilakukan bersifat

deterministic dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara

kelompok dan bersifat makro. Ditinjau dari sudut pandang demografi dan

keterkaitan dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak

dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa

straitifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan

kelompok etnik.

7). Teori Spritual, merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam

ssemesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan (Maryam, 2008).

B. Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.

Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,

ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan

vitamin D (Djuanda, 2007). Kulit juga sebagai barier infeksi dan memungkinkan

bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan (Harien,2010).

18
a. Fungsi proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara

sebagai berikut:

1) Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.

2) Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan

dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh

melalui kulit.

3) Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari

kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di

permukaan kulit.

4) Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada

stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di

sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari,

sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan

pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.

19
5) Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang

pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap

mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang

masuk melewati keratin dan sel Langerhans (Martini, 2006).

b. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti

vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida

(Djuanda, 2007). Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air

memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu

beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri (Harien,

2010). Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga

mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan

(Martini, 2006). Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,

hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat

berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi

lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar

(Tortora dkk., 2006).

c. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,

yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

1) Kelenjar sebasea

20
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan

melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen (Harien, 2010).

Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar 13

sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit.

Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan

elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan

memproteksi keratin (Tortora dkk., 2006).

2) Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar

dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari (Djuanda, 2007).

Seorang yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat

tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain

mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk

mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil

pemecahan protein yaitu amoniak dan urea (Martini, 2006).

d. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis (Djuanda,

2007). Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di

dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang

terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan

terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis.

Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-

21
saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik (Tortora

dkk., 2006).

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua

cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler

(Djuanda, 2007). Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam

jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas

akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan

mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah

(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh (Harien,

2010).

f. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi

kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda, 2007). Enzim di hati dan

ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D

yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium

makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah (Tortora dkk.,

2006).

22
2. Histologi Kulit

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis

(Junqueira dan Carneiro, 2007). Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit

manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400−600 μm untuk kulit tebal

(kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain

telapak tangan dan kaki, memiliki rambut) (Tortora dkk., 2006). Selain sel-sel

epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis

(Junqueira dan Carneiro, 2007).

b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang

yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga mengikat, mengolah, dan

merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T (Djuanda, 2007). Dengan

demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit (Junqueira dan

Carneiro, 2007).

c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan

berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus (Tortora dkk., 2006).

d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga palin dalam.

23
24
C. Dermatitis

1. Definisi Dermatitis

Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan

hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil & vesikel

pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga

digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada

kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini

diambil dari bahasa yunani yang berarti mendidih atau mengalir keluar (Mitchell

dan Hepplewhite, 2005).

Dermatitis adalah peradangan kulit pada lapisan epidermis dan dermis

sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, dengan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik seperti eritema, edema, papul,

vesikel, skuama, likeni fikasi dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak slalu

timbul bersamaan, mungkin hanya beberapa atau oligomorfik. Dermatitis

cenderung residif dan menjadi kronis(Djuanda,2010).

Dermatitis merupakan suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang

dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa

efloresensipolimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal

(Mulyono, 2017).

Dermatitis adalah peradangan pada epidermis dan dermis yang disebabkan

oleh zat allergen ataupun zat iritan (Junaidi, 2013). Selain itu, menimbulkan

25
kelainan seperti eritema, edema, papul, resikel, dan keluhan gatal (Djuanda Adhi,

2010).

2. Etiologi

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan

kimia mikroorganisme, dan juga berasal dari dalam (endogen). Menurut Djuannda

Adhi (2010) :

a. Dermatitis kontak

1. Dermatitis kontak toksis akut adalah suatu dermatitis yang disebabkan oleh

iritan primer kuat (absolute). Contoh :H2SO4, KOH dan racun serangga.

2. Dermatitis kontak toksis tonik adalah suatu dermatitis yang disebabkan oleh

primer lemah. Contoh :sabun dan deterjen

3. Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis yang disebabkan oleh

allergen. Contoh :logam, karet dan plastic

b. Dermatitis atopic

Adalah suatu peradangan yang menahun pada lapisan epidermis yang

disebsbksn oleh zat-zat yang bersifat allergen. Contoh : inhalen (debu atau bulu).

26
c. Dermatitis perioral

Adalah suatu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya beruntus-

beruntus merah disekitar mulut. Biasanya menyerang wanita berusia 20-60 tahun

keatas dan bias muncul karena pemakaian salep kortikosteroid di wajah untuk

mengobati suatu penyakit.

d. Dermatitis statis

Adalah suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering

meninggalkan bekas, yang disebabkan karena penimbunann darah dan cairan

dibawah kulit sehingga sering terejaadi varises dan edema.

3. Patofisiologi

Dermatitis merupakan peradangan pada kulit baik pada dermis ataupun

epidermis yang disebabkan zat elergen atau iritan. Zat tersebut masuk kedalam

kulit maupun menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut.

Masa inkubasi sesudah terjadi ssensitisisasi permulaan terhadap suatu antigen

adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah

12- 48 jam.

a. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas

tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi)

dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit

27
sampai limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase

elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa

sampai timbul gejala klinis.

Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit

dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen

ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,

kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga

terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi

berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk

berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara

spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi,

sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,

menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.

Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau

serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu

menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.

b. Dermatitis Atopic

Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang

memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan

emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel

ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak

menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus

28
dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.

Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan

diturunkan secara genetic.

c. Dermatitis Statis

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang

dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler

masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama

berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi

eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah

menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila

berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna

kulit lebih hitam.

4. Manifestasi Klinis

Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis, dermatitis umummya

mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapaat efloresensi kulitb yang

berssifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan paada umumnya

mempunyai ruam kulit yang bersifat monomorf dan berbataas lebih tegas

dibandingkan dermatitis kontak alergik.

a. Fase akut

29
Kelainan kulit pada umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjaadinya

kontak dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasai ada

yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema

dam edema, sedang yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai

pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi

cenderung menyebar daan batasnya kurang jelas. Keluhan ssubjekti berupa gatal.

b. Fase sub akut

Jika tidak diberi peengobatan dan kontak dengan allergen sudah tidak ada

maka proses akut akan menjaadi subaakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat

eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.

c. Fase kronis

Dermatitis fase ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut

yan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris,

batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula

bekas garukan berupa erosi atau eskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun

bahan yang dicuragai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan

oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal.

Tanda & gejala Kriteria Indeks Tingkatan Dermatitis

Kode Tingkatan

30
1 Ringan Dijumpai kulit memerah, gatal, bentol-

bentol merah yang meradang

2 Sedang Dijumpai kulit memerah, gatal, bentol-

bentol merah yang meradang,

peradangan kronis, terdapat lesi karena

bekas garukan, kulit menebal

3 Berat Dijumpai kulit memerah, gatal, bentol-

bentol merah yag meradang,

peradangan kronis, terdapat lesi karena

bekas garukan, kulit menebal, kulit

mengelupas, melepuh dan pecah-pecah

(Muttaqin Arif,2011)

5. Pemeriksaan penunjang

Allergen kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes

in vivo dapat dilakukan dengan uji temple. Berdasarkan teknik pelaksanaannya

dibagi tiga jeis tes temple yaitu :

31
a. Tes tempel terbuka

Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang

telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan

dievaluasi hasilnya. Idikasi uji tempel terbuka adalah allergen yang menguap.

b. Tes tempel tertutup

Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam

plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut

diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas

penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.

c. Tes tempel dengan sinar

Uji tempel dengan sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat

sebagai fotosintesis yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat

sebagai allergen. Teknik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara

duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam

ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar

ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek

dari sinar, maka punggung atau bahan tes tersebut dilindungi dengan secarik kain

hitam atau plester hitam agar sinar tidak menembus bahan tersebut. Untuk dapat

melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang

penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu

bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih

32
berat. Tidak pelu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai

macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak

24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan

kortikosteroid. Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang

umumnya telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit

uji tmepel penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita.

Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan

keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita

sendiri. Kadang-kadang hasil merupakan vonis penderita dimana misalnya

hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita

harus hidup menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak

negative dan penderita dapat terjatuh kedalam neurosis misalnya. Tes in vitro

menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi mikragi makrofag untuk

pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal

tersebut belum standard an secara klinis belum bernilai diagnosis (Djuanda,

2012).

6. Pencegahan

Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis

kontak iritan dan kontak alergik. Dilingkungan rumah, beberaa hal dapat

dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet diganti dengan sarung

tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan

deterjen.

33
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan

bahan yang telah disebutkan diatas. Strategi pencegahan meliputi :

a. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila

dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan allergen dari

kulit

b. Guanakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk

menghindari kontak dengan bahan pembersih.

c. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk

menghindari kontak dengan bahan allergen atau iritan (Muttaqin Arif, 2011).

7. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak

alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien

untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya

dan pelindungan pada kulit. Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan

topical dan sistemik. Obat-obat yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip

umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres

terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah

prosentase aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim

atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Medikamentosa

topical saja dapat dibeerikan pada kasus dermatitis ringan yaitu adalah :

34
1. Kortikosteroid : menghambat aktifasi dan proliferasi spesifik antigen serta

memberi peranan penting dalam system imun. Cara pemakaian topical dengan

menggosok secara lembut. Jenis yang diberikan adalah hidrokortison 2,5%,

halcinonit dan triamsinolon aseptonid digunakan dalam film plastik tertutup

selama 6-10 jam setiap hari.

2. Radiasi ultraviolet : mempunyai efek terapetik dalam dermatitis melalui sitem

imun. Paparan ultraviolet dikulit dapat mehilangkan fungsi sel langerhans.

3. Siklosporin A : menghambat elisitasi dari hipersensitif kontak pada marmud

percobaan, pada manusia hanya memberikan efek minimal.

4. Antibiotika dan Antimikotika : dapat ditimbulkan oleh S.Aureus, S.Beta dan

Alfa hemolitikus, ekoli, proteus dan kandida spp. Dapat diberikan antibiotika

(gentamisin) dan antimikotika (clotrimazole) dalam bentuk topical.

C. Minyak Kelapa

1. Pengertian Minyak Kelapa

Minyak kelapa adalah minyak yang diperoleh dari kelapa yang segar.

Proses ekstraksi melibatkan suhu ruang dan tidak melibatkan obat kimia. Minyak

kelapa adalah minyak makanan terlibat dalam proses rangkaian aktivitas biologi

seperti antivirus dan antimikroba. Penemuan sekarang yakni minyak kelapa telah

digunakan sebagai suplemen dalam banyak perawatan medis. Adanya kandungan

dalam minyak kelapa meliputi asam laurat, asam kaproat, asam kaprilat. Dan itu

35
semua memiliki aktivitas antimikroba, antioksidan, antifungi, antibakteri dan

penenang. Penambahan minyak kelapa juga tersusun oleh ikatan medium

trigliserida, yang tidak membawa resiko yang sama seperti lemak jenuh yang lain

(Abdul mutalib et al, 2015).

Minyak kelapa diperoleh dari kelapa segar tanpa mengalami proses

penyulingan. Minyak kelapa merupakan lemak jenuh yang terdiri dari ikatan

medium asam lemak dengan berbagai fungsi mencakup kesehatan, yang berkaitan

dengan farmasi, kosmetik dan minyak untuk diet. Pada dasarnya penggunaan

minyak kelapa untuk kosmetik dapat melembabkan kulit dan sangat berguna

untuk diaplikasikan di kulit. Ikatan medium trigliserida dan monogliserida yang

terkandung di dalam minyak berkonstribusi sebagai antibakteri. Minyak tersebut

unggul sebagai antioksidan karena terdapat kandungan gugus fenol (Samson et al.,

2006).

Pemanfaatan minyak kelapa dalam sediaan semi padat dimungkinkan

karena memiliki sejumlah sifat yang baik terhadap kulit yaitu bersifat emolien dan

moisturizer. Hal ini membuat kulit menjadi lembut dan lembab sehingga dapat

menurunkan tahanan difusinya (Agerro dan VeralloRowell, 2004). Asam-asam

lemak rantai pendek dan sedang seperti asam laurat dan asam oleat mudah diserap

melalui kulit sehingga dapat meningkatkan laju penetrasi zat aktif dari sediaan

krim berbasis minyak kelapa (Lucida et al., 2016).

2. Zat yang Terkandung dalam Minyak Kelapa

36
Minyak kelapa mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah

dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah penimbunan didalam tubuh.

Disamping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam minyak kelapa pun sangat

tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi untuk

mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan Prayugo, 2006).

Komponen utama minyak kelapa adalah asam lemak jenuh sekitar 90 %

dan asam lemak tak jenuh sekitar 10 %. Asam lemak jenuh minyak kelapa

didominasi oleh asam laurat. Minyak kelapa mengandung kurang lebih 53 % asam

laurat dan sekitar 7 % asam kaprilat. Keduanya merupakan asam lemak rantai

sedang yang biasa disebut medium chain fatty acid (MCFA). Sedangkan menurut

Price (2004) minyak kelapa mengandung 92 % lemak jenuh, 6 % lemak mono

tidak jenuh dan 2 % lemak poli tidak jenuh (Wardani, 2007)

Kemurnian minyak kelapa seperti jernihnya air. Minyak kelapa ini telah

diproduksi dan dijual dari abad 19 tahun yang lalu dan berwarna kuning. Derajat

saturasi dan panjang ikatan rantai karbon dalam asam lemak yang ditentukan oleh

kekayaan dalam minyak kelapa. Sehubungan dengan penggunaan dan efek pada

manusia sehat. Karakteristik minyak kelapa ini dikombinasi oleh lemak dan

minyak yang mengandung ikatan asam lemak dengan rantai karbon yang panjang

berkisar 8-12. Rangkaian pembelajaran pada minyak kelapa mempunyai aktivitas

sebagai antibiotik dan khasiat yang lain. Didalam saluran pencernaan ikatan asam

lemak pada minyak kelapa dengan cepat diabsorbsi, terbawa oleh vena porta

mencapai liver dan dioksidasi, maka dari itu memproduksi energi dengan cepat.

Ini membuat minyak kelapa dan turunannya cocok sebagai komponen untuk diet

37
untuk pemulihan kesembuhan. Sekitar 64 % minyak kelapa terdiri dari ikatan

medium asam lemak dengan asam lemak laurat (C12), sekitar 45-56 %

bergantung pada macam-macam kelapa. Minyak kelapa dalam bentuk cairan

disimpan pada suhu 270C atau lebih tinggi dan jika dalam bentuk padat disimpan

pada suhu 220C atau lebih rendah, ini sama dengan penyimpanan mentega

(Divina, 2011).

Tabel 2.1 Kandungan Asam Lemak pada minyak kelapa (Divina, 2011).

Asam lemak Minyak Kelapa

A. Saturated

C4 :0 -

C6 :0 Caproic 0.5

C8 : 0 Caprylic 7.8

C10 :0 Capryc 6.7

C12 :0 Lauric 47.5

C14 :0 Myristic 18.1

C16 :0 Palmitic 8.8

C18 :0 Stearic 2.6

C20 :0 Arachidic 0.10

B. Unsaturated %

C16 :1 Palmitoleic -

C18 :1 Oleic 6.2

38
C18 :2 Linoleic 1.6

C18 :3 Linolenic -

Others -

% Saturated 92.1

% Unsaturated 7.9

Secara teoritis, mekanisme enhancer minyak kelapa yang mengandung

asam laurat adalah pada konsentrasi tinggi asam laurat dapat meningkatkan

permeasi obat baik lipofilik dan hidrofilik dengan mengganggu antar struktur lipid

lamella (Sight, et al., 2011) dengan melepas ikatan antar ceramide menyebabkan

turunnya viskositas membran (Kumar, et al., 2011).

3. Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari transfatty

acid (TFA) atau asam lemak trans. Asam lemak ini dapat terjadi akibat proses

hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak

kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi,

pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara

cepat dan lain-lain (Darmawuyono, 2006).

Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain :

1. Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum.

2. Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah caramel

39
3. Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol (1:1)

4. Berat jenis : 0,883 pada suhu 200C

5. pH : tidak terukur karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk

dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH dibawah 7

6. Persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 210C (0%)

7. Titik cair : 20-250C

8. Titik didih : 2250C

9. Kerapatan udara (udara = 1) : 6,91

10. Tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 1210C

11. Kecepatan penguapan (asam butirat = 1 ) : tidak diketahui

(Darmayuwono, 2006).

4. Manfaat Minyak Kelapa

Manfaat minyak kelapa telah banyak dijelaskan dalam buku yang berjudul

The Coconut Oil Miracle” (Bruce Fife, C.N.N.D, 2004, Price, 2004.,

Darmoyuwono, 2006), dimana manfaat minyak kelapa bagi manusia dapat

digolongkan dalam 5 kategori sebagai berikut:

a. Perawatan kulit

Di bidang kosmetika, minyak kelapa digunakan untuk perawatan tubuh.

Minyak kelapa sangat baik untuk kesehatan tubuh dan kulit. Pada dasarnya

penggunaan minyak kelapa untuk kosmetik dapat melembabkan kulit dan

sangat berguna untuk diaplikasikan di kulit. Ikatan medium trigliserida dan

40
monogliserida yang terkandung di dalam minyak berkonstribusi sebagai

antibakteri. Minyak tersebut unggul sebagai antioksidan karena terdapat

kandungan gugus fenol (Samson et al., 2006). Karakteristik minyak kelapa

yang memiliki kandungan asam lemak jenuh memberikan keunggulan

tersendiri dalam pemanfaatan minyak kelapa untuk produk perawatan kulit

dan kecantikan. Susunan molekul minyak kelapa yang kecil memudahkan

penyerapannya, serta memberikan tekstur yang lembut dan halus pada

kulit dan rambut.

b. Minyak kelapa sebagai sumber energi tubuh

Sebagaimana diketahui bahwa minyak kelapa sebagian besar mengandung

asam lemak rantai pendek dan medium yang tinggi, maka tubuh akan

membakar terlebih dahulu asam lemak tersebut sebagai sumber energi.

Oleh sebab itu, apabila mengkonsumsi minyak kelapa , maka kita akan

senantiasa energik karena kebutuhan energi di dalam sel-sel tubuh

tersuplai dengan cepat.

c. Minyak kelapa sebagai penyembuh penyakit akibat virus, mikroba,

protozoa, jamur dan cacing.

Penyakit yang disebabkan oleh virus seperti mononukleosis, influenza,

hepatitis C, cacar air, herpes, HIV/AIDS dan penyakit-penyakit lainnya;

penyakit akibat bakteri seperti pneumonia, TBC, asma, sakit telinga,

infeksi tenggorokan, gigi berlubang, keracunan makanan, infeksi saluran

kencing, meningitis, gonorrhea dan luka gangren; penyakit akibat jamur

dan ragi seperti candida, jock itch, kadas, athletic foot, ruam karena

41
keringat dan popok; melum-puhkan dan mematikan cacing pita, lice,

giardia dan parasit lainnya.

d. Minyak kelapa dapat mengatasi berbagai penyakit akibat gangguan

metabolisme dan degeneratif, seperti: memperbaiki pencernaan dan

penyerapan vitamin-vitamin dan asam amino yang larut dalam lemak;

memperbaiki sekresi insulin dan pendayagunaan glokosa darah (mengatasi

diabetes melitus); meredakan stres pada pankreas dan sistem-sistem enzim

tubuh membantu meredakan gejala-gejala dan mengurangi resiko

kesehatan yang dihubungkan dengan diabetes (impotensi, dan lain-lain);

mengurangi gangguan yang dikaitkan dengan gejala kesulitan pencernaan

dan cystic fibrosis, memperbaiki penyerapan kalsium dan magnesium serta

mendukung perkembangan tulang dan gigi kuat; membantu melindungi

diri terhadap serangan penyakit osteoporosis (pengeroposan tulang),

membantu meredakan gejala sakit saluran kandung kemih; meredakan

gejala yang dihu-bungkan dengan Chronics disease, ulcerative colitisdan

bisul perut; mengurangi peradangan kronis, mendu-kung penyembuhan

dan perbaikan jaringan tubuh; membantu melindungi tubuh dari kanker

payudara, kanker kolon dan kanker lainnya; baik buat jantung, tidak

meningkatkan kolesterol darah atau kelengketan platelet, malahan

melarutkan kolesterol sehingga memper-lancar peredaran darah;

membantu mencegah sakit jantung, atherosklerosis dan stroke; membantu

mencegah tekanan darah tinggi; mengatasi penyakit darah kental

(trombosis) yang berpotensi menyebabkan stroke; membantu mencegah

42
sakit periodental dan kerusakan gigi; berfungsi sebagai antioksidan

pelindung; membantu melindungi tubuh dari radikal bebas berbahaya yang

menyebabkan penuaan dan penyakit degeneratif; memperbaiki

pendayaguna-an asam lemak esensial dan melindungi-nya dari oksidasi;

meredakan gejala kekelahan kronis; meredakan gejala benign prostatic

hyperplasia (pembesaran prostat); mengurang tekanan epileptis;

melindungi tubuh dari penyakit ginjal dan infeksi kandung kemih;

membantu mencegah sakit lever; mengatasi konstipasi atau sembelit (sulit

buang air besar); kandungan kalori lebih rendah dari lemak lain, sehingga

efek penggunaan maksimal untuk pengobatan jauh lebih baik; mendukung

fungsi tiroid; meningkatkan aktifitas metabolik sehingga memberikan efek

penurunan berat badan yang alamiah dan stabil (mencegah kegemukan).

e. Minyak kelapa sebagai sex oil. Adapun manfaat minyak kelapa dalam

aspek seksualitas, antara lain : mengatasi kekeringan organ seks kedua

belah pihak, membunuh mikroba yang menempel pada organ sex,

sehingga lebih aman dan dapat mengobati berbagai penyakit kelamin

seperti gonore dan keputihan. Selain itu mengkonsumsi minyak kelapa

akan lebih energik.

5. Efek minyak kelapa terhadap kulit

Pada dasarnya penggunaan minyak kelapa untuk kosmetik dapat

melembabkan kulit dan sangat berguna untuk diaplikasikan di kulit. Ikatan

medium trigliserida dan monogliserida yang terkandung di dalam minyak

43
berkonstribusi sebagai antibakteri. Minyak tersebut unggul sebagai antioksidan

karena terdapat kandungan gugus fenol (Samson et al., 2006). Karakteristik

minyak kelapa yang memiliki kandungan asam lemak jenuh memberikan

keunggulan tersendiri dalam pemanfaatan minyak kelapa untuk produk perawatan

kulit dan kecantikan. Susunan molekul minyak kelapa yang kecil memudahkan

penyerapannya, serta memberikan tekstur yang lembut dan halus pada kulit dan

rambut. Minyak kelapa mampu memulihkan kulit yang kering, kasar, dan keriput.

Produk perawatan kulit yang ideal adalah yang tidak hanya melembutkan kulit,

tetapi juga mampu melindungi kulit dari kerusakan, mempercepat perbaikan kulit,

dan memberikan penampilan yang lebih muda dan sehat. Semua manfaat tersebut

ada pada minyak kelapa karena minyak jenuh ini mampu menghilangkan sel-sel

kulit mati dan memperkuat jaringan kulit sehingga kulit tidak kendur dan keriput.

Minyak kelapa tidak hanya memulihkan kulit secara cepat tetapi juga membantu

dalam proses penyembuhan dan perbaikan kulit yang rusak (Syah, 2005).

Minyak kelapa sebagai bahan kecantikan/ kesehatan kulit (Bruce Fife,

C.N.N.D, 2004., Price, 2004, Darmoyuwono, 2006), bermanfaat untuk: mencegah

infeksi topical bila dioleskan (pada kulit), mengurangi gejala psoriasis, eksim dan

dermatitis, mendukung keseimbangan kimiawi kulit secara alami, melembutkan

kulit dan mengencangkan kulit dan lapisan lemak di bawahnya, mencegah keriput,

kulit kendor dan bercak-bercak penuaan, mengendalikan ketombe, mencegah

kerusakan yang ditimbulkan radiasi sinar ultra violet pada kulit, mengatasi jerawat

dengan cara diminum dan dioleskan, mengatasi biang keringat, gatal-gatal pada

kulit dengan cara dioleskan, mengatasi kelelahan dengan pemijatan, sekaligus

44
merawat kulit agar kulit tetap lentur dan halus serta untuk perawatan kulit dengan

cara mandi spa.

6. Cara Penggunaan Minyak Kelapa

a. Persiapkan minyak kelapa

b. Persiapkan mangkok dan sarung tangan (Handscoon)

c. Tuangkan minyak ke dalam mangkok secukupnya sesuai dengan luas luka

dermatitis

d. Oleskan minyak kelapa pada luka dermatitis dengan merata. Gunakan

sarung tangan saat mengoleskan minyak kelapa

e. Lakukan pengolesan minyak kelapa pada pagi dan sore hari

(Meliana & Hikmalia, 2017)

45
BAB III

PELAKSANAAN

A. Periode Pra Pelaksana

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan kelompok pada

tanggal 15 Mei 2019 di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih

Sicincin dengan kapasitas lansia 110 orang lansia. Mahasiswa menemukan

95 orang lansia yang berada di 13 wisma dan 15 orang lansia lainnya tidak

berada di tempat, diantaranya ada yang pulang kampung, pergi ke pasar,

pergi berobat, dan lain-lain. Dari 95 orang lansia yang berada di tempat,

didapatkan 29 orang lansia perempuan dan 66 lansia laki-laki. Berdasarkan

hasil wawancara dan observasi kelompok, dari 95 orang lansia didapatkan

22 orang lansia menderita dermatitis. Berdasarkan 22 orang lansia,

terdapat 11 orang lansia mengalami tingkat dermatitis ringan, 4 orang

lansia mengalami tingkat dermatitis sedang, 5 orang lansia mengalami

tingkat dermatitis berat, 1 orang lansia menolak diberikan implementasi

karena lansia merasa tidak nyaman jika diberikan minyak kelapa, dan 1

orang lansia yang setiap akan diberikan implemenasi tidak berada

ditempat.

Pada hari jumat, tanggai 17 Mei 2019 kelompok memperkenalkan

diri dan menjelaskan maksud dan tujuan desiminasi kepada lansia.

Meminta persetujuan lansia untuk dilakukan pengurangan tingkat penyakit

dermatitis dengan menggunakan minyak kelapa. Mahasiswa menjelaskan

prosedur menggunakan minyak kelapa sebagai media untuk mengurangi

46
tingkatan dermatitis. Kemudian kelompok melakukan pengolesan minyak

kelapa dengan cara :

1. Persiapkan minyak kelapa

2. persiapkan mangkok dan handscone.

3. Tuangkan minyak ke mangkok secukupnya sesuai dengan luas luka

dermatitis.

4. Lalu oleskan minyak kelapa pada luka dermatitis dengan merata.

Gunakan handscone saat mengoleskan minyak kelapa.

5. Lakukan pengolesan minyak kelapa pada pagi hari dan sore hari.

(Meliana dan Hikmalia, 2017)

B. Intervensi

Intervensi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 17 Mei 2019

sampai 19 Mei 2019 yaitu dengan cara :

1. Kelompok melakukan persiapan untuk pemberian obat non farmakologi

yaitu pengolesan minyak kelapa.

2. Setelah itu kelompok mendatangi tiap-tiap lansia yaitu 22 lansia yang

telah ditentukan untuk melakukan intervensi.

3. Sebelum melakukan intervensi pada lansia, anggota kelompok

menjelaskan cara penggunaan minyak kelapa untuk mengurangi tingkat

dermatitis dan setiap lansia dioleskan minyak kelapa pada area

dermatitis, diberikan 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari.

47
4. Setelah lansia dioleskan minyak kelapa, anggota kelompok pamit dan

mengingatkan kembali bahwa besok anggota kelompok akan kembali

lagi untuk mengoleskan minyak kelapa.

C. Periode Pasca Perlakuan

Pada hari senin tanggal 20 Mei 2019, kelompok melakukan

pengukuran hasil berkurangnya luka dermatitis pada lansia setelah

pengolesan minyak kelapa selama 3 hari implementasi, dengan metode

/cara yang sama saat perlakuan.

48
BAB IV

PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan implementasi kepada lansia. Kelompok melakukan

survey awal yang telah di lakukan kelompok pada tanggal 15 Mei 2019 di Panti

Sosial Tresna Werda Sabai Nan Aluih Sicincin dengan kapasitas lansia 110 orang

lansia, mahasiswa menemukan 95 orang lansia yang berada di 13 wisma, dan 15

orang lansia lainnya tidak berada di tempat, diantaranya ada yang pulang

kampung, pergi ke pasar, pergi berobat, dan lain-lain. Dari 95 orang lansia yang

berada di tempat, didapatkan 29 orang perempuan, dan 66 orang lansia laki-laki.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelompok, dari 95 orang lansia

didapatkan 22 Orang lansia terkena dermatitis. Dari 22 orang lansia, 1 orang

lansia menolak diberikan implementasi karena lansia merasa tidak nyaman apabila

badannya diberikan minyak kelapa, dan ada 1 orang lansia yang setiap akan

diberikan implementasi tidak berada di tempat.

Jadi total lansia yang dilakukan implementasi sebanyak 20 orang lansia di

antaranya 11 orang lansia mengalami tingkat dermatitis ringan. Dan diantara 11

orang lansia yang mengalami dermatitis ringan tersebut, ada 1 orang lansia yang

tidak bersedia diberikan implementasi pada hari ke 3 yang berada di Wisma

Fujiyama dengan alasan tidak mau di berikan pengobatan herbal minyak kelapa

karena tidak ada perubahan. Dan 4 orang lansia mengalami tingkat dermatitis

sedang, serta 5 orang lansia mengalami tingkat dermatitis berat. Diantara 5 orang

lansia yang mengalami dermatitis berat tersebut ada 2 orang lansia yang menolak

49
diberikan implementasi pada hari ke 3 dengan alasan tidak ada pengaruh

pemberian minyak kelapa.

Implementasi diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut,

di berikan pada waktu pagi dan sore hari setelah mandi dari tanggal 17 Mei 2019

sampai 19 Mei 2019 di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Jumlah lansia sebanyak

20 orang lansia yang diberikan pengobatan dengan cara mengoleskan minyak

kelapa. Hasil implemenntasi setelah dilakukan pengobatan menggunakan minyak

kelapa kepada 20 orang lansia didapatkan pengurangan tingkatan luka dermatitis.

A. Hasil implementasi yang dilakukan pada lansia

1. Nenek Ramaimar

Pada hari 1 dilakukan implementasi pada nenek Ramaimar, terdapat

luka di punggung kaki, sela-sela jari kaki dan tangan, luka tampak berair

dan melepuh. Nenek Ramaimar mengatakan sebelum di berikan minyak

kelapa kedua kakinya terasa gatal. Setelah pemberian minyak kelapa nenek

Ramaimar merasakan gatalnya mulai berkurang pada hari ke 2. Dan pada

hari ke 3 lukanya tampak membaik dari hari sebelumnya.

50
PRE POST IMPLEMENTASI

51
POST TEST

2. Kakek Naumar

Pada hari 1 sebelum dilakukan implementasi luka dermatitis kakek

naumar tergolong dermatitis sedang. Terdapat luka pada sela-sela jari kaki

kiri dan kanan. Luka tampak berair dan terdapat jaringan nekrotik. Kake

naumar mengatakan jika luka terkena air akan terasa perih. Setelah

dilakukan implementasi selama 3 hari, kakek naumar mengatakan luka

sudah tidak berair dan mulai kering.

52
PRE POST IMPLEMENTASI

53
POST TEST

3. Kakek Mayor

Pada saat melakukan implementasi pada hari 1 terdapat luka

dermatitis pada pergelangan tangan, punggung hingga leher. Kakek

mayor mengatakan saat di olesi minyak minyak kelapa hasil baru bisa

dirasakan pada hari ke 2. Kakek mayor mengatakan gatal mulai

berkurang dan luka mulai menipis.

54
PRE POST IMPLEMENTASI

55
POST TEST

4. Kakek Rasidin

Kakek rasidin mengatakan sebelum di berikan minyak kelapa

gatalnya hilang timbul. Setelah dilakukan implementasi pemberian minyak

kelapa kakek rasidin mengatakan senang dan gatal mulai berkurang.

56
PRE POST IMPLEMENTASI

POST TEST

5. Nenek Yusmaniar

Luka dermatitis nenek Yusmaniar termasuk kategori dermatitis

ringan. Luka dermatitis Yusmaniar terdapat pada kaki kanan. Pada hari 1

dilakukan implementasi luka tampak memerah dan pada hari ke 3 luka

memerah mulai pudar. Nenek yus mengatakan minyak kelapa bagus untuk

57
lukan

PRE POST IMPLEMENTASI

58
POST TEST

6. Kakek Tahar

Pada implementasi hari 1 tampak luka dermatitis pada kepala

hingga punggungnya. Kakek tahar mengatakan sebelum diberikan minyak

kelapa gatalnya terasa hilang timbul. Setelah diberikan minyak kelapa

gatalanya mulai berkurang.

59
PRE POST IMPLEMENTASI

60
7. Nenek Jarina

Nenek jarina mengatakan luka disela-sela jari kaki terasa gatal

apabila terkena air. Setelah diberikan minyak kelapa luka mulai menipis dan

gatal sudah berkurang.

` PRE POST IMPLEMENTASI

61
8. Kakek Fahmi

Luka dermatitis pada kakek Fahmi termasuk luka dermatitis berat.

Luka dermatitis kakek Fahmi terdapat pada bokong dan bagian

selangkangan. Luka tampak menghitam. Pada hari 1 diberikan minyak

kelapa, kakek Fahmi mengatakan gatal pada area yang diolesi minyak

kelapa. Pada hari ke 3 kakek Fahmi merasakan lukanya tidak berkurang.

PRE POST IMPLEMENTASI

62
POST TEST

9. Kakek Syafri

Luka dermatitis pada kakek Syafri termasuk luka dermatitis berat.

Luka dermatitis kakek Syafri terdapat pada pinggang menjalar ke bokong

dan pada kaki. Luka tampak menghitam. Pada hari 1 diberikan minyak

kelapa, kakek Syafri mengatakan gatal pada area yang diolesi minyak

kelapa. Pada hari ke 3 kakek Syafri merasakan lukanya tidak berkurang.

63
PRE POST IMPLEMENTASI

64
10. Kakek Amirudin

Kakek Amirudin mengatakan sebelum diberikan minyak kelapa

lukanya terasa gatal, setelah diberikan minyak kelapa gatal mulai

berkurang dan luka mulai membaik.

PRE POST IMPLEMENTASI

POST TEST

65
B. Kesimpulan Hasil Implementasi

1. Dermatitis pada Lansia Sebelum diberikan minyak kelapa

Eksim atau sering disebut eksema atau dermatitis adalah

peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung

kecil dan vesikel pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan

cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang

menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan

spesifik dibagian permukaan. Istilah ini diambil dari bahasa yunani yang

berarti mendidih atau mengalir keluar ( Mitchell & Hepplewhite, 2005).

Menurut analisis kelompok sebelum diberikan therapy non

farmakologi minyak kelapa di dapatkan jumlah lansia yang menderita

dermatitis 20 Orang lansia. Dari 20 orang lansia yang mengalami dermatitis

hal ini disebabkan karena struktur kulit lansia yang sudah mengalami fungsi

dan juga kebersihan diri lansia yang kurang terjaga

2. Dematitis pada lansia sesudah diberikan minyak kelapa

Menurut analisis kelompok setelah diberikan therapy non

farmakologi minyak kelapa didapatkan hasil terdapatnya perubahan

setelah pemberian minyak kelapa selama 3 hari berturut-turut.

Kandungan minyak kelapa meliputi asam laurat, asam kaproat,

asam kaprilat. Dan itu semua memiliki aktivitas antimikroba, antioksidan,

antifungi, antibakteri dan penenang. Penambahan minyak kelapa juga

tersusun oleh ikatan medium trigliserida, yang tidak membawa resiko yang

sama seperti lemak jenuh yang lain (Abdul mutalib et al, 2015).

66
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil implementasi terhadap lansia yang terkena dermatitis
dengan menggunakan terapi non farmakologi “ minyak kelapa” di panti sosial
tresna werdha (PSTW) saba nan aluih sicincin di dapatkan hasil :

Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 17 – 19 Mei 2019 kepada


lansia yang menderita dermatitis dengan mengoleskan minyak kelapa dalam
waktu 3 hari ( 2 kali sehari). Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan kelompok kepada lansia yang dioleskan minyak kelapa, lansia
merasakan manfaat seperti berkurangnya rasa gatal, kulit yang mati mulai
mengelupas, timbulnya sel-sel kulit yang baru dan awal mulanya kulit yang
basah menjadi mulai kering. Obervasi yang kelompok lakukan terhadap
lansia didapatkan hasil 5 orang lansia dengan luka dermatitis berat berkurang
setelah diberikan olesan minyak kelapa, menjadi 2 orang lansia luka
dermatitis berat, 4 orang lansia dengan luka dermatitis sedang berkurang
setelah diberikan olesan minyak kelapa, menjadi 3 orang lansia luka
dermatitis sedang, dan 11 orang lansia dengan luka dermatitis ringan
bertambah setelah diberikan olesan minyak kelapa, menjadi 15 orang lansia
luka dermatitis ringan.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan kepada mahasiswa praktek keperawatan gerontik selanjutnya


untuk dapat melanjutkan dan melakukan implementasi lebih lanjut dengan
cara menggunakan minyak kelapa untuk penderita dermatitis di PSTW

67
Sabai Nan Aluih Sicincin sehingga di harapkan lansia dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Petugas dan Pengasuh

Diharapkan kepada petugas dan pengasuh di PSTW Sabai Nan Aluih


Sicincin untuk dapat melanjutkan pemberian minyak kelapa untuk
mengurangi luka dermatitis pada lansia.

3. Bagi Lansia

Diharapkan kepada lansia agar dapat kooperatif saat pemberian intervensi


serta dapat membagi informasi kepada lansia lainnya tentang cara
mengurangi luka dermatitis.

68
69

Anda mungkin juga menyukai